• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh status sosial ekonomi orang tua, kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha : studi kasus pada siswa-siswi SMK kelas III jurusan penjualan di Kabupaten Bantul - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh status sosial ekonomi orang tua, kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha : studi kasus pada siswa-siswi SMK kelas III jurusan penjualan di Kabupaten Bantul - USD Repository"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, KULTUR KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT SISWA BERWIRAUSAHA

Studi Kasus Pada Siswa-Siswi SMK Kelas III Jurusan Penjualan Di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: Tarcitia Tri mulyani

021334099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, KULTUR KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT SISWA BERWIRAUSAHA

Studi Kasus Pada Siswa-Siswi SMK Kelas III Jurusan Penjualan Di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: Tarcitia Tri mulyani

021334099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

H ALAM AN M OT T O

Tuhan menj adikan segala sesuatu indah pada

waktunya………. karena untuk segala hal

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus

2. Bapak Agustinus Kasmanto (alm) dan Ibunda Anatasia Sarjiem yang menjaga dan mencintaiku

(7)
(8)

vii

ABSTRAK

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, KULTUR KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT SISWA BERWIRAUSAHA

Studi Kasus Pada Siswa-Siswi SMK Kelas III Jurusan Penjualan di Kabupaten Bantul Tarcitia Tri Mulyani

Universitas Sanata Dharma 2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha; (2) ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha; (3) ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha; (4) ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha

Penelitian ini dilaksanakan di SMK (eks SMEA) jurusan penjualan di Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan November 2006 s.d Februari 2007. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Jumlah populasi penelitian ini sebesar 1748 siswa. Jumlah sampel penelitian adalah 199 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

purposive sampling. Teknik analisa data dengan menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

(9)

viii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SOCIAL AND ECONOMICAL STATUS OF PARENTS, AND FAMILY’S CULTURE TOWARD RELATIONSHIP BETWEEN ENTREPRENEURSHIP SPIRIT AND STUDENT’S INTEREST

FOR BEING ENTREPRENEUR

A Case Study on Students of The Third Class of Marketing Departement of Vocational Senior High Shcools in Bantul Regency

Tarcitia Tri Mulyani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The aims of the research are to know whether: (1) the level of parents’ education; (2) the income level of the parents; (3) kinds of parents’ occupation; (4) family’s culture influence the spirit of entrepreneurship and the interest of the students for being entrepreneurs.

This research was carried out at Vocational Senior High Schools (used to be Economical Senior High Schools)), department of marketing in Bantul Regency from november to February 2007. The techniques of gathering the data were questionnaire and documentation. Populations of this research 1748 students. Samples of this research were 199 students. The technigue of samples drawing was purposive sampling technique. The technique of analyzing the data was regression developed by chow.

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

KATA PENGANTAR... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan Masalah... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

(11)

x

1. Pengertian Kewirausahaan... 8

2. Pengertian Jiwa Kewirausahaan... 11

B. Minat Berwirausaha ... 14

C. Status Sosial Ekonomi Orang Tua... 16

D. Kultur Keluarga ... 24

1. Pengertian Kultur Keluarga ... 24

2. Dimensi Kultur Keluarga ... 25

E. Kerangka Berpikir ... 28

F. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 34

C. Subjek dan Objek Penelitian... 34

D. Populasi dan Sampel ... 35

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 36

F. Teknik Pengumpulan Data... 41

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 42

1. Pengujian Validitas ... 42

2. Pengujian Reliabilitas... 45

H. Teknik Analisis Data ... 48

1. Deskripsi Data ... 48

(12)

xi

3. Pengujian Hipotesis ... 49

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Deskripsi Data ... 64

1. Deskripsi Responden... 64

2. Deskripsi Variabel Penelitian... 65

B. Analisis Data... 77

1. Uji Normalitas... 77

2. Uji Linieritas ... 78

C. Pengujian Hipotesis ... 79

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 101

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 114

A. Kesimpulan... 114

B. Keterbatasan ... 116

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasional Jiwa Kewirausahaan ... 36

Tabel 3.2 Operasional Minat Siswa Berwirausaha ... 37

Tabel 3.3 Operasional Kultur Keluarga ... 40

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan... 43

Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Minat Siswa Berwirausaha .. 44

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Keluarga ... 45

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Reliabilitas Penelitian... 47

Tabel 4.1 Deskripsi Jenis Kelamin Responden... 64

Tabel 4.2 Deskripsi Jiwa Kewirausahaan ... 65

Tabel 4.3 Deskripsi Minat Siswa Berwirausaha ... 66

Tabel 4.4 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ayah ... 68

Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ibu... 68

Tabel 4.6 Deskripsi Tingkat Pendapatan Ayah... 69

Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Pendapatan Ibu... 70

Tabel 4.8 Deskripsi Jenis Pekerjaan Ayah... 71

Tabel 4.9 Deskripsi Jenis Pekerjaan Ibu ... 71

Tabel 4.10 Deskripsi Kultur Keluarga pada Dimensi Power Distance... 72

Tabel 4.11 Deskripsi Kultur Keluarga pada Dimensi Collectivsm vs Individualism... 74

(14)

xiii

Tabel 4.13 Deskripsi Kultur Keluarga pada Dimensi

(15)

xiv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan karya tulis ilmiah sebagai tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Proses penulisan ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari banyak pihak. Oleh karenanya pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terimakasih dengan tulus kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi dan dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Ag. Heri Nugroho, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi ini. 5. Ibu Cornelio Purwantini, SPd., M.SA. selaku tim penguji.

6. Bapak Ig. Bondan Suratno, SPd., M.Si. selaku tim penguj i.

(16)

xv

Akuntansi, yang telah memberikan bantuan penulis selama penulis duduk di bangku kuliah.

8. Para Siswa-siswi SMK jurusan penjualan di Kabupaten Bantul yang telah berkenan meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner sehingga penulis memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak Agustinus Kasmanto (alm) dan Ibunda Anatasia Sarjiem, yang selalu memberikan doa restu, kasih sayang, dukungan, perhatian yang melimpah serta memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

10. Kakakku Bernadeta Mulyanti dan Tarcitius Mulyadi yang mendoakan dan memberikan dukungan.

11. Teman-teman seperjuangan PAK’02 yang terkasih terutama Uchie, Ivone, Cat, Tiara, Chandra dan lain- lain.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. L:atar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila (Uyoh Sadulloh, 2003:60). Sejalan dengan tujuan tersebut, SMK merupakan subsistem dari sistem pendidikan nasional yang mempunyai tujuan utama unt uk menyiapkan lulusannya memasuki dunia kerja. Dengan demikian, lulusan SMK harus mempunyai kemampuan profesional kejuruan, termasuk kemampuan berwirausaha. Persyaratan utama untuk menjadi seorang wirausaha yang berhasil adalah lulusan SMK harus mempunyai minat untuk berwirausaha. Minat berwirausaha lahir dari motif berprestasi yaitu motif untuk mencapai hasil yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.

(18)

2

mempunyai minat yang rendah dalam berwirausaha, maka siswa tidak memperoleh kegembiraan pada kegiatan tersebut. Ia hanya berusaha menjalankan berwirausaha seperlunya saja. Akibatnya prestasi jauh lebih rendah dari kemampuan mereka.

Jiwa kewirausahaan adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi penggerak dan penga tur atas kemampuan diri sendiri, dalam setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil, selalu berani menghadapi dan mengambil resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan dalam setiap aktivitas, dalam setiap us aha selalu bersifat orisinil dan memiliki pandangan jauh ke depan. Jika jiwa kewirausahaan seorang siswa tinggi, maka diduga kuat minat siswa untuk berwirausaha juga akan tinggi. Sebaliknya jika jiwa kewirausahaan rendah, maka minat siswa untuk berwirausaha juga rendah.

Derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian ini me mfokuskan pada faktor status sosial ekonomi orang tua dan kultur keluarga. Status sosial ekonomi orang tua mencakup tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, dan jenis pekerjan orang tua. Sedangkan, kultur keluarga mencakup dimensi power distance, collectivism vs individualism, masculinity vs femininity, dan uncertainty advoidance.

(19)
(20)

4

memiliki pekerjaan bukan wirausaha, maka siswa tidak memiliki pengalaman belajar berwirausaha.

(21)

bermensi feminin lebih menekankan pada hubungan personal. Pada keluarga dengan dimensi penghindaran akan ketidakpastian yang kuat, maka derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha diduga akan lebih rendah dibandingkan pada keluarga dengan dimensi penghindaran akan ketidakpastian lemah. Hal ini disebabkan anak merasa terancam dengan ketidakpastian sehingga berusaha untuk mengurangi resiko. Sebaliknya pada dimensi penghindaran ketidakpastian yang lemah, anak lebih berani untuk menghadapi resiko sehingga akan lebih menumbuhkan jiwa dan minat berwirausaha.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti ingin menyelidiki bagaimana pengaruh status sosial ekonomi orang tua dan kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Selanjutnya penelitian ini akan mengambil judul “PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, KULTUR KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT SISWA BERWIRAUSAHA” dan merupakan survai pada siswa-siswi SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Bantul.

B. Batasan Masalah

(22)

6

dari tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, jenis pekerjaan orang tua dan kultur keluarga.

C. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha?

2. Apakah ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha?

3. Apakah ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha?

4. Apakah ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah:

(23)

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha 4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kultur keluarga terhadap

hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi SMK sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan minat siswa berwirausaha kalangan siswa SMK dengan mengaitkan pendidikan kewirausahaan.

(24)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jiwa Kewirausahaan

1. Pengertian kewirausahaan

Kewirausahaan berasal dari istilah entrepreneurship, sedangkan wirausaha berasal dari kata entrepeneur. Kata entrepreneur, secara tertulis digunakan pertama kali oleh Savary pada tahun 1973 dalam bukunya “Kamus Dagang”. Entepreneur adalah orang yang membeli barang dengan harga pasti, meskipun belum mengetahui berapa harga barang (atau guna ekonomi) itu akan dijual.

Arti kata kewirausahaan menurut Suparman Sumahamijaya (1979: 117) adalah :

Wira = Utama, gagah, luhur, berani, teladan. Swa = sendiri

Sta = berdiri

Swasta = berdiri di atas kaki sendiri = Berdiri di atas kemampuan sendiri

(25)

a. Kewirausahaan adalah mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha meningkatkan hasil karyanya dalam arti meningkatkan penghasilan. b. Kewirausahaan adalah suatu proses seseorang guna mengejar

peluang-peluang memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui inovasi, tanpa memperhatikan sumber daya yang mereka kendalikan (Robin,1996) c. Kewirausahaan adalah proses dinamis untuk menciptakan tambahan

kemakmuran.

d. Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal jasa kepuasan, dan kebebasan pribadi.

e. Dalam lampiran instruksi presiden nomor 4 tahun 1995, tentang gerakan nasional memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan (GNMMK), Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan keuntungan yang lebih besar.

Sedangkan yang dimaksud dengan wirausaha adalah sebagai berikut: a. Wirausaha adalah mereka yang berhasil mendapatkan perbaikan

pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsanya.

(26)

10

c. Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. d. Wirausaha adalah orang yang berani memaksa diri untuk menjadi

pelayan bagi orang lain (Gede Prama,SWP,09/X1/1996).

e. Pandangan menurut seorang businessman, wirausaha adalah ancaman, pesaing baru, atau juga bisa seorang partner, pemasok konsumen, atau seorang yang bisa diajak kerjasama.

f. Pandangan menurut seorang pemodal, wirausaha adalah seseorang yang menciptakan kesejahteraan buat orang lain yang menemukan cara-cara baru untuk menggunakan resources, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja yang disenangi oleh masyarakat.

g. Pandangan menurut seorang ekonom, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengorganisir faktor- faktor produksi alam, tenaga, modal, dan skill untuk tujuan berproduksi.

h. Pandangan menurut seorang psikologis wirausaha adalah seseorang yang memiliki dorongan kekuatan dari dalam untuk memperoleh suatu tujuan, suka mengadakan eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya diluar kekuasaan orang lain.

(27)

dibutuhkan guna mengambil keputusan dan tindakan yang tepat guna dalam memastikan kesuksesan. Sedangkan kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dalam meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan keuntungan yang lebih besar.

Yang digolongkan sebagai seorang wirausaha adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempuyai kenalurian untuk melihat benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar mempunyai semangat, kemampuan, dan pikiran untuk menakhlukan cara berpikir lamban dan malas.

2. Pengertian Jiwa Kewirausahaan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminto, 1976:421), pengertian jiwa adalah seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan dan sebagainya). Menurut pendapat Amir Hamzah Nasution (1950:10), jiwa adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian laku, pikiran, perasaan dan kemauan seseorang dan yang memberi corak kepadanya.

(28)

12

Ciri-ciri

a. Percaya diri

b. Berorientasi pada tugas dan hasil

c. Penga mbilan resiko

d. Kepemimpinan

e. Orisinalitas

f. Berorientasi masa depan

Watak :

Kepercayaan, tidak tergantung pada orang lain, punya individualitas, optimis.

Kebutuhan akan berprestasi, berorientasi laba, tekun dan tabah, tekad kerja keras, dorongan tinggi, energik, berinisiatif.

Kemampuan mengambil resiko, suka pada tantangan.

Perilaku kepemimpin dan dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik. Inovatif dan kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa, mengetahui banyak hal.

Pandangan ke depan, perspektif-kreatif.

Ciri-ciri dan watak seorang wirausaha akan terlihat dan berkembang melalui ilmu pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Dalam penelitian ini, ciri-ciri wirausaha di atas dijadikan indikator dalam penyusunan instrumen karena dalam ciri-ciri tersebut telah mencakup beberapa ciri yang dikemukakan oleh para ahli. Ciri-ciri di atas meliputi watak yang seyogyanya dimiliki dan dikembangkan oleh seorang yang ingin menjadi wirausaha. Semakin banyak seseorang memiliki atau menunjukkan watak tersebut, maka semakin kuat jiwa kewirausahaan orang tersebut.

Suparman Sumahamijaya (1979:142) mengemukakan pendapat mengenai jiwa wirausaha sebagai berikut :

(29)

b. Percaya pada diri sendiri

c. Tahu menimbang antara ketidaktergantungan dan ketergantungan. d. Berinisiatif tapi berdisiplin diri.

e. Rasa tanggung jawab yang tebal atas tugasnya dalam kehidupan. f. Bertekad untuk berusaha mengutamakan memajukan lingkungan. g. Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

h. Bertekad menyebarkan segala apa yang baik bagi kepentingan umum. i. Rasa keadilan yang sejauh mungkin seimbang.

j. Tahu apa maunya, tahu apa yang dicita-citakan dalam hidup ini. Sementara menurut Dusselman (dalam Suryana 1989:16), seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:

a. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide baru.

b. Keberanian untuk menghadapi risiko yaitu usaha untuk menimbang dan menerima dalam pengambilan keputusan dan dalam menghadapi ketidakpastian.

c. Pengakuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi- fungsi manajemen meliputi :

1) Usaha perencanaan.

2) Usaha untuk mengkoordinir

3) Usaha untuk menjaga kelancaran usaha

(30)

14

5) Kepemimpinan yaitu usaha memotivasi melaksanakan, dan mengarahkan tujuan usaha.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian jiwa kewirausahaan adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi penggerak dan pengatur adanya kepercayaan atas kemampuan diri sendiri, dalam setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil, selalu berani menghadapi dan mengambil resiko, mempunyai jiwa kepemimipinan dalam setiap aktivitas, dalam setiap usaha selalu bersifat orisinalitas dan memiliki pandangan jauh ke depan.

B. Minat Berwirausaha

(31)

pilihan tartentu. Menurut W.S.Winkel (1983:27-28), faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah:

1. Minat secara intrinsik

Minat secara intrinsik merupakan dorongan yang secara mutlak timbul dari dalam individu itu sendiri tanpa pengaruh dari luar.

2. Minat secara ekstrinsik

Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang berdasarkan suatu dorongan atau pengaruh dari luar individu.

Bila minat terhadap sesuatu telah tumbuh dan bahkan berkembang cukup besar, dengan sendirinya perhatian spontan akan muncul. Minat melahirkan perhatian wajar yang tidak dipaksakan dengan tenaga kemauan, dan perhatian yang serta merta itu akan memudahkan terciptanya dan menjadi benteng pelindung melawan gangguan- gangguan perhatian apapun dari luar. Menurut William Amstrong (The Liang Gie,1995:133), ada 10 cara untuk memperoleh minat sebagai berikut:

1. Hendaknya berusaha menetapkan apa yang ingin diperbuat dan kemana akan menuju.

2. Tetapkan suatu alasan bagi pekerjaan yang dilakukan dan dengan demikian membersihkan dari unsur pekerjaan yang membosankan.

3. Hendaknya menentukan tujuan hidupnya: ingin menjadi apa?

4. Lakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk menangkap keyakinan dan pengapdian diri pada suatu yang bersangkutan.

5. Hendaknya membangun sikap yang positif, yaitu mencari minat-minat yang baik ketimbang alasan-alasan penghindar yang buruk.

6. Hendaknya menerapkan keaslian dan kecerdasannya dalam mata pelajaran sebagaimana dilakukan pada kegemarannya.

7. Berlakulah jujur terhadap diri sendiri. 8. Praktekkan kebijakan-kebijakan dari minat.

9. Hendaknya menggunakan nalurinya menghimpun untuk mengumpulkan keterangan.

(32)

16

Minat berkembang karena keterlibatan dalam aktivitas yang memberi daya tarik kuat. Minat adalah perasaan suka yang dihubungkan dengan suatu obyek di luar individu. Perasaan senang tersebut dapat mendorong individu untuk berbuat sesuatu obyek seperti memberi perhatian, mempelajari atau ikut dengan obyek tersebut. Minat merupakan salah satu faktor yang mene ntukan pilihan pekerjaan seseorang. Selain itu minat juga penting untuk keberhasilan yang menentukan pilihan pekerjaan seseorang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat berwirausaha adalah gejala psikis dimana seseorang memperhatikan pada sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, mempunyai perasaan senang, kemampuan dan pendirian yang kuat sehingga timbul keinginan untuk terlibat dalam wirausaha. Seseorang siswa berminat untuk berwirausaha karena siswa mempunyai pengalaman yang menyenangkan dengan hal- hal tersebut dan ingin terus terlibat.

C. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

(33)

di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Menurut Hartomo dan Arnicun Azis (1990:195) status merupakan kedudukan seseorang (individu) dalam suatu pergaulan hidupnya. Menurut Soedarno dkk (1988:107) status adalah tempat seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat, yang memberi hak- hak serta kewajiban-kewajiban tertentu kepada individu yang menempati kedudukan tersebut. Sedangkan menurut WS Winkel (1983:164) status adalah kebutuhan akan kedudukan atau posisi tertentu dalam masyarakat sesuai peranan atau tugas seseorang dalam masyarakat.

Menurut Soerdjono Soekanto (1982:234), masyarakat pada umumnya mempertimbangkan dua macam status yaitu :

1. Ascribed - status

Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.

Ascribed status dapat dijumpai pada masyarakat dengan sistem lapisan tertutup maupun sistem lapisan terbuka.

2. Achieved - status

Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuannya masing- masing mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.

(34)

18

suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi. Kepada seseorang yang berjasa yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Akan tetapi kadang-kadang kedudukan tersebut diberikan, karena seseorang telah lama menduduki suatu kepangkatan tertentu.

Menurut Hartomo dan Arnicun Azis (1990:195) Status seseorang individu dalam masyarakat dapat dilihat dari dua aspek, yakni:

1. Aspek statis

Yaitu kedudukan dan derajat seseorang dalam suatu kelompok yang dapat dibedakan dengan derajat atau kedudukan individu lainya.

2. Aspek dinamis

Yaitu berhubungan erat dengan peranan sosial tertentu yang berhubungan dengan pengertian jabatan, fungsi, dan tingkah laku yang formal serta jasa yang diharapkan dari fungsi dan jabatan tersebut.

(35)

Status sosial ekonomi keluarga menurut Mahmud (1989:89) mencakup banyak faktor, seperti tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, dan tingkat pendapatan orang tua serta fasilitas khusus dan barang-barang berharga yang ada dirumah seperti radio, televisi, mesin cuci dan sebagainya. Dalam penelitian ini secara lebih spesifik peneliti hanya akan membatasi tiga unsur yaitu :

1. Tingkat pendidikan orang tua a. pengertian pendidikan

(36)

20

b. Jenis Pendidikan

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Untuk itulah terdapat bermacam- macam bentuk pendidikan dengan sifat yang berbeda pula. Dalam reader Wens Tanlain (2004:31-32) pendidikan dapat diklasifikasikan dalam : 1) Pendidikan formal

Karakteristik pendidikan formal adalah:

a) Peristiwa pendidikan direncanakan dan diatur secara khusus dan berjenjang.

b) Ada persyaratan yang cukup ketat mengenai waktu pendidikan, isi pendidikan.

c) Penggunakan metode formal dan ada penilaian formal terhadap hasil.

2) Pendidikan informal

Karakteristik pendidikan informal adalah:

a) Peristiwa pendidikan tidak direncanakan dan diatur secara khusus.

b) Peristiwa pendidikan terpadu seiring dengan kehidupan sehari-hari.

c) Tidak menentukan waktu khusus untuk itu.

(37)

3) Pendidikan non- formal

Karakteristik pendidikan non formal:

a) Peristiwa pendidikan direncanakan dan diatur secara khusus dan berjenjang.

b) Ada persyaratan yang cukup lunak mengenai waktu dan peserta.

c) Jangka waktu pendek dan isi pendidikan bersifat praktis untuk meningkatkan ketrampilan kerja dengan tujuan meningkatkan usaha dan taraf hidup.

d) Menggunakan metode formal untuk menilai hasil.

(38)

22

c. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Menurut Philip H. Coombs (dalam Muri Yusuf 1983:62) yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkat dalam periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai universitas dan tercakup disamping studi akademis umum, juga berbagai program khusus dan lembaga untuk teknis dan profe sional.

Tingkat pendidikan formal yang telah dicapai akan membawa pengaruh yang luas pada kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan, tetapi juga berpengaruh pada jenjang pekerjaan, penghasilan, kekayaan, dan status sosial dalam masyarakat.

Dari pendapat di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orang tua dilembaga pendidikan forma l

2. Tingkat pendapatan orang tua

Yang dinilai dengan pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa sumbangan seseorang terhadap proses produksi (T. Gilarso,1991:63). Pendapatan dapat berupa :

(39)

Bentuk dari pendapatan dapat dibedakan menjadi 3 : a. Pendapatan berupa uang.

Adalah segala pendapatan berupa uang yang sifatnya reguler yang biasanya diterima sebagai balas jasa.

b. Pendapatan berupa barang.

Adalah segala pendapatan yang sifatnya reguler akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa, tetapi dapat diterima dalam bentuk barang dan jasa.

c. Pendapatan lain- lain

Adalah segala penerimaan bersifat transfer redistributif dan biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan yang dimaksud pendapatan orang tua adalah keseluruhan penerimaan orang tua dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan pendapatan lain yang diterima setiap bulan dalam bentuk uang.

3. Jenis Pekerjaan Orang Tua

(40)

24

penghasilan. Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan orang tua adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan orang tua untuk memperoleh penghasilan.

Pekerjaan dibedakan menjadi 2 jenis : a. Pekerjaan pokok

Adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai sumber utama dari penghasilannya, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Sifat pekerjaan ini adalah tetap. Apabila penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak atau belum mencukupi untuk keperluan hidupnya, maka perlu diusahakan adanya penghasilan lain di luar penghasilan pokok.

b. Pekerjaan sampingan atau tambahan

Adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan sambilan untuk melengkapi pekerjaan pokok.

Untuk penelitian ini pekerjaan dibedakan menjadi 2 macam : 1) Pekerjaan wirausaha.

2) Pekerjaan bukan wirausaha.

D. Kultur Keluarga

1. Pengertian Kultur Keluarga

(41)

anggota masyarakat ya ng merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan dan lain- lain kepandaian. Sedangkan Hendropuspito (1989:150) menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan pola kelakuan lahir dan batin yang memungkinkan hubungan sosial diantara anggota-anggota suatu masyarakat.

Secara alami kebiasaan yang dilakukan orang tua, famili, dan anggota keluarga akan diserap kedalam jiwa anak dan mempengaruhi sikap anak terhadap suatu kegiatan termasuk kegiatan wirausaha. Apabila anggota keluarga banyak yang berprofesi sebagai wirausaha sekaligus akan memberikan dorongan, kesempatan dan akan membentuk persepsi dan sikap untuk berprofesi sebagai wirausaha.

Menurut W.A. Gerungan (1988:180), keluarga adalah kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kultur keluarga adalah keseluruhan pola kelakuan lahir dan batin yang memungkinkan hubungan-hubungan sosial diantara anggota-anggota suatu keluarga.

2. Dimensi Kultur keluarga

(42)

26

dapat diklasifikasikan ke dalam 6 (enam) tingkatan atau lapisan (layers)

yaitu : (1) a national level, (2) a regional level etc, (3) a gender level, (4) a generation level, (5) a social class level, dan (6) an organization or coporate level (Hofstede, 1994: 10). Pada tingkat nasional, kultur dapat dikenali berdasarkan dimensi yang mencakup : power distance (from small to large), collectivism versus individualism, femininity versus masculinity,

dan uncertainty avoidance (from weak to strong).

(43)

Elemen-elemen masyarakat sebagaimana diklasifikasikan Hofstede (1994:28) mencakup : keluarga, sekolah dan komunitas (organisasi) tempat seseorang melaksanakan aktivitasnya. Pada tingkat keluarga, dimensi

(44)

28

E. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

Tingkat pend idikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orang tua di lembaga pendidikan formal. Tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Orang tua yang tingkat pendidikannya tinggi akan mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya. Hal ini membuat kesempatan anak untuk berwirausaha menjadi lebih tinggi, karena orang tua akan cenderung mendorong anak lebih berprestasi dalam banyak hal. Dampaknya dalam diri anak akan tumbuh jiwa dan minat berwirausaha. Pada orang tua yang berpendidikan rendah, mereka cenderung menganggap pendidikan sebagai tujuan yang kurang bernilai. Karenanya, orang tua akan mendidik anaknya seadanya dan kurang kreatif dalam menghadapi lingkungan kerja. Hal ini akan mempengaruhi pola pikir anak sehingga kemungkinan besar anak akan berpikir seperti orang tuanya. Kondisi demikian tentu kurang menumbuhan jiwa dan minat siswa untuk berwirausaha.

(45)

2. Pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

Tingkat pendapatan orang tua adalah keseluruhan penerimaan orang tua dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan pekerjaan lain yang diterima setiap bulan dalam bentuk uang. Tingkat pendapatan orang tua akan sangat berpengaruh terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

Orang tua yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi maka lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya itu lebih memadai. Anak dengan demikian mendapatkan kesempatan yang luas untuk mengembangkan bermacam- macam kecakapan termasuk kecakapan dalam berwirausaha. Sementara orang tua yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah akan mengakibatkan keluarga hidup dalam tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidup yang kurang memadai. Anak mengalami keterbatasan alat yang dapat menghambat perkembangan termasuk perkembangan dalam berwirausaha, karena keluarga disulitkan dengan kebutuhan-kebutuhan primer kehidupan keluarga. Hal ini tentu saja berdampak pada jiwa dan minat siswa untuk berwirausaha.

(46)

30

pendapatan orangtua maka derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha maka semakin rendah.

3. Pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

Jenis pekerjaan orang tua adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan orang tua untuk memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan orang tua sangat berpengaruh terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Dalam penelitian ini jenis pekerjaan orang tua digolongkan menjadi dua yaitu pekerjaan wirausaha dan pekerjaan bukan wirausaha. Orang tua yang pekerjaannya wirausaha akan membuat anak banyak belajar dari pekerjaan orang tuanya. Pengalaman belajar siswa tentu saja akan menumbuhkan jiwa dan minatnya untuk berwirausaha. Sementara anak yang pekerjaan orang tuanya bukan wirausaha, anak tidak akan memiliki pengalaman belajar berwirausaha. Hal tersebut tentu saja berdampak pada jiwa dan minatnya berwirausaha.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pada jenis pekerjaan orang tua berwirausaha diduga derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha akan lebih tinggi dibanding pada pada siswa dimana pekerjaan orang tua bukan wirausaha. 4. Pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan

dengan minat siswa berwirausaha.

(47)

kewirausahaan dan minat siswa berwirausaha. Pada tingkat keluarga, kultur dapat diidentifikasi dalam empat dimensi yaitu: power distance, collectivism versus individualism, femininity versus masculinity, dan

uncertainty avoidance.

Dimensi power distance (jarak kekuasaan) menunjukkan tingkatan atau sejauh mana tiap budaya mempertahankan perbedaan-perbedaan status kekuasaan diantara anggota-anggotanya. Keluarga dengan dimensi jarak kekuasaan yang kecil, maka diduga derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha lebih tinggi dibandingkan pada siswa yang berasal dari jarak kekuasaan besar. Hal ini disebabkan pada keluarga dengan jarak kekuasaan besar akan cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau kebiasaan-kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan. Sementara masyarakat yang memiliki orientasi budaya jarak kekuasaan kecil akan berusaha untuk meminimalkan perbedaan-perbedaan status atau mengutamakan kesejajaran (equality).

Dimensi individualism (individualisme) menunjukkan suatu kelompok (keluarga) dimana pertalian individu cenderung menghilang. Keluarga dengan dimensi individualisme membuat anak lebih menyukai tantangan, kerja keras dan insiatif. Sementara dimensi colectivism

(48)

32

lebih menekankan kewajiban daripada hak- haknya, sehingga anak diharapkan mengorbankan kepentingan dan tujuan pribadinya untuk berwirausaha demi kelompok. Jadi semakin individualis, maka diduga semakin tinggi derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Sedangkan semakin kolektif, maka semakin rendah derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

Dimensi masculinity (maskulinitas) menunjukkan tingkatan atau sejauh mana suatu masyarakat berpegang teguh pada peran gender atau nilai- nilai seksual yang tradisional yang didasarkan pada perbedaan biologis. Pada dimensi ini anak lebih menekankan pada profesi, kemajuan dan tantangan. Sementara dimensi femininity (feminitas) menunjukkan masyarakat dimana peran sosial gender terdapat tumpang tindih (overlap). Pada dimensi ini anak lebih menekankan pada hubungan personal dalam keluarga. Jadi semakin maskulin, maka diduga semakin tinggi derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat berwirausaha. Sedangkan semakin feminin, maka semakin rendah derajad hubungan antara jiwa dengan minat siswa berwirausaha.

(49)

uncertainty avoidance yang lemah anak lebih berani menghadapi resiko. Jadi semakin lemah dimensi budaya uncertainty avoidance, maka diduga derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha rendah, sebaliknya semakin kuat dimensi budaya uncertainty avoidance maka semakin tinggi derajad hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

F. HIPOTESIS

Berdasarkan permasalahan dan kerangka teoretik yang disajikan dalam penelitian ini, maka perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1. Ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

2. Ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

3. Ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

(50)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang dilaksanakan pada suatu objek tertentu, sehingga hasil penelitian hanya berlaku bagi objek yang diteliti dan tidak berlaku pada objek lainnya.

B Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Bantul, SMK Binawiyata Srandakan, SMK Budhi Dharma Piyungan, SMK Muhammadiyah 2 Bantul dan SMK Putra Tama Bantul.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan November 2006 s.d. Februari 2007.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

(51)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Objek penelitian ini adalah jiwa kewirausahaan, minat siswa berwirausaha, tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, dan kultur keluarga.

D. Populasi dan Sampel

1. Subjek Penelitian

Populasi penelitian adalah sekumpulan objek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:108). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa-siswi SMK yang ada jurusan penjualan sekabupaten Bantul yang meliputi SMK Negeri 1 Bantul, SMK Binawiyata Srandakan, SMK Budhi Dharma Piyungan, SMK Muhammadiyah 2 Bantul dan SMK Putra Tama Bantul. Jumlah populasi penelitian ini adalah 1748 siswa.

2. Sampel

(52)

36

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang diambil dengan menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu anggota populasi yang diambil sudah ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian dan mengabaikan peluang anggota lain dari anggota populasi yang tidak dipilih (Suharsimi Arikunto, 2002:117). Sampel yang diambil adalah seluruh siswa-siswi kelas 3 jurusan penjualan karena kelas 3 jurusan penjualan sudah dibekali mata pelajaran kewirausahaan dengan kompetensi mengelola usaha kecil.

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran

1. Jiwa Kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi penggerak dan pengatur adanya kepercayaan atas kemampuan diri sendiri, dalam setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil, selalu berani menghadapi dan mengambil resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan dalam setiap aktivitas, dalam melakukan usaha selalu bersifat orisinalitas dan memiliki pandangan jauh ke depan. Berikut ini disajikan tabel operasional jiwa kewirausahaan.

Tabel 3.1

Operasional Jiwa Kewirausahaan

Dimensi Indikator Pertanyaan

positif no.

Pertanyaan negatif no.

Percaya diri 4,9,11,29, 33 6

Berorientasi pada tugas dan hasil 1,5,7,8,10,12,18,24

Pengambilan resiko 2,13,17,23,30 26

Kepemimpinan 14,16,19, 25,28, 31

Orisinalitas 3,15,22, 32,34

Jiwa

kewirausahaan

(53)

Adapun pengukuran dilakukan berdasarkan empat skala pendapat dan dilakukan dengan cara penentuan sebagai berikut:

Skor untuk pernyataan

No. Keterangan

Positif Negatif

1. Sangat setuju 4 1

2. Setuju 3 2

3. Tidak setuju 2 3

4. Sangat tidak setuju 1 4

2. Minat Siswa Berwirausaha

Minat berwirausaha adalah gejala psikis dimana seseorang untuk memperhatikan pada sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, mempunyai perasaan senang, kemampuan dan pendirian yang kuat sehingga timbul keinginan untuk terlibat dalam wirausaha. Penelitian ini menggolongkan minat siswa berwirausaha dalam delapan indikator yaitu perhatian, perasaan senang, keinginan terlibat, harapan untuk memperoleh manfaat, pendirian, kemampuan, konsentrasi, dan rasa ingin tahu. Berikut ini disajikan tabel operasional minat siswa berwirausaha.

Tabel 3.2

Operasional Minat Siswa Berwirausaha

Dimensi Indikator Pertanyaan

positif no.

Pertanyaan negatif no.

Perhatian 3,5

Perasaan senang 1,2,10

Keinginan terlibat 4,7,8,9,16

Harapan untuk memperoleh manfaat 11

Pendirian 12

kemampuan 13,14 15

konsentrasi 17,19 18

Minat siswa berwirausaha

(54)

38

Adapun pengukuran dilakukan berdasarkan empat skala pendapat dan dilakukan dengan cara penentuan sebagai berikut:

Skor untuk pernyataan

No. Keterangan

Positif Negatif

1. Sangat setuju 4 1

2. Setuju 3 2

3. Tidak setuju 2 3

4. Sangat tidak setuju 1 4

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orang tua di lembaga pendidikan formal. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh orang tua menurut Wens Tanlain dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Pendidikan dasar: tamatan pra sekolah SD, SLTP atau sederajad b. Pendidikan lanjutan: tamatan SLTP atau sederajad

c. Pendidikan menengah: tamatan SMA atau sederajad d. Pendidikan tinggi: tamatan D2, D3, D4, S1, S2, S3 Adapun pedoman untuk membuat skor adalah:

a. Pendidikan rendah diberi skor 1 b. Pendidikan menengah diberi skor 2 c. Pendidikan tinggi diberi skor 3 4. Tingkat Pendapatan

(55)

pendapatan orang tua dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu batas

minimal penerimaan standar di DIY tahun 2006 (www.pusdatinaker@nakertrans.go.id). Dalam penelitian ini, pendapatan

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Pendapatan rendah, yaitu pendapatan = Rp 460.000,00

b. Pendapatan sedang, yaitu pendapatan antara Rp 460.001,00 sampai dengan Rp. 920.000,00

c. Pendapatan tinggi, yaitu pendapatan > Rp. 920.000 Adapun pedoman membuat skor adalah sebagai berikut: 1) Pendapatan rendah diberi skor 1 2) Pendapatan menengah diberi skor 2 3) Pendapatan tinggi diberi skor 3 5. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan orang tua untuk memperoleh penghasilan. Penelitian ini menggolongkan jenis pekerjaan orang tua ke dalam dua indikator, yaitu wirausaha dan bukan wirausaha. Adapun pedoman untuk pemberian skor adalah sebagai berikut:

a. Wirausaha diberi skor 1

b. Bukan wirausaha diberi skor 2 6. Kultur Keluarga

(56)

40

mencakup: (a) aturan dan norma dalam keluarga; (b) kepatuhan atau sopan santun; (c) orang tua mempunyai otoritas tertinggi; (d) ikatan emosional di antara keluarga yang dekat; (e) asas demokratis dalam keluarga; (f) keadilan dalam penggunaan aset keluarga. Dalam dimensi collectivism dan

individualism indikator kultur keluarga mencakup: (a) tanggung jawab; (b) ikatan persaudaraan yang kuat; (c) ramah tama h dengan anggota keluarga; (d) takut berbuat salah dalam keluarga. Dalam dimensi masculinity dan

femininity indikator kultur keluarga mencakup: (a) takut berbuat salah di masyarakat; (b) bapak merupakan pemegang otoritas tertinggi; (c) pilih kasih atau tidak adil; (d) tidak ada pembedaan perlakuan gender dalam karier. Dalam dimensi uncertainty avoidance indikator kultur keluarga mencakup: (a) kedekatan hubungan antara anggota keluarga; (b) kepasrahan terhadap jumlah pendapatan keluarga; (c) rasa senasib sepenanggungan; (d) kepatuhan terhadap aturan dan norma keluarga. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel kultur keluarga.

Tabel 3.3

Operasional Kultur Keluarga

No. Dimensi Indikator Pertanyaan

No 1. Power Distance - Aturan dan norma dalam masyarakat

- Kepatuhan (sopan santun)

- Orang tua mempunyai otoritas tertinggi - Ikatan emosional di antara keluarga yang

dekat

- Asas demokrasi dalam keluarga

- Keadilan dalam penggunaan asset dalam keluarga 1 2 3 4 5 6 2. Collectivism vs

Individualism

- Tanggung jawab

- Ikatan persaudaraan yang kuat

- Ramah tamah dengan anggota keluarga - Takut berbuat salah dalam keluarga

7 8 9

(57)

3. Masculinity vs Femininity

- Takut berbuat salah di masyarakat - Bapak merupakan pemegang otoritas

kekuatan tertinggi - Pilih kasih atau tidak adil

- Tidak ada pembedaan perlakuan gender dalam karier

11 12

13 14

4. Uncertainty Avoidance

- Kedekatan hubungan antara anggota keluarga

- Kepasrahan terhadap jumlah pendapatan keluarga

- Rasa senasib sepenanggungan

- Kepatuhan terhadap aturan dan norma keluarga

15

16 17 18

Pengukuran variabel kultur keluarga didasarkan pada indikator-indikatornya. Masing- masing indikator dibuat dalam bentuk pertanyaan. Adapun pengukuran dilakukan berdasarkan empat skala pendapat dan dilakukan dengan cara penentuan sebagai berikut:

Jawaban sangat setuju diberi skor 4

Jawaban setuju diberi skor 3

Jawaban kurang setuju diberi skor 2 Jawaban tidak setuju diberi skor 1

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam pemilihan digunakan teknik penelitian sebagai berikut:

1. Kuesioner

(58)

42

kewirausahaan, minat kewirausahaan, tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua dan kultur keluarga.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau dokumen serta arsip-arsip yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. Cara ini digunakan untuk memperoleh data lengkap tentang siswa-siswi SMK Putratama Bantul dan SMK Negeri 1 Bantul

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Pengujian Validitas

Suatu alat ukur dikatakan valid apabila suatu alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang akan diukur dengan tepat dan teliti. Jenis validitas yang digunakan analisis butir, untuk menguji validitas setiap butir maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor-skor total. Skor butir dipandang dengan nilai X dan skor total dipandang nilai Y (Suharsimi Arikunto, 1989:141). Kevalidan alat ukur akan diuji dengan menggunakan perhitungan korelasi Product Moment dari Karl Pearson (Suharsimi Arikunto, 1995:69) dengan rumus sebagai berikut:

{

( )

}{

( )

}

) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ = Keterangan:

r

xy = koefisien korelasi N = jumlah responden
(59)

Untuk menentukan apakah instrumen ini valid atau tidak ketentuannya sebagai berikut:

• Jika r hitung = r tabel dengan tingkat signifikansi 95% maka item dikatakan valid.

• Jika r hitung = r tabel dengan tingkat signifikansi 95% maka item dikatakan tidak valid.

Pengujian validitas butir-butir pernyataan kuesioner ini dilakukan sebelum penelitian dan dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Kretek, Kabupaten Bantul Yogyakarta. Pengujian validitas didasarkan pada populasi berukuran N = 30 siswa. Pada populasi sejumlah itu nilai df = N-2 (dk = 30-2 = 28), sehingga didapatkan nilai koefisien r tabel = 0,239. Rangkuman hasil pengujian validitas variabel penelitian ini tampak dalam tabel-tabel berikut ini:

a. Jiwa Kewirausahaan

Hasil pengujian validitas butir-butir pernyataan variabel jiwa kewirausahaan adalah sebagai berikut (lampiran 3 hal 130).

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan

No r hitung r tabel Keterangan

1 0.349 0,239 Valid

2 0,687 0,239 Valid

3 0,606 0,239 Valid

4 0,416 0,239 Valid

5 0,470 0,239 Valid

6 0,331 0,239 Valid

7 0,389 0,239 Valid

8 0,421 0,239 Valid

9 0,372 0,239 Valid

10 0,652 0,239 Valid

11 0,560 0,239 Valid

(60)

44

13 0,335 0,239 Valid

14 0,268 0,239 Valid

15 0,255 0,239 Valid

16 0,486 0,239 Valid

17 0,527 0,239 Valid

18 0,497 0,239 Valid

19 0,451 0,239 Valid

20 0,260 0,239 Valid

21 0,435 0,239 Valid

22 0,342 0,239 Valid

23 0,643 0,239 Valid

24 0,369 0,239 Valid

25 0,559 0,239 Valid

26 0,245 0,239 Valid

27 0,275 0,239 Valid

28 0,476 0,239 Valid

29 0,375 0,239 Valid

30 0,316 0,239 Valid

31 0,343 0,239 Valid

32 0,363 0,239 Valid

33 0,262 0,239 Valid

34 0,549 0,239 Valid

b. Minat Siswa Berwirausaha

Hasil pengujian validitas butir-butir pernyataan variabel minat siswa berwirausaha adalah sebagai berikut (lampiran 3 hal 131).

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas Variabel Minat Siswa berwirausaha

No r hitung r tabel Keterangan

1 0,686 0,239 Valid

2 0,761 0,239 Valid

3 0,612 0,239 Valid

4 0,689 0,239 Valid

5 0,514 0,239 Valid

6 0,488 0,239 Valid

7 0,348 0,239 Valid

8 0,701 0,239 Valid

9 0,703 0,239 Valid

10 0,280 0,239 Valid

11 0,596 0,239 Valid

12 0,383 0,239 Valid

13 0,593 0,239 Valid

14 0,758 0,239 Valid

15 0,255 0,239 Valid

16 0,706 0,239 Valid

(61)

18 0,349 0,239 Valid

19 0,626 0,239 Valid

20 0,378 0,239 Valid

c. Kultur Keluarga

Hasil pengujian validitas butir-butir pernyataan variabel kultur keluarga adalah sebagai berikut (lampiran 3 hal 132).

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Keluarga

No r hitung r tabel Keterangan

1 0,252 0,239 Valid

2 0,529 0,239 Valid

3 0,436 0,239 Valid

4 0,601 0,239 Valid

5 0,437 0,239 Valid

6 0,527 0,239 Valid

7 0,344 0,239 Valid

8 0,349 0,239 Valid

9 0,387 0,239 Valid

10 0,743 0,239 Valid

11 0,641 0,239 Valid

12 0,260 0,239 Valid

13 0,246 0,239 Valid

14 0,529 0,239 Valid

15 0,337 0,239 Valid

16 0,448 0,239 Valid

17 0,240 0,239 Valid

18 0,556 0,239 Valid

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan (Suharsimi Arikunto, 1997:117). Untuk mengukur reliabilitas digunakan teknik koefisien Alpha Cronbach:

(62)

46

Keterangan:

11

r = reliabilatas instrumen

2

b

α

Σ = jumlah varians butir

2

t

α = varians total

k = banyaknya butir pertanyaan

Suatu kuesioner dinyatakan andal (reliabel), jika koefisien alpha (r11) hitung lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi 5%. Sebaliknya suatu kuesioner dinyatakan tidak reliabel jika koefisien alpha (r11) hitung lebih kecil dari r tabel. Berikut ini interpretasi koefisien korelasi nilai r (Sugiyono, 2001:183):

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 - 0,199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat kuat

Hasil- hasil pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alpha (r11) untuk variabel jiwa kewirausahaa (X1) adalah 0,892 (lampiran 3 hal 130). Harga r11 ini selanjutnya dibandingkan dengan harga koefisien rtabel

(63)

2. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alpha (r11) untuk variabel minat siswa berwirausaha (Y) adalah 0,903 (lampiran 3 hal 131). Harga r11 ini selanjutnya dibandingkan dengan harga koefisien rtabel sebesar 0,239. Mengingat nilai koefisien r11 berada pada taraf 0,80–1,00 maka dapat dikatakan bahwa kuesioner untuk variabel minat siswa berwirausaha ini adalah reliabel dengan taraf reliabilitas sangat kuat.

3. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alpha (r11) untuk variabel kultur keluarga (X3) adalah 0,828 (lampiran 3 hal132). Harga r11 ini selanjutnya dibandingkan dengan harga koefisien rtabel sebesar 0,239. mengingat nilai koefisien r11 berada pada taraf 0,80–1,00 maka dapat dikatakan bahwa kuesioner untuk variabel kultur keluarga ini adalah reliabel dengan taraf reliabilitas sangat kuat.

Tabel ringkasan hasil pengujian instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabe l Penelitian

No Variabel Penelitian

Koefisien r11

Koefisien rtabel

Kesimpulan Kriteria

1. Jiwa

Kewirausahaan

0,892 0,239 Reliabel Sangat kuat

2. Minat Siswa Berwirausaha

0,903 0,239 Reliabel Sangat kuat

(64)

48

H. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Data

Analisis ini digunakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan data hasil observasi yang sudah didapat dari penelitian di lapangan yang meliputi jiwa kewirausahaan, minat siswa berwirausaha, tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, jenis pekerjaan orang tua dan kultur keluarga.

2. Uji Normalitas dan Linieritas a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan tes satu sampel Kolmogorov Smirnov, dengan rumus sebagai berikut (Heinz Kohler, 1988:467):

Fe Fo

D=max −

Keterangan: D =Deviasi max

Fo =Distribusi frekuensi yang diobservasi Fe =Distribusi frekuensi kumulatif teoritis

Bila probabilitas (p) yang diperoleh melalui perhitungan > taraf signifikan 5% berarti sebaran data variabel normal. Sedangkan bila probabilitas (p) yang diperoleh melalui perhitungan < taraf signifikan 5% berarti sebaran data variabel tidak normal.

b. Uji Linieritas

(65)

terikat dari data yang diperoleh. Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2002:332):

2 2 e TC S S F = Dimana :

( )

2 2 − = k TC JK S TC

( )

k n E JK Se − = 2 Keterangan :

F = Harga bilangan F untuk garis regresi

TC

S2

= Varians tuna cocok

2

e

S = Varians kekeliruan

JK (TC) = Jumlah kuadrat tuna cocok JK (E) = Jumlah kuadrat kekeliruan

Berdasarkan hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan F tabel dengan taraf signifikansi 5%. Koefisien F hitung diperoleh dari perhitungan SPSS. Jika nilai F hitung > nilai F tabel maka hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat tidak linier dan sebaliknya jika nilai F hitung < nilai F tabel maka hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat linier.

3. Pengujian Hipotesis Penelitian

(66)

50

orang tua, kultur keluarga terhadap hub ungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha digunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) :

a. Pengaruh Tingkat Pend idikan Orang Tua Terhadap Hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dengan Minat Siswa Berwirausaha

1) Tingkat Pendidikan Ayah a) Perumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

H1 : Ada pengaruh tingkat pendidikan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

b) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

1 2 1 3 2 2 1 1 0

1 X X (X X ) u

Y =α +β +β +β +

Keterangan :

1

Y = Variabel minat siswa berwirausaha

0

α = Konstanta

1

X = Variabel jiwa kewirausahaan

2

X = Variabel tingkat pendidikan ayah

2 1X

X = Nilai interaksi antara variabel jiwa

kewirausahaan dengan tingkat pendidikan ayah

3 2 1/β /β

(67)

1

u = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3)lebih rendah dari taraf signifikansi (α)0,05.

2) Tingkat Pendidikan Ibu a) Perumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

H1 : Ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

b) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

1 2 1 3 2 2 1 1 0

1 X X (X X ) u

(68)

52

Keterangan :

1

Y = Variabel minat siswa berwirausaha

0

α = Konstanta

1

X = Variabel jiwa kewirausahaan

2

X = Variabel tingkat pendidikan ibu

2 1X

X = Nilai interaksi antara variabel jiwa

kewirausahaan dengan tingkat pendidikan ibu

3 2 1/β /β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

1

u = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3)lebih rendah dari taraf signifikansi (α)0,05.

b. Pengaruh Tingkat Pendapatan Orang Tua Terhadap Hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dengan Minat Siswa Berwirausaha

1) Tingkat Pendapatan Ayah a) Perumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh tingkat pendapatan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

(69)

b) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

1 2 1 3 2 2 1 1 0

1 X X (X X ) u

Y =α +β +β +β +

Keterangan :

1

Y = Variabel minat siswa berwirausaha

0

α = Konstanta

1

X = Variabel jiwa kewirausahaan

2

X = Variabel tingkat pendapatan ayah

2 1X

X = Nilai interaksi antara variabel jiwa

kewirausahaan dengan tingkat pendapatan ayah

3 2 1/β /β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

1

u = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3)lebih rendah dari taraf signifikansi (α)0,05.

2) Tingkat Pendapatan Ibu a) Perumusan Hipotesis

(70)

54

H1 : Ada pengaruh tingkat pendapatan ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

b) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

1 2 1 3 2 2 1 1 0

1 X X (X X ) u

Y =α +β +β +β +

Keterangan :

1

Y = Variabel minat siswa berwirausaha

0

α = Konstanta

1

X = Variabel jiwa kewirausahaan

2

X = Variabel tingkat pendapatan ibu

2 1X

X = Nilai interaksi antara variabel jiwa

kewirausahaan dengan tingkat pendapatan ibu

3 2 1/β /β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

1

u = Pengganggu regresi

(71)

c. Pengaruh Jenis Pekerjaan Orang Tua Terhadap Hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dengan Minat Siswa Berwirausaha

1) Jenis Pekerjaan Ayah a) Perumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh jenis pekerjaan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

H1 : Ada pengaruh jenis pekerjaan ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

b) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

1 2 1 3 2 2 1 1 0

1 X X (X X ) u

Y =α +β +β +β +

Keterangan :

1

Y = Variabel minat siswa berwirausaha

0

α = Konstanta

1

X = Variabel jiwa kewirausahaan

2

X = Variabel jenis pekerjaan ayah

2 1X

X = Nilai interaksi antara variabel jiwa

kewirausahaan dengan jenis pekerjaan ayah

3 2 1/β /β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

1

u = Pengganggu regresi

(72)

56

pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3)lebih rendah dari taraf signifikansi (α)0,05.

2) Jenis Pekerjaan Ibu a) Perumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh jenis pekerjaan ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

H1 : Ada pengaruh jenis pekerjaan ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

b) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

1 2 1 3 2 2 1 1 0

1 X X (X X ) u

Y =α +β +β +β +

Keterangan :

1

Y = Variabel minat siswa berwirausaha

0

α = Konstanta

1

X = Variabel jiwa kewirausahaan

2

X = Variabel jenis pekerjaan ibu

2 1X

X = Nilai interaksi antara variabel jiwa

(73)

3 2 1/β /β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

1

u = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3)lebih rendah dari taraf signifikansi (α)0,05.

d. Pengaruh Kultur Keluarga Terhadap Hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dengan Minat Siswa Berwirusaha

1) Power Distance

a) Perumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh power distance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

H1 : Ada pengaruh power distance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.

b) Pengujian Hipotesis

(74)

Gambar

Tabel 4.13   Deskripsi Kultur Keluarga pada Dimensi
Tabel 3.1 Operasional Jiwa Kewirausahaan
Tabel 3.2 Operasional Minat Siswa Berwirausaha
Tabel 3.3 Operasional Kultur Keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jns Tinggi Berat Tekanan Denyut Frek Tjm Buta Seru Tjm Sta- Imuni- Sulit Kes Kese-. No Nama Klm Bdn Bdn darah nadi

Dilakukan perencanaan tindakan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam penelitian kali ini, diambil kompetensi dasar mendiskusikan hubungan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kemasan, kewajaran harga dan brand awareness berpengaruh positif signifikan terhadap brand loyalty, artinya kemasan yang

[r]

Alloy Mas Oilfield Services dilakukan untuk setiap jenis koneksi yang dihasilkan.Sehingga biaya-biaya yang diperhitungkan merupakan biaya-biaya yang terjadi pada

Penjelasan yang dapat dikemukakan dari temuan ini adalah pemeriksaan pajak yang berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak di KPP Pratama

tdarg}uya na\ih bedaulal d dialui oleh pmenn1dh Indonesia. kesuhanan r)eli Serdeg di SlmteE Uiam.. 23).. Ml\yaoldl MiMgkabau meniliki sisten ie^endni ddm

Pada perancangan digunakan batasan nilai maksimal nilai ADC ( Analog to Digital Converter ) 348 untuk kondisi normal, maka jika nilai kadar amonia diatas nilai ADC