• Tidak ada hasil yang ditemukan

SBI Rate

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Pengujian Hipotesis

Tabel 4.8

Hasil Regresi Data Panel REM

Dependent Variable: Penyaluran Kredit

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 04/04/20 Time: 10:39

Sample: 2015 2018 Periods included: 4

Cross-sections included: 40

Total panel (balanced) observations: 160

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.191876 0.228372 -0.840190 0.4021

DPK 0.992205 0.012704 78.10143 0.0000

CAR -0.000782 0.001650 -0.474094 0.6361

NPL 0.014945 0.005306 2.816561 0.0055

Suku Bunga SBI 0.019738 0.008965 2.201626 0.0292

ROA 0.018297 0.005828 3.139510 0.0020

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.175395 0.8179

Idiosyncratic random 0.082772 0.1821

Weighted Statistics

R-squared 0.975774 Mean dependent var 3.758172

Adjusted R-squared 0.974988 S.D. dependent var 0.527405

S.E. of regression 0.083410 Sum squared resid 1.071421

F-statistic 1240.584 Durbin-Watson stat 1.417966

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.992866 Mean dependent var 16.36463

Sum squared resid 5.546361 Durbin-Watson stat 0.273916

Sumber: Lampiran 10

67 Berdasarkan hasil estimasi dari tabel 4.8 , dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut:

Berdasarkan persamaan tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta C sebesar -0.191876 menunjukkan bahwa apabila Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Return On Assets (ROA)= 0 maka Penyaluran Kredit akan tetap sebesar -0.191876.

2. Koefisien DPK 𝛽 = 0.992205 > 0 dengan thitung (78.10143) > ttabel (1.691), dan probabilitas (0.6361) < α (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Koefisien CAR 𝛽 = -0.000782 < 0 dengan thitung (-0.474094) < ttabel (1.691), dan probabilitas (0.6361) < α (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Penyaluran kredit pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Koefisien NPL 𝛽 = 0.0149783 > 0, dengan thitung (2.816561) > ttabel (1.691) dan probabilitas (0.0055) < α (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa Non Performing Loan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5. Koefisien Suku Bunga SBI 𝛽 = 0.019738 dengan thitung (2.201626) > ttabel

(1.691) dan probabilitas (0.0292) < α (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

6. Koefisien ROA 𝛽 = 0.018297 dengan thitung (3.139510) > ttabel (1.691) dan dan probabilitas (0.0020) < α (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa Return On Assets (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pada Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji secara simultan (Uji F) bahwa nilai Fhitung (1240.584) > Ftabel (2.49) dengan probabilitas (0.000000) < α (0.05). maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya Dana Pihak Ketiga, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan Return On Assets berpengaruh secara simultan terhadap penyaluran kredit pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Penyaluran Kredit Hasil pengujan secara parsial menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Hal ini dibuktikan oleh Koefisien DPK 𝛽 = 0.992205 > 0 dengan thitung (78.10143) > ttabel

(1.691), dan probabilitas (0.6361) < α (0.05). artinya jika dana pihak ketiga ditingkatkan oleh bank, maka penyaluran kredit akan meningkat secara signifikan.

Hasil penelitian ini mendukung teori Dendawijaya (2005), bahwa pertumbuhan dana pihak ketiga akan meningkatkan penyaluran kredit. Hal ini disebabkan bahwa dana pihak ketiga merupakan sumber dana penting bagi

69 kegiatan operasional perbankan, dengan tersedianya daa pihak ketiga, bank akan mampu menawarkan kredit, oleh karena itu semakin besar dana pihak ketiga yang dimiliki suatu bank akan mengakibatkan penyaluran kredit semakin besar pula (Nugraheni & Meiranto, 2013).

Meningkatnya dana pihak ketiga berarti bank berhasil menghimpun dana dan kepercayaan dari masyarakat. Oleh karena itu, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa semakin tinggi nilai dana pihak ketiga bank, maka penyaluran kredit oleh bank kepada masyarakat akan meningkat. Dengan kata lain, dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit bank.

Dengan demikian hipotesis kedua dapat diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitanggang (2017), Anindita (2015), Huda (2014), Oktaviani (2012), dan Mardiyati (2014).

4.6.2 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Penyaluran Kredit Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Hal ini dibuktikan dengan Koefisien DPK 𝛽 = 0.992205 > 0 dengan thitung

(78.10143) > ttabel (1.691), dan probabilitas (0.6361) < α (0.05).

Kecukupan modal merupakan syarat penting dalam menyalurkan kredit perbankan, dengan adanya modal yang cukup perbankan telah memenuhi syarat regulasi yang aman (Akroman, 2017). Jika suatu bank memiliki modal yang cukup untuk menanggung aktivanya yang mungkin beresiko maka likuiditas bank tersebut akan tetap terjaga dan jika likuiditas suatu bank tinggi maka dana yang digunakan

untuk menyalurkan kredit juga akan semakin besar (Oktaviani, 2012).

Hasil penelitian ini menolak hipotesis ketiga yang menyatakan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Tidak konsistennya hasil penelitian disebabkan adanya beberapa bank yang tidak menitikberatkan modal sebagai sumber pendapatan dan tidak menggunakan seluruh potensi modalnya untuk meningkatkan penyaluran kredit, tetapi lebih dititikberatkan pada jenis aktiva lain.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Huda, 2014) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.

4.6.3 Pengaruh Non Performing Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa variabel NPL berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Hal ini dibuktikan dengan nilai Koefisien NPL 𝛽 = 0.0149783 > 0, dengan thitung

(2.816561) > ttabel (1.691) dan probabilitas (0.0055) < α (0.05).

Non Performing Loan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Darmawan,2004). Non Performing Loan mencerminkan risiko kredit, jadi semakin kecil nilai Non Performing Loan maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh bank (Akroman, 2017). Semakin tinggi penyaluran kredit oleh bank maka semakin besar kemungkinan bank mengalami kredit bermasalah (Harahap, 2015).

71 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Non Performing Loan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Arah hubungan yang positif antara Non Performing Loan dengan penyaluran kredit dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya nilai Non Performing Loan, maka penyaluran kredit akan meningkat. Hasil penelitian menolak hipotesis keempat yang menyatakan NPL berpengaruh negatiif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Tidak konsistennya hasil penelitian menjelaskan bahwa pada penelitian ini nilai rata-rata NPL bank umum adalah 3,2 persen masih berada dalam kondisi yang aman sesuai ketetapan Bank Indonesia sebesar 5 persen. Perbankan akan tetap menyalurkan kredit dengan catatan bahwa rasio NPL masih berada di batas aman (Melede, M. 2014).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ratnasari, Nensy, & Soesatyo (2016), Malede, M. (2014).

4.6.4 Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Terhadap Penyaluran Kredit

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel Suku Bunga SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran Kredit. Hal ini dibuktikan dengan nilai Koefisien Suku Bunga SBI 𝛽 = 0.019738 dengan thitung (2.201626) > ttabel (1.691) dan probabilitas (0.0292) < α (0.05).

Hasil penelitian ini sejalan dengan pandangan Sari & Abudanti (2016) yang menyatakan bahwa peningkatan dan penurunan Suku Bunga SBI mempengaruhi penyaluran kredit, peningkatan suku bunga SBI diikuti dengan kenaikan suku bunga simpanan sehingga akan berdampak pada kenaikan dana pihak ketiga.

Hasil penelitian yang didapatkan menolak hipotesis kelima yang menyatakan suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil penelitian ini menujukkan suku bunga SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Tidak konsistennya hasil penelitian disebabkan adanya kenaikan suku bunga SBI (ditunjukkan dengan meningkatya nilai suku bunga SBI) diikuti dengan kenaikan pada suku bunga simpanan, kenaikan suku bunga simpanan artinya masyarakat akan senang menempatkan dananya pada bank, sehingga akan berdampak pada kenaikan DPK (ditunjukkan dengan meningkatnya nilai DPK), maka bank akan lebih mudah meningkatkan jumlah penyaluran kredit kepada masyarakat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyati (2014), Yuwono dan Meiranto (2012).

4.6.5 Pengaruh Return on Asset (ROA) Terhadap Penyaluran Kredit

Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa Return On Assets (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien ROA 𝛽 = 0.018297 dengan thitung (3.139510)

> ttabel (1.691) dan dan probabilitas (0.0020) < α (0.05).

Menurut Sudiatno dan Suharmanto (2011) nilai ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan dari aktivitas pengolahan asset yang dimilikinya, apabila ROA meningkat maka suatu bank dapat dikatakan telah menggunakan asetnya secara optimal dengan harapan untuk memperoleh pendapatan yang meningkat dari bunga kredit, sehingga secara teori dapat dikatakan bahwa antara ROA dengan penyaluran kredit

73 memiliki hubungan positif.

Semakin tinggi nilai Return On Assets artinya bank sudah efektif dalam mengelola asetnya, oleh sebab itu bank akan lebih mudah dalam memberikan persetujuan terhadap kredit yang diajukan nasabah karena tingkat kemampuan bank menghasilkan laba sudah cukup baik yang akhirnya penyaluran kredit juga akan meningkat (Purba, et al,. 2016). Dengan kata lain, Return On Assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Dengan demikian hipotesis keenam dapat diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratmasari, Nensy, dan Soesatyo (2016), Sitanggang (2017) dan Mardiyati (2014), yang menyatakan bahwa bahwa Return on Assets (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.

Dokumen terkait