• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Daya Pikat Beberapa Formulasi Umpan terhadap Tikus Pengamatan terhadap daya pikat beberapa formulasi umpan dilakukan

adalah 30-200 m. Pada saat kurang pakan akan terjadi migrasi (perpindahan) yang dapat mencapai 700 m atau lebih

5.2. Pembuatan Zat Attractant Tikus

5.2.1. Pengujian Daya Pikat Beberapa Formulasi Umpan terhadap Tikus Pengamatan terhadap daya pikat beberapa formulasi umpan dilakukan

dengan cara menimbang umpan yang tersisa berikut dengan serpihan-serpihan umpan sisa yang dikumpulkan dalam wadah plastik yang kemudian ditimbang dan diganti setiap 24 jam sekali. Penelitian ini menggunakan metode percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 8 perlakuan dan 4 ulangan. Masing-masing formulasi perlakuan tersebut adalah 51% beras + 0,5% vetsin + 3% minyak sawit + 0,5% asam benzoat + 30% parafin padat yang ditambahkan dengan : A = 15% keju; B = 15% cokelat; C = 15% ikan asin; D = 15% tepung kulit udang; E = 15% kelapa bakar; F = 15% telur burung puyuh; G = Pembanding, digunakan umpan beras. H = Kontrol, yang hanya terdiri dari 66% beras + 0,5% vetsin + 3% minyak sawit + 0,5% asam benzoat + 30% parafin padat.

Menurut Emiati (1990), tikus sangat tanggap terhadap setiap perubahan lingkungan, sumber makanan atau benda-benda yang baru dijumpainya. Jika ada perubahan maka tikus akan langsung curiga sambil mengamati perubahan tersebut selama beberapa waktu. Hasil pengamatan hari pertama diketahui bahwa umumnya tikus sawah tidak langsung mengonsumsi umpan yang diberikan. Sebelum dikonsumsi, umpan tersebut dikenali terlebih dahulu dengan cara umpan tersebut didekati, dikelilingi dan dicicipi terlebih dahulu sebelum umpan tersebut dirasa sesuai untuk dikonsumsi. Menurut Du (2002) tikus sawah mempunyai sifat hati-hati terhadap sesuatu yang baru ditemukannya (neofobi), walaupun jenis umpan yang diberikan dirasa cukup enak untuk dikonsumsi namun karena kondisi lingkungan dalam kurungan berbeda dengan seperti biasanya maka tikus sawah cenderung memiliki sifat waspada dan curiga dengan benda asing yang ada dihadapannya. Selama perlakuan, aktivitas makan tikus terjadi menjelang malam hari (± pukul 18.00 WIB). Hal ini menunjukkan bahwa tikus sawah termasuk

hewan yang aktif pada malam hari (nocturnal), sehingga mencari makanpun dilakukan menjelang malam hari sampai menjelang subuh (Rochman, 1992).

Daya pikat salah satu jenis formulasi umpan sudah dapat diketahui pada hari ke dua sampai hari ke delapan setelah umpan diberikan, umpan dengan formulasi telur burung puyuh merupakan umpan yang paling disukai tikus sawah dengan rata-rata umpan yang dimakan mencapai 2,4486 g per hari.

Pengujian daya pikat beberapa formulasi umpan terhadap tikus sawah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Umpan yang Dimakan Tikus Sawah (g/hari)

Perlakuan Rata-rata Jumlah Umpan yang Dimakan (g/hari)

Formulasi keju 1,7359 ab

Formulasi cokelat 1,2546 abc

Formulasi ikan asin 0,8191 bcd

Formulasi tepung kulit udang 0,3753 d

Formulasi kelapa bakar 0,6606 cd

Formulasi telur burung puyuh 2,4486 a

Umpan pembanding 0,3793 d

Umpan kontrol 0,5182 cd

Keterangan :

Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

Umpan dengan formulasi telur burung puyuh merupakan umpan yang paling banyak dimakan oleh tikus sawah dengan rata-rata jumlah umpan yang di makan sebanyak 2.4486 g per hari. Hal ini diduga karena umpan dengan formulasi telur burung puyuh merupakan bahan penyedap yang paling tepat dicampurkan dengan komposisi bahan-bahan pembuatan umpan. Menurut Suparman (1993) tikus mempunyai indera perasa yang mampu membedakan makanan yang enak dan tidak enak, pahit dan tidak pahit, mengandung racun dan tidak mengandung racun, oleh sebab itu umpan dengan formulasi telur burung puyuh adalah umpan yang cenderung dipilih tikus karena umpan ini diduga memiliki rasa yang lebih enak jika dibandingkan dengan formulasi umpan lainnya.

Telur burung puyuh mengandung protein, lemak, vitamin, mineral (besi, fosfor, kalsium), asam amino, dan karbohidrat (IPTEKnet, 2002). Telur burung

puyuh memiliki kandungan gizi paling lengkap jika dibandingkan dengan kandungan gizi yang terdapat pada bahan penyedap lainnya. Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa tikus lebih memilih umpan dengan formulasi telur burung puyuh, karena tikus memerlukan kandungan gizi yang lengkap dan seimbang untuk kelangsungan hidupnya.

Lain halnya dengan umpan formulasi tepung kulit udang, umpan ini lebih sedikit dimakan oleh tikus sawah jika dibandingkan dengan umpan formulasi telur burung puyuh, keju, cokelat, ikan asin, dan kelapa bakar. Tepung kulit udang merupakan limbah yang berasal dari industri pengolahan udang dan biasanya digunakan untuk pakan ternak (Anonim, 2005c),. Karena tepung kulit udang merupakan limbah, maka kandungan gizi yang terdapat didalamnya lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan gizi yang terdapat pada telur burung, puyuh, keju, cokelat, ikan asin, dan kelapa bakar.

Hasil perhitungan persentase umpan yang dimakan dan nilai daya pikat masing-masing umpan yang dimakan tikus rumah, menunjukkan bahwa umpan dengan formulasi telur burung puyuh memiliki nilai persentase dan nilai daya pikat yang paling tinggi dibandingkan dengan nilai persentase dan nilai daya pikat formulasi umpan lainnya. Nilai persentase umpan yang dimakan tikus dari semua formulasi dari yang paling besar hingga yang paling kecil secara berturut-turut adalah formulasi telur burung puyuh, formulasi keju, formulasi cokelat, formulasi ikan asin, formulasi kelapa bakar, umpan kontrol, formulasi tepung kulit udang, dan umpan pembanding (Tabel 3).

Sedangkan nilai daya pikat umpan dari semua perlakuan (Tabel 3), umpan dengan formulasi telur burung puyuh memiliki nilai daya pikat yang paling tinggi yakni 5 kali lipat dibanding kontrol. Perlakuan umpan yang memiliki nilai daya pikat lebih besar dari 1 merupakan umpan yang paling disukai tikus, dengan demikian umpan dengan formulasi telur burung puyuh, keju, cokelat, ikan asin, dan kelapa bakar merupakan umpan yang paling disukai oleh tikus

Tabel 3. Persentase Umpan yang Dimakan Tikus dan Daya Pikat Umpan dari Masing-masing Perlakuan No. Urut Perlakuan Persentase Umpan yang Dimakan (%) Daya Pikat

1 Formulasi telur burung puyuh 30 5

2 Formulasi keju 21 3,3

3 Formulasi cokelat 15,3 2,4

4 Formulasi ikan asin 10 1,6

5 Formulasi kelapa bakar 8,1 1,3

6 Umpan kontrol 6,4 1

7 Formulasi tepung kulit udang 4,7 0,7

8 Umpan pembanding 4,5 0,7

Dari data hasil pengamatan diketahui bahwa semua perlakuan umpan yang diberikan setiap harinya dimakan oleh tikus dengan jumlah yang berbeda-beda Hal ini terjadi karena tikus adalah binatang yang selalu curiga terhadap segala sesuatu yang baru, tetapi juga memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, karenanya tikus akan mencoba atau mencicipi umpan yang diganti setiap hari walaupun umpan itu sudah dikenalnya. Tikus memiliki indera pengecap yang sangat sensitif dan dapat mengetahui zat-zat yang terkandung dalam suatu bahan makanan melalui indera pengecapnya itu. Oleh karena itu untuk menentukan zat-zat yang dibutuhkannya, tikus mencicipi makanan yang tersedia terlebih dahulu. Tikus dapat menentukan jumlah zat-zat yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Zat-zat pada setiap jenis umpan yang tersedia berbeda-beda sehingga untuk memenuhi kebutuhannya, tikus setiap hari mengonsumsi semua jenis umpan yang tersedia dalam jumlah yang sesuai dengan yang dibutuhkan.

Dokumen terkait