• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pengujian Hipotesis

1. Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda

Tabel 4.7

Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda Variabel Dependen Penawaran Kredit

commit to user

Variabel Koefisien t statistik Probabilitas Keterangan

Konstanta 5.095 10.310 0.000 Signifikan positif Inflasi -0.002 -4.000 0.000 Signifikan negatif Suku bunga kredit -0.002 -0.283 0.777 Tidak signifikan negatif Indek produksi 0.053 3.400 0.001 Signifikan positif Dana pihak ketiga 0.600 14.875 0.000 Signifikan positif Kondisi Ekonomi -0.301 -3.192 0.002 Signifikan negatif

Berdasarkan tabel di atas diperoleh persamaan regresi, yaitu PK = 5,095 – 0,002 If – 0,002 Sb + 0,053 Ip + 0,600 DPK – 0,136 KE.

Model persamaan regresi tersebut mengandung arti bahwa apabila inflasi, suku bunga, indek produksi dan dana pihak ketiga dianggap konstan maka besarnya penawaran kredit adalah sebesar 5,095 (ribu)

2. Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis 1-5 dilakukan dengan mempergunakan hasil analisis regresi berganda dengan data keseluruhan dari tahun 1990 sampai tahun 2011.

a. Uji Hipotesis 1

Hipotesis pertama yang diuji adalah hipotesis alternative yang menyatakan bahwa inflasi (If) berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK).

Ketentuan signifikansi dapat dilihat melalui perbandingan antara t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung < t tabel maka koefisien inflasi signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum dalam tabel 1 diketahui bahwa nilai -t hitung < nilai -t tabel (-4,000 < -

commit to user

1,969). Dengan demikian t hitung adalah signifikan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa inflasi (If) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK). Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan terbukti kebenarannya.

b. Uji Hiptesis 2

Hipotesis kedua yang diuji adalah hipotesis alternative yang menyatakan bahwa suku bunga kredit (Sb) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK).

Ketentuan signifikansi dapat dilihat melalui perbandingan antara t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel maka koefisien suku bunga kredit signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh nilai t hitung sebesar -0,283. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel untuk df 264 = -1,969. Dengan demikian nilai -t hitung < nilai t tabel (-0,283 > 1,969), sehingga nilai t hitung adalah tidak signifikan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa suku bunga kredit (Sb) tidak berpengaruh terhadap penawaran kredit perbankan (PK). Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan tidak terbukti kebenarannya.

commit to user

c. Uji Hipotesis 3

Hipotesis ketiga yang diuji adalah hipotesis alternative yang menyatakan bahwa indek produksi (Ip) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK).

Ketentuan signifikansi dapat dilihat melalui perbandingan antara t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel koefisien Indek Produksi (IP) signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 3,400. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel untuk df 264 = 1,969. Dengan demikian nilai t hitung > nilai t tabel (3,400 > 1,969), sehingga nilai t hitung signifikan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa indek produksi (Ip) berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK). Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa indek produksi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan terbukti kebenarannya.

d. Uji Hipotesis 4

Hipotesis keempat yang diuji adalah hipotesis alternative yang menyatakan bahwa dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK).

Ketentuan signifikansi dapat dilihat melalui perbandingan antara t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel maka koefisien Dana Pihak Ketiga (DPK) signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil

commit to user

estimasi diperoleh nilai t hitung sebesar 14,875. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel untuk df 264 = 1,969. Dengan demikian nilai t hitung > nilai t tabel (14,873 > 1,960), sehingga nilai t hitung adalah signifikan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK). Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa semakin besar dana pihak ketiga maka semakin besar pula jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh perbankan. Sebaliknya, semakin kecil dana pihak ketiga yang dapat dikumpulkan oleh perbankan, maka semakin kecil pula jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh perbankan. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit terbukti kebenarannya.

e. Uji Hipotesis 5

Hipotesis kelima yang diuji adalah hipotesis alternative yang menyatakan ada perbedaan pengaruh variable independen terhadap variable dependen sebelum dan setelah krisis ekonomi.

Ketentuan signifikansi dapat dilihat melalui perbandingan antara t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel maka koefisien Variabel Dummy Krisis signifikan secara statistic. Berdasarkan hasil penghitungan yang tercantum dalam tabel 1 diperoleh nilai t hitung sebesar -3,192. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai t

commit to user

tabel untuk df 264 = 1,969. Dengan demikian nilai -t hitung < nilai -t tabel (-3,192 < -1,969), sehingga nilai t hitung signifikan. Yang berarti bahwa Ada perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia sebelum dan setelah krisis.

3. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Pengaruh inflasi terhadap penawaran kredit perbankan

Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa inflasi berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan. Hasil penelitian ini diperoleh nilai t hitung adalah -4,000 dengan nilai t

tabel -1,969 (-t hitung < -t tabel), yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit.

Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi menyebabkan adanya ketidakpastian situasi usaha dan ketidakpastian kemampuan pengembalian bunga dan pinjaman. Oleh karena itu maka inflasi yang semakin tinggi menyebabkan orang enggan mengajukan kredit kepada bank.

Hasil penelitian ini berkebalikan dengan hasil penelitian oleh para ahli (Goldfield, 1973; Shapiro, 1973; Juttner & Tuckwell, 1974 dalam Iswara dan Nopirin, 1996: 154) yang mengungkapkan bahwa terdapat subtitusi antara uang dan assets riil sedemikian rupa sehingga jumlah uang yang dibutuhkan akan semakin kecil apabila tingkat inflasi

commit to user semakin tinggi.

Dalam hal ini berlaku pengaruh negative inflasi terhadap penawaran kredit, yang berarti bahwa semakin tinggi inflasi maka semakin kecil penawaran kredit perbankan. Hal ini salah satunya disebabkan karena inflasi merupakan satu hal yang dipertimbangkan oleh pengusaha atau debitur pada waktu mengajukan kredit kepada perbankan. Bagi para pengusaha inflasi merupakan beban yang harus ditanggung oleh perusahaan. Oleh karena itu, pengajuan kredit oleh pengusaha atau calon debitur dilakukan dengan tetap mempertimbangkan tingkat inflasi yang terjadi, sebab biaya inflasi akan menjadi beban yang harus ditanggung oleh perusahaan. Semakin tinggi inflasi maka kredit yang diajukan dan dicairkan oleh pengusaha akan semakin kecil dan semakin kecil inflasi maka kredit yang diajukan dan dicairkan akan semakin tinggi.

b. Pengaruh suku bunga terhadap penawaran kredit perbankan

Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh secara Positif terhadap penawaran kredit perbankan. Hasil penelitian ini diperoleh nilai t hitung adalah 0,283 dengan nilai t tabel

1,969 (t hitung < t tabel), yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa suku bunga kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit.

Hal ini sesuai dengan pendapat Iswardono (1999: 212) yang menyatakan bahwa kalau bunga kredit bank mahal maka akan

commit to user

berpengaruh pada hasrat untuk mengambil kredit. Dalam hal ini berlaku asumsi bahwa bunga yang dikenakan terhadap kredit merupakan beban bagi debitur. Oleh karena itu semakin besar suku bunga maka semakin kecil jumlah kredit yang diajukan. Dalam hal ini semakin besar suku bunga tidak menurunkan jumlah penawaran kredit, dan semakin kecil suku bunga tidak meningkatkan jumlah penawaran kredit.

Dengan perkataan lain, bank memiliki kecenderungan untuk menyetujui dan menyalurkan kredit lebih besar dengan bunga yang lebih tinggi. Atau semakin tinggi bunga kredit maka akan semakin banyak jumlah kredit yang dikeluarkan oleh perbankan.

Pada sisi permintaan, hal ini menunjukkan bahwa nasabah atau calon debitur tidak lagi menganggap suku bunga kredit sebagai satu- satunya pertimbangan dalam menentukan kredit. Oleh karena itu, meskipun suku bunga kredit mengalami peningkatan, jumlah kredit juga mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Iswardono (1999:141) yang menyatakan bahwa di Negara berkembang ongkos untuk membayar bunga relative lebih kecil dibandingkan dengan biaya total untuk produksi. Oleh karena itu, debitur cenderung kurang mempertimbangkan faktor tingkat suku bunga dalam mengambil keputusan untuk memperoleh kredit bank.

Pengaruh positif suku bunga ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung dkk (2001:34). Pengaruh positif suku bunga menunjukkan bahwa suku bunga bukan merupakan faktor

commit to user utama yang mendorong pengajuan kredit.

Namun demikian, meskipun suku bunga tidak menghalangi pengusaha untuk mengajukan permohonan kredit , hal yang perlu disadari adalah bahwa jumlah kredit yang dikucurkan oleh perbankan pada masa sesudah krisis tetap jauh dibawah masa sebelum krisis dan masih belum mampu menggerakkan sektor riil. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk memberikan daya tarik bagi pengusaha atau investor. Salah satunya adalah melalui suku bunga kredit yang relative rendah.

Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Prasetyantono (2000:294) bahwa untuk mengembalikan fungsi intermediasi perbankan, syarat utama adalah penurunan suku bunga bank. Suku bunga bank yang relatif rendah tersebut selain dapat menjadi insentif bagi para pengusaha untuk memperoleh kredit untuk usahanya juga dapat menjamin agar debitur mampu membayar kembali kredit yang telah diperolehnya sehingga bank terhindar dari pengaruh kredit macet.

Penimbangan penurunan suku bunga selain untuk memberikan stimulasi bagi dunia usaha juga diperlukan karena suku bunga yang tinggi juga bisa berakibat buruk bagi dunia usaha. Hal ini seperti dinyatakan oleh Agung (2001:64) bahwa suku bunga yang tinggi yang akan meningkatkan biaya modal untuk produksi dan memperburuk kondisi sektor riil.

commit to user

menunjukkan bahwa debitur tidak mempersalahkan besar suku bunga kredit. Dengan demikian, pihak lebih diuntungkan karena memperoleh positif spread yang lebih tinggi. Di luar keuntungan yang diperoleh bank dari tingginya suku bunga kredit, jumlah kredit yang dikeluarkan bank setelah krisis ekonomi masih tetap terbatas. Oleh karena itu diperlukan upaya bank untuk memperbesar jumlah kredit yang dikeluarkannya.

Pengaruh positif suku bunga terhadap penawaran kredit juga menjadi salah satu indikasi terjadinya kegentingan kredit, yaitu ancaman terjadinya kredit macet. Dalam hal ini suku bunga yang tinggi memperberat kondisi para pelaku usaha. Kondisi dunia usaha yang tidak stabilditambah dengan semakin besarnya suku bunga bank, akan semakin memberatkan debitur dalam mengembalikan beban bunga dan angsuran. Apabila hal ini berjalan secara terus-menerus dalam jangka panjang, maka akan dimungkinkan terjadinya kredit macet yang menyebabkan kondisi perbankan juga memburuk. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya agar suku bunga kredit berada pada batas yang sewajarnya dan tidak memberatkan pengusaha dan juga tidak merugikan perbankan.

c. Pengaruh indek produksi terhadap penawaran kredit perbankan Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa produksi berpengaruh positif terhadap penawaran kredit perbankan. Hasil penelitian ini diperoleh nilai t hitung adalah 3,400 dengan nilai t tabel 1,969 (t hitung >

commit to user

t tabel), yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa indek produksi berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit.

Hasil penelitian ini memberikan implikasi penting bagi pemerintah terutama Bank Indonesia dan bagi lembaga perbankan untuk memberikan kebijakan yang bersifat mendorong indek produksi, misalnya dengan memperlonggar aturan atau persyaratan pengajuan kredit.

Signifikannya pengaruh indek produksi terhadap penawaran kredit juga menunjukkan adannya kegentingan kredit, yaitu kondisi dimana kredit yang dikucurkan oleh perbankan didominasi oleh kredit konsumsi dan bukan kredit indek produksi. Apabila hal ini terjadi maka sektor kredit yang diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan kinerja sektor riil menjadi tidak ada artinya, karena semakin besar kredit yang dikucurkan sebagian besar didominasi oleh kredit konsumsi dan tidak menyentuh ke sector riil.

d. Pengaruh dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit perbankan

Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap penawaran kredit bank. Hasil penelitian ini diperoleh nilai t hitung adalah 14,875 dengan nilai t tabel 1,969 (t

hitung > t tabel), yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit.

commit to user

Dana pihak ketiga merupakan dana yang berhasil dikumpulkan oleh pihak perbankan. Dana ini kemudian dikelola oleh perbankan dengan salah satunya adalah menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada kreditur. Oleh karena itu, sangat logis apabila semakin besar jumlah dana pihak ketiga maka semakin besar pula jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh perbankan.

Pengaruh positif ini menunjukkan jika dana pihak ketiga meningkat, maka akan memacu peningkatan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan. Dalam hal ini krisis ekonomi tidak berpengaruh terhadap hubungan antara dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit perbankan.

Peranan atau pengaruh dana pihak ketiga yang tidak berubah meskipun terjadi krisis ekonomi merupakan salah satu hal yang dapat dipakai sebagai cara untuk mendorong terjadinya peningkatan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan. Perbankan dapat mendorong peningkatan dana pihak ketiga sehingga pada akhirnya kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit juga menjadi meningkat.

e. Pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga secara bersama-sama terhadap penawaran kredit bank di Indonesia sebelum dan setelah krisis.

Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa Ada perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia sebelum dan

commit to user

setelah krisis. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh nilai t hitung sebesar -3,192. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel untuk df 264 = 1,969. Dengan demikian nilai -t hitung < nilai -t tabel (- 3,192 < -1,969), sehingga nilai t hitung signifikan. yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa Ada perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia sebelum dan setelah krisis.

Krisis ekonomi menyebabkan kondisi usaha menjadi tidak kondusif. Kurs mata uang yang tidak stabil, daya beli mayarakat yang melemah, ditambah dengan kondisi hukum dan politik yang tidak stabil memperkecil minat indek produksi. Hal ini menyebabkan pengajuan kredit kepada bank mengalami penurunan. Pada sisi yang lain, jumlah kredit yang diajukan tersebut sebagian besar juga tidak disetujui, tidak diambil oleh debitur. Hal ini seperti yang diungkap oleh Kompas (4-4-2007) bahwa sampai awal tahun 2007 sekitar 179 triliun kredit yang sudah disetujui oleh bank tidak jadi ditarik oleh kreditur.

Krisis ekonomi telah menyebabkan banyak bank dilikuidasi. Hal ini merupakan pelajaran dan pengalaman bagi bankir dan pemilik bank untuk menjalankan prinsip kehati-hatian terutama dalam pemberian kredit. Pelajaran menerapkan berbagai aturan secara lebih ketat untuk menghindari kesalahan penilaian terhadap calon kreditur baru. Bahkan sebagian besar bank lebih mengutamakan kreditur lama yang telah terbukti

commit to user

profesional dan memiliki reputasi baik dibandingkan dengan kreditur baru. Hal ini menyebabkan penawaran kredit menjadi terhambat.

Pengaruh krisis terhadap kredit kemungkinan berasal dari dua sisi, baik sisi penawaran, berkurangnya jumlah kredit maupun sisi permintaan. Pada sisi penawaran, berkurangnya jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan kemungkinan disebabkan oleh prinsip kehati-hatian pihak bank dalam menyetujui pengajuan kredit. Sedangkan dari sisi permintaan, kondisi perekonomian yang tidak pasti menyebabkan pengusaha enggan mengajukan permohonan kredit untuk produksi karena perhitungan kelayakan bisnis yang tidak dapat dipastikan.

Penurunan jumlah kredit yang diajukan oleh pengusaha atau investor karena iklim usaha yang tidak kondusif ditambah dengan semakin ketatnya peraturan bank dalam hal pengajuan kredit setelah terjadinya krisis ekonomi menyebabkan terhambatnya penawaran kredit. Hal ini merupakan salah satu fenomena kegentingan kredit yang pertama adalah terbatasnya jumlah kredit yang disalurkan dibandingkan dengan kebutuhan sektor riil terhadap kredit. Dalam hal ini, pihak perbankan hendaknya memperbesar jumlah kredit yang disalurkan dalam rangka untuk mendorong majunya dunia usaha. Apabila dunia usaha mengalami kemajuan maka akan berimbas pada kelancaran pembayaran kembali pinjaman yang mereka peroleh. Sebaliknya, apabila kredit sulit diperoleh, maka hal ini akan berimbas pada ketidakstabilan dunia usaha yang pada gilirannya akan mempersulit pengusaha mengembalikan pinjaman dan

commit to user

pada tataaran selanjutnya akan memicu terjadinya kembali krisis ekonomi (Agung, 2001: V).

Kegentingan kredit yang kedua adalah ancaman terjadinya kredit macet yang disebabkan oleh tingginya inflasi dan suku bunga kredit. Kedua variabel tersebut pada periode setelah krisis ekonomi tidak lagi menjadi bahan pertimbangan bagi debitur dalam mengajukan kredit. Dalam hal ini pengusaha terpaksa mengajukan dan mengambil kredit perbankan tanpa mempertimbangkan tingkat inflasi dan suku bunga. Tingkat inflasi dan tidak stabil ditambah dengan beban suku bunga yng tinggi merupakan faktor risiko bagi pengusaha. Apabila hal ini tidak dicermati, maka meskipun pihak perbankan telah menetapkan berbagai aturan untuk mencegah terjadinya kredit macet, maka kemungkinan munculnya kredit macet masih dapat terjadi.

Berkaitan dengan krisis ekonomi yang mempengaruhi peranan variabel-variabel inflasi, suku bunga dan indek produksi terhadap penawaran kredit, perlu ditekankan bahwa teori dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak dapat berjalan dengan apa adanya, tetapi masih memerlukan sejumlah persyaratan lain agar kebijakan atau teori tersebut dapat diimplementasikan dengan baik. Dalam hal ini persyaratan agar teori mengenai inflasi, suku bunga, dan indek produksi dapat berjalan baik adalah terciptanya normalitas.

Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetyantono (2000: xiii) bahwa pada saat situasi sosial-politik-ekonomi Indonesia sedang tidak normal,

commit to user

seperti ditunjukkan dengan adanya instability, uncertainty, unsecurity, maka sebaik atau sebagus apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, belum tentu akan direspon dengan baik oleh pasar atau publik. Dengan demikian, hal penting yang perlu diutamakan adalah menciptakan kondisi yang normal baik kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Kondisi yang normal merupakan prasyarat bagi berlakunya teori-teori dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Apabila kondisi normal ini tidak dapat diwujudkan dengan segera maka anomali-anomali dari teori ekonomi seperti tidak berlakunya teori inflasi maupun suku bunga tetap akan terjadi.

commit to user BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab IV dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

6. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011 dengan nilai t hitung -4,000 dan nilai t tabel

-1,969 (-t hitung < -t tabel). semakin tinggi inflasi maka semakin kecil penawaran kredit perbankan. Hal ini salah satunya disebabkan karena inflasi merupakan satu hal yang dipertimbangkan oleh pengusaha atau debitur pada waktu mengajukan kredit kepada perbankan.

7. Tingkat suku bunga kredit berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011 dengan nilai t hitung 0,283 dan nilai t tabel 1,969 (t hitung < t tabel). Semakin besar

suku bunga maka semakin kecil jumlah kredit yang diajukan. Dalam hal ini semakin besar suku bunga tidak menurunkan jumlah penawaran kredit, dan semakin kecil suku bunga tidak meningkatkan jumlah penawaran kredit. Dengan perkataan lain, bank memiliki kecenderungan untuk menyetujui dan menyalurkan kredit lebih besar dengan bunga yang lebih tinggi. Atau semakin tinggi bunga kredit maka akan semakin banyak jumlah kredit yang dikeluarkan oleh perbankan.

commit to user

kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011 dengan nilai t hitung 3,400 dan

nilai t tabel 1,969 (t hitung > t tabel). Signifikannya pengaruh indek produksi terhadap penawaran kredit juga menunjukkan adannya kegentingan kredit, yaitu kondisi dimana kredit yang dikucurkan oleh perbankan didominasi oleh kredit konsumsi dan bukan kredit indek produksi. Apabila hal ini terjadi maka sektor kredit yang diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan kinerja sektor riil menjadi tidak ada artinya, karena semakin besar kredit yang dikucurkan sebagian besar didominasi oleh kredit konsumsi dan tidak menyentuh ke sector riil.

9. Dana pihak ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011, dengan nilai t hitung adalah

14,875 dengan nilai t tabel 1,969 (t hitung > t tabel). Dana pihak ketiga merupakan dana yang berhasil dikumpulkan oleh pihak perbankan. Dana ini kemudian dikelola oleh perbankan dengan salah satunya adalah menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada kreditur. Oleh karena itu, sangat logis apabila semakin besar jumlah dana pihak ketiga maka semakin besar pula jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh perbankan. Pengaruh positif ini menunjukkan jika dana pihak ketiga meningkat, maka akan memacu peningkatan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan. Dalam hal ini krisis ekonomi tidak berpengaruh terhadap hubungan antara dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit perbankan.

10. Ada perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di

commit to user

Indonesia sebelum dan setelah krisis. Dengan nilai -t hitung -3,192 dan

Dokumen terkait