• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa.

Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dari itu

pengujian hipotesis menggunakan “t” test. “t” test yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. “t” test dilakukan dengan membandingkan posttest pada masing-masing kelas.

Untuk memperoleh thitung berdasarkan hasil rata-rata posttest dari kedua kelas yaitu eksperimen dan kontrol. Rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 80,4 dengan standar deviasi 10,33 sedangkan kelas kontrol sebesar 65,8 dengan standar deviasi 11,30. Nilai dari standar deviasi masing-masing kelas digabungkan dengan mencari standar deviasi gabungan dengan hasil yaitu 10,81.

Untuk memperoleh nilai thitung dilakukan perhitungan dengan

menggunakan uji “t”. Dari hasil perhitungan antara posttest kelas eksperimen dan kontrol diperoleh thitung = 5,64 dengan dk (derajat kebebasan) sebesar 68 (35+35–2) maka diperoleh ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,00.

Tabel 4.10

Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Posttest

Data Nilai

Posttest

Nilai thitung Nilai ttabel Keputusan Nilai Posttest kelas eksperimen 80,4 5,64 2,00 Ha diterima Nilai Posttest kelas kontrol 65,8

Didapat penghitungan posttest kelas eksperimen dan kontrol thitung> ttabel (5,64 > 2,00). Hal ini menunjukkan Ha diterima, artinya pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa.13

D. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan dapat membuktikan bahwa pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini dimungkinkan karena pendekatan keterampilan proses sains lebih banyak menekankan kepada cara belajar siswa aktif dengan memperhatikan proses pencapaian hasil belajar. Tugas guru tidak lagi memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Perdy Karuru yang menyatakan bahwa mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student center serta dapat mendapatkan proporsi jawaban benar siswa dan hasil pembelajaran yang diajar dengan pendekatan keterampilan proses lebih baik dibanding pembelajaran yang tidak menggunakan pembelajaran keterampilan proses.14

Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam pembelajaran pendekatan keterampilan proses sains di SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan selama tiga kali pertemuan pada konsep ekosistem yang dilaksanakan pada dua kelas, yaitu kelas X.8 berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan pendekatan KPS, dan kelas X.7 berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan pendekatan konsep. Adapun posisi peneliti adalah sebagai motivator dan fasilitator bagi kelas eksperimen dan kontrol, apabila terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang

13

Lampiran 28, h. 155-156.

14

Perdy Karuru, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 045, Tahun ke-9, November 2003, hal. 804.

belum dimengerti oleh siswa dalam kelompok, sehingga setiap kelompok dapat memecahkan solusi dari permasalahan secara bersama. Penulis bertindak sebagai guru dalam pembelajaran pendekatan keterampilan proses sains adalah diawali dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari lima siswa yang telah dibuat oleh guru secara heterogen, menyampaikan materi dasar mengenai konsep ekosistem oleh guru kepada seluruh siswa, membagikan lembar kerja pada setiap kelompok, meminta kelompok untuk mengadakan pengamatan sesuai petunjuk LKS, meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya dalam menjawab lembar kerja siswa dan mengkomunikasikannya.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui pretest, kedua kelas memiliki rata-rata yang tidak berbeda jauh. Kelas eksperimen dengan rata- rata 53,2, nilai tertinggi 72, dan nilai terendah 32. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 50,2, nilai tertinggi 68, dan nilai terendah 28. Setelah diberikan perlakuan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan data yang diperoleh melalui posttest, kelas eksperimen dengan rata-rata 80,4, nilai tertinggi 92, dan nilai terendah 52. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 65,8, nilai tertinggi 80, dan nilai terendah 40.

Berdasarkan perolehan nilai N-gain, kelas eksperimen memiliki rata-rata 0,58, dengan kategori tinggi sebanyak 10 siswa, sedang sebanyak 21 siswa, dan rendah sebanyak 4 siswa. Sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata 0,33, dengan kategori tinggi tidak terdapat satu siswa, sedang sebanyak 29 siswa, dan rendah sebanyak 6 siswa. Dengan demikian, siswa kelas eksperimen mempunyai hasil rata-rata dan kategori N-gain lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrianingsih yang menyatakan bahwa dengan keterampilan proses sains pada konsep ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar siswa menuju ke kategori sedang.15

15

Indrianingsih, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar tentang Konsep Ekosistem Bernuansa Nilai, (Jakarta: Skripsi UIN, 2009)

Observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar selama pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Guru bidang studi biologi dan teman sebaya yang berperan sebagai observer atau pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan mengacu pada lembar observasi yang telah dibuat sesuai dengan aspek-aspek KPS.16

Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran dengan pendekatan KPS menciptakan bentuk kegiatan pengajaran yang bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman. Pengalaman yang didapat melalui pendekatan keterampilan proses sains dapat mengembangkan kemampuan dasar siswa menjadi kreatif, aktif, terampil dalam berpikir dan terampil dalam memperoleh pengetahuannya. Pembelajaran ini juga dapat mengasah pola berpikirnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.17

Hal ini sesuai dengan data hasil observasi pada kelas eksperimen pada aspek mengamati setiap kegiatan kelompok yang diberikan mendapatkan persentase sebesar 85,71%. Sedangkan berdasarkan respon sikap siswa, kemampuan siswa mengumpulkan data sesuai pengamatan mendapatkan persentase sebesar 85,7%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa terampil dalam hal mengamati dan mengumpulkan data-data sesuai pengamatan. Begitu pula pada aspek mengklasifikasi, setiap kegiatan kelompok yang diberikan mendapatkan persentase sebesar 83,33%. Berdasarkan respon sikap siswa, kemampuan siswa mengelompokkan data sesuai pengamatan mendapatkan persentase sebesar 94,29%. Hal ini juga menunjukkan bahwa siswa baik dalam hal mengklasifikasi dan mampu mengelompokkan data-data sesuai pengamatan.

Namun, pada aspek menafsirkan hasil pengamatan setiap kegiatan kelompok yang diberikan mendapatkan persentase sebesar 66,7%. Padahal berdasarkan respon sikap, siswa bisa menafsirkan hasil pengamatan untuk

16 Lampiran 13, h. 126

17

dijadikan kesimpulan dengan mendapatkan persentase sebesar 100%. Tidak sesuainya persentase antara observasi dan respon siswa menunjukkan bahwa kemungkinan siswa belum memahami teknik dalam menafsirkan data, sehingga penilaian observer menyatakan siswa belum terampil dalam hal menafsirkan hasil pengamatan.

Selanjutnya aspek berkomunikasi setiap kegiatan kelompok yang diberikan mendapatkan persentase sebesar 70,24%. Berdasarkan respon sikap, kemampuan siswa mempresentasikan hasil diskusi serta membuat kesimpulan dengan mendapatkan persentase sebesar 97,1%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa cukup terampil dalam hal berkomunikasi.18

Berbeda dengan proses pembelajaran pada kelas kontrol, siswa tidak diberikan perlakuan dalam mengerjakan LKS, tidak berdiskusi kelompok dan hanya guru yang menjadi sumber pembelajaran. Dimana guru hanya berperan sebagai pengarah dalam membangun potensi siswa sedangkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep ada kecenderungan siswa dituntut mengingat konsep bukan diajak melakukan kegiatan untuk mendapatkan darimana konsep itu diperoleh, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada lama tidaknya penyimpanan pengetahuan di dalam memori siswa.

Berdasarkan pengujian hipotesis sebelumnya, menyatakan bahwa adanya pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan

homogen, maka dari itu pengujian hipotesis menggunakan “t” test . “t” test yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa. “t” test dilakukan dengan membandingkan posttest pada masing-masing kelas.

Perbedaan rata-rata hasil belajar biologi antara kedua kelas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan

18

konsep. Karena berdasarkan nilai rata-rata posttest siswa kelas eksperimen (80,4) lebih tinggi dari pada nilai rata-rata posttest kelas kontrol (65,8).

Dengan menggunakan “t” test nilai posttest kedua kelas tersebut diperoleh juga thitung > ttabel, yaitu 5,64 > 2,00. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi siswa, sehingga pada kelas eksperimen hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa pada kelas kontrol. Hasil penelitian ini senada dengan Kartini Herlina yang menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan aktivitas, pemahaman, dan hasil belajar siswa.19

Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis menunjukkan “t” test didapatkan thitung = 5,64 dengan dk (derajat kebebasan) sebesar 68 maka diperoleh ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,00. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat Ho ditolak dan Ha diterima, artinya pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini senada dengan hasil penelitian Lillah Fauziah dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Cahaya yang Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa.20 Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryono yang menyatakan bahwa model pembelajaran keterampilan proses sains cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan proses sains siswa dan pencapaian hasil belajarnya secara keseluruhan.21

19

Kartini Herlina, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Kelas I SMUN 10 Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 3, Desember 2004, hal. 144.

20

Lillah Fauziah, Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Cahaya yang Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa, (Jakarta: skripsi UIN, 2009).

21

Haryono, Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 7, No. 2, 2006, hal. 11.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep ekosistem, dengan thitung > ttabel (5,64 > 2,00) dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 68. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains pada konsep ekosistem cukup efektif dalam meningkatkan aktifitas siswa, hal ini dapat dilihat melalui hasil observasi saat pembelajaran berlangsung.

B. Saran

Guru biologi khususnya berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajarannya, dengan menerapkan pendekatan dan model yang bervariasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Manajemen waktu yang baik dalam penerapan setiap pendekatan, yang akan memberikan dampak yang positif pula terhadap hasil belajar yang ingin dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Ango L, Mary. 2002. “Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context”, International Journal of Educology, Volume 16, No. 1.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

________. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP, 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Balitbang Depdiknas.

David, E Meltzer. The Relationship between mathematics preparation and conceptual learning gains in physics: a possible hidden variable in

diagnostic pretest scores, dari

http://www.physicseducation.net/docs/Addendum_on_normalized_gain. pdf . (23 Juni 2011).

Devi K, Poppy dkk. Pendekatan Keterampilan Proses pada Pembelajaran IPA, diakses dari http://bpgdisdik-jabar.com/materi/6_sma_biologi_1.pdf. (7 Januari 2011).

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Djaafar Zahara, Tengku. 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran, Jakarta:

Fakultas Ilmu Pendidikan UN-Padang.

Fauziah, Lillah. 2009. Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Cahaya yang Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa, Jakarta: skripsi UIN.

Hake, R Richard. 1999. Analyzing Change/Gain Scores, American Educational

Research Association’s Division, Measurrement and Research

Methodology.

Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara. Hariwijaya, dan M. Triton. 2007. Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis, Cet. Ke-I.

Jakarta: Oryza.

Harlen, Wayne. 1992. The Teaching of Science: Sudies in Primary Education, London: David Fulthon Publishing Company.

Haryono, 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains, Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 7, No. 2.

Herlina, Kartini. 2004. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Kelas I SMUN 10 Bandar Lampung, Jurnal Pendidikan Pembelajaran, Desember, Volume 2, Nomor 3.

Holil, Anwar. Pendekatan Keterampilan Proses Sains, diakses dari http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/keterampilan-proses.html. (10 Maret 2011).

Indrianingsih. 2009. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar tentang Konsep Ekosistem Bernuansa Nilai, Jakarta: Skripsi UIN.

Karuru, Perdy. 2003. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 045, Tahun ke-9, November.

Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian, Malang: UIN Malang Press.

Mei Yew Teo, Grace. 2007. Promoting Science Process Skills and The Relevance of Science Through Science Alive Programme, Proceedings of the Redesigning Pedagogy: Culture, Knowledge and Understanding Conference, Singapore, May.

Muslim. 2008. Effort to Improve Science Process Skill Student’s Learning in Physics Through Inquiry Based Model. Proceeding The Second International Seminar on Science Education, UPI.

Peraturan Pemerintah RI Bab IV Standar Proses Pasal 19 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan, tersedia di: www.depdiknas.go.id.

Riduwan. 2006. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung: Alfabeta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran, Cet. Ke-II. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rustaman Y, Nuryani dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Cetakan I Malang: Universitas Negeri Malang.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. Semiawan, Conny dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana

Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.

Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, Burhanudin Milama. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press. Sudjana. 2001. Metode Statistika, Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, Cet. Ke-VI.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Suhartawan, Bambang. 2004. Mengoptimalkan Proses IPA dalam Pembelajaran di Laboratorium. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2, No. 2, 2004.

Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, Cet. Ke- XIII.

Dokumen terkait