• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisikan kesimpulan dari analisis dan pembahasan, keterbatasan dalam penelitian serta saran untuk tempat penelitian ini dilakukan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi.

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pengendalian internal

1. Pengertian Pengendalian internal

Terdapat beberapa definisi mengenai pengendalian internal, yaitu: Menurut International Standard on Auditing (ISA 315: 4c) dalam Tuanakotta (2012: 126)

“Pengendalian internal adalah proses yang dirancang, diimplementasi dan dipelihara oleh TCGW (Those charged with

governance), manajemen, dan karyawan lain untuk memberikan

asurans yang memadai tentang tercapainya tujuan entitas mengenai keandalan pelaporan keuangan, efektif dan efisiennya operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan.” Pengendalian internal menurut Mulyadi (2014:180) menyatakan bahwa:

“Pengendalian internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling

berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.”

Pengendalian internal menurut Tuanakotta (2012: 352) menyatakan bahwa:

“Pengendalian internal adalah proses, kebijakan, dan prosedur yang dirancang oleh manajemen untuk memastikan pelaporan keuangan yang andal dan pembuatan laporan keuangan sesuai dengan kerangka akuntansi yang berlaku.”

2. Tujuan Pengendalian internal

Pengendalian internal merupakan jawaban manajemen untuk menangkal risiko yang diketahui, atau dengan kata lain, pengendalian internal dibuat untuk mencapai suatu tujuan pengendalian (control

Tujuan pengendalian internal secara garis besar menurut Tuanakotta (2012: 127) terbagi dalam empat kelompok yaitu:

a. Strategis, sasaran-sasaran utama (high-level goals) yang mendukung misi entitas;

b. Peloporan keuangan (pengendalian internal atas pelaporan keuangan);

c. Operasi (pengendalian operasional atau operational controls); d. Kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan.

Menurut CPA Australia (2011: 4), tujuan dari pengendalian internal yaitu: Help align the performance of the organization with the overall

objectives, Encourage good management, Ensure proper financial reporting, Safeguard assets; Deter and detect fraud and error, Reduce exposure to risks.

Menurut Mulyadi (2016: 140) tujuan pengendalian internal akuntansi adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kekayaan perusahaan:

1) Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan;

2) Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan dengan kekayaan yang sesungguhnya ada.

b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi:

1) Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan;

2) Pencatatan transaksi yang terjadi dalam catatan akuntansi. Tujuan tersebut dirincikan oleh Mulyadi (2016: 141) sebagai berikut:

a. Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan: (1) Pembatasan akses langsung terhadap kekayaan, (2) Pembatasan akses tidak langsung terhadap kekayaan. b. Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan dengan kekayaan yang sesungguhnya ada: (1) Pembandingan secara periodik antara catatan akuntansi dengan kekayaan yang sesungguhnya ada, (2) Rekonsiliasi antara catatan akuntansi yang diselenggarakan.

c. Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah diterapkan: (1) Pemberian otorisasi oleh pejabat yang berwenang, (2) Pelaksanaan transaksi sesuai dengan otorisasi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang.

d. Pencatatan transaksi yang terjadi dalam catatan akuntansi: (1) Pencatatan semua transaksi yang terjadi, (2) Transaksi yang dicatat adalah benar-benar terjadi, (3) Transaksi dicatat dalam jumlah yang benar, (4) Transaksi dicatat dalam periode akuntansi yang

seharusnya, (5) Transaksi dicatat dengan penggolongan yang seharusnya, (6) Transaksi dicatat dan diringkas dengan teliti. 3. Komponen Pengendalian internal

Menurut COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the

Treadway Commission) dalam Jusup (2001: 257-270) terdapat lima

komponen pengendalian internal yang saling berkaitan sebagai berikut: a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian mempengaruhi suasana suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran tentang pengendalian kepada orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan landasan bagi komponen-komponen pengendalian lainnya, dengan menciptakan displin dan struktur. Lingkungan pengendalian terdiri dari beberapa faktor yaitu:

1) Integritas dan Nilai-nilai Etika

Untuk menekankan pentingnya integritas dan nilai-nilai etika diantara personil suatu organisasi , manajemen puncak harus melakukan beberapa hal sebagai berikut:

a) Menciptakan iklim dengan memberikan contoh; menunjukan integritas dan berperilaku dengan standar etika yang tinggi

b) Mengkomunikasikan kepada karyawan, secara lisan dan melalui kebijakan serta aturan-aturan perilaku tertulis, untuk menunjukan bahwa karyawan mempunyai

tanggungjawab melaporkan tentang semua pelanggaran yang diketahui atau dicurigai kepada atasannya;

c) Memberi pedoman moral kepada karyawan;

d) Mengurangi atau menghilangkan dorongan dan godaan yang bisa membuat orang menjadi tidak jujur, melanggar hukum, dan bertindak tidak etis.

2) Komitmen terhadap Kompetensi

Komtimen terhadap kompetensi meliputi pertimbangan manajemen tentang pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan perpaduan atara intelegensi, keterampilan, dan pengalaman yang diminta untuk pengembangan kompetensi. 3) Dewan komisaris dan Komite Audit

Komposisi dewan komisaris dan komite audit serta cara bagaimana mereka melakukan tanggungjawab pengawasan terhadap pengawasan dampak yang besar terhadap lingkungan pengendalian. Komiten audit yang hanya terdiri dari luar perusahaan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pemenuhan tujuan pelaporan keuangan suatu entitas dengan meningkatan independensi auditor eksternal.

4) Falsafah Manajemen dan Gaya Operasi

Banyak karakteristik yang membentuk falsafah manajemen dan gaya operasi, dan memiliki dampak terhadap lingkungan pengendalian. Karateristik tersebut meliputi: pendekatan

untuk mengambil dan memonitor risiko bisnis, penekanan pada kontak-kontak informal langsung dengan manajer-manajer kunci atau pada sistem kebijakan tertulis yang formal. Indikator-indikator kinerja dan laporan penyimpangan, kebiasaan, dan tindakan terhadap laporan keuangan, pemillihan prinsip akuntansi alternatif, kehati-hatian dan konservatif dalam mengembangkan taksiran akuntansi, serta kebiasaan dalam mengolah informasi dan fungsi akuntansi serta personalia.

5) Struktur Organisasi

Struktur organisasi sangat berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuannya, karena struktur organisasi memberikan kerangka menyeluruh serta perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan serta pemonitoran aktivitas perusahaan.

Struktur organisasi berkontribusi terhadap kemampuan entitas untuk memenuhi tujuan dengan menyediakan kerangka kerja menyeluruh atas perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan aktivitas suatu entitas. Pada struktur organisasi terdapat penetapan wewenang dan tanggungjawab serta kepada siapa tanggungjawab tersebut dibebankan (Kell, 2003: 382).

6) Perumusan Kewenangan dan Tanggungjawab

Perumusan kewenangan dan tanggungjawab ini merupakan lanjutan pengembangan stuktur organisasi. Hal ini menyangkut tentang bagaimana dan kepada siapa kewenangan serta tanggungjawab diberikan.

7) Kebijakan dan Praktik di Bidang Sumber Daya Manusia

Keefektifan pengendalian internal sangat tergantung kepada kebijakan dan praktik tentang sumber daya manusia yang dianut, yang menentukan apakah personil perusahaan memiliki tingkat integritas yang diharapkan, nilai-nilai, etika, dan kompetensi.

Menurut Kell (2003: 383), kebijakan dan praktik yang sehat menjamin personel memiliki integritas, nilai etika, dan kompetensi yang diharapkan.

b. Perhitungan Risiko

Perhitungan risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko suatu perusahaan berkenaan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. c. Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi yang berhubungan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang mencakup sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan-catatan yang digunakan untuk

mengidentifikasi, menggabungkan, menganalisis, menggolongkan, mencatat, dan melaporkan transaksi perusahaan dan menyelengarakan pertanggungjawaban atas aktiva dan kewajiban yang bersangkutan. Komunikasi menyangkut pemberian pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggungjawab masing-masing individu berkenaan dengan struktur pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

d. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dijalankan. Kebijakan dan prosedur tersebut membantu meyakinkan bahwa tindakan yang telah diperlukan telah dijalankan untuk mencapai tujuan perusahaan. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan pada berbagai jenjang organisasi dan fungsi. Aktivitas pengendalian yang relevan pada audit laporan keuangan dapat dikelompokkan dengan berbagai cara pengendalian pengolahan informasi yaitu:

1) Pengendalian Umum

Pengendalian umum berhubungan dengan pengoperasian pusat data secara keseluruhan yang antara lain meliputi pengorganisasian pusat data, perangkat keras, dan penerapan sistem lunak beserta pemeliharaannya termasuk juga prosedur

2) Pengendalian Aplikasi

Pengendalian aplikasi berhubungan dengan pengelolaan jenis transaksi tertentu, seperti pembuatan faktur untuk pelanggan, pembayaran ke pemasok, dan penyiapan daftar gaji. Pengendalian yang berhubungan dengan pengolahan transaksi-transaksi tertentu, baik dilakukan dengan menggunakan komputer maupun dikerjakan secara manual, dapat dikelompokkan sebagai berikut: pengotorisasian yang tepat, dokumen dan catatan, dan pengecekan independen.

3) Pemisahan Tugas

Pemisahan tugas dimaksudkan untuk menjamin bahwa seseorang tidak melakukan perangkapan tugas yang tidak boleh dirangkap. Tugas-tugas dipandang tidak bisa dirangkap dari sudut pengendalian apabila terdapat kemungkinan seseorang melakukan kekeliruan dan ketidakbenaran dan kemudian dalam posisi yang lain seseorang tersebut mempunyai kesempatan untuk menyembunyikannya.

4) Pengawasan Fisik

Pengawasan fisik berhubungan dengan pembatasan dua jenis akses terhadap aktiva dan catatan-catatan penting yaitu: akses fisik secara langsung dan akses tidak langsung melaui pembuatan atau pengelolaan dokumen.

5) Review Kinerja

Review atas kinerja mencakup review dan analisis yang

dilakukan oleh manajemen atas: laporan yang berisi saldo-saldo rekening, hasil sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, atau dengan periode tahun lalu, dan hubungan antara berbagai data yang berbeda seperti antara data keuangan dan data nonkeuangan

e. Pemonitoran (Monitoring)

Pemonitoran adalah suatu proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian internal sepanjang masa. Hal itu menyangkut penilaian tentang rancangan dan pelaksanaan operasi pengendalian oleh orang yang tepat untuk setiap periode waktu tertentu, waktu menentukan bahwa sistem pengendalian internal telah berjalan sesuai dengan yang dikehendaki dan bahwa modifikasi yang diperlukan karena adanya perubahan-perubahan kondisi telah dilakukan.

4. Unsur Sistem Pengendalian internal

Dalam sistem pengendalian internal terdapat empat unsur pokok menurut Mulyadi (2016: 130-135) diantaranya adalah:

a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas

Struktur organisasi merupakan rerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang

dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Dalam pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini berdasarkan kepada prinsip berikut:

1) Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan;

2) Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.

b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap aset, utang, pendapatan, dan beban.

Setiap transaksi hanya terjadi apabila terdapat otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Formulir menjadi alat untuk merekam setiap penggunaan wewenang dalam memberikan otorisasi terjadinya transaksi dalam organisasi. Pencatatan akuntansi menggunakan formulir berguna sebagai dokumen yang dipakai untuk membuat laporan keuangan. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalannya (reliability) yang tinggi. Sistem otorisasi dibuat untuk membagi wewenang untuk otorisasi atas transaksi yang terjadi.

c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan dibuat dengan tujuan menciptakan praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Banyak cara-cara yang ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat yaitu dengan:

1) Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. Formulir merupakan alat untuk memberikan otorisasi terlaksananya transaksi, pengendaliannya menggunakan nomor urut tercetak sehingga dapat dipertanggungjawabkan atas terlaksananya transaksi.

2) Pemeriksaaan mendadak (suprised audit) dilakukan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Pemeriksaan ini akan mendorong karyawan dalam mematuhi aturan yang telah ditetapkan. 3) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai

akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. Transaksi yang dilaksanakan dengan campur tangan pihak lain maka akan terjadi intern check terhadap pelaksanaan tugas setiap unit organisasi yang terkait.

4) Perputaran jabatan (job rotation) dilakukan untuk menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya sehingga persekongkolan dapat dihindari.

5) Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. Hal ini dilakukan oleh karyawan kunci. Pada saat cuti yang dilakukan oleh karyawan kunci tersebut maka posisinya akan digantikan oleh karyawan lain sehingga apabila terjadi kecurangan oleh karyawan kunci akan terungkap.

6) Secara periodik diadakan pencocokan fisik aset dengan catatannya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya melalui pencocokan atau rekonsiliasi antara kekayaan fisik dengan catatan akuntansi.

7) Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian internal yang lain. Keefektifan dalam menjalankan tugasnya maka dibuatlah satuan pengawas intern yang bertujuan untuk menjamin efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian internal.

d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian internal yang paling penting. Perusahaan yang memiliki karyawan yang berkompeten dan jujur, unsur pengendalian dapat dikurangi sampai pada batas minimum. Karyawan yang berkompeten dan dapat

dipercaya tidak menjadi satu-satunya unsur di dalam pengendalian internal karena karyawan memiliki sifat yang manusiawi yaitu: cepat bosan, tidak pernah puas, dan memiliki masalah pribadi yang mengganggu pekerjaannya. Perusahaan dituntut untuk mendapatkan karyawan yang berkompeten dan dapat dipercaya, berbagai cara yang ditempuh perusahaan untuk mendapatkan karyawan yang berkompeten dan dapat dipercaya sebagai berikut:

1) Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.

2) Menganalisis jabatan yang ada dalam perusahaan dan menentukan syarat-syarat yang dipenuhi oleh calon karyawan yang akan menduduki jabatan tersebut.

3) Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan perusahaannya.

5. Sistem Pengendalian internal pada Paroki

Berdasarkan petunjuk teknis keuagan paroki (PTKAP) (2008: 198) terdapat pedoman penyusunan pelaksanaan keuangan dan akuntansi paroki (PPKAP) wajib memasukan pengendalian internal yang baik yaitu:

a. Adanya pembagian tugas dalam pengelolaan keuangan khususnya yang berkaitan dengan kewenangan otorisasi (pemberian

persetujuan), pencatatan transaksi, penyimpanan uang, dan pengelolaan aktiva tetap (Harta benda Gerejawi selain uang)

b. Prosedur pencatatan transaksi keuangan, contoh: prosedur penerimaan kolekte harus dibuat dan ditetapkan sedemikian rupa sehingga kebocoran (penyelewengan) tidak terjadi.

c. Pemberian nomor urut tercetak pada setiap dokumen akuntansi yang digunakan.

d. Adanya dokumentasi yang baik untuk setiap transaksi keuangan yang mencakup pemberian nomor bukti transaksi dan penyimpanan secara rapi sehingga pencarian kembali mudah dilakukan.

e. Adanya monitoring secara berkala dan berjenjang atas pengelolaan keuangan dan proses akuntansi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang.

f. Adanya Rancangan Anggaran Penerimaan dan Biaya (RAPB) dan Rancangan Anggaran Investasi (RAI) yang disusun berdasarkan visi, misi, dan fokus pastoral Paroki.

g. Laporan keuangan yang tepat waktu. B. Akuntansi Penerimaan Paroki

1. Pengertian Penerimaan Paroki

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 23 tentang pendapatan yang tercantum dalam Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki (PTKAP) (2008: 58) penerimaan diartikan sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal

paroki selama suatu periode, arus kas masuk itu mengakibatkan kenaikan aktiva bersih.

2. Klasifikasi Penerimaan Paroki

Berdasarkan jenisnya menurut PTKAP (2008: 58) penerimaan yang mengakibatkan kenaikan aktiva bersih berdasarkan pada ada tidaknya pembatasan diklasifikasikan menjadi:

a. Penerimaan aktiva bersih tidak terikat yaitu penerimaan aktiva bersih yang penggunaannya tidak dibatasi

b. Penerimaan aktiva bersih terikat sementara yaitu penerimaan aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi sampai dengan periode tertentu atau sampai dipenuhinya keadaan tertentu.

3. Penerimaan Aktiva Bersih Tidak Terikat terdiri dari:

a. Penerimaan Aktiva Tidak Terikat – Kolekte dan Persembahan Penerimaan aktiva tidak terikat di dalam paroki seperti kolekte dan persembahan. Kolekte adalah penerimaan persembahan dari umat, berikut adalah rincian kolekte sebagai berikut:

1) Kolekte Umum dan persembahan bulanan

Penerimaan kolekte misa mingguan dan persembahan bulanan dari umat. Kolekte umum dan persembahan bulanan ini dipakai untuk perhitungan dana solidaritas yang wajib disetorkan kepada Keuskupan Agung Semarang (KAS) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Kolekte Misa dan Persembahan Paskah

Penerimaan kolekte misa yang terjadi pada Rabu Abu dan Tri Hari Suci serta persembahan Paskah.

3) Kolekte Misa dan Persembahan Natal

Penerimaaan kolekte ini terjadi pada kolekte misa Natal dan persembahan Natal.

4) Kolekte Novena

Penerimaan kolekte yang diterima dalam penyelenggaraan Novena

5) Kolekte Misa lain

Penerimaan ini yaitu penerimaan kolekte misa yang diterima selain dari kolekte yang telah disebutkan diatas dan tidak ditentukan intensinya.

b. Penerimaan Akiva Bersih Tidak Terikat – Penerimaan Sumbangan Bebas

Penerimaan aktiva bersih tidak terikat atau penerimaan sumbangan bebas yaitu penerimaan yang berasal dari sumbangan yang oleh penyumbang tidak ditentukan atau dibatasi penggunaannya, berikut adalah rincian sumbangan tidak terikat:

1) Sumbangan Umat yaitu sumbangan dari umat yang tidak memiliki maksud tertentu

2) Sumbangan perkawinan yaitu sumbangan yang diperoleh umat yang akan melangsungkan pernikahan dan bukan diterima karena pemakaian gedung Gereja

3) Sumbangan pemakaian Gereja yaitu sumbangan yang diperoleh dari penggunaan gedung Gereja umtuk kepentingan khusus dan atau kelompok umat misalkan Misa perkawinan 4) Sumbangan pemakaian wisma Paroki yaitu sumbangan yang

diperoleh dari penggunaan wisma Paroki misal: resepsi pernikahan, dan rekoleksi

5) Sumbangan cetak lembaran misa yaitu sumbangan yang diperoleh dari umat sebagai penggantian ongkos cetak teks misa hari sabtu dan minggu (selain buku misa hari raya Paskah dan Natal)

6) Sumbangan bebas lain yaitu sumbangan yang tidak memiliki maksud tertentu dan yang tidak masuk salah satu klasifikasi di atas

c. Penerimaan Aktiva Bersih Tidak Terikat – Penerimaan Devosionalia

Penerimaan Devosionalia adalah salah satu contoh dari penerimaan aktiva bersih tidak terikat. Penerimaan Devosionalia yaitu penerimaan yang sumber dananya berasal dari penyediaan benda devosi sebagai berikut:

1) Sumbangan barang devosi yaitu sumbangan dari umat yang diberikan sebagai pengganti ongkos barang-barang devosi 2) Sumbangan lilin devosi yaitu hasil sumbangan kotak lilin

devosi yang disediakan untuk umat di tempat doa

3) Sumbangan buku panduan teks misa yaitu sumbangan penggantian ongkos cetak dan sumbangan lain yang terkait dengan pengadaan buku misa pada hari besar, misal: misa Paskah, Natal, HUT Paroki, dll

4) Penerimaan devosionalia lain yaitu penerimaan lain devosionalia yang tidak masuk salah satu klasifikasi di atas. d. Penerimaan Aktiva Bersih Tidak Terikat – Penerimaan Subsidi Penerimaan subsidi yaitu penerimaan untuk membiayai aktivitas rutin dan program kegiatan Paroki dengan rincian sebagai berikut:

1) Penerimaan Subsidi dari KAS yaitu penerimaan subsidi dari KAS untuk membiayai aktivitas rutin dan program kegiatan 2) Penerimaan subsidi dari Tarekat yaitu penerimaan subsidi

dari tarekat untuk membiayai aktivitas rutin dan program kegiatan

3) Penerimaan subsidi dari Paroki yaitu penerimaan subsidi dari Paroki untuk membiayai aktivitas rutin dan program kegiatan.

e. Penerimaan Aktiva Bersih Tidak Terikat – Penerimaan Lain-lain Penerimaan lain-lain digunakan untuk mencatat penerimaan yang tidak bisa diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi yang sudah ada sebagai berikut:

1) Hasil bunga bank, netto yaitu penerimaan dari bunga dan jasa giro bank setelah dikurangi pajak

2) Hasil parkir yaitu penerimaan sumbangan parkir dari umat pada kegiatan Gereja

3) Hasil kantin yaitu penerimaan dari hasil pengelolaan kantin paroki

4) Hasil bunga dan cinta kasih, netto yaitu penerimaan dari bunga dan jasa giro bank dana cinta kasih setelah dikurangi pajak

5) Keuntungan selisih kurs yaitu kelebihan nilai yang timbul karena penjabaran nilai valuta asing dalam valuta yang berbeda

6) Keuntungan penjualan aktiva tetap yaitu penerimaan yang timbul dari penjualan atas pelepasan aktiva tetap

7) Hasil atau penerimaan lain-lain yaitu penerimaan lain yang tidak masuk dalam salah satu klasifikasi di atas.

f. Penerimaan Aktiva Bersih Tidak Terikat Karena Berakhirnya Pembatasan (KBP)

KBP digunakan untuk mencatat penerimaan dari ABTS yang berakhir pembatasannya dengan rincian sebagai berikut:

1) Penerimaan dana ABTS-KBP dana papa miskin yaitu penerimaan dari ABTS dana papa miskin yang telah berakhir pembatasannya

2) Penerimaan dana ABTS-KBP dana pendidikan yaitu penerimaan dari ABTS dana pendidikan yang telah berakhir pembatasannya

3) Penerimaan dana ABTS-KBP dana kesehatan yaitu penerimaan ABTS dana kesehatan yang telah berakhir pembatasannya

6. Penerimaan Aktiva Bersih Terikat Sementara

Penerimaan aktiva bersih terikat sementara adalah penerimaan arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang penggunaannya dibatasi sampai dengan periode waktu tertentu atau sampai dipenuhinya keadaan tertentu dan mengakibatkan kenaikan aktiva bersih terikat sementara. Penerimaan aktiva bersih terikat sementara terdiri dari:

a. Penerimaan APP dan Kolekte Khusus

Penerimaan Aksi Puasa Pembangunan (APP) dan kolekte tertentu tertentu yang wajib disetorkan kepada KAS, yang terdiri dari:

1) Penerimaan Kolekte Pelayan-pelayan Gereja yaitu kolekte kedua pada misa mingguan (sabtu dan minggu ketiga) yang berdasarkan surat keputusan Uskup ditetapkan untuk membiayai keperluan para pelayan Gereja dan pelaksanaannya dikoordinir oleh KAS.

2) Penerimaan APP yaitu penerimaan uang yang pengumpulannya dilakukan selama masa pra-paskah termasuk kolekte Minggu Palma sebagai salah satu perwujudan tobat umat.

3) Penerimaan Kolekte Minggu Kitab Suci yaitu kolekte misa mingguan (sabtu dan minggu) yang penggunaannya secara khusus ditetapkan untuk kitab suci.

4) Penerimaan Kolekte Minggu KOMSOS yaitu kolekte misa mingguan (sabtu dan minggu) yang penggunaannya secara khusus ditetapkan untuk komunikasi sosial.

5) Penerimaan Kolekte Kerasulan Kaum Remaja (Karya Kepausan Indonesia (KKI) – Anak dan Remaja) yaitu kolekte misa mingguan (sabtu dan minggu) yang penggunaannya secara khusus ditetapkan untuk kerasulan anak dan remaja. 6) Penerimaan Kolekte Minggu Panggilan (Karya Kepausan

Indonesia (KKI) – Minggu Panggilan) yaitu kolekte misa mingguan (sabtu dan minggu) yang penggunaannya secara khusus ditetapkan untuk Panggilan.

7) Penerimaan Kolekte Karya Kerasulan Sri Paus yaitu kolekte misa mingguan (sabtu dan minggu) yang penggunaannya secara khusus ditetapkan untuk karya Sri Paus.

8) Penerimaan Kolekte Minggu Misi (Karya Kepausan Indonesia (KKI) – Minggu Misi) yaitu kolekte misa mingguan (sabtu dan

Dokumen terkait