• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Pengujian Persyaratan Analisis

Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan Liliefors Test. Harga D-tabel Liliefors statistik untuk kedua kelompok pada α = 0,05 dan n1 = n2 = 30 adalah sama yaitu 0,161. Harga D suprimum kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada ringkasan hasil perhitungan pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Liliefors

Kelompok D-suprimum D- tabel Keputusan

Eksperimen 0,1580 Kontrol 0,1554

0,161 Terima Hipotesis nol, maka data berdistribusi normal

Karena D suprimum yang diperoleh dari kelompok eksperimen (kelompok yang menggunakan pendekatan konstruktivisme), sebesar 0,1580 dan kelompok kontrol (kelompok yang menggunakan pendekatan ekspositori), sebesar 0,1554 berada dibawah angka kritik D-tabel Liliefors, yaitu 0,161 dari jumlah tiap sampel n = 30 atau 0,1580 < 0,161 dan 0,1554 < 0,161, maka keputusan yang diambil adalah terima hipotesis nol (Lampiran 17, 18 hal 114 dan 115). Berdasarkan kedua data kelompok tersebut, menunjukkan bahwa data skor kemampuan berpikir kreatif pada semua sampel mengikuti distribusi normal.

b. Uji Homogenitas (Uji Kesamaan Varian)

Berdasarkan hipotesis H0 : varian semua kelompok sama dan H1 : salah satu varian tidak sama, maka kelompok eksperimen dan kontrol diuji kesamaan variansi dengan menggunakan uji Bartlett. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Hasil Pengujian Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Menggunakan Uji Bartlett

Variansi Kelompok χ2 - hitung χ2 - tabel Keputusan S2Eksperimen = 44,967 S2Kontrol = 40,927 0,058 3,84

Terima hipotesis nol, maka data mempunyai variansi sama (homogen)

Keterangan :

S2Ekperimen = Variansi hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme.

S2Kontrol = Variansi hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori.

Dari hasil perhitungan Uji Bartlett pada tabel diatas, diperoleh χ2

- hitung sebesar 0,058 dan harga χ2

- tabel sebesar 3,84 pada α = 0,05. Karena χ2

- hitung lebih kecil dari χ2

-tabel, 0,058 < 3,84. Hal ini berarti variansi sampel kedua kelompok tersebut adalah sama (homogen). (Lampiran 19 hal 116)

c. Pengujian Hipotesis

Hasil perhitungan terhadap data sampel diperoleh harga t-hitung sebesar 7,905 Sedangkan t-tabel sebesar 2,00 pada α = 0,05 atau 5 %. Karena t-hitung > t- tabel, yaitu 7,905 > 2,00 maka tolak hipotesis nol (Lihat lampiran 20 hal 118). Hal ini berarti bahwa kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori tidaklah sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori.

Hipotesis penelitian dapat dirumuskan dengan, terdapat pengaruh pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Terbukti dari skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi (x = 63,17)

dibandingkan dengan kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori (x = 49,77). Atau kesimpulan hipotesissnya adalah terima H1.

Hasil pengujian persyaratan analisis kedua kelompok juga berdistribusi normal. Dan variansi populasi dari kedua kelompok adalah sama serta hasil pengujian hipotesis yang menolak hipotesis nol (tolak H0).

Pengambilan taraf signifikan 5 % (α = 0,05) dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penarikan kesimpulan dalam hipotesis kemungkinan salah 5 %. Dengan kata lain kesimpulan tersebut 95 % akurat atau dapat dipercaya.

B. Pembahasan

Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya perbedaan positif dan signifikan antara pembelajaran kimia yang menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan pembelajaran kimia secara ekspositori. Hal ini berarti bahwa penggunaan pendekatan konstruktivisme ini dipandang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran kimia khususnya pada materi pokok sistem koloid.

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai perbandingan antara variabel penggunaan pendekatan konstruktivisme (X) dan variabel kemampuan berpikir kreatif (Y) sebesar t-hitung = 7,905. Selanjutnya nilai dari t-hitung sebesar 7,905 (lihat lampiran 20 hal 118) berkonsultasi pada t- tabel dengan df/ db = 30 + 30 – 2 = 58. Ternyata dalam tabel tidak ditemui df sebesar 58, karena itu dipergunakan df yang terdekat, yaitu df = 60. Dengan df sebesar 60 diperoleh t- tabel pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,00. Sehingga dapat dibandingkan, t-hitung > dari t- tabel, 7,905 > 2,00. Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada pengaruh (hasil skor akhir sama) penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa ditolak (tolak H0).

Dari perhitungan data hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Skor rata-rata kelompok eksperimen mencapai 87,74 % dari skor maksimal yang diharapkan, yaitu 72. dan skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol mencapai 69,13 % dari skor maksimal yang diharapkan. Perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif kedua kelompok tersebut, dapat dilihat histogram berdasarkan gambar 4.3.

87.74% 69.13% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% Persent ase Eksperimen Kontrol Kelompok Gambar 4.3

Histogram Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Hasil penelitian terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal itu tampak selama proses pembelajaran berlangsung diantaranya, siswa terbiasa berpikir untuk menyelesaikan masalah, membuat ide-ide baru, dan keputusan yang tepat. Siswa juga terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan barunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner (1960), bahwa pembelajaran merupakan suatu proses dimana siswa membina ide baru atau konsep yang

berasaskan kepada pengetahuan asal mereka.1 Selain itu siswa juga dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosialnya, yakni bekerja sama dengan siswa lain dalam proses menambah pengetahuannya. Sehingga menjadi lebih paham dan ingat lebih lama terhadap semua konsep yang diperolehnya.

Pembelajaran secara konstruktivisme juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan kritis. Hal itu terbukti ketika siswa mencari ide baru dan mencari jawaban yang paling banyak, ketika menjawab pertanyaan dalam test kemampuan berpikir kreatif secara verbal. Bahkan siswa yang diajar secara konstruktivisme mempunyai keterampilan menjelaskan yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori.

Guilford (1970) menandai ciri-ciri kreatif seseorang dengan berpikir untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan (berpikir divergen), atau bukan berpikir dengan hanya ada 1 jawaban yang benar saja.2 Pada kelompok eksperimen, hasil yang didapat terlihat memuaskan, dengan mencapai skor tertinggi, yaitu 72. Hal ini terjadi karena pendekatan kontruktivisme yang digunakan telah melalui serangkaian fase kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.

Pada kelompok kontrol, yaitu kelompok yang menggunakan pendekatan ekspositori, siswa memperoleh informasi dari guru. Guru yang menerangkan konsep pelajaran kemudian siswa diberikan kesempatan bertanya. Siswa tidak dilatih untuk mencari dan membentuk konsep ilmunya secara mandiri, melainkan hanya melalui informasi yang diterima guru dan beberapa demonstrasi dikelas. Siswa juga kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga mengakibatkan siswa cenderung menjadi pasif dalam mencari ilmu, tidak kritis bahkan kurang kreatif dalam

1 Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme dalam Reka Bentuk Pembinaan PPBK, dalam www.tutor.com.my/tutor/dunia.asp?y=2001&dt=0703&pub=DuniaPendidikan&sec=sain_teknolo gi&a-htm16.k h. 2. 21 September 2007

2 Muhammad Ali, dkk, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), cet-1, h. 41

mencari jawaban. Hal itu dikarenakan siswa tidak memperoleh pengalaman belajar secara utuh melalui pengalamannya sendiri. Dan implikasinya terhadap pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif dan cenderung membosankan. Siswa juga akan sulit memahami dan menyimpan materi pelajaran tersebut dalam ingatannya yang lama.

Pendekatan ekspositori sering disamakan dengan metode ceramah. Pendekatan ini juga sering digunakan oleh para guru IPA. Akan tetapi terdapat perbedaannya. Perbedaan khusus dengan pendekatan konstruktivisme, yakni terletak pada pencarian konsep dalam membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan ekspositori pusat informasinya bersumber pada guru. Sehingga siswa menjadi terpaku dengan pola pengerjaan jawaban guru dan menganggapnya sebagai satu-satunya jawaban yang benar. Selain itu guru juga cenderung membatasi eksplorasi berpikir siswa sehingga aspek berpikir kreatif siswa tidak dilatih dan berakibat cenderung terhambat.

Pada pendekatan konstruktivisme, pencarian informasi sampai terbentuk menjadi suatu konsep ilmu yang baru dengan cara yang tidak biasa (kreatif), yakni bersumber pada siswa itu sendiri. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dikelas, antara lain sebagai mitra aktif bertanya kepada siswa, membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya, serta kritis dalam menguji konsep siswa.

Selain kelebihan yang diperoleh dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan beberapa kendala dalam menerapkan pendekatan konstruktivisme, antara lain :

1. Peneliti merasa kesulitan untuk mengatur situasi dan kondisi kelas pada saat siswa berada dalam kelompok. Hal ini menimbulkan suasana gaduh atau ramai diantara siswa sehingga membuat perhatian beberapa siswa sedikit terganggu.

2. Penggunaan waktu yang kurang efektif menyebabkan siswa lebih berorientasi pada penyelesaian LKS atau tugas yang diberikan guru, sehingga diskusi dalam kelas tidak terlampau banyak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Terbukti dari perhitungan uji hipotesis statistik, dimana diperoleh t-hitung > t-tabel, sebesar 7,905 > 2,00. Selain itu ditunjukkan pula dari perbandingan skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif (TKV), dimana kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi rata-ratanya daripada kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori.

Sebanyak 87,74 % skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif diraih oleh kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme. Bahkan kelompok tersebut juga meraih skor maksimal yang diharapkan, yakni 72. sedangkan pada kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori, skor rata-rata yang dihasilkan sebanyak 69,13 % dari skor yang diharapkan.

B. Saran

Adapun saran-saran dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Pendidik diharapkan agar merencanakan secara matang antara waktu pembelajaran dengan setiap langkah pembelajarannya. Sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif.

2. Siswa juga diharapkan kooperatif selama proses pembelajaran sehingga siswa optimal mendapatkan pengetahuan yang baru secara mandiri. 3. Adalah sebuah keharusan bagi guru atau pendidik untuk terus mengasah

kreativitasnya dalam mengajar. Sehingga siswa lebih termotivasi untuk lebih kreatif serta kritis dalam menggali pengetahuan barunya.

4. Untuk peneliti lain dan pembaca pada umumnya, semoga karya ini bisa menambah pengetahuan baru atau menjadikan motivasi bahkan inspirasi dalam penelitian atau karya ilmiah selanjutnya.

DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (Pertemuan ke-1)

Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri Mata Pelajaran : Kimia

Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid Kelas / Semester : XI IPA / Genap

Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit A. Standar Kompetensi

Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar

Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar. C. Indikator

Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid

Mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.

D. Tujuan Pembelajaran

Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid

Agar siswa dapat mengetahui jenis-jenis dari koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.

E. Sumber / Alat Belajar

• Buku Kimia Kelas XI IPA • OHT dan OHP

• Lembar pre test koloid

F. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal

2. Kegiatan Inti

No Tahapan Kegiatan

1 Menarik Perhatian

Guru menarik perhatian siswa dengan memberikan dan menggambarkan contoh-contoh benda seperti air sabun (busa), susu, keju, kanji (lem), batu apung dan logam. Guru juga memberikan pertanyaan terbuat dari apa bahan-bahan tersebut ? Bagaimana dengan fase terdispersi dan medium pendispersinya ? guru juga menyakan pertanyaan yang sama terhadap contoh awan dan debu?

2 Prediksi Pribadi

Guru memberikan kesempatan siswa untuk membuat prediksi tentang terbuatnya dan fase serta medium pendispersinya berdasarkan contoh-contoh yang dikemukakan guru sebelumnya.

3 Prediksi Kelompok

Guru mengajak siswa untuk membuat kelompok kecil dan berdiskusi didalam kelompok tersebut tentang contoh-contoh tersebut serta dengan menjawab pertanyaan sehingga mendapatkan prediksi dari masing-masing kelompok

4 Percobaan Siswa mengamati contoh-contoh dari koloid tersebut dan menuliskan hasil pengamatan. Guru mengawasi seluruh kelompok siswa.

5 Diskusi Kelompok

Guru mengajak siswa berdiskusi tentang akurasi prediksi dari kelompok sebelum melakukan pengamatan dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan.. laporan diskusi ini disertakan dengan alasan yang mendukung.

6 Laporan kelompok

Guru mengajak perwakilan dari masing-masing kelompok melaporkan hasil pengamatan dan diskusi mereka.

7 Penjelasan singkat

Setelah semua kelompok melaporkan hasil diskusinya, guru memberikan penjelasan singkat tentang jenis-jenis dari koloid berdasarkan fase dan medium pendispersinya. serta juga mengoreksi sekiranya terdapat kesalahpahaman siswa.

8 Aplikasi Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk berpikir untuk menjelaskan fakta lain mengenai hasil pengamatan tersebut dan mengajak siswa untuk memberikan contoh-contoh lain dari jenis-jenis koloid.

3. Kegiatan Akhir

a. Kelompok siswa mengumpulkan Pre test dan hasil laporan praktikum b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama

G. Penilaian

Jenis tagihan : Individu

Bentuk tagihan : Laporan tertulis Instrumen : Pre test

Guru Mata Pelajaran

DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (Pertemuan ke-2)

Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri Mata Pelajaran : Kimia

Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid Kelas / Semester : XI IPA / Genap

Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit

A. Standar Kompetensi

Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar

Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar. C. Indikator

Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.

Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari D. Tujuan Pembelajaran

Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.

Agar siswa dapat mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

E. Sumber / Alat Belajar

• Buku Kimia Kelas XI IPA • OHT dan OHP

• Alat-alat dan bahan praktikum (senter, larutan air gula, air garam, air tanah, air sabun, air kopi, air susu)

a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa

b. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran 2. Kegiatan Inti

No Tahapan Kegiatan

1 Menarik Perhatian

Guru menarik perhatian siswa dengan memperlihatkan contoh larutan gula, garam, kopi, air tanah dan susu. Serta menanyakan pengelompokkan benda-benda tersebut apakah termasuk dari larutan, koloid atau suspensi ? Bagaimana cara membuktikannya ? dan jelaskan cara kerjanya.

2 Prediksi Pribadi

Guru memberikan kesempatan siswa untuk membuat prediksi tentang definisi dari laruatn, koloid dan suspensi berdasarkan contoh-contoh yang dikemukakan guru sebelumnya. Pada tahap ini guru membagikan lembar kegiatan praktikum siswa (siswa bisa menulis di lembar kegiatan tersebut)

3 Prediksi Kelompok

Guru mengajak siswa untuk membuat kelompok kecil dan berdiskusi didalam kelompok tersebut tentang definisi dari larutan, koloid dan suspensi sehingga mendapatkan prediksi dari masing-masing kelompok

4 Percobaan Siswa mengambil peralatan praktikum dan melakukan percobaan membuat sistem koloid berdasarkan bahan-bahan di sekitar kemudian mensenterkannya. Guru mengawasi seluruh kelompok siswa.

5 Diskusi Kelompok

Guru mengajak siswa berdiskusi tentang akurasi prediksi dari kelompok sebelum melakukan percobaan dengan hasil percobaan yang telah dilakukan.. laporan diskusi ini disertakan dengan alasan yang mendukung.

6 Laporan kelompok

Guru mengajak perwakilan dari masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi mereka.

7 Penjelasan singkat

Setelah semua kelompok melaporkan hasil diskusinya, guru memberikan penjelasan singkat tentang hasil percobaan dari sistem koloid tersebut serta juga mengoreksi sekiranya terdapat kesalahpahaman siswa.

dilakukan.

3. Kegiatan Akhir

a. Kelompok siswa mengumpulkan lembar kerja siswa b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama

G. Penilaian

Jenis tagihan : Kelompok Bentuk tagihan : Laporan tertulis Instrumen : LKS Praktikum

Guru Mata Pelajaran

Palupi Purnamawati

(Pertemuan ke-3) Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri

Mata Pelajaran : Kimia

Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid Kelas / Semester : XI IPA / Genap

Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit A. Standar Kompetensi

Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar

. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar. C. Indikator

Mengetahui pembuatan koloid dengan cara kondensasi Mengetahui pembuatan koloid dengan cara dispersi

Mengelompokkan jenis-jenis koloid kedalam koloid liofil dan liofob D. Tujuan Pembelajaran

Agar siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara Kondensasi Agar siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara Dispersi

Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid kedalam koloid liofil dan liofob E. Sumber / Alat Belajar

1. Buku Kimia Kelas XI IPA 2. OHT dan OHP

3. Bahan dan Alat-alat praktikum F. Langkah-Langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal

a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa

1 Menarik Perhatian

Guru menarik perhatian siswa dengan memberikan dan memperlihatkan contoh-contoh benda seperti agar-agar, sol belerang, emulsi minyak dalam air dan larutan (hangat) tepung beras. Kemudian guru menanyakan bagaimana cara membuatnya ? dan termasuk cara apakah mereka ? kondensasi atau dispersi ? dan termasuk koloid apakah, liofil atau liofob ?

2 Prediksi Pribadi

Guru memberikan kesempatan siswa untuk membuat prediksi tentang bagaimana cara pembuatanya dan termasuk serta jenis cara apa ? berdasarkan contoh-contoh yang dikemukakan guru sebelumnya. Pada tahap ini guru membagikan lembar kegiatan praktikum siswa (siswa bisa menulis di lembar kegiatan tersebut)

3 Prediksi Kelompok

Guru mengajak siswa untuk membagi kelompok kecil menjadi 4 bagian dan berdiskusi didalam kelompok tersebut tentang contoh-contoh tersebut serta dengan menjawab pertanyaan sehingga mendapatkan prediksi dari masing-masing kelompok

4 Percobaan Siswa mengambil peralatan dan bahan praktikum serta melakukan percobaan pembuatan koloid tersebut dan menuliskan hasil pengamatan serta menjawab pertanyaan pertanyaan yang ada di lembar kerja siswa. Guru mengawasi seluruh kelompok siswa.

5 Diskusi Kelompok

Guru mengajak siswa berdiskusi tentang akurasi prediksi dari kelompok sebelum melakukan percobaan dengan hasil percobaan yang telah dilakukan.. laporan diskusi ini disertakan dengan alasan yang mendukung.

6 Laporan kelompok

Guru mengajak perwakilan dari masing-masing kelompok melaporkan hasil percobaan dan diskusi mereka.

7 Penjelasan singkat

Setelah semua kelompok melaporkan hasil diskusinya, guru memberikan penjelasan singkat tentang pembagian pembuatan koloid dengan .cara kondensasi dan dispersi serta pengelompokkannya kedalam koloid liofil atau liofob. Selain itu guru juga mengoreksi sekiranya terdapat kesalahpahaman dari siswa.

8 Aplikasi Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk berpikir untuk menjelaskan fakta lain mengenai hasil percobaan tersebut.

a. Kelompok siswa mengumpulkan lembar kerja siswa b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama

G. Penilaian

Jenis tagihan : Kelompok Bentuk tagihan : Laporan tertulis Instrumen : LKS Praktikum

Guru Mata Pelajaran

(Pertemuan ke-4) Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri

Mata Pelajaran : Kimia

Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid Kelas / Semester : XI IPA / Genap

Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit A. Standar Kompetensi

Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar

Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar. C. Indikator

Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.

Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.

Mengetahui pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi D. Tujuan Pembelajaran

Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.

Agar siswa dapat mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Agar siswa dapat mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.

a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa

b. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran 2. Kegiatan Inti

Siswa mengerjakan post test kemampuan berpikir kreatif verbal 3. Kegiatan Akhir

a. Kelompok siswa mengumpulkan lembar jawaban tes kemampuan berpikir kreatif verbal

b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama F. Penilaian

Jenis tagihan : Individu

Bentuk tagihan : Post test tertulis

Guru Mata Pelajaran

DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI (Pertemuan ke-1)

Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri Mata Pelajaran : Kimia

Pokok Bahasan : Sistem dan Sifat Koloid Kelas / Semester : XI IPA / Genap

Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit A. Standar Kompetensi

Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar

Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar. C. Indikator

Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid

Mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.

D. Tujuan Pembelajaran

Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid

Agar siswa dapat mengetahui jenis-jenis dari koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.

E. Sumber / Alat Belajar

• Buku Kimia Kelas XI IPA • OHT dan OHP

1. Guru membuka pelajaran dan berdo’a bersama 2. Guru mengabsen siswa

3. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran 4. Apersepsi

B. KEGIATAN INTI 5. Siswa mengerjakan pre test materi koloid

Dokumen terkait