BAB IV HASIL PENELITIAN
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis diperlukan untuk mengetahui apakah data penelitian yang telah dikumpulkan dan dideskripsikan di atas benar-benar memenuhi persyaratan statistik atau teknik analisis yang digunakan sehingga pada gilirannya nanti dapat dipertanggungjawabkan untuk dipakai dalam penarikan kesimpulan penelitian ini. Oleh karena itu, sebelum pengujian hipotesis atau analisis data secara inferensial dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan atau pengujian persyaratan terhadap data itu. Pengujian persyaratan tersebut menyangkut pengujian normalitas dan homogenitas varian. Uraian berikut ini mengetengahkan hasil pengujian tersebut:
1. Pengujian Normalitas Data
a. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Membaca Intensif Siswa yang Diajar dengan Strategi KWL
Uji normalitas dilakukan dengan mempergunakan teknik Lilliefors. Pengujian normalitas terhadap data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1300. Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 35 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh Lt=0,1498. Berdasarkan perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL berdistribusi normal (lihat lampiran ?, hal. ?).
b. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Membaca Intensif Siswa yang Diajar dengan Strategi DRA
Dengan teknik statistik yang sama, pengujian normalitas terhadap data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi DRA menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1136. Dari daftar nilai kritis L uji Liliefors dengan n = 35 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh Lt=0,1498. Berdasarkan perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi DRA berdistribusi normal (lihat lampiran?, hal. ?).
c. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Membaca Intensif Siswa yang Mempunyai Kebiasaan Membaca Baik
Uji normalitas dilakukan dengan mempergunakan teknik Lilliefors. Pengujian normalitas terhadap data kemampuan membaca intensif siswa yang mempunyai kebiasaan membaca baik menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1443. Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 34 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh Lt=0,1519. Berdasarkan perbandingan di atas tampak bahwa
Lo lebih kecil daripada Lt sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan membaca intensif siswa yang mempunyai kebiasaan membaca baik berdistribusi normal (lihat lampiran ?, hal. ?).
d. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Membaca Intensif Siswa yang Mempunyai Kebiasaan Membaca Buruk
mempunyai kebiasaan membaca buruk menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1424. Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 36 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh Lt=0,1477. Berdasarkan perbandingan di atas tampak bahwa
Lo lebih kecil daripada Lt sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan membaca intensif siswa yang mempunyai kebiasaan membaca buruk berdistribusi normal (lihat lampiran ?, hal. ?).
e. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Membaca Intensif Siswa yang Diajar dengan Strategi KWL dan Mempunyai Kebiasaan Membaca Baik
Uji normalitas dilakukan dengan mempergunakan teknik Lilliefors. Pengujian normalitas terhadap data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan membaca baik menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1285. Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 19 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh Lt=0,1950. Berdasarkan perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan membaca baik berdistribusi normal (lihat lampiran ?, hal?).
f. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Membaca Intensif Siswa yang Diajar dengan Strategi KWL dan Mempunyai Kebiasaan Membaca Buruk
Uji normalitas dilakukan dengan mempergunakan teknik Lilliefors. Pengujian normalitas terhadap data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan membaca buruk
Lilliefors dengan n = 16 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh Lt=0,2130. Berdasarkan perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi KWL dan mempunyai kebiasaan membaca buruk berdistribusi normal (lihat lampiran ?, hal. ?).
g. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Membaca Intensif Siswa yang Diajar dengan Strategi DRA dan Mempunyai Kebiasaan Membaca Baik
Uji normalitas dilakukan dengan mempergunakan teknik Lilliefors. Pengujian normalitas terhadap data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan membaca baik menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,2033. Dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 15 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh Lt=0,2200. Berdasarkan perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan membaca baik berdistribusi normal (lihat lampiran ?, hal. ?).
h. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Membaca Intensif Siswa yang Diajar dengan Strategi DRA dan Mempunyai Kebiasaan Membaca Buruk
Uji normalitas dilakukan dengan mempergunakan teknik Lilliefors. Pengujian normalitas terhadap data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan membaca buruk menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,1580. Dari daftar nilai kritis L untuk uji
Berdasarkan perbandingan di atas tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan strategi DRA dan mempunyai kebiasaan membaca buruk berdistribusi normal (lihat lampiran ?, hal. ?).
2. Pengujian Homogenitas Varians
a. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Membaca Intensif Antarbaris (A1A2)
Hasil homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan teknik uji Barlett. Uji homogenitas varians data kemampuan membaca intensif antarbaris menghasilkan
2 0
c =0,699. Dari tabel distribusi Chi-Kuadrat dengan dk (derajat
kebebasan)= 1 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh
2 1
c sebesar 3,841 yang jauh
lebih besar daripada
2 0
c
. Ini berarti bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang homogen (lihat lampiran ?, hal. ?).
b. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Membaca Intensif Antarkolom (B1B2)
Hasil homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan teknik uji Barlett. Uji homogenitas varians data kemampuan membaca intensif antarkolom menghasilkan
2 0
c =0,639. Dari tabel distribusi Chi-Kuadrat dengan dk (derajat
kebebasan)= 1 dan taraf nyata a = 0,05 diperoleh
2 1
c sebesar 3,841 yang jauh
lebih besar daripada
2 0
c
. Ini berarti bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang homogen (lihat lampiran ?, hal. ?).
c. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Membaca Intensif Antarsel (A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2)
Hasil homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan teknik uji Barlett. Uji homogenitas varians data kemampuan membaca intensif antarsel menghasilkan
2 0