MENSINERGIKAN KECERDASAN
H. Pengujian Hipotesis
Penelitian ini memiliki dua bagian pengujian hipotesis yang berhubungan dengan model struktural. Hubungan kausalitas yang dikembangkan dalam hipotesis pada model ini diuji dengan hipotesis nol yang menyatakan bahwa koefisien regresi antara hubungan adalah tidak berbeda dengan nol melalui uji-t seperti yang ada dalam analisis regresi. Pada model awal terdapat 12 jalur hipotesis, dan 4 di antaranya dihilangkan pada bagian evaluasi model karena bertanda negatif. Berikut ini adalah uraian hasil uji terhadap 8 buah hipotesis pada model struktural akhir yang diajukan pada penelitian ini. Pemakaian lambang
theta ( # ) menunjukkan besar korelasi, lambda (A ) menunjukkan besar
loading faktor, gamma ( / ) menunjukkan besar pengaruh dari konstruk eksogen terhadap endogen, sedangkan lambang beta ( / ? ) menunjukkan besar pengaruh dari konstruk endogen terhadap endogen. Pengujian hipotesis pada model struktural berhubungan dengan hasil uji koefisien regresi pada setiap jalur yang dihasilkan yang dijelaskan pada Tabel berikut.
Arah ja lu r Koef.
R egresi
Salah
baku C,R p-value Koef. B aku
Emosional Intelektual 1.015 0.242 4.190 0.000 0.711
Spiritual < - > Intel ektual 1.243 0.321 3.868 0.000 0 .632
Spiritual Emosional 4 .834 0.855 5.656 0.000 0.790 Intelektual -> Gaya 0.337 0.249 1.353 0.088 0.168 Spiritual Gaya 0.242 0.078 3.092 0.001 0.519 Emosional -> Gaya 0 .194 0.112 1.730 0.042 0.302 Spiritual -> Iklim 0.159 0.090 1.767 0.039 0.307 Emosional -> Iklim 0 .2 0 4 0.102 2 .006 0.023 0 .2 8 6 Intelektual -» Iklim 0.437 0.231 1.890 0.030 0 .197 Gaya Iklim 0 .284 0.219 1.300 0.097 0.256 Iklim -> Kmerja 0.791 0.237 3.338 0.001 0.694 Gay a Kinerja 0.529 0.255 2.075 0.019 0 .419
Sum ber: D ata p rim e r diolah (20 0 8 )
Mengacu pada hasil uji hipotesis penelitian yang telah dikemu kakan pada tabel tersebut, terdapat beberapa hal yang memerlukan kajian secara mendalam. Seperti telah ditunjukkan hasil temuan tersebut tampak variasi-variasi di antara beberapa variabel. Variasi- variasi tersebut meliputi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, gaya kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah dengan kinerja sekolah.
Hasil penelitian ini mengungkapkan pula adanya kesesuaian antara model teoretik dan data empiris, dalam hal ini terdapat hubung an yang signifikan antara semua variabel baik hubungan langsung maupun tidak langsung. Sedangkan hubungan tidak langsung antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan kinerja sekolah melalui gaya kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terdapat hubungan yang signifikan. Pembahasan terhadap setiap hasil pengujian atau pembuktian hipotesis adalah sebagai berikut.
I. Hubungan K ecerd asan Intelektual, K ecerd asan Em osional, dan K ecerd asan Spiritual Kepala Sekolah
Temuan penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional dengan koefisien regresi sebesar 0,711 dengan C.R. sebesar 4 ,190 dan p-value 0,000 (lebih kecil dari 0,05). Hubungan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan spiritual dengan koefisien regresi sebesar 0.632 dengan C.R. sebesar 3,868 dan p-value 0,000 (lebih kecil dari 0,05). Hubungan kecerdasan emosional dengan kecerdasan spiritual yang signifikan dengan koefisien regresi sebesar 0.790 dengan C.R. sebesar 5,656 dan p-value 0,000 (lebih kecil dari 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa apabila kepala sekolah mampu mengelola dengan efektif kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritualnya, maka m emperkuat sinergi antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pemimpin secara optimal.
Temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Neurosaintis (dalam Zohar, 2 0 0 0 ; Cooper, 2 0 0 2 ; Goleman, 2 0 0 2 ) yang menyimpulkan bahwa konsepsi kecerdasan manusia yang terdiri dari Cortex cerebri yang bertugas mengatur fungsi cognitive (kecerdasan
intelektual), sistem lim bik yang bertugas mengatur fungsi kecerdasan
emosional dan lobus tem poral yang bertugas mengatur kecerdasan
spiritual. Di samping itu, temuan penelitian ini m emperkuat pula hasil penelitian Cooper dan Sawaf (2 0 0 2 ) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah pengorganisasi yang hebat dalam bidang pikiran dan perbuatan, namun demikian tidak dapat dipisahkan dari penalaran dan rasionalitas (intelektual). Demikian pula hasil penelitian Goleman (2 0 0 6 ) terhadap kelompok CEO bahwa m anajer yang setiap kali kemarahannya memuncak, kemampuannya menangani masalah- masalah kognitif yang rumit, dan kemampuan berpikirnya m erosot tajam. Dengan demikian tanpa kecerdasan emosional seseorang tidak akan bisa menggunakan kemampuan intelektualnya sesuai dengan potensi secara maksimal. Sedangkan Lennick (2 0 0 6 ) menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional dan spiritual berperan membantu k ecer dasan intelektual jika ingin memecahkan masalah-masalah penting, membuat keputusan penting, dan untuk melakukan hal-hal tersebut dengan cara istimewa. Demikian pula Rosenthal (dalam Cooper dan Sawaf, 2 0 0 2 ) yang mengatakan bila di arahkan secara konstruktif, emosi akan meningkatkan kinerja kecerdasan intelektual.
Hubungan yang paling tinggi taraf signifikansinya dalam penelitian ini yaitu antara kecerdasan spiritual dengan kecerdasan emosional yakni sebesar 0,790 dengan C.R. sebesar 5,656 dan p-value 0,000 (lebih kecil dari 0,05). Dengan demikian penelitian ini m em per kuat temuan penelitian yang dilakukan oleh Zohar dan Marshall (2 0 0 0 ) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi dan sekaligus merupakan fondasi yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Zohar dan Marshall menegaskan pula bahwa kecerdasan spiritual dapat bertindak sebagai mediator antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional. Sedikitnya ada enam alasan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan tertinggi manusia, yaitu: (1) kecerdasan spiritual mampu mengungkap segi-segi perenial (yang abadi, yang asasi, yang spiritual, yang fitrah) dalam struktur kecerdasan manusia; (2) umumnya ilmuwan sepakat bahwa manusia di samping memiliki pikiran (mind) dan badan-tubuh (body) juga memiliki jiwa, spirit dan
roh (soul) yang disebut the soul intelligence; (3) kecerdasan spiritual dapat menyajikan beragam resep mulai dari pengalaman spiritual [spiritual experience) sampai penyembuhan spiritual [spiritual healing) sehingga benar-benar sehat secara spiritual [spiritual health); (4) kecer
dasan spiritual membimbing seseorang untuk m emperoleh kedamaian
spiritual [spiritual peace); [5) kecerdasan spiritual menanamkan
kebahagiaan spiritual dalam kehidupan; dan (6) kecerdasan spiritual mengarahkan seseorang kepada kearifan spiritual (Zohar & Marshall, 2 0 0 0 ). Otak manusia dirancang agar mampu melakukan hal ini, sehingga meskipun demikian masing-masing memiliki kekuatan tersen- diri dan bisa berfungsi secara terpisah.
Penelitian ini mempertegas pula bahwa sistem pendidikan yang selama ini lebih mengutamakan aspek kecerdasan intelektual tidak akan mampu membentuk sumber-daya manusia yang paripurna atau manusia yang utuh baik jasm ani maupun rohaniah. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa sistem pendidikan dalam lembaga perse- kolahan sudah sangat penting untuk mengubah paradigma berpikir yang mengutamakan kecerdasan intelektual ke arah pendidikan b er
basis multiple intelligence (keseimbangan antara kecerdasan intelektual,
emosional dan spiritual). Penelitian ini sejalan pula dengan temuan
Neurosaintis bahwa otak manusia terdiri dari Cortex cerebri, sistem
lim bik dan lobus tem poral yang saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Bahkan dalam UU No. 20 tahun 2 0 0 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditegaskan bahwa pendidikan harus secara aktif mengembangkan potensi diri peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecer dasan, akhlak mulia (Pasal 1 ayat 1). Pengembangan kurikulum pendi dikan nasional harus memperhatikan peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi kecerdasan, dan minat peserta didik (pasal 1 ayat 2 UU SPN).