• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Data

B. Pengujian Persyaratan Penelitian

Uji Normalitas

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Berdasarkan perhitungan uji normalitas data, didapat Lhitung untuk kelas eksperimen sebesar 0,109

dan pada tabel harga kritis Lt untuk n = 48 pada taraf signifikansi α = 0,05

adalah 0,128 karena L0 < Lt maka sampel pada kelas eksperimen berasal

dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas kontrol didapat harga L0 = 0,110 dan pada table harga kritis Lt untuk n = 48 pada

taraf signifikan α = 0,05, diperoleh Lt = 0,128. karena L0 < Lt maka

sampel pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada

Tabel 5 berikut. Tabel 5

Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Variabel Jumlah Sampel Taraf Signifikansi Lhitung (L0) Ltabel (Lt) Keterangan Kelas Eksperimen 48 0,05 0,109 0,128 Normal

Kelas Kontrol 48 0,05 0,110 0,128 Normal

Uji Homogenitas

Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Dari hasil perhitungan (lampiran 24), diperoleh nilai varians kelas eksperimen adalah 121,39 dan varians kelas kontrol adalah 110,28. Sehingga didapat Fhitung =

1,10. Dengan taraf signifikan α = 0,05 untuk dbpembilang = 47 dan dbpenyebut

= 47, dengan interpolasi didapat Ftabel = 1,6397. Karena Fhitung < Ftabel,

artinya H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok

tersebut berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Uji Homogenitas Varians Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Taraf

Signifikan Fhitung Ftabel Keterangan 121,39 110,28 0,05 1,10 1,6397 Data Homogen

Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Perhitungan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) terhadap hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan uji prasyarat yang telah dilakukan, diperoleh dua kelompok yang berdistribusi normal dan homogen, maka uji-t yang digunakan adalah:

2 1 gab 2 1 n 1 n 1 S X X t + − =

Dengan taraf signifikan α = 0,05 dan db = 94, maka pada thitung

diperoleh 2,09 dan ttabel sebesar 1,98 (lampiran 25). Dapat dilihat pada Tabel 7

berikut.

Tabel 7

Uji-t

db thitung ttabel Kesimpulan

94 2,09 1,98 H0 ditolak

Berdasarkan Tabel 7 terlihat thitung > ttabel (2,09 > 1,98), hal ini

menjelaskan bahwa H0 ditolak atau Ha diterima. Berarti terdapat perbedaan

nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dengan siswa yang tidak diajarkan dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW). Dengan kata lain, hasil belajar kelas yang menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) lebih tinggi dari pada kelas yang tidak menggunakan strategi Think- Talk-Write (TTW).

Perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) lebih baik dari pembelajaran yang tidak

menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW). Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran, pada pertemuan pertama memang siswa kebingungan apa yang harus dilakukan pada tahap

think, tapi setelah beberapa pertemuan selanjutnya dan atas bimbingan guru sebagian besar siswa berangsur-angsur dapat berpikir secara sistematis dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Suatu masalah dapat diselesaikan dengan baik apabila seseorang memiliki kesadaran tentang apa yang mereka ketahui dan bagaimana mereka melakukannya. Melalui strategi TTW ini siswa dapat lebih memahami konsep-konsep matematika karena melalui tahap think ini siswa dapat menganalisis tujuan isi teks. Dan dengan membuat catatan kecil siswa dapat membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan. Kemudian tahap talk siswa dapat lebih paham karena dibangun melalui percakapan antara sesama individual yang merupakan aktifitas sosial yang bermakna. Pada tahap inipun siswa lebih aktif, berani mengungkapkan pendapat terhadap pengetahuan yang telah dimilikinya tentang materi yang sedang dipelajari. Sehingga membuat siswa lebih mandiri dalam

menyelesaikan persoalan yang diberikan.

Berdasarkan hasil pengamatan juga terlihat pada tahap write sebagian besar siswa dapat menuliskan hasil diskusinya dengan baik di LKS. Siswa dapat mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman. Dan dengan menulis siswa lebih paham tentang konsep-konsep materi yang ia pelajari. Karena penelitian dilakukan di sekolah yang tidak ada pengklasifikasian kelas (pembedaan kelas antara siswa pintar dan siswa

kurang pintar), maka hanya siswa yang memiliki kemampuan lebih yang dapat langsung mengikuti proses pembelajaran dan siswa yang lain masih merasa kaku dengan proses pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-

Write (TTW). Namun hal ini dapat disejajarkan dengan pemberian LKS sebagai bahan latihan di sekolah dan di rumah dengan tujuan agar siswa semakin paham tentang materi yang telah dipelajari. Dalam penelitian ini siswa tidak hanya diajak untuk selalu mengerjakan soal-soal, berpikir untuk menyelesaikan soal-soal tetapi siswa juga diberi doing math seperti membuat jajar genjang yang berasal dari persegi panjang secara berkelompok dan menjelaskan cara penyusunannya, agar siswa merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.

Adapun nilai rata-rata lembar kerja siswa (LKS) pada setiap pertemuan kegiatan belajar mengajar disajikan pada Gambar 4 berikut.

y 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 1 2 3 4 5 6 7 8 Pertemuan ke R A N T I A L - A R I A T A x

Gambar 4: Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Lembar Keja Siswa (LKS) pada Setiap Pertemuan Selama Proses KBM

Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa pada pertemuan ke-1 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 56, pada pertemuan ke-2 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 62, pada pertemuan ke-3 diperoleh nilai rata- rata LKS siswa sebesar 47, pada pertemuan ke-4 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 51, pada pertemuan ke-5 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 62, pada pertemuan ke-6 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 74, pada pertemuan ke-7 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 78, pada pertemuan ke-8 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 82. Dengan demikian, nilai rata-rata LKS siswa yang didapat dari setiap pertemuan tidak selalu meningkat karena pada setiap pertemuan mempunyai materi pokok bahasan yang tingkat kesulitannya berbeda.

Dokumen terkait