• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORI

4. Pengujian Pengendalian

Pengujian pengendalian (test of control) atau pengujian kepatuhan

(compliance tests) merupakan pengujian yang dilakukan terhadap efektivitas pengendalian intern dalam mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

Untuk menguji kepatuhan terhadap pengendalian intern, dilakukan dua macam pengujian yaitu:

1). Penggujian adanya kepatuhan terhadap pengendalian intern. 2). Pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian intern.

Berikut diuraikan lebih lanjut tentang pengujian kepatuhan dan pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian intern.

1). Jenis Pengujian Pengendalian

Ada dua jenis pengendalian intern seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu:

(1). Pengujian Adanya Kepatuhan

Untuk menentukan apakah informasi mengenai pengendalian intern yang diumpulkan benar-benar ada, dilakukan dua macam pengujian, yaitu:

(1.1). Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi tertentu.

Dalam membuktikan adanya kepatuhan pengendalian intern, dapat dipilih transaksi tertentu kemudian dilakukan pengamatan adanya unsur-unsur pengendalian intern dalam pelaksanaan

transaksi tersebut, sejak transaksi tersebut dimulai sampai dengan selesai.

(1.2). Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang telah dicatat.

Dalam hal ini harus dipilih transaksi tertentu kemudian mengikuti pelaksanaannya (reperforming) sejak awal sampai selesai, melalui dokumen-dokumen yang dibuat dalam transaksi tersebut dan pencatatannya dalam catatan akuntansi.

(2). Pengujian Tingkat Kepatuhan

Dalam pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian intern dapat ditempuh beberapa prosedur audit berikut ini:

(2.1). Memeriksa kelengkapan dokumen pendukung suatu transaksi yang diambil sampelnya. Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan kepastian suatu transaksi telah diotorisasi oleh pejabat-pejabat yang berwenang.

(2.2). Melaksanakan pengujian bertujuan ganda (dual-purpose test),

yang merupakan kombinasi antara pengujian yang tujuannya untuk menilai efektivitas pengendalian intern (pengujian pengendalian) dan pengujian yang tujuannya menilai kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan (pengujian substanstif).

2). Tipe Pengujian Pengendalian

Ada dua tipe pengujian pengendalian, yaitu: (Abdul Halim, 1995:199)

(1). Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai pengendalian intern.

(2). Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan (additional or planned test of control) yaitu pengujian yang dilaksanakan selama pekerjaan lapangan.

3). Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Pengendalian

Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian, yaitu: (Abdul Halim 1995:200)

(1). Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan

Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan dilakukan berkaitan dengan evaluasi atas kinerja tugas mereka. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan pada umumnya tidak akan menghasilkan bukti yang kuat mengenai efektivitas operasi pengendalian. Meskipun demikian, prosedur ini kadang lebih tepat digunakan untuk suatu pemeriksaan daripada prosedur lainnya. Dari pengajuan pertanyaan terhadap karyawan ini dapat ditentukan pengendalian aksses atas aktiva, dokumen, dan catatan akuntansi.

(2). Pengamatan terhadap karyawan dalam pelaksanaan tugasnya

Observasi terutama dilakukan terhadap pengendalian yang tidak menghasilkan jejak bukti. Beberapa jenis kegiatan pengendalian tidak meninggalkan jejak bukti. Prosedur selain obeservasi tidak akan efektif digunakan untuk menilai kegiatan pengendalian tersebut. Contoh kegiatan pengendalian yang tidak meninggalkan jejak bukti adalah pemisahan tugas yang mengandalkan beberapa orang tertentu untuk melaksanakan tugas khusus.

(3). Melakukan inspeksi terhadap dokumen, catatan dan laporan

Inspeksi dapat dilakukan terhadap dokumen, catatan dan laporan yang mengindikasikan kinerja pengendalian. Banyak kegiatan pengendalian yang meninggal jejak bukti. Prosedur yang paling efektif untuk menilai kegiatan pengendalian tersebut adalah inspeksi dokumen, catatan dan laporan. Inspeksi terhadap dokumen, catatan dan laporan tersebut untuk memastikan bahwa dokumen, catatan dan laporan telah: lengkap, dibandingkan dengan dokumen lain, dan ditandatangani sebagaimana mestinya.

(4). Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian

Ada beberapa kegiatan pengendalian yang meninggalkan jejak bukti yang berupa dokumen, catatan dan laporan, tetapi isinya kurang mencukupi untuk menilai efektivitas operasi pengendalian. Prosedur yang paling efektif digunakan untuk menilai kegiatan pengendalian tersebut adalah referformance. Prosedur ini cenderung merupakan

pengujian untuk menilai akurasi mekanis kegiatan pengendalian. Sebagai contoh adalah penilaian ketepatan pemakai daftar harga standar dalam menentukan harga jual barang dagangan.

Tiga prosedur pertama menghasilkan jenis bukti yang sama dengan bukti yang dihimpun melalui pelaksanaan prosedur untuk memperoleh pemahaman pengendalian intern. Perbedaan utamanya terletak pada spesifikasi tujuan dan luas penggujian. Pada pengujian pengendalian, tujuan yang ditetapkan lebih spesifik. Disamping itu, luas pengujian pengendalian juga lebih ekstensif.

4). Penentuan Risiko Pengendalian

Dalam menentukan risiko pengendalian untuk setiap asersi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu: (Abdul Halim, 1995:202)

(1). Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi tersebut.

(2). Mengindentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah saji.

(3). Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan operasi pengendalian relevan adalah efektif.

(4). Mengevaluasi bukti yang diperoleh. (5). Menetukan risiko pengendalian.

Indentifikasi salah saji potensial dapat dilakukan atas kelompok-kelompok transaksi di atas saldo-saldo akun, walaupun pada dasarnya

keduanya dapat saling terkait. Misalnya identifikasi salah saji potensial atas transaksi pembelian kredit, dan atas akun yang terkait seperti akun hutang dagang dan persediaan atau pembelian.

Setelah identifikasi salah saji potensi, maka perlu diidentifikasi pengendalian yang diperlukan dan relevan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji potensial tersebut. Hal ini dapat dicocokkan dengan pengendalian yang diidentifikasi pada saat memahami dan mengevaluasi kebijakan pengendalian intern.

Hal yang perlu diingat dalam mengindetifikasi pengendalian yang relevan adalah bahwa pengendalian-pengendalian tentang lingkungan pengendalian, dan sistem akuntansi mungkin dapat diterapkan pada lebih dari satu asersi. Misalnya, bila manajemen secara efektif menggunakan anggaran dalam mengendalian pengeluaran atau biaya, pengaruhnya dapat pada tiga asersi yaitu asersi tentang keberadaan, kelengkapan, dan penilaian. Demikian sebaliknya, prosedur pengendalian hanya dapat diterapkan pada satu asersi. Misalnya, penggunaan formulir faktur penjualan yang berurut nomor tercetak hanya relevan untuk asersi kelengkapan terhadap kelompok transaksi penjualan.

Langkah selanjutnya setelah mengindentifikasi pengendalian yang relevan untuk mencegah salah saji potensial adalah menghimpun bukti melalui pengujian pengendalian. Kemungkinan pengujian pengendalian yang akan ditempuh didasarkan pada hasil kedua indentifikasi yang telah

dilakukan. Pengujian yang dilakukan tentunya setelah mempertimbangkan jenis bukti yang diinginkan, dan biaya pengujian tersebut.

Dari hasil pengujian tersebut akan dievaluasi bukti-bukti yang diperoleh. Setelah bukti-bukti diperoleh kemudian ditentukan tingkat risiko pengendaliannya.

Dokumen terkait