• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.4. Deskripsi Statistik

5.4.2. Pengujian Hipotesis Kedua

Metode yang digunakan pada hipotesis kedua ini adalah regresi berganda dengan uji interaksi (moderating regression analysis). Pengujian hipotesis mengenai pengaruh independensi, integritas, kompetensi, objektivitas, pengalaman kerja dan interaksinya masing-masing dengan good corporate governance (GCG) terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern. b. Hasil Persamaan kedua

Tabel 5.14. Analisis Regresi Linier Berganda Persamaan Kedua

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig

1 (Constant) 2,505 15,809 0,130 0,898 INDEPENDENSI 0,409 0,769 0,671 0,532 0,600 INTEGRITAS -0,891 1,490 -1,112 -0,598 0,556 KOMPETENSI 0,652 0,652 0,764 1,000 0,329 OBJEKTIVITAS 1,480 2,741 1,379 0,540 0,595 PENGALAMANKERJA -1,733 1,330 -1,482 -1,303 0,207 GCG Z1 (INDEPENDENSI) Z2 (INTEGRITAS) Z3 (KOMPETENSI) Z4 (OBJEKTIVITAS) Z5 (PENGALAMANKERJA) 0,884 -0,062 0,098 -0,072 -0,130 0,214 1,975 0,094 0,201 0,093 0,336 0,167 1,096 -1,386 2,031 -1,455 -2,548 2,957 0,448 -0,657 0,448 -0,768 -0,387 1,283 0,659 0,518 0,630 0,451 0,702 0,214

a. Dependent Variable: KUALITASHP

Adapun hasil persamaan kedua regresi linier berganda dengan uji interaksi adalah sebagai berikut:

Y = 2,055 + 0,409X1 – 0,891X2 + 0,652 X3 + 1,480X4 – 1,733X5 + 0,884Z – 0,062Z1 + 0,098Z2 – 0,072Z3 – 0,130Z4 + 0,214Z5 +

Dari persamaan regresi dengan uji interaksi yang telah dilakukan dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut :

e

1. Konstanta bernilai positif, koefisien pada variabel independen diataranya variabel independensi, kompetensi, objektivitas, good corporate governance (GCG),

interaksi integritas dengan GCG dan interaksi pengalaman kerja dengan GCG menunjukkan angka positif. Hal ini menandakan bahwa persamaan regresi berganda uji interaksi tersebut memiliki hubungan yang searah. Artinya kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern akan meningkat seiring dengan meningkatnya independensi, kompetensi, objektivitas, good corporate governance (GCG), interaksi integritas dengan GCG dan interaksi pengalaman kerja dengan GCG dalam menentukan kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern. Kecuali pada variabel integritas, pengalaman kerja interaksi independensi dengan GCG, interaksi kompetensi dengan GCG dan interaksi objektivitas dengan GCG bernilai negatif artinya hubungan regresi tidak searah, berarti variabel integritas, pengalaman kerja, interaksi independensi dengan GCG, interaksi kompetensi dengan GCG dan interaksi objektivitas dengan GCG tidak berhubungan dengan kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

2. Konstanta sebesar 2,055 berarti bahwa seorang pemeriksa intern tetap dapat memiliki kualitas hasil pemeriksaan sebesar konstanta meskipun variabel independen dan interaksinya masing-masing dengan variabel moderating nol. 3. Dengan menggunakan derajat keyakinan 95 % atau taraf nyata 5% maka nilai

ttabel adalah sebesar 1,692. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa :

a. Independensi (X1)

Berdasarkan hasil perhitungan variabel independensi menunjukkan bahwa thitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari pada ttabel (0,532 < 1,692). Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari pada ttabel, maka hipotesis nol diterima, jadi kesimpulannya secara parsial variabel independensi tidak

berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

b. Integritas (X2)

Berdasarkan hasil perhitungan variabel integritas menunjukkan bahwa thitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari pada ttabel (-0,598 < 1,692). Oleh karena thitung lebih kecil dari ttabel, maka hipotesis nol diterima. Jadi kesimpulannya secara parsial variabel integritas tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

c. Kompetensi (X3)

Berdasarkan hasil perhitungan variabel kompetensi menunjukkan bahwa thitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari pada ttabel (1,000 < 1,692). Oleh karena thitung lebih besar dari ttabel, maka hipotesis nol diterima. Jadi kesimpulannya secara parsial variabel kompetensi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

d. Objektivitas (X4)

Berdasarkan hasil perhitungan variabel objektivitas menunjukkan bahwa thitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari pada ttabel (0,540 < 1,692). Oleh karena thitung lebih kecil dari ttabel, maka hipotesis nol diterima. Jadi kesimpulannya secara parsial variabel objektivitas tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

e. Pengalaman Kerja (X5)

Berdasarkan hasil perhitungan variabel pengalaman kerja menunjukkan bahwa thitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari pada ttabel (-1,303 <

1,692). Oleh karena thitung lebih kecil dari ttabel, maka hipotesis nol diterima. Jadi kesimpulannya secara parsial variabel pengalaman kerja tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

f. Good Corporate Governance (Z)

Berdasarkan hasil perhitungan variabel GCG menunjukkan bahwa thitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari pada ttabel (0,448 < 1,692). Oleh karena thitung lebih kecil dari ttabel, maka hipotesis nol diterima. Jadi kesimpulannya secara parsial variabel good corporate governance (GCG) tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

g. Good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan independensi. Berdasarkan hasil perhitungan good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan independensi menunjukkan bahwa thitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari pada ttabel (-0,657 < 1,692). Oleh karena thitung lebih kecil dari ttabel, maka hipotesis nol diterima. Jadi kesimpulannya

good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan independensi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

h. Good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan integritas. Berdasarkan hasil perhitungan good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan integritas menunjukkan bahwa thitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari pada ttabel (0,488 < 1,692). Oleh karena thitung lebih kecil dari ttabel, maka hipotesis nol diterima. Jadi kesimpulannya good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan integritas tidak

berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

i. Good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan kompetensi. Berdasarkan hasil perhitungan good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan kompetensi menunjukkan bahwa thitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari pada ttabel (-0,768 < 1,692). Oleh karena thitung lebih kecil dari ttabel, maka hipotesis nol diterima. Jadi kesimpulannya

good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan kompetensi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

j. Good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan objektivitas. Berdasarkan hasil perhitungan good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan objektivitas menunjukkan bahwa thitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari pada ttabel (-0,387 < 1,692). Oleh karena thitung lebih kecil dari ttabel, maka hipotesis nol diterima. Jadi kesimpulannya

good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan objektivitas tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

k. Good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan pengalaman kerja.

Berdasarkan hasil perhitungan good corporate governance (GCG) dan interaksinya dengan pengalaman kerja menunjukkan bahwa thitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari pada ttabel (1,283 < 1,692). Oleh karena thitung lebih kecil dari ttabel, maka hipotesis nol diterima. Jadi kesimpulannya good corporate governance (GCG) dan interaksinya

dengan pengalaman kerja tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

Untuk mengukur pengaruh variabel independen secara simultan hasil persamaan kedua terhadap variabel dependen dapat dilihat dari analisis ANOVA pada tabel 5.15 berikut :

Tabel 5.15. Uji Statistik F (Simultan) Kedua

ANOVA

Model

b

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 38,019 11 3,456 2,512 ,033a

Residual 28,890 21 1,376

Total 66,909 32

a. Predictors: (Constant),Z5(PENGALAMANKERJA), Z3(KOMPETENSI), Z4(OBJEKTIVITAS),

Z1(INDEPENDENSI), Z2(INTEGRITAS)

b. Dependent Variable: KUALITASHP

Dari uji ANOVA atau F test hasil persamaan kedua, didapat Fhitung sebesar 2,512 dengan probabilitas 0,033. Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kualitas hasil pemeriksaan atau dapat dikatakan bahwa good corporate governance (GCG) dan interaksinya masing-masing dengan independensi, integritas, kompetensi, objektivitas, pengalaman kerja secara bersama-sama berpengaruh dan signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern.

Untuk mengukur seberapa besar hubungan antara good corporate governance (GCG) dan interaksinya masing-masing dengan variabel independen terhadap variabel dependen adalah nilai R yang ada pada tabel 5.16 berikut :

Tabel 5.16. Analisis Koefisien Determinasi (R2

Model Summary

) Kedua

Model

b

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,754a ,568 ,342 1,173

a. Predictors: (Constant), Z5(PENGALAMANKERJA) Z3(KOMPETENSI),

Z4(OBJEKTIVITAS), Z1(INDEPENDENSI), Z2(INTEGRITAS)

b. Dependent Variable: KUALITASHP

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai R sebesar 0,754 ini menunjukkan bahwa good corporate governance (GCG) dan interaksinya

masing-masing dengan independensi, integritas, kompetensi, objektivitas, pengalaman kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,342 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 34,2%. Dengan kata lain 34,2% perubahan dalam kualitas hasil pemeriksaan mampu dijelaskan oleh good corporate governance (GCG) dan interaksinya masing-masing dengan independensi, integritas, kompetensi, objektivitas, pengalaman kerja, sisanya sebesar (100% - 34,2%) = 65,8% dijelaskan oleh faktor lain di luar model yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.

Untuk melihat efek moderasi dari variabel good corporate governance

(GCG) maka dilakukan pengujian terhadap model kedua. Hasil pengujian model kedua menunjukkan bahwa ada penurunan nilai Adjusted R Square dari 0,425 menjadi 0,342 atau turun sebesar 0,083. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada efek moderasi dari variabel good corporate governance (GCG), jika dibandingkan antara tingkat signifikasi 5% dengan hasil perhitungan bahwa p value 1,173 maka lebih besar dari alpha 0,05 berarti variabel good corporate governance (GCG) tidak signifikan atau good corporate governance (GCG) bukan merupakan variabel moderating dan interaksinya masing-masing dengan independensi, integritas, kompetensi, objektivitas dan pengalaman kerja tidak dapat memperkuat kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern Perum Bulog kantor pusat dan Divre Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Divre Sumatera Utara, Divre Sumatera Barat dan Divre Riau.

5.5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.5.1. Hasil Hipotesis Pertama

Dari hasil pengujian hipotesis pertama dinyatakan bahwa model yang diajukan dapat diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi

bertanda positif, secara parsial independensi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern. Dugaan sementara penelitian ini adalah semakin independen seorang pemeriksa intern maka semakin tinggi kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern. Hasil penelitian ini mendukung atau sejalan dengan hasil Sukriah dkk. (2009) yang mendapati bahwa independensi auditor inspektorat di pulau Lombok tidak mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini tidak mendukung atau tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muqattash (2011), Alim dkk. (2007), Tarigan (2011). Hasil penelitian Alim dkk. (2007) menyatakan bahwa kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki oleh auditor.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa integritas bertanda negatif, secara parsial integritas tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern, hasil penelitian ini mendukung atau sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukriah dkk. (2009) yang menyatakan bahwa integritas tidak mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Ketidaksignifikan ini diduga disebabkan adanya pernyataan-pernyataan yang multitafsir sehingga responden ragu-ragu dalam memberikan jawaban dan mereka lebih memilih untuk menjawab netral, tidak setuju bahkan sangat tidak setuju sebanyak 33%, yaitu pemeriksa tidak mempertimbangkan keadaan pribadi seseorang/sekelompok orang atau suatu organisasi untuk membenarkan perbuatan melanggar ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hasil penelitian ini tidak mendukung atau tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Tarigan (2011) yang telah menyimpulkan bahwa integritas mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan.

Selanjutnya variabel kompetensi bertanda positif, secara parsial kompetensi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil yang dikemukakan oleh Sukriah dkk. (2009), Alim dkk. (2007) dan Tarigan (2011). Auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan publik terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran pemeriksa, mereka bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, guna mendukung peran yang cukup mulia itu, seorang pemeriksa harus didukung dengan kompetensi yang memadai akan teknik-teknik audit serta kompetensi lain yang mendukung. Kompetensi semacam itu dapat diperoleh melalui jenjang pendidikan baik secara formal maupun informal karena peran seorang audit harus mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang akan digunakan untuk mendukung judgment yang diberikannya. Dari bukti-bukti yang dikumpulkan ini harus memadai guna meyakinkan auditor dalam memberikan rekomendasi.

Menurut standar professional audit internal (1200;1210), auditor internal harus memilki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.

Selanjutnya objektivitas bertanda positif, secara parsial objektivitas berpengaruh dan signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat objektivitas pemeriksa maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Sukriah dkk. (2009) dan sesuai dengan Pusdiklatwas BPKP (2005) bahwa prinsip objektivitas mengharuskan auditor bersikap adil, tidak memihak, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari Universitas Sumatera Utara

benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain, sehingga dapat mengemukakan pendapat menurut apa adanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip objektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas, dengan kata lain semakin tinggi tingkat objektivitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.

Pengalaman kerja bertanda negatif, secara parsial pengalaman kerja tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern. Hal ini jika dilihat dari distribusi jawaban pada lampiran 3 disebabkan karena jawaban pernyataan nomor 14 sebanyak 15% responden menjawab netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa semakin lama menjadi pemeriksa semakin mudah mencari penyebab munculnya kesalahan serta dapat memberikan rekomendasi untuk menghilangkan/memperkecil penyebab tersebut. Menurut Alim dkk. (2007) memang tidak mudah menjaga independensi auditor, pengalaman kerja dan kompetensi yang melekat pada diri auditor bukan jaminan akan hasil pemeriksaannya akan berkualitas. Hasil penelitian ini tidak mendukung atau tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah dkk. (2009) namun sejalan dengan hasil penelitian Tarigan (2011).

Good corporate governance (GCG) bertanda positif, secara parsial good corporate governance (GCG) berpengaruh dan signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan, tidak sejalan dengan hasil penelitian Trisnaningsih (2006) yang menyimpulkan bahwa pemahaman good corporate governance tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor melainkan berpengaruh tidak langsung melalui independensi auditor terhadap kinerja yang dilakukan oleh satuan pengawasan intern.

Pada penelitian ini secara simultan independensi, integritas, kompetensi, objektivitas, pengalaman kerja dan good corporate governance (GCG) secara bersama-sama berpengaruh dan signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan satuan pengawasan intern, sesuai atau sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah dkk. (2009) dan Tarigan (2011) menyimpulkan bahwa secara simultan independensi, integritas, kompetensi dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh satuan pengawasan intern.

Dokumen terkait