• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Pengujian Instrumen

Pengujian instrumen penelitian ini mencakup pengujian validitas dan reliabilitas yang menjadi syarat pokok suatu instrumen penelitian. Hal ini penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan hasil berupa data yang akan diperoleh melalui instrumen tersebut. Instrumen yang valid dan reliabel akan memberikan hasil yang dapat dipercaya.

1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2013:211) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen-instrumen. Instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid memiliki validitas yang rendah. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menguji validitas adalah adalah Product Moment yaitu sebagai berikut:

π‘Ήπ’–π’Žπ’–π’” π’“π’™π’š π‘΅βˆ‘π‘Ώπ’€ βˆ’ (βˆ‘π‘Ώ))(βˆ‘π’€)

√[π‘΅βˆ‘π‘ΏπŸβˆ’ (βˆ‘π‘Ώ)𝟐][βˆ‘π’€πŸβˆ’ (βˆ‘π’€)𝟐]

Dimana:

π‘Ÿπ‘₯𝑦 : Koefisien korelasi 𝑁 : Jumlah subjek

βˆ‘π‘‹π‘Œ : Jumlah perkalian skor butir dan skor total

βˆ‘π‘‹ : Jumlah skor butir

βˆ‘π‘Œ : Jumlah skor total

βˆ‘π‘‹2 : Jumlah kuadrat dari skor butir

βˆ‘π‘Œ2 : Jumlah kuadrat dari skor total

Besarnya nilai koefisien dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan signifikasi 5%. Jika rhitung sama dengan atau lebih besar dari pada rtabel maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari pada rtabel maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid. Pengolahan data dalam skripsi ini akan diolah secara otomatis menggunakan bantuan aplikasi IBM SPSS Statistics 21 for Windows, rumus yang ditampilkan di atas adalah rumus pengolahan manual. Adapun pengerjaan menggunakan aplikasi tersebut sebagai berikut: Klik Analyzeβž” Scaleβž” Reliability (masukan semua butir kedalam item)βž” Statistics (descriptive for-pilih semua, inter item-pilih correlations, yang lain abaikan)βž” Model (pilih alpha, abaikan list model).

Pelaksanaan pengujian validitas ini dilakukan kepada siswa-siswi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dengan jumlah responden 30 siswa. Nilai π‘Ÿπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ dapat di hitung dengan menggunakan jumlah sampel tersebut, pada taraf signifikansi 5%. Maka cara menghitungnya sebagai berikut:

𝑑𝑓 = 𝑛 βˆ’ 2 Keterangan:

df = degree of freedom (derajat bebas) n = jumlah responden

Dari hasil uji coba diketahui bahwa derajat kebebasan sebesar 29 (df = 30-2) dengan taraf signifikan 5% menunjukan rtabel sebesar 0,361. Nilai r hitung menggunakan SPSS. Hasil pengujian validitas untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

a. Variabel Polah Asuh Orang Tua

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas Item Variabel Pola Asuh Orang Tua No Item

Pertanyaan

Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 0,660 0,361 Valid

No Item Pertanyaan

Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

20 0,411 0,361 Valid

Berdasarkan Tabel 3.5, dari 25 butir pertanyaan ada 6 pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 4,6,8,12,15 dan 24 maka untuk item tersebut tidak diikutsertakan. Berikut rangkuman hasil pengujian validitas yang baru setelah item tersebut dihilangkan.

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Item Variabel Pola Asuh Orang Tua (Kedua)

No Item Pertanyaan

Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 0,769 0,361 Valid

No Item Pertanyaan

Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

23 0,769 0,361 Valid

25 0,769 0,361 Valid

Setelah melakukan pengujian kembali dengan menghilangkan item yang tidak valid maka didapatkan hasil seperti pada tabel di atas. Dari Tabel 3.6, karena nilai r hitung > r tabel, maka terdapat 19 butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 0,660 0,361 Valid

No Item Pertanyaan

Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

20 0,582 0,361 Valid

Berdasarkan Tabel 3.7, dari 24 butir pertanyaan terdapat 4 butir pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 18,19,21 dan 22 maka untuk item tersebut tidak diiukutsertakan. Berikut rangkuman hasil pengujian validitas yang baru setelah item tersebut dihilangkan.

Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 0,644 0,361 Valid

No Item Pertanyaan

Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

24 0,490 0,361 Valid

Setelah melakukan pengujian kembali dengan menghilangkan item yang tidak valid maka didapat hasil seperti pada tabel di atas. Dari Tabel 3.8, karena nalai r hitung > r tabel, maka terdapat 20 butir pernyataan

Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 0,710 0,361 Valid

No Item Pertanyaan

Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

22 0,477 0,361 Valid tersebut tidak diikutsertakan. Berikut rangkuman hasil pengujian validitas yang baru setelah item tersebut dihilangkan.

Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 0,670 0,361 Valid

No Item Pertanyaan

Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

25 0,620 0,361 Valid

Setelah melakukan pengujian kembali dengan menghilangkan item yang tidak valid maka didapat hasil seperti pada tabel di atas. Dari Tabel 3.10, karena nilai r hitung > r tabel, maka terdapat 20 butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Untuk menghitungnya digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut: Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen ini adalah dengan rumus alpha :

π‘Ÿ11= ( 𝑛

Instrumen dikatakan reliabel jika, r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel dan sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel

instrument dikatakan tidak reliabel atau nilai r hitung dikonsultasikan dengan tabel interprestasi r dengan ketentuan dikatakan reliabel jika r hitung β‰₯ 0,60. Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya reliabilitas, digunakan pedoman adalah sebagai berikut: sebanyak 30 responden dengan nilai Cronbach Alpha yang diperoleh menggunakan SPSS.

Tabel 3.12

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Pola Asuh Orang Tua

Reliability Statistics

Dari Tabel 3.12, karena nilai Cronbach Alpha sebesar 0,905 >

0,60 maka intrumen yang digunakan untuk menilai pola asuh orang tua

dapat dinyatakan sangat reliabel. Tingkat reliable intrumen pola asuh orang tua termasuk dalam kategori sangat tinggi.

b. Variabel Motivasi Berprestasi

Berikut adalah hasil pengujian reliabel variabel motivasi berprestasi sebanyak 30 responden dengan nilai cronbach alpha yang diperoleh mengunakan SPSS.

Tabel 3.13

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Motivasi Berprestasi

Sumber : data primer, diolah 2019 D

a

ri Tabel 3.13 karena nilai Cronbach Alpha sebesar 0,927 > 0,60 maka instrumen yang digunakan untuk menilai motivasi berprestasi siswa dapat dinyatakan sangat reliabel. Tingkat reliabel instrumen variabel motivasi berprestasi siswa dalam kategori sangat tinggi.

c. Variabel Kemandirian Belajar

Berikut adalah hasil pengujian reliabel variabel kemandirian belajar siswa sebanyak 30 responden dengan nilai Cronbach Alpha yang mengunakan SPSS.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.927 .931 20

Tabel 3.14

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Kemandirian Belajar

sumber : data primer, diolah 2019

Dari Tabel 3.14 karena nilai cronbach alpha sebesar 0,925 > 0,60 m

a k a

intrumen yang digunakan untuk menilai kemandirian belajar siswa dapat dinyatakan sangat reliabel. Tingkal reliabel instrumen variabel kemandirian belajar siswa dalam kategori sangat tinggi.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif Data

Analisis data deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi Sugiyono (2010:207). Deskriptif data digunakan oleh peneliti untuk

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.925 .926 20

memberi gambaran melalui data sampel dengan variable pola asuh orang tua dan motivasi berprestasi dengan kemandirian belejar siswa.

Pada penelitian ini menggunakan penilaian acuan patokan (PAP) tipe II digunakan untuk pengujian statistika deskriptif. Tabel distribusi frekuensi pada setiap variable digunakan untuk mendeskripsikan data.

Penelitian memilih mengunakan PAP tipe II karena PAP tipe II memiliki batas passing score yang rendah yaitu 56% pencapaian skor dan kategori kecenderungan variable dengan mengunakan PAP tipe II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

u 56% dari total skor yang seharusnya dicapai, diberi nilai cukup. PAP tipe II pada umumnya merupakan cara menghitung dengan skor minimal 0 dan skor maksimal 100.

Skor: Nilai terendah + % (Nilai Tertinggi-Nilai Terendah) a. Variabel Pola Asuh Orang Tua

Skor tertinggi yang mungkin dicapai 4 x 19 = 76 Skor terendah yang mungkin dicapai 1 x 19 = 19

Kategori kecenderungan untuk variabel pola asuh orang tua:

Sangat Tinggi : 19 + 81% (76 - 19) = 65 - 76 Tinggi : 19 + 66% (76 - 19) = 57 - 64 Cukup : 19 + 56% (76 - 19) = 51 - 56 Rendah : 19 + 46% (76 - 19) = 45 - 50 Sangat Rendah : 19 + 0% (76 - 19) = 19 – 44

Berdasarkan data perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kategori kecenderungan variabel pola asuh orang tua adalah sebagai berikut:

Tabel 3.16

Skor Interval Variabel Pola Asuh Orang Tua

Interval Kategori Skor

65 – 76 Sangat Tinggi 5

57 – 64 Tinggi 4

51 – 56 Cukup 3

45 – 50 Rendah 2

19 – 44 Sangat Rendah 1

b. Variabel Motivasi Berprestasi

Skor tertinggi yang mungkin dicapai 4 x 20 = 80 Skor terendah yang mungkin dicapai 1 x 20 = 20

Kategori kecenderungan untuk variabel motivasi berprestasi:

Berdasarkan data perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kategori kecenderungan variabel motivasi berprestasi siswa adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi yang mungkin dicapai 4 x 20 = 80 Skor terendah yang mungkin dicapai 1 x 20 = 20

Kategori kecenderungan untuk variabel kemandirian belajar siswa:

Sangat Tinggi : 20 + 81% (80 -20) = 69 - 80 Tinggi : 20 + 66% (80 - 20) = 60 - 68

Cukup : 20 + 56% (80 - 20) = 54 -59 Rendah : 20 + 46% (80 - 20) = 48 - 53 Sangat Rendah : 20 + 0% (80 -20) = 20 – 47

Berdasarkan data perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kategori kecenderungan variabel kemandirian belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.18

Skor Interval Variabel Kemandirian Belajar Siswa

Interval Kategori Skor

69 – 80 Sangat Tinggi 5

60 – 68 Tinggi 4

54 – 59 Cukup 3

48 – 53 Rendah 2

20 – 47 Sangat Rendah 1

2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Menurut Kurniawan (2014:157) uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah memiliki residual yang berdistribusi normal. Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan normalitas bivariate. Menurut Santoso (2015:326) Koefisien korelasi bivariat mengukur keeratan hubungan diantara hasil-hasil pengamatan dari populasi yang memiliki dua varians (bivariate).

Dalam penelitian ini peneliti menguji dengan bantuan IBM SPSS Statistics 21 for Windows.

3. Pengujian Hipotesis a. Korelasi Spearman

Koefisien korelasi Spearmen digunakan untuk mengetahui derajat keeratan dua variable yang memilikih skala pengukuran nominal ordinal. Bila pada perhitungan korelasi Pearson data observasinya yang dikorelasikan, maka pada korelasi Spearman adalah data peringkatnya (rangking) yang dikorelasikan.

Koefisien korelasi Spearman diperoleh dengan rumus:

𝒓

𝒔

= 1 -

πŸ” βˆ‘π’…πŸπŸ

𝒏(π’πŸβˆ’πŸ)

Keterangan:

π‘Ÿπ‘  = koefisien korelasi Spearman 𝑑𝑖 = selisih ranking tiap pengamatan N = banyaknya pengamatan

b. Pedoman Pemberian Interprestasi

Pengujian korelasi penelitian ini menggunakan taraf singnifikansi 0,05. Apabila hasil pengujian memliki nilai singnikasi lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Tabel 3.19

Pengujian korelasi penelitian ini menggunakan taraf singnifikan 0,05. Apabila hasil pengujian memiliki nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima. Sebaliknya jika nilai signifikan lebih kecil dari nilai 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak.

c. Merumuskan Hipotesi 1) Hipotesis 1

Ho1 : Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar.

Ha1 : Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar.

2) Hipotesis 2

Ho2 : Tidak ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar.

Ha2 : Ada hubungan antara motivasi berpestasi dengan kemandiria belajar.

4. Penarikan Kesimpulan

a. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dan motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar.

b. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua dan motivasi berprestasi dan kemandirian belajar.

72 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Data dalam penelitian ini terdiri dari data pola asuh orang tua, motivasi berprestasi dan kemandirian belajar siswa kelas XI dan kelas XII SMA BPOKRI 2 Yogyakarta. Data-data tersebut dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada siswa kelas XI dan XII.

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Responden Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bulan November 2019. Penelitian ini dilakukan di sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas XI dan kelas XII SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Kuesioner yang diberikan kepada responden sebanyak 198 siswa, dengan rincian sebagai berikut: siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta berjumlah 104 dan siswa kelas XII SMA BOPKRI 2 Yogyakarta berjumlah 94 siswa.

2. Deskripsi Variabel

a. Deskripsi Data Variabel Pola Asuh Tua

Berdasarkan data hasil penelitian, skor tertinggi untuk variabel pola asuh orang tua yang mungkin dicapai adalah 4 x 19 = 76 dan skor terendah yang mungkin dicapai adalah 1 x 19 = 19.

Berdasarkan data tersebut berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi berdasarkan PAP tipe II sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Variabel Pola Asuh Orang Tua

Interval Skor F Presentase Kategori

65 – 76 127 64,14% Sangat Tinggi

57 – 64 46 23,23% Tinggi

51 – 56 18 9,09% Cukup

45 – 50 6 3,03% Rendah

19 – 44 1 0,50% Sangat Rendah

Jumlah 198 100%

Dari Tabel 4.1, variabel pola asuh orang tua antara lain: 127 siswa (64,14%) dikategorikan sangat tinggi, 46 siswa (23,23%) dikategorikan tinggi, 18 siswa (9,09%) dikategorikan cukup, 6 siswa (3,03%) dikategorikan rendah, 1 siswa (0,50%) dikategorikan sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pola asuh orang tua ini ke arah kategori sangat tinggi, dilihat dari jumlah responden berjumlah 127 ke arah kategori sangat tinggi.

b. Deskripsi Data Variabel Motivasi Berprestasi

Berdasarkan data hasil penelitian, skor tertinggi variabel motivasi berprestasi yang mungkin dicapai adalah 4 x 16 = 64 dan skor terendah yang mungkin dicapai adalah 1 x 16 = 16. Berdasarkan data tersebut berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi berdasarkan PAP tipe II sebagai berikut:

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Berprestasi

Interval Skor F Presentase Kategori

69 – 80 155 78,28% Sangat Tinggi

60 – 68 34 17,17% Tinggi

54 – 59 4 2,02% Cukup

48 – 53 5 2,52% Rendah

20 – 47 0 Sangat Rendah

Jumlah 198 100%

Dari Tabel 4.2, variabel motivasi berprestasi antara lain:

155 siswa (78,28%) dikategorikan sangat tinggi, 34 siswa (17,17%) dikategorikan tinggi, 4 siswa (2,02%) dikategorikan cukup dan 5 siswa (2,52%) dikategorikan rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi berprestasi ini ke arah kategori sangat tinggi, dilihat dari jumlah responden berjumlah 155 ke arah kategori sangat tinggi.

c. Deskripsi Data Variabel Kemandiran Belajar

Berdasarkan data hasil penelitian, skor tertinggi untuk variabel kemandirian belajar yang mungkin dicapai adalah 4 x 20 = 80 dan skor terendah yang mungkin dicapai adalah 1 x 20 = 20.

Berdasarkan data tersebut berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi bersadarkan PAP tipe II sebagai berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Variabel Kemandirian Belajar

Interval Skor F Presentase Kategori

69 – 80 103 52,02% Sangat Tinggi

60 – 68 59 29,79% Tinggi

54 – 59 25 12,62% Cukup

48 – 53 8 4,04% Rendah

20 – 47 3 1,51% Sangat Rendah

Jumlah 198 100%

Dari Tabel 4.3, di atas menunjukkan bahwa variabel kemandirian belajar siswa antara lain: 103 siswa (52,02%) dikategorikan sangat tinggi, 59 siswa (29,79%) dikategorikan tinggi, 25 siswa (12,62%) dikategorikan cukup, 8 siswa (4,04%) dikategorikan rendah dan 3 siswa (1,51%) dikategorikan sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel kemandirian belajar siswa ini ke arah kategori sangat tinggi, dilihat dari jumlah responden berjumlah 103 ke arah kategori sangat tinggi.

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data

1. Uji Normalitas

Menurut Kurniawan (2014:157) uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residul terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki residul yang berdistribusi normal.Pengujian data dalam penelitian ini mengunakan normalitas bivariate. Menurut Santoso (2015:326) koefisien korelasi bivarian mengukur keeratan hubungan diantara hasil-hasil pengamatan dari populasi yang memiliki dua varians (bivariate). Dalam penelitian ini peneliti menguji dengan bantuan IBM SPSS Statistics 21 for Window.

a. Variabel Pola Asuh Orang Tua

Tabel 4.4

Hasil Pengujian Normalitas Instrumen – Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan Tabel 4.4, nilai R Square = 0,863 > 0,8 sehingga disimpulkan bahwa distribusi data pola asuh orang tua normal.

b. Variabel Morivasi Berprestasi

Hasil Pengujian Normalitas Instrumen – Motivasi Berprestasi

B e r

dasarkan tabel 4.5, nilai R Square = 0,650 < 0,8 sehingga disimpulkan bahwa distribusi data motivasi berprestasi tidak normal.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini menggunakan korelasi spearman rank yang diolah dengan mengunakan program IBM SPSS 21 for Windows karena data pola asuh orang tua dengan kemandiran belajar berdistribusi normal sedangkan motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar berdistribusi tidak normal.

1. Pengujian Hipotesis I a. Perumusan Hipotesis

Ho1 : Tidak ada hubunga antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar

Ha1 : Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar

Tabel 4.6

Hasil Uji Korelasi Variabel Pola Asuh Orang Tua Dengan K

Berdasarkan tabel 4.6, nilai probabilitas pada korelasi spearman Sig.(2-tailed) untuk variabel pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar sebesar 0,000. Nilai probabilitas tersebut lebih rendah dari ∝= 0.05. Hal ini berarti rumusan hipotesis Ho ditolak, yaitu terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar. Sementara itu, nilai koefisien korelasi spearman sebesar (+) 0,329. Hal ini berarti koefisien korelasi spearman menunjukan tingkat keeratan yang rendah, karena berada pada interval koefisien 0,20 – 0,399. Tanda positif tersebut, menunjukan bahwa hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar mempunyai korelasi positif/searah. Nilai koefisien spearman (+)

Correlations

polaasuhorangtua Correlation Coefficient 1.000 .329**

Sig. (2-tailed) . .000

N 198 198

kemandirianbelajar Correlation Coefficient .329** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 198 198

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

0,329 dapat diinterprestasikan bahwa ketika pola asuh orang tua baik, kemandirian belajar juga ikut naik, dan sebaliknya.

2. Pengujian Hipotesis II a. Perumusan Hipotesis

Ho2 : Tidak ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar.

Ha2 : ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar

motivasiberprestasi Correlation Coefficient 1.000 .535**

Sig. (2-tailed) . .000

N 198 198

kemandirianbelajar Correlation Coefficient .535** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 198 198

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 4.7, nilai probabilitas pada korelasi spearman Sig.(2-tailed) untuk variabel motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar sebesar 0,000. Nilai probabilitas tersebut lebih rendah dari ∝= 0.05. Hal ini berarti rumusan hipotesis Ho ditolak, yaitu terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar. Sementara itu, nilai koefisien korelasi spearman sebesar (+) 0.535. Hal ini berarti koefisien korelasi spearmen menunjukan tingkat keeratan yang sedang, karena berada pada interval koefisien 0,40 – 0,599. Tanda positif tersebut, menunjukan bahwa hubungan motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar mempunyai korelasi positif/searah. Nilai koefisien spearman (+) 0,535 dapat diinterprestasikan bahwa ketika motivasi berprestasi baik, kemandirian belajar juga ikut naik, dan sebaliknya.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel dan seberapa kuat hubungan yang terjadi pada variabel pola asuh orang tua dan motiavasi berprestasi dengan kemandirian belajar pada siswa-siswi kelas XI dan kelas XII SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Dari hasil analisis data pada bagian sebelumnya, maka dilakukan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar

Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar. Adanya hubungan tersebut ditunjukan oleh nilai probabilitas Sig.(2-tailed) untuk variabel pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar sebesar 0,000. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari ∝ = 0,05.

Pada hasil uji korelasi tersebut juga menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi spearman sebesar (+) 0,329. Hal ini berarti kedua variabel memiliki tingkat keeratan yang rendah, karena berada pada interval 0,20 – 0,399. Tanda positif menunjukkan pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar mempunyai korelasi yang positif/searah.

Nilai koefisien yang ini berarti bahwa ketika pola asuh orang tua baik maka tinggi pula kemandirian belajar, demikian juga sebaliknya.

Selain itu didapatkan informasi dari hasil analisis data berdasarkan PAP tipe 2. Diketahui bahwa responden sebanyak 127 siswa dengan presentase 64,14% merupakan siswa dengan intepretasi pola asuh orang tua yang sangat baik, sedangkan pada variabel kemandirian belajar diperoleh responden sebanyak 103 siswa dengan presentase 52,02%

menunjukan bahwa kemandirian yang dimiliki siswa sangat tinggi.

Berdasarkan hasil uji normalitas data diperoleh informasi bahwa pada variabel pola asuh orang tua π‘…π‘†π‘žπ‘’π‘Žπ‘Ÿπ‘’ sebesar 0,863. Angka tersebut <

0,8 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada variabel tersebut normal.

Hasil analisis menunjukan ada hubungan positif anatara persepsi pola asuh orang tua dengan kemandirian belajar siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan definisi kemandirian belajar menurut Haris (2007:134) bahwa kemandirian belajar dipengaruhi oleh ketersediaan dukungan terhadap kegiatan belajar, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja, maupun di masyarakat. Dukungan di lingkungan rumah dapat berupa pola asuh orang tua maupun sikap orang yang memberikan kesempatan anak untuk belajar ketika di rumah. Pernyataan tersebut sejalan dengan pola asuh orang tua menurut Hidayah (2006) menyatakan bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya menjadi orang yang sukses dan penting bagi orang tua untuk memahami perkembangan anak-anaknya yang dalam penelitian ini dikhususkan pada kemandirian belajar anak sebagai seorang siswa. Dalam penelitian ini pola asuh orang tua terdiri dua dua aspek yaitu aspek kehangatan dan aspek kontrol. Hasil penelitian diketahui bahwa aspek kehagatan (perhatian orang tua terhadap kesejaterahan anak, responsivitas orang tua terhadap anak dan peka terhadap kebutuhan emosional anak) memiliki pengaruh lebih efektif dengan kemandirian belajar dibanding dengan aspek kontrol (pembatasan, tuntutan, sikap ketat, campur tangan, dan kekuasaan

sewenang-wenang) yang kurang efektif dengan kemandirian belajar.

Hasil penelitian menunjukan ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dan kemandirian belajar, hal ini diduga bahwa peran pola asuh orang tua merupakan faktor yang memiliki presentase yang cukup besar dalam memberikan pengaruh terhadap kemandirian belajar siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

2. Hubungan motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar

Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukan bahwa ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar. Adanya hubungan tersebut ditunjukan oleh probabilitas Sig.(2-tailed) untuk motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar sebesar 0,000. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari ∝ = 0,05.

Pada hasil uji korelasi tersebut, juga menunjukkan bahwa nilai korelasi koefisien spearman terbesar (+) 0,535. Hal ini berarti kedua variabel memiliki tingkat keeratan yang sedang, karena berada pada interval 0,40 – 0,599. Tanda positif menunjukan motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar mempunyai korelasi yang positif/searah.

Nilai koefisien yang searah ini berarti bahwa ketika motivasi berprestasi baik maka tinggi pula kemandirian belajar siswa, demikian juga sebaliknya.

Selain itu didapatkan informasi dari hasil analisis data berasarkan PAP tipe 2. Diketahui bahwa responden sebanyak 155 siswa dengan

presentase 78,28% merupakan siswa dengan interprestasi motivasi berprestasi yang sangat tinggi. Sedangkan pada variabel kemandirian belajar diperoleh responden sebanyak 103 siswa dengan presentase 52,02% menunjukan bahwa minat yang dimiliki siswa sangat tinggi.

Berdasarkan hasil uji normalitas data diperoleh informasi bahwa pada variabel motivasi berprestasi π‘…π‘†π‘žπ‘’π‘Žπ‘Ÿπ‘’ sebesar 0,650. Angka tersebut < 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada variabel tersebut tidak normal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan definisi motivasi berprestasi

Hasil penelitian ini sejalan dengan definisi motivasi berprestasi

Dokumen terkait