• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN/PEMERIKSAAN MUTU BETON

Dalam dokumen LPSE BMKG DOKPEL STAMET 2016 (Halaman 111-115)

yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;

BETON BERTULANG

35.3 PENGUJIAN/PEMERIKSAAN MUTU BETON

Pengujian mutu beton ditentukann melalui pengujian sejumlah benda uji kubus 15 x 15 x 15 cm sesuia PBI 1971

Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump test dimana nilai slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI 1971 kecuali ditentukan oleh Direksi

Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili satu volume rata- rata tidak boleh lebih dari 5 m3 atau 10 adukan truk drum (diambilkan volumenya terkecil) disamping itu sejumlah maksimum dari beton yang terkena penolakan akibat setiap keputusan yaitu 30 m², kecuali ditentukan Direksi

Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14, dan 28 hari

Hasil pengujian beton harus diserahkan sebelum pelaksanaan dilaksanakan,. Yaitu khusus dengan pekerjaan yang berhubungan dengan pelepasan perancah . Sedangkan pengujuan beton diluar ketentuan tersebut harus diserahkan kepada direksi dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 hari setelah pengujian dilakukan.

Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI 1971 dilakukan dilokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh direksi. Apabila digunakan metode pengecoran yang harus disaksikan oleh direksi mengunakan pompa (Concrete Pump) maka pangambilan contoh segala

macam jenis pengujian di lapangan harus dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa pada lokasi yang akan dilaksanakan. 35.4 PEDOMAN PELAKSANAAN:

Ketentuan Umum

1. Kecuali ditentukan lain dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini, maka sebagai pedoman tetap dipakai PBI 1971 dan SK-SNI 1991, ACI, British Standard

2. Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada direksi apabila ada perbedaan yang didapat di dalam gambar konstruksi dan gambar arsitektur.

3. Pembesian

 Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak dan karat serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat.

 Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus atau dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang disesuaikan dengan persyaratan yang tercantum pada PBI 1971. Kecuali ada petunjuk yang lain dari perencana.

 Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan untuk dan tempat pengecoran berlangsung.

 Toleransi pembuatan dan pemasngan tulangan disesuaikan dengan persyaratan PBI 1971.

 Batang-batang baja yang lunak harus mempunyai keluluhan bawah tekan minimum = 2400 kg/cm2 dan 4000/cm2 untuk batang-batang baja yang diprofilkan seperti yang disarankan dalam gambar-gambar struktur.

 Sambungan tulangan dan perjangkaran harus dilaksanakan sesuai persyaratan untuk itu yang tercantum dalam PBI 1971.

 Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atas mutu baja tulangan, maka pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium khusus ditujukan pada keperluan proyek ini.

 Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh Direksi.

 Semua pengujian tersebut diatas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di laboraorium Lembaga Uji Konstruksi BPPT (LUK BPPT) Serpong atau laboratorium lainnya yang direkomendasikan oleh Direksi dan minimal sesuai dengan SII-031-84 salah satu standart uji yang dapat dipakai adalah ASTMA-615.

 Semua standart bar (stek-stek tulangan) dari kolom dan dinding harus diperpanjang sampai dengan 40 D diatas taraf (peil) dari yang ditentukan dalam gambar, kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

4. Adukan beton / pengangkutan

Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh direksi yaitu:

 Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.

 Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor, nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton memenuhi tabel 4.4.1 PBI 1971.

Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis direksi. Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan di atas penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai harus digunakan papan-papan berkaki-kaki yang tidak dibebani tulangan. Kaki- kaki tersebut harus sudah dapat dicabut pada saat beton dicor. Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui oleh direksi. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut, bagian permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi Styrobond ( Perekat sambungan adukan beton) atau bila dibutuhkan perlu waktu percepatan atau perlambatan pengerasan maka dapat dicampur bahan additive dengan mengikuti petunjuk pemakaian. Pada pengecoran kolom, adukan tidak boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m. 6. Perawatan beton

 secara umum harus memenuhi persyaratan PBI 71 Bab. 6.6

 Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum saatnya dengan cara mempertahankan dimana kondisi kehilangan kelembaban minimal adalah minimal suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan dalam waktu proses hidrasi semen serta pengerasan beton

 Perawatan beton dimulai segera pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus paling sedikit dua minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi 30 ocelsius selanjutnya untuk daerah-daaerah dimana terdiri dari beton yang bersangkutan untuk setiap 10 m3 . Pengukuran harus terus dilakukan 3 kali sehari setiap hari setelah sampai pembukaan cetakan, pembukaan baru dapat dilakukan setelah temperatur beton terhadap cuaca di sekeliling tidak lebih dari 30 oC . Demikian perawatan beton tetap dilakukan terus menerus dan dapat dihentikan bila ada temperatur beton terhadap cuaca disekeliling tidak lebihd dari 30 oC.

Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan adukan beton harus tetap dalam keadanan basah, apabila cetakan dan acuan beton dibuka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi beton terus menerus dengan menutupi dengan karung –karung bawah atau yang disetujui direksi.

Beton Kedap Air

1. Beton untuk tangki air, ground tank dan pekerjaan beton lainnya yang berhubungan dengan air harus dibuat kedap air, misal dengan penambahan bahan adiktif yang sesuai dan atas persetujuan Direksi. Penggunaan bahan addiktive harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuat serta adanya jaminan bahwa bahan adiktif tersebut tidak mempengaruhi kekuatan maupun ketahanan beton.

2. Kontraktor harus mendapatkan persetujuan Direksi dalam cara hal pengadukan, campuran beton, pengangkutan, pengecoran, dan perawatan beton serta pengawasannya untuk mendapatkan sifat-sifat kedap air pada bagian pekerjaan itu.

3. Nilai slump beton yang diperlukan adalah minimum untuk menjamin pengecoran dan pemadatan beton sesuai.

4. Kontraktor harus bertanggung jawab atas pekerjaan beton tersebut terhadap sifat kedap airnya. Apabila terjadi kebocoran atau rembesan air maka semua biaya perbaikannya untuk mengembalikan sifat kedap air tersebut adalah menjadi tanggung

jawab kontraktor.

5. Kontraktor harus memberikan jaminan untuk jangka waktu 10 tahun terhadap kedap air hasil pekerjaannya terhitung sejak selesainya masa pelaksanaan pekerjaan.

6. Apabila terjadi kebocoran atau kerusakan-kerusakan lain selama jangka waktu tersebut dalam (5), kontraktor atas biya sendiri harus segera memperbaiki bagian mengalami kerusakan tersebut sampai permukaan akhir termasuk juga memperbaiki peralatan- peralatan seperti peralatan listrik, pengatur udara (AC) dan instalasi lainnya yang mengalami kerusakan akibat pengaruh tersebut diatas.

Pelaksanaan Beton Kedap Air

1. Betom yang dipakai untuk tangki air, ground tank harus dibuat kedap air. Bila dipakai bahan addiktive tersebut harus disetujui oleh Direksi.

2. Kontraktor harus mendapat persetujuan Direksi dalam cara hal pengadukan, campuran, beton, pengangkutan, pengecoran, dan perawatan beton serta pengawasannya untuk mendapatkan sifat- sifat kedap air pada bagian tersebut.

3. Nilai slump beton adalah (10 + 2) cm.

4. Sebelum pengecoran pelat, maka harus terlebih dahulu dibuatkan atau sementara yang akan melindungi beton yang baru dicor terhadap terik matahari dan hujan.

5. Selama 14 (empat belas) hari beton pelat harus dipelihara tetap dibasahi (direndam air).

6. Bekisting untuk dinding hanya boleh dibuka bila beton sudah berumur 3 (tiga) hari. Setelah bekisting dibuka, dinding beton harus tetap ditutup oleh karung basah. Penyiraman dinding beton dilakukan minimal 3 kali, selama 14 ahri berturut.

7. Water stop harus dipasang diikat dengan baik, sehingga terjamin tidak akan terlepas dapat saat pengecoran.

8. Sambungan pengecoran, harus dichipping dan dibersihkan gumpalan-gumpalan semen. Sebelum pengecoran maka sambungan harus dilapis dengan calbond.

9. Penutupan dinding bekisting harus disetujui Direksi.

10.Pengujian sifat kedap air dilakukan setelah beton berumur 21 hari. Pengujian dilakukan dengan memasukan air pada Ground tank dan bak penampung. Pengamatan dilakukan selama minimal 3 hari berturut-turut.

11.Bila dijumpai keropos atau rembesan pada dinding maupun sambungan pengecoran, maka kontraktor harus memperbaiki kebocoran tersebut dengan grouting ataupun injeksi, atas biaya kontraktor.

12.Kontraktor bertanggungjawab atas pekerjaan beton tersebut terhadap sifat kedap airnya. Apabila terjadi kebocoran atau rembesan air maka biaya perbaikannya untuk mengembalikan sifat kedap air tersebut adalah menjadi tanggung jawab kontraktor.

13.Pemadatan tanah yang berada dibawah pelat harus menggunakan mesin gilas guna mendapatkan pemadatan yang merata pada seluruh daerah.

Cacat pada Beton

Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan Direksi mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :

1. Konstruksi beton yang keropos.

2. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti direncanakan atau posisinya tidak sesuai gambar.

direncanakan.

4. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.

5. Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya ahrus dibongkar dan diganti dengan yang baru, kecuali Direksi dan konsultan menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut. Untuk itu kontraktor harus mengajukan usulan-usulan perbaikan yang kemudian akan diteliti / diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut diangga p memungkinkan.

Pemasangan Pipa, Saluran Listrik Dan Lain-Lain Akan Tertanam Di Dalam Beton

1. Penempatan saluran / pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengurang kekuatan struktur dengan memperhatikan persyaratan PBI 1971 – Bab 5.7

2. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian-bagian struktur beton bila tidak ditunjukan secara detail di dalam gambar. Didalam beton perlu dipasang selongsong pada tempat-tempat yang dilewati pipa.

3. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukan di dalam gambar, tidak dibenarkan untuk menanam saluran listrik di dalam struktur beton.

4. Apabila dalam pemasangan pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang tertanam dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka kontraktor harus segera mengkonsultasikan hal ini dengan Direksi.

5. Tidak dibenarkan untuk membengkokan atau menggeser/memindahkan baja tulangan tersebut dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa ijin tertulis dari Direksi.

Benda-Benda yang Ditanam dalam Beton

1. Semua bagian-bagian/peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-angkur, kait dan pekerjaan lainnya yang ada hubungannya dengan bekerjaan beton harus sudah dipasang sebelum pengecoran beton dilaksanakan.

2. Bagian-bagian/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya yang diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran beton dilaksanakan.

3. Kontraktor utama harus memberitahukan serta memberi kesempatan kepada pihak lain untuk memasang bagian- bagian/peralatan tersebut sebelum pelaksanaan pengecoran beton.

4. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong dapat benda/peralatan yang akan ditanam dalam beton yang mana rongga diharuskan tidak terisi beton harus ditutupi dengan bahan lain yang mudah dilepas nantinya setelah pelaksanaan pengecoran beton.

PEKERJAAN

Dalam dokumen LPSE BMKG DOKPEL STAMET 2016 (Halaman 111-115)