• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.5 Pengujian Hipotesis

Tabel 4.27

Tanggapan Responden Kepemimpinan dan Kerjasama Tim (X5) Pertanyaan SKOR Jumlah SL/SS SR/S KD/KS TP/TS 4 3 2 1 KK.3 22 59 16 3 300 KK.4 39 40 18 3 315 KK.5 35 60 5 0 330 KK.6 38 49 13 0 325 KK.8 67 32 1 0 366 KK.9 55 45 0 0 355 KK.10 62 37 1 0 361 KK.11 55 44 1 0 354 Jumlah 2706 Rata-Rata 338

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel X5 berada pada range keempat, yang berarti bahwa penerapan variabel Kepemimpinan dan Kerjasama Tim sangat tinggi.

4.5 PENGUJIAN HIPOTESIS 4.5.1 Uji Kruskal-Wallis

Uji Kruskal Wallis adalah uji nonparametrik berbasis peringkat yang tujuannya untuk menentukan adakah perbedaan signifikan secara statistik antara dua atau lebih kelompok variabel independen. Uji ini identik dengan uji One Way Anova pada pengujian parametris, sehingga uji ini merupakan alternatif bagi uji One Way Anova apabila tidak memenuhi asumsi misal asumsi normalitas (Yamin dan Kurniawan, 2014).

48

4.5.1.1 Uji Kruskal-Wallis Variabel Fokus pada Pelanggan (X1)

Tabel 4.28

Hasil Pengujian Hipotesis Kruskal-Wallis Variabel Fokus pada Pelanggan (X1)

Cabang N Mean Rank

Padang 17 73.00 Medan 18 41.81 Pekanbaru 16 57.63 Batam 14 30.96 Serpong 14 79.25 Senen 12 32.08 Cirebon 9 22.94 Total 100 Hasil Signifikan 0,000

Sumber : Output SPSS yang diolah, 2016

Hipotesis:

Ho : Tidak terdapat perbedaan fokus pada pelanggan antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Ha : Terdapat perbedaan fokus pada pelanggan antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Dari hasil uji Kruskal-Wallis dengan menggunakan program SPSS, diperoleh nilai signifikan p-value sebesar 0,000 (<0,05); artinya hipotesis null (Ho) ditolak sehingga benar bahwa terdapat perbedaan yang signifikan fokus pada pelanggan antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Perbedaan fokus pelanggan antara tujuh cabang ini dapat dilihat pada tabel 4.28, dimana mean rank menunjukkan bahwa cabang Serpong paling menerapkan fokus pada pelanggan. Sebagai cabang yang berada di kota besar, jumlah klaim cabang Serpong memang cukup banyak dari kota-kota kecil lainnya, tetapi cabang

49

Serpong mempunyai solusi terhadap kondisi tersebut dengan menambah jumlah karyawan bagian klaim untuk melayani nasabah klaim, sehingga sebagian besar nasabah tidak perlu lagi mengantri saat proses klaim dan merasa terpuaskan oleh pelayanan klaim cabang Serpong.

Berbanding terbalik dengan cabang Serpong, seperti diketahui sebelumnya bahwa cabang Cirebon merupakan cabang yang mempunyai jumlah karyawan paling sedikit dibanding cabang lainnya. Untuk karyawan bagian klaim cabang Cirebon hanya terdiri dari satu orang bagian adm klaim dan satu orang surveyor. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pelayanan klaim yang dalam waktu tertentu mengalami peningkatan, seperti pasca libur panjang untuk jumlah klaim kendaraan bermotor (mobil) mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini membuat nasabah harus rela mengantri dalam waktu yang cukup lama.

4.5.1.2 Uji Kruskal-Wallis Variabel Perbaikan Berkesinambungan (X2)

Tabel 4.29

Hasil Pengujian Hipotesis Kruskal-Wallis Variabel Perbaikan Berkesinambungan (X2)

Cabang N Mean Rank

Padang 17 39.79 Medan 18 45.58 Pekanbaru 16 72.00 Batam 14 48.86 Serpong 14 61.96 Senen 12 29.58 Cirebon 9 54.94 Total 100 Hasil Signifikan 0,002

50

Hipotesis:

Ho : Tidak terdapat perbedaan Perbaikan Berkesinambungan antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Ha : Terdapat perbedaan Perbaikan Berkesinambungan antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Dari hasil uji Kruskal-Wallis menggunakan program SPSS, diperoleh nilai

p-value sebesar 0,002 (<0,05); artinya hipotesis null (Ho) ditolak sehingga benar bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan tentang perbaikan berkesinambungan antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Perbedaan perbaikan berkesinambungan antara tujuh cabang ini dapat dilihat pada tabel 4.29, dimana mean rank menunjukkan bahwa cabang Pekanbaru paling menerapkan perbaikan berkesinambungan, dimana cabang Pekanbaru merupakan cabang yang rutin melakukan evaluasi perbaikan yang didiskusikan dalam rapat evaluasi rutin setiap bulannya. Hal ini yang terkadang diabaikan oleh cabang lain terutama cabang Senen.

4.5.1.3 Uji Kruskal-Wallis Variabel Pendidikan dan Pelatihan (X3)

Tabel 4.30

Hasil Pengujian Hipotesis Kruskal-Wallis Variabel Pendidikan dan Pelatihan (X3)

Cabang N Mean Rank

Padang 17 58.18 Medan 18 53.47 Pekanbaru 16 50.88 Batam 14 44.71 Serpong 14 59.29 Senen 12 26.67 Cirebon 9 56.50

51

Tabel 4.30

Hasil Pengujian Hipotesis Kruskal-Wallis Variabel Pendidikan dan Pelatihan (X3)

Cabang N Mean Rank

Total 100

Hasil Signifikan 0,063

Sumber : Output SPSS yang diolah, 2016

Hipotesis:

Ho : Tidak terdapat perbedaan Pendidikan dan Pelatihan antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Ha : Terdapat perbedaan Pendidikan dan Pelatihan antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Dari hasil uji Kruskal-Wallis menggunakan program SPSS, diperoleh nilai

p-value sebesar 0,063 (>0,05); artinya hipotesis null (Ho) diterima sehingga untuk

variabel Pendidikan dan Pelatihan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Tidak adanya perbedaan yang signifikan tentang penerapan pendidikan dan pelatihan antara tujuh cabang ini bukan berarti penerapan pendidikan dan pelatihan antar cabang persis sama, karena dapat dilihat pada tabel 4.30, dimana mean rank menunjukkan bahwa cabang Serpong paling menerapkan pendidikan dan pelatihan, dimana setiap karyawan antusias mengikuti pelatihan seperti tes untuk mendapatkan sertifikat ahli asuransi. Dari hasil mean rank dapat disimpulkan juga bahwa karyawan cabang lain sebagian besar juga mengikuti pelatihan, terlihat dari mean rank yang tidak terlalu berbeda. Hanya cabang Senen yang mempunyai nilai yang cukup jauh dibawah cabang lainnya.

52

4.5.1.4 Uji Kruskal-Wallis Variabel Pemberdayaan Karyawan (X4)

Tabel 4.31

Hasil Pengujian Hipotesis Kruskal-Wallis Variabel Pemberdayaan Karyawan (X4)

Cabang N Mean Rank

Padang 17 51.91 Medan 18 57.81 Pekanbaru 16 42.59 Batam 14 43.93 Serpong 14 62.61 Senen 12 40.21 Cirebon 9 52.39 Total 100 Hasil Signifikan 0,299

Sumber : Output SPSS yang diolah, 2016

Hipotesis:

Ho : Tidak terdapat perbedaan Pemberdayaan Karyawan antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Ha : Terdapat perbedaan Pemberdayaan Karyawan antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Dari hasil uji Kruskal-Wallis menggunakan program SPSS, diperoleh nilai

p-value sebesar 0,299 (>0,05); artinya sama dengan variabel Pendidikan dan Pelatihan

bahwa untuk hipotesis null (Ho) diterima sehingga untuk variabel Pemberdayaan Karyawan tidak terdapat perbedaan yang signifikan cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Tidak adanya perbedaan yang signifikan tentang penerapan pemberdayaan karyawan antara tujuh cabang ini, bukan berarti penerapan pemberdayaan karyawan antar cabang persis sama, karena dapat dilihat pada tabel 4.31, dimana mean rank

53

menunjukkan bahwa cabang Serpong paling menerapkan pemberdayaan karyawan, dengan melakukan aktifitas sumbang saran dan setiap karyawan diberi kewenangan dalam pengambilan keputusan secara proporsional. Tidak jauh berbeda dengan cabang lainnya dimana mean rank untuk setiap cabang tidak jauh berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap cabang menerapkan masukan dari karyawan dalam proses kerja dan setiap masalah diselesaikan secara bersama-sama.

4.5.1.5 Uji Kruskal-Wallis Variabel Kepemimpinan dan Kerjasama Tim (X5)

Tabel 4.32

Hasil Pengujian Hipotesis Kruskal-Wallis Variabel Kepemimpinan dan Kerjasama Tim (X5)

Cabang N Mean Rank

Padang 17 52.32 Medan 18 57.89 Pekanbaru 16 68.22 Batam 14 24.57 Serpong 14 60.75 Senen 12 29.88 Cirebon 9 52.67 Total 100 Hasil Signifikan 0,000

Sumber : Output SPSS yang diolah, 2016

Hipotesis:

Ho : Tidak terdapat perbedaan Kepemimpinan dan Kerjasama Tim antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Ha : Terdapat perbedaan Kepemimpinan dan Kerjasama Tim antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Dari hasil uji Kruskal-Wallis menggunakan program SPSS, diperoleh nilai

54

terdapat perbedaan yang signifikan Kepemimpinan dan Kerjasama Tim antara cabang Padang, Medan, Pekanbaru, Batam, Serpong, Senen dan Cirebon.

Perbedaan kepemimpinan dan kerjasama tim antara tujuh cabang ini dapat dilihat pada tabel 4.32, dimana mean rank menunjukkan bahwa cabang Pekanbaru paling menerapkan kepemimpinan dan kerjasama tim, dimana pimpinan sangat menunjang karyawannya dalam proses kerja dengan memberikan motivasi serta tidak membuat jarak yang jauh dengan karyawan sehingga karyawan dapat dengan mudah berkomunikasi dengan pimpinan untuk membahas permasalahan yang dihadapi dalam pekerjaan. Cabang Pekanbaru juga memiliki komunikasi yang efektif antar karyawan sehingga terciptanya kerjasama yang baik.

Berbeda dengan cabang Pekanbaru, walaupun penulis tidak mengetahui secara persis tentang kondisi cabang Batam, tetapi dari hasil penelitian terlihat bahwa cabang Batam memiliki sistem kepemimpinan dan kerjasama yang kurang baik, hal ini mungkin terjadi karena tidak terciptanya komunikasi yang baik antar karyawan atau pimpinan.

Dokumen terkait