ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
C. Pengujian Hipotesis
1. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dengan Minat Siswa Berwirausaha
a. Tingkat Pendidikan Ayah 1) Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
H1 : Ada pengaruh tingkat pendidikan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. 2) Penarikan Kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 7 hal 154):
Y = 46,309+0,106X1-5,571X2a+0,057X1X2a Keterangan :
Y = Minat Siswa Berwirausaha X1 = Jiwa Kewirausahaan X2 = Tingkat Pendidikan Ayah
X1X2 = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Tingkat Pendidikan Ayah
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel minat siswa berwirausaha sebesar 0,323, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa
80
berwirausaha terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dengan variabel moderating tingkat pendidikan ayah adalah sebesar 0,331, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi tingkat pendidikan ayah dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan denga n tingkat pendidikan ayah terhadap minat siswa berwirausaha adalah sebesar 0,057. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajad hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan tingkat pendidikan ayah terhadap minat siswa berwirausaha menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,304>α=0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penga ruh tingkat pendidikan ayah pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah tidak signifikan. Artinya tidak ada pengaruh
tingkat pendidikan ayah pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
b. Tingkat Pendidikan Ibu 1) Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. H1 : Ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap hubungan
antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. 2) Penarikan Kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 7 hal 155):
Y = 49,286+0,072X1-7,455X2a+0,078X1X2a Keterangan :
Y = Minat Siswa Berwirausaha X1 = Jiwa Kewirausahaan X2 = Tingkat Pendidikan Ibu
X1X2 = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Tingkat Pendidikan Ibu
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel minat siswa berwirausaha sebesar 0,323, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dengan
82
variabel moderating tingkat pendidikan ibu adalah sebesar 0,338, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi tingkat pendidikan ibu dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan tingkat pendidikan ibu terhadap minat siswa berwirausaha adalah sebesar 0,078. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajad hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan tingkat pendidikan ibu terhadap minat siswa berwirausaha menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,183>α=0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh tingkat pendidikan ibu pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah tidak signifikan. Artinya tidak ada pengaruh tingkat pendidikan ibu pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
2. Pengaruh Tingkat Pendapatan Orang Tua Terhadap Hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dengan Minat Siswa Berwirausaha
a. Tingkat Pendapatan Ayah 1) Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh tingkat pendapatan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
H1 : Ada pengaruh tingkat pendapatan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. 2) Penarikan Kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 7 hal 156):
Y = 53,059+0,51X1-7,608X2a+0,071X1X2a Keterangan :
Y = Minat Siswa Berwirausaha X1 = Jiwa Kewirausahaan X2 = Tingkat Pendapatan Ayah
X1X2 = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Tingkat Pendapatan Ayah
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel minat siswa berwirausaha sebesar 0,323, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien
84
korelasi jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dengan variabel moderating tingkat pendapatan ayah adalah sebesar 0,349, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi tingkat pendapatan ayah dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan tingkat pendapatan ayah terhadap minat siswa berwirausaha adalah sebesar 0,071. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajad hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan tingkat pendapatan ayah terhadap minat siswa berwirausaha menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,188>α=0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penga ruh tingkat pendapatan ayah pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah tidak signifikan. Artinya tidak ada pengaruh tingkat pendapatan ayah pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
b. Tingkat Pendapatan Ibu 1) Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh tingkat pendapatan ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. H1 : Ada pengaruh tingkat pendapatan ibu terhadap hubungan
antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. 2) Penarikan Kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 7 hal 157):
Y = 46,038+0,120X1-4,886X2a+0,042X1X2a Keterangan :
Y = Minat Siswa Berwirausaha X1 = Jiwa Kewirausahaan X2 = Tingkat Pendapatan Ibu
X1X2 = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Tingkat Pendapatan Ibu
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel minat siswa berwirausaha sebesar 0,323, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dengan variabel moderating tingkat pendapatan ibu adalah sebesar 0,342, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan
86
minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi tingkat pendapatan ibu dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan tingkat pendapatan ibu terhadap minat siswa berwirausaha adalah sebesar 0,042. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajad hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan tingkat pendapatan ibu terhadap minat siswa berwirausaha menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,483>α=0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh tingkat pendapatan ibu pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah tidak signifikan. Artinya tidak ada pengaruh tingkat pendapatan ibu pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
3. Pengaruh jenis pekerjaan Orang Tua terhadap hubungan antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Minat Siswa Berwirausaha
a. Jenis Pekerjaan Ayah 1) Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh jenis pekerjaan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. H1 : Ada pengaruh jenis pekerjaan ayah terhadap hubungan antara
jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. 2) Penarikan Kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 7 hal 158):
Y = 64,697-0,122X1-16,877X2a+0,195X1X2a Keterangan :
Y = Minat Siswa Berwirausaha X1 = Jiwa Kewirausahaan X2 = Jenis Pekerjaan Ayah
X1X2 = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Jenis Pekerjaan Ayah
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel minat siswa berwirausaha sebesar 0,323, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dengan
88
variabel moderating jenis pekerjaan ayah adalah sebesar 0,427, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan sedang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis pekerjaan ayah dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan denga n jenis pekerjaan ayah terhadap minat siswa berwirausaha adalah sebesar 0,195. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajad hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan tingkat pendapatan ayah terhadap minat siswa berwirausaha menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,015<α=0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis pakerjaan ayah pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah signifikan. Artinya ada pengaruh jenis pekerjaan ayah pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
b. Jenis Pekerjaan Ibu 1) Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh jenis pekerjaan ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. H1 : Ada pengaruh jenis pekerjaan ibu terhadap hubungan antara
jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. 2) Penarikan Kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 7 hal 159):
Y = 62,075-0,099X1-14,871X2a+0,177X1X2a Keterangan :
Y = Minat Siswa Berwirausaha X1 = Jiwa Kewirausahaan X2 = Jenis Pekerjaan Ibu
X1X2 = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Jenis Pekerjaan Ibu
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel minat siswa berwirausaha sebesar 0,323, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dengan variabel moderating jenis pekerjaan ibu adalah sebesar 0,424, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat
90
siswa berwirausaha terkategorikan sedang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis pekerjaan ibu dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan jenis pekerjaan ibu terhadap minat siswa berwirausaha adalah sebesar 0,177. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajad hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan tingkat pendapatan ibu terhadap minat siswa berwirausaha menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,032<α=0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis pakerjaan ibu pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah signifikan. Artinya ada pengaruh jenis pekerjaan ibu pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
4. Pengaruh Kultur Keluarga terhadap hubungan antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Minat Siswa Berwirausaha.
a. Power Distance
1) Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh power distance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
H1 : Ada pengaruh power distance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
2) Penarikan kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 7 hal 160):
Y = 100,866-0,505X1-3,353X2a+0,037X1X2a Keterangan :
Y = Minat Siswa Berwirausaha X1 = Jiwa Kewirausahaan
X2 = Power Distance
X1X2 = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Power Distance
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel minat siswa berwirausaha sebesar 0,323, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dengan
92
variabel moderating power distance adalah sebesar 0,403, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan sedang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi power distance dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan power distance terhadap minat siswa berwirausaha adalah sebesar 0,037. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajad hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan power distance terhadap minat siswa berwirausaha menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ= 0,004<α= 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh power distance pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah signifikan. Artinya ada pengaruh power distance
b. Collectivism vs Individualism
1) Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh collectivism vs individualism terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
H1 : Ada pengaruh collectivism vs individualism terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. 2) Penarikan kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 7 hal 161):
Y = 68,473-0,153X1-2,464X2a+0,028X1X2a Keterangan :
Y = Minat Siswa Berwirausaha X1 = Jiwa Kewirausahaan
X2 = Collectivism vs Individualism
X1X2 = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Collectivism vs Individualism
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel minat siswa berwirausaha sebesar 0,323, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dengan variabel moderating collectivism vs individualism adalah sebesar
94
0,403, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan sedang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi collectivism vs individualism dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan
collectivism vs individualism terhadap minat siswa berwirausaha adalah sebesar 0,028. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajad hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan collectivism vs individualism terhadap minat siswa berwirausaha menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,043<α=0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh collectivism vs individualism pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah signifikan. Artinya ada pengaruh collectivism vs individualism pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
c. Masculinity vs Femininity
1) Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh masculinity vs femininity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
H1 : Ada pengaruh masculinity vs femininity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. 2) Penarikan kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 7 hal 162):
Y = 67,841-0,147X1-2,621X2a+0,030X1X2a Keterangan :
Y = Minat Siswa Berwirausaha X1 = Jiwa Kewirausahaan
X2 = Masculinity vs Femininity
X1X2 = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Masculinity vs Femininity
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel minat siswa berwirausaha sebesar 0,323, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dengan variabel moderating masculinity vs femininity adalah sebesar 0,392,
96
maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut me nunjukkan bahwa interaksi masculinity vs femininity
dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan
masculinity vs femininity terhadap minat siswa berwirausaha adalah 0,030. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajad hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan masculinity vs femininity
terhadap minat siswa berwirausaha menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,037<α=0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh masculinity vs femininity pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah signifikan. Artinya ada pengaruh
masculinity vs femininity pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
d. Uncertainty Avoidance
1) Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh uncertainty avoidance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. H1 : Ada pengaruh uncertainty avoidance terhadap hubungan
antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. 2) Penarikan kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 7 hal 163):
Y = 100,738-0,478X1-5,159X2a+0,055X1X2a Keterangan :
Y = Minat Siswa Berwirausaha X1 = Jiwa Kewirausahaan
X2 = Uncertainty Avoidance
X1X2 = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Uncertainty Avoidance
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel minat siswa berwirausaha sebesar 0,323, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dengan variabel moderating uncertainty avoidance adalah sebesar 0,407, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat
98
siswa berwirausaha terkategorikan sedang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi uncertainty avoidance dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan
uncertainty avoidance terhadap minat siswa berwirausaha adalah sebesar 0,055. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajad hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan uncertainty avoidance
terhadap minat siswa berwirausaha menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,003<α=0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh uncertainty avoidance pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah signifikan. Artinya ada pengaruh
uncertainty avoidance pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
e. Kultur Keluarga
1) Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
H1 : Ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
2) Penarikan kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebaga i berikut (lampiran 7 hal 164):
Y = 123,918-0,773X1-1,570X2a+0,018X1X2a Keterangan :
Y = Minat Siswa Berwirausaha X1 = Jiwa Kewirausahaan X2 = Kultur Keluarga
X1X2 = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Kultur Keluarga
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel minat siswa berwirausaha sebesar 0,323, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dengan variabel moderating kultur keluarga adalah sebesar 0,469, maka dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa
100
berwirausaha terkategorikan sedang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi kultur keluarga dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel kultur keluarga terhadap minat siswa berwirausaha adalah sebesar 0,018. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajad hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan kultur keluarga terhadap minat siswa berwirausaha menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ= 0,001<α=0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga pada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari keluarga dengan kultur semakin kondusif maka menentukan derajad pengaruh jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.