• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

F. Pengujian Pengendalian

Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan efektivitas desain atau operasi pengendalian internal (Mulyadi 2002: 229). Dalam memenuhi standar auditing menurut Mulyadi (2002: 198-200) perlu dibedakan antara prosedur pemahaman atas pengendalian internal dan pengujian pengendalian (test of control). Auditor melaksanakan prosedur pemahaman pengendalian internal dan informasi apakah desain tersebut dilaksanakan. Pelaksanaan standar mewajibkan auditor untuk melakukan pengujian terhadap efektivitas pengendalian internal untuk dapat mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Pengujian kepatuhan (compliance test) yaitu untuk menentukan informasi yang dikumpulkan oleh auditor benar-benar ada atau pengujian pengendalian (test of control). Untuk menguji tingkat kepatuhan terhadap pengendalian internal, auditor melakukan dua macam pengujian yaitu:

Pengujian adanya kepatuhan untuk menentukan apakah informasi mengenai struktur pengendalian yang dikumpulkan oleh auditor benar-benar ada. Pengujian kepatuhan dapat dilakukan dengan dua macam yaitu:

a. Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi tertentu.

Dalam membuktikan adanya kepatuhan pengendalian internal, auditor dapat memilih beberapa transaksi tertentu, kemudian melakukan pengamatan adanya unsur-unsur struktur pengendalian internal. Auditor melakukan pengamatan unsur-unsur struktur pengendalian internal sejak cek diterima oleh fungsi penerima surat sampai dengan cek disetor oleh fungsi penerima kas ke bank. Terdapat beberapa pengujian untuk transaksi ini yaitu:

1) Pengamatan (mungkin bersifat mendadak) terhadap penerimaan cek dan surat pemberitahuan dari debitur yang dilakukan oleh fungsi penerima surat. Auditor bertugas untuk mengamati pembuatan daftar surat pemberitahuan oleh fungsi penerima surat dan pengiriman cek ke fungsi penerima kas serta pengiriman surat pemberitahuan dan daftar surat pemeritahuan ke fungsi pencatat piutang.

2) Pengamatan terhadap pembuatan bukti setor bank. Auditor mengamati endorsement atas setiap cek oleh pejabat yang berwenang, memastikan bahwa jumlah cek yang akan diterima

disetor segera ke bank dengan melakukan rekonsiliasi bukti setor bank dengan daftar surat pemberitahuan yang dibuat oleh fungsi penerima surat.

3) Pengamatan penyetoran cek ke bank. Dalam hal tertentu auditor tidak melakukan pengamatan penyetoran cek ke bank, namun menempuh konfirmasi ke bank untuk memastikan bahwa jumlah kas yang diterima dari piutang disetor seluruhnya ke bank dengan segera.

4) Pemeriksaan atas pencatatan penerimaan kas dari debitur tersebut ke dalam kartu piutang debitur yang bersangkutan dan ke dalam jurnal penerimaan kas.

b. Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang telah dicatat Auditor melakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian internal dengan cara melaksanakan pengujian terhadap transaksi tertentu yang telah terjadi dan telah dicatat dalam catatan akuntansi. Dalam hal ini auditor harus memilih transaksi tertentu kemudian mengikuti pelaksanaannya (reperforming) sejak awal sampai selesai, melalui dokumen-dokumen yang dibuat dalam transaksi tersebut dan pencatatannya dalam catatan akuntansi. 2. Pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian internal.

Dalam pengujian pengendalian terhadap pengendalian internal, auditor tidak hanya berkepentingan terhadap eksistensi unsur-unsur struktur pengendalian internal, namun auditor juga berkepentingan

terhadap tingkat kepatuhan klien terhadap pengendalian internal. Pengujian tingkat kepatuhan klien terhadap pengendalian internal penerimaan kas, auditor dapat menempuh prosedur audit sebagai berikut:

a. Mengambil sampel bukti penerimaan kas dan memeriksa kelengkapan dokumen pendukungnya serta tanda tangan pejabat yang berwenang. Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan kepastian transaksi penerimaan kas telah diotorisasi oleh pejabat-pejabat berwenang.

b. Melaksanakan pengujian bertujuan ganda (dual-purpose test), yang merupakan kombinasi antara pengujian yang tujuannya untuk menilai efektivitas pengendalian internal (pengujian pengendalian) dan pengujian yang bertujuan menilai kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan (pengujian substantif).

Dalam melakukan pengujian terhadap karakteristik sebagian bukti tersebut, menurut Mulyadi (2002: 251-273) auditor dapat menempuh 4 cara yaitu: mengambil sampel 100%, melaksanakan

judgement sampling, melakukan representative sampling, atau

melakukan statistical sampling. Penggunaan statistical sampling auditor memilih anggota sampel secara acak dari seluruh anggota populasi, dan menganalisis hasil pemeriksanaan terhadap anggota sampel secara sistematis. Pada statistical sampling terdapat atributte

sampling yang digunakan untuk menguji efektivitas pengendalian

internal. Terdapat tiga model atribut sampling yaitu:

1. Fixed-sample size attributte sampling

Model pengambilan sampel ini adalah model yang paling banyak digunakan dalam audit, karena model ini ditujukan untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu dalam populasi. Berikut adalah prosedur pengambilan sampel yang dipakai pada model

fixed-sample size attributte sampling:

a. Penentuan atributte yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas pengendalian internal

b. Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya c. Penentuan besarnya sampel

d. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi

e. Pemeriksaan terhadap atributte yang menunjukan efektivitas unsur pengendalian internal

f. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap atributte anggota sampel. 2. Stop-or-go sampling

Model pengambilan sampel ini disebut dengan decision atributte

sampling. Model ini dapat mencegah auditor dari pengambilan sampel

yang terlalu banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini digunakan auditor jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat kecil. Berikut

adalah prosedur yang ditempuh auditor dalam menggunakan

stop-or-go sampling.

a. Tentukan desired upper precision dan tingkat keandalan

b. Gunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian guna menentukan sampel pertama yang harus diambil c. Buatlah tabel stop-or-go decision

d. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel. 3. Discovery sampling

Model pengambilan sampel ini cocok digunakan jika tingkat kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat rendah atau mendekati nol. Model ini dipakai auditor untuk menemukan kecurangan, pelanggaran yang serius dari unsur pengendalian internal, dan ketidakberesan yang lain. Prosedur yang digunakan oleh auditor dalam pengambilan sampel pada model ini yaitu:

a. Tentukan atribut yang akan diperiksa

b. Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya c. Tentukan tingkat keandalan

d. Tentukan desired upper precision limit e. Tentukan besarnya sampel

f. Periksa atributte sample

45

Dokumen terkait