BAB II : LANDASAN TEORI
5. Sampling Audit
Setelah diputuskan prosedur pengujian yang dipilih, perlu ditentukan jumlah item yang tepat sebagai sampel dari suatu populasi untuk pengujian tersebut. Di samping itu, harus ditentukan pula bagian populasi mana yang dipilih sebagai sampel.
Pemilihan sampel dilakukan dengan maksud untuk memperoleh sampel yang representatif. Sampel yang representatif adalah sampel yang mempunyai karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi.
Di samping itu, sampel harus mengandung stabilitas, yaitu apabila jumlah sampel ditambah, maka hasilnya harus sama, dan tidak berubah. Pada kenyataannya, tidak akan dapat diketahui apakah sampel yang diambil merupakan sampael representatif, meskipun pengujian telah selesai dilakukan seluruhnya. Maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang representatif. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan cara merancang dan melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti. (Abdul Halim, 1995:217)
1). Definisi Sampling
Ikatan Akuntan Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik seksi 350 mendefinisikan sampling audit sebagai:
Penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karekteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Sampilng audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian maupun pengujian substanstif, dan jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup. (Abdul Halim, 1995:218)
2). Pendekatan Sampling Audit
Standar Profesional Akuntan Publik menyatakan bahwa:
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditor.
Ada dua pendekatan sampling audit yang dapat dipilih untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah: (1). Sampling statistik
Pengambilan anggota sampel dalam sampling statistik dipilih secara acak dari seluruh anggota populasi dan menganalisis hasil pemeriksanaan terhadap anggota sampel secara sistematis. Sampling statistik dibagi dua yaitu attribute sampling dan variable sampling. (Mulyadi, 1988:241)
(1.1). Attribute sampling (proportional sampling)
Digunakan terutama untuk menguji efektivitas pengendalian intern (dalam pengujian kepatuhan). Ada tiga model attribute sampling yaitu fixed-sample-size attribute sampling, stop-or-go–sampling, dan discovery sampling.
(1.1.1). Fixed-sample-size attribute samplig
Pengambilan sampel dengan model ini ditujukan untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi. Model ini terutama digunakan jika melakukan pengujian kepatuhan terhadap unsur pengendalian intern dan memperkirakan akan dijumpai beberapa penyimpangan atau kesalahan. Adapun prosedur penggunaan metode dengan fixed-sample-size attribute sampling adalah sebagai berikut: penentuan
attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas pengendalian intern, penentuan populasi yang akan diambil sampelnya, penentuan besarnya sampel, untuk itu harus dipertimbangkan faktor-faktor berikut ini: penentuan tingkat keandalan (realiability level/confidence level) atau disingkat dengan R%. Dalam pengujian kepatuhan, pada umumnya digunakan R% sebesar 90%, 95% dan 99%, penaksiran persentase terjadinya attribute dalam populasi.
Penentuan batas ketepatan atas yang diinginkan (desire upper precision limit atau DUPL), penggunaan tabel penentuan besarnya sampel untuk menentukan besarnya sampel. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi. Pemeriksaan terhadap
attribute yang menunjukkan efektivitas unsur pengendalian intern. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel.
(1.1.2). Stop-or-go sampling/decision attribute sampling
Model ini mencegah pengambilan sampel yang terlalu banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini digunakan jika yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat kecil. Adapun prosedur menggunakan metode stop-or-go-sampling adalah sebagai berikut: Menentukan
desired upper precision limit dan tingkat keandalan. Tingkat keandalan yang disarankan dalam stop-or-go sampling adalah 90%, 95%, atau 97,5%. Menggunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian guna menentukan sampel pertama yang harus diambil. Membuat tabel stop-or-go decision. Setelah besarnya sampel minimum ditentukan,
selanjutnya adalah membuat tabel keputusan stop-or-go. Jika dalam pemeriksaan pertama terhadap besarnya sampel yang telah ditentukan tidak ditemukan kesalahan maka akan dihentikan pengambilan sampel, dan diambil kesimpulan bahwa unsur pengendalian intern yang diperiksa adalah efektif. Pengambilan sampel dihentikan jika DUPL = AUPL (desired upper precision limit sama dengan achieved upper precision limit). Pada tingkat kesalahan sama dengan 0, AUPL dapat dihitung dengan rumus: (Mulyadi, 1998:256)
e Sample siz observed occurrence bility for ired relia tor at des level fac Confidence = AUPL
Jika AUPL > DUPL maka perlu mengambil sampel tambahan. Sampel tambahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus: (Mulyadi, 1998:259)
) ( limit DUPL precision upper Desired observed occurence for y reliabilit desired at factor level Confidence Samplesize=
Pengambilan sampel ini dihentikan jika AUPL = DUPL, tetapi jika dari empat kali tambahan sampel dan tetap ditemukan AUPL > DUPL, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa unsur pengendalian intern yang diperiksa tidak dapat dipercaya.
(1.1.3). Discovery Sampling
Digunakan jika tingkat kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat rendah. Discovery sampling
dipakai untuk menemukan kecurangan, pelanggaran yang serius dari unsur pengendalian intern dan ketidakberesan yang lain. Prosedur yang digunakan dalam metode discovery sampling adalah: Menentukan
attribute yang akan diperiksa. Menentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya, menentukan tingkat keandalan, menentukan desire upper precision limit, menentukan besarnya sampel, memeriksa attribute sampel, mengevaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel. (Mulyadi, 1998:260)
(1.2). Variable sampling
Variable sampling adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas yang lain.
Jika variable sampling digunakan untuk memperkirakan saldo suatu akun, hasil perhitungannya akan berupa nilai rupiah (rerata sampel dikalikan dengan besarnya populasi) ditambah atau dikurangi dengan suatu interval jumlah rupiah pada tingkat kepercayaan yang diinginkan.
Variable sampling dapat juga digunakan untuk menilai kewajaran saldo suatu unsur yang dicantumkan di dalam laporan keuangan. (Mulyadi, 1998:274)
(2). Sampling Non Statistik
Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria subyektif. Dalam penentuan besarnya sampel yang diambil dan dalam pelaksanaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasarkan kriteria subyektif.
54