• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai rata-rata rasio pendanaan pensiun Bank Negara Indonesia dengan Bank Muamalat Indonesia pada periode Tahun 2009-2013 dengan menggunakan uji Independent Sample t-Test. Langkah yang dilakukan untuk pengujian hipotesis yaitu dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Hasil uji Independent Sample t-Test

dengan menggunakan data rata-rata pada perusahaan asuransi dan perbankan dapat dilihat pada Tabel 4.5 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Independent Sample t-Test

Rasio Jenis

Perusahaan N Mean thitung ttabel Sig. (2

tailed) Keterangan Pendanaan Pensiun Bank Negara Indonesia 5 1,070520 7,635 2,306 0,000 Ha diterima Bank Muamalat Indonesia 5 0,510280

Sumber: Pengolahan Data Sekunder (2015)

Berdasarkan hasil Uji Independent Sample t-Test pada Tabel 4.5 terlihat bahwa nilai rata-rata (mean) rasio pendanaan Bank Negara Indonesia pada periode Tahun 2009-2013 adalah sebesar 1,070520 atau sebesar 107,05% sedangkan nilai rata-rata (mean) rasio pendanaan Bank Muamalat Indonesia sebesar 0,510280 atau sebesar 51,03%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata rasio pendanaan

nilai rata-rata pendanaan pensiun Bank Muamalat Indonesia yang mengalami defisit dan lebih kecil. Selanjutnya, nilai thitung pada pengujian dua sisi dengan

alpha (α) = 0,025 (0,05/2) adalah sebesar 2,306 dan nilai thitung sebesar 7,635 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian, diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan nilai rata-rata pendanaan pensiun Bank Negara Indonesia dengan Bank Muamalat Indonesia pada periode Tahun 2009-2013. Hal ini terlihat dari nilai thitung 7,635 > nilai ttabel 2,306 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga berdasarkan kriteria pengujian tersebut Ha diterima dan H0 ditolak. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata rasio pendanaan pensiun Bank Negara Indonesia dengan rata-rata rasio pendanaan pensiun Bank Muamalat Indonesia pada periode Tahun 2009-2013.

Ha diterima

2,306 7,635 (thitung) 2,306

Gambar 4.1 Daerah Pengujian Uji Independent Sample t-Test Rasio Pendanaan Pensiun

4.6 Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan rasio pendanaan pensiun pada Bank Negara Indonesia dan Bank Muamalat Indonesia pada periode Tahun 2009-2013 terlihat bahwa rata-rata rasio pendanaan pensiun Bank Negara Indonesia lebih besar dibandingkan dengan rata-rata rasio pendanaan pensiun Bank Muamalat Indonesia

yang lebih kecil. Pada Tabel 4.6 berikut dapat dilihat rasio pendanaan pensiun Bank Negara Indonesia pada periode Tahun 2009-2013.

Tabel 4.6

Rasio Pendanaan Pensiun Bank Negara Indonesia Tahun 2009-2013

Tahun Aset Dana Pensiun Kewajiban Aktuaria Rasio

Pendanaan 2009 Rp 4.024.648.00 Rp 3.583.234.00 112.32% 2010 Rp 4.228.084.00 Rp 3.806.776.00 111.07% 2011 Rp 4.348.486.00 Rp 4.174.740.00 104.16% 2012 Rp 4.517.555.00 Rp 4.615.379.00 97.88% 2013 Rp 5.021.908.00 Rp 4.572.574.00 109.83%

Sumber: Data Sekunder Laporan Keuangan Bank Negara Indonesia (2009-2013) Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa aset dana pensiun Bank Negara Indonesia pada Tahun 2009 adalah sebesar Rp 4.024.648,00 dengan kewajiban aktuaria sebesar Rp 3.583.234,00 dengan rasio pendanaan sebesar 112,32%. Artinya pada Tahun 2009 rasio pendanaan Bank Negara Indonesia mengalami surplus sebesar 12,32% sehingga berdasarkan Kondisi Rasio Pendanaan menurut Kadarisman dalam Refresing Course Sertifikasi Pengurusan Dana Pensiun (2003) dapat digolongkan pada kategori II, yaitu kondisi pendanaan >100%. Pada Tahun 2010 aset dana pensiun adalah sebesar Rp 4.228.084,00 dengan kewajiban aktuaria sebesar Rp 3.806.776,00 dengan rasio pendanaan sebesar 111,07% mengalami sedikit menurun dibanding Tahun 2009. Artinya pada Tahun 2010 rasio pendanaan Bank Negara Indonesia juga mengalami surplus sebesar 11,07% sehingga tetap digolongkan pada kategori II. Selanjutnya pada Tahun 2011 aset dana pensiun adalah sebesar Rp 4.348.486,00 dengan kewajiban aktuaria sebesar Rp 4.174.740,00 dengan rasio pendanaan sebesar 104,16% juga mengalami

4.517.555,00 dengan kewajiban aktuaria sebesar Rp 4.615.379,00 dengan rasio pendanaan sebesar 97,88% merupakan kondisi pendanaan yang paling rendah pada periode tersebut sehingga mengalami defisit sebesar 2,12% sehingga digolongkan kedalam kategori III yaitu kondisi pendanaan <100%. Pada Tahun 2013 aset dana pensiun adalah sebesar Rp 5.021.908,00 dengan kewajiban aktuaria sebesar Rp 4.572.574,00 dengan rasio pendanaan sebesar 109,83% mengalami surplus sebesar 9,83% sehingga tetap berada pada kategori II. Dengan demikian, secara keseluruhan rasio pendanaan pensiun Bank Negara Indonesia pada periode Tahun 2009-2013 sudah cukup baik dengan rata-rata rasio pendanaan sebesar 107,05%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank Negara Indonesia dalam memenuhi kewajiban aktuarianya telah mampu memberi rasa aman bagi pegawainya dalam memperoleh manfaat pensiun.

Tabel 4.7

Rasio Pendanaan Pensiun Bank Muamalat Indonesia Tahun 2009-2013

Tahun Aset Dana Pensiun Kewajiban Aktuaria Rasio

Pendanaan 2009 Rp 14.772.846,00 Rp 20.336.887,00 72.64% 2010 Rp 22.294.753,00 Rp 47.225.950,00 47.21% 2011 Rp 40.027.462,00 Rp 118.940.304,00 33.65% 2012 Rp 68.383.180,00 Rp 162.082.460,00 42.19% 2013 Rp 90.993.608,00 Rp 153.055.915,00 59.45%

Sumber: Data Sekunder Laporan Keuangan Bank Negara Indonesia (2009-2013) Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa aset dana pensiun Bank Muamalat Indonesia pada Tahun 2009 adalah sebesar Rp 14.772.846,00 dengan kewajiban aktuaria sebesar Rp 20.336.887,00 dengan rasio pendanaan sebesar 72,64%. Artinya pada Tahun 2009 rasio pendanaan Bank Muamalat Indonesia mengalami defisit sebesar 27,36% sehingga berdasarkan Kondisi Rasio Pendanaan menurut Kadarisman

digolongkan pada kategori III, yaitu kondisi pendanaan <100%. Pada Tahun 2010 aset dana pensiun adalah sebesar Rp 22.294.753,00 dengan kewajiban aktuaria sebesar Rp 47.225.950,00 dengan rasio pendanaan sebesar 47,21% mengalami penurunan dibanding tahun 2009. Artinya pada Tahun 2010 rasio pendanaan Bank Muamalat Indonesia juga mengalami defisit sebesar 52,73% sehingga tetap digolongkan pada kategori III. Selanjutnya pada Tahun 2011 aset dana pensiun adalah sebesar Rp 40.027.462,00 dengan kewajiban aktuaria sebesar Rp 118.940.304,00 dengan rasio pendanaan sebesar 33,65% juga mengalami penurunan dan defisit sebesar 66,35% sehingga tetap masuk dalam kategori III merupakan kondisi pendanaan yang mengalami defisit terbesar dibanding dengan tahun lainnya. Kemudian pada Tahun 2012 aset dana pensiun adalah sebesar Rp 68.383.180,00 dengan kewajiban aktuaria sebesar Rp 162.082.460,00 dengan rasio pendanaan sebesar 42,19% juga mengalami defisit sebesar 57,81% sehingga digolongkan kedalam kategori III. Pada Tahun 2013 aset dana pensiun adalah sebesar Rp 90.993.608,00 dengan kewajiban aktuaria sebesar Rp 153.055.915,00 dengan rasio pendanaan sebesar 59,45% mengalami defisit sebesar 40,63% sehingga masuk dalam kategori III. Dengan demikian, secara keseluruhan rasio pendanaan pensiun Bank Muamalat Indonesia pada periode Tahun 2009-2013 tidak begitu baik dengan rata-rata rasio pendanaan sebesar 51,03% artinya mengalami defisit sebesar 48,99% artinya perusahaan dana pensiun yang tersedia tidak mencukupi sehingga kekurangan sebesar 48,99% harus ditanggulangi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank Muamalat Indonesia

dalam memenuhi kewajiban aktuarianya belum mampu memberi rasa aman bagi pegawainya dalam memperoleh manfaat pensiun.

BAB V

Dokumen terkait