• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pengujian Sitotoksisitas

Analisis sitotoksisitas bahan penambal gigi dilakukan melalui pengujian terhadap viabilitas sel fibroblas dengan metode MTT assay. BCP dan ACP serbuk diuji dalam cell line NHDF yang merupakan prototype dari sel fibroblas pada pulpa gigi manusia.15 Sel yang telah dikultur kemudian dihitung konsentrasinya untuk membuktikan bahwa sel siap untuk dipanen. Konsentrasi sel hasil pengkulturan sel setelah 2 hari adalah 20,8×105 sel/ml diperoleh dari persamaan 3 dengan nilai A, B, C, D, dan E sebesar 11, 12, 11, 7, dan 11. Konsentrasi tersebut mencukupi untuk tahap inkubasi analisis MTT karena melebihi konsentrasi yang diinginkan yaitu 2×105 sel/ml (Tabel 1). Volume sel yang diambil dari larutan sel adalah 1,73 mL dan penambahan medium adalah 16,27 ml (Tabel 1). Medium dasar berfungsi sebagai media hidup dan nutrisi untuk sel.27

Tabel 3 Konsentrasi dan volume kultur sel.

C2 (sel/ml) C1 (sel/ml) V2 (ml) V1 (ml) medium (ml) 2×105 20,8×105 18 1,73 16,27

Analisis sitotoksisitas menggunakan larutan MTT yang bersifat toksik dan berwarna kuning. Reaksi larutan MTT terhadap sel diindikasikan dengan perubahan warna yang menjadi hitam pekat, sedangkan pemberian larutan MTT pada blank tidak menyebabkan perubahan warna (tetap berwarna kuning seperti larutan MTT). Perubahan warna menjadi hitam merupakan terjadinya reduksi MTT menjadi formazan.20 Derajat kepekatan warna hitam sampel setelah pemberian MTT diukur dengan memanfaatkan prinsip absorbansi. Cahaya yang digunakan adalah warna merah 655 nm agar cahaya diteruskan pada sampel berwarna kuning (sampel blank) dan diserap pada sampel yang berwarna hitam (sampel yang mengandung sel). Tabel 2 menunjukkan data hasil pengukuran absorbansi dari spektrofotometer yang merupakan rata-rata dari 3 kali pengulangan untuk tiap hari waktu inkubasi.

Tabel 4 Absorbansi sel pada sel kontrol, sel dengan implan ACP, dan sel dengan implan BCP.

Waktu inkubasi (hari) Absorbansi (OD) Sel ACP BCP 1 2,61 2,221 2,376 2 0,837 0,718 1,807 3 0,714 1,282 1,103

Gam Tabel 5 Viabilitas Waktu inku 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 N il ai A b so rb an si

ambar 11 Viabilitas sel bedasarkan nilai absorbansi.

tas sel pada sampel dengan perlakuan waktu inkubasi ya

nkubasi (hari) Sampel Viabilitas sel (%

1 Sel (kontrol) 100,00 Sel+ACP 85,11 Sel+BCP 91,06 2 Sel (kontrol) 100,00 Sel+ACP 85,76 Sel+BCP 215,76 3 Sel (kontrol) 100,00 Sel+ACP 179,61 Sel+BCP 154,53 1 2 3

Waktu inkubasi (Hari)

sel (ko ACP BCP 12 yang berbeda. %) l (kontrol)

0 50 100 150 200 250 P e rs e n tas e ( % )

Gambar 12 Persentase via inkubasi 1, 2,

Hasil pengamatan memperlihatkan ada berdasarkan hasil absor kontrol dan sel yang t (persamaan 5). Hal ini medium yang tersedia s sehingga nutrisi untuk juga berkurang. Pada pertama penambahan BCP tidak mempenga Pada hari kedua inkuba mempertahankan viabi lipat dibandingkan de sedangkan ACP mempengaruhi viabilit ketiga kedua mempertahankan viab baik karena lebih dari bertahan dibandingkan de Hal ini membuktikan ba dan BCP bersifat tidak mempertahankan viabil 4.3 Karakterisasi SEM

Karakterisasi SEM mengetahui morfologi 13a, 13b, dan 13c mer pada sel NHDF tanpa pe implan dengan waktu ink hari. Sel NHDF me seperti bulatan kecil saling merekat satu de sehingga membentuk butiran yang saling mel 14 inkubasi tampak sel

1 2 3

Waktu Inkubasi (Hari)

sel (kon ACP BCP

viabilitas sel pada kontrol, sampel ACP, dan sampel BC 2, dan 3 hari.

tan viabilitas sel ini danya penurunan orbansi MTT dari sel telah diberi implan ni disebabkan karena a semakin berkurang uk sel bertahan hidup ada inkubasi hari n sampel ACP dan ngaruhi viabilitas sel. ubasi, BCP mampu bilitas sel dua kali dengan sel kontrol, masih belum bilitas sel. Pada hari sampel dapat abilitas sel dengan ari 50% sel mampu n dengan sel kontrol. n bahwa sampel ACP k toksik dan mampu bilitas sel.

EM

M digunakan untuk ogi sampel. Gambar erupakan foto SEM npa penambahan bahan u inkubasi 1, 3 dan 14 mempunyai struktur il yang teratur dan dengan yang lainnya uk seperti tumpukan elekat. Hari ke 3 dan sel mulai berpolifersi

dan memproduksi matrik sehingga bentuk sel s terlihat. Sel fibroblas me jaringan ikat sehi membentuk kolagen.15 terbentuk dalam pene memiliki derajat kris 62.57% sehingga sudah kristal yang teratur seper BCP memiliki kristalin tinggi sehingga memili lebih teratur.

Gambar 14 dan 15 SEM sel dengan pen yaitu BCP (Gambar (Gambar 15). Pada hari bentuk butiran kristal masih jelas terlihat dan sel juga sudah dapat ter dengan perlekatan yang seluruh struktur AC Morfologi sel dengan pe ACP dan BCP pada ha menunjukkan hasil yang hari ke-3 inkubasi belum perubahan morfologi s dengan implan BCP. Hal bahwa BCP lebih muda dengan sel dibandingk ditunjukkan pula dengan pada analisis sitotoksisita ke-2 inkubasi dapat viabilitas sel dua kali lipa pada sel kontrol dan se ACP. Selain itu, ACP da tingkat kelarutan yang

13

kontrol)

CP setelah waktu

triks ekstra seluler29 sudah tidak jelas merupakan sel pada ehingga mampu 15 ACP yang nelitian ini sudah ristalinitas sebesar h memiliki struktur perti HA sedangkan linitas yang lebih iliki struktur yang 15 merupakan foto penambahan implan r 14) dan ACP ri pertama inkubasi l BCP dan ACP dan interaksi dengan erlihat, ditunjukkan ng hampir menutupi CP dan BCP. penambahan implan

hari ke-3 inkubasi ng berbeda. ACP di lum terlihat adanya seperti pada sel al ini menunjukkan mudah berinteraksi ngkan dengan ACP an hasil absorbansi sitas, BCP pada hari t mempertahankan ipat lebih besar dari sel dengan implan dan BCP memiliki ng berbeda. BCP

(a)

(a)

memiliki fase TCP kelarutannya lebih t sehingga lebih cepat berpolifersi dan mens kolagen atau mem ekstraseluler.30 Se membutuhkan waktu

Gambar 13 Foto SEM dengan 20.000

Gambar 14 Foto SEM hari, dan (c

Gambar 15 Foto SEM (b) 3 hari (a) (b) (b) CP yang tingkat tinggi dari HA4 pat berinteraksi dan

sekresikan protein embentuk makriks Sedangkan ACP u yang lebih lama

dibandingkan BCP untuk dan memproduksi matrik

Foto SEM setelah baik pada BCP maupun memperlihatkan terja kolagen dan interaksiny implan (Gambar 14c dan

M sel NHDF setelah inkubasi (a) 1 hari, (b) 3 har 20.000 kali perbesaran.

M sel NHDF dengan implan BCP setelah inkubas c) 14 hari dengan 20.000 kali perbesaran.

EM sel NHDF dengan implan ACP setelah ink ri, dan (c) 14 hari dengan 20.000 kali perbesaran.

(b)

14

(c)

(c)

untuk berpoliferasi sel riks kolagen.

inkubasi 14 hari upun ACP semakin rjadinya matriks inya dengan bahan dan 15c).

ri, dan (c) 14 hari

ubasi (a) 1 hari, (b) 3

nkubasi (a) 1 hari, (c)

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Sintesis BCP dan ACP pada penelitian ini menggunakan sumber kalsium dari cangkang telur ayam. Fase BCP yang dihasilkan terdiri dari dua fase, TCP dan HA dengan 3 puncak tertinggi dimiliki oleh fase TCP. Sedangkan sintesis ACP menghasilkan fase AKA dan HA dengan derajat kristalinitas sebesar 62,57% hal ini dapat disebabkan oleh faktor pengeringan menggunakan frezee drying lebih dari 1x24 jam.

Berdasarkan analisis secara in vitro dibuktikan bahwa bahan implan BCP dan ACP bersifat tidak toksik terbukti dengan pengujian toksisitas yang dilakukan dengan perlakuan perendaman BCP dan ACP di dalam cell line fibroblas (NHDF) selama 1, 2, dan 3 hari. Viabilitas sel yang direndam dengan BCP dan ACP hari ke-1 perendaman, tidak mempengaruhi viabilitas sel, sedangkan hari ke-2 dan hari ke-3 perendaman viabilitas selnya lebih dari sel kontrol. BCP menginduksi sel lebih cepat dari pada ACP. Hari kedua

perendaman BCP mampu

mempertahankan sel 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan sel kontrol sedangkan ACP di hari ketiga perendaman mampu mempertahankan sel 57% lebih besar dari sel kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa BCP dan ACP bersifat tidak toksik dan menginduksi sel- sel untuk tumbuh.

Hasil pengujian MTT ini sesuai dengan hasil karakterisasi scanning electron microscope (SEM) yang menunjukkan terjadinya pelekatan antara BCP atau ACP dengan sel fibroblas setelah 1 hari perendaman. Foto SEM sampel setelah inkubasi selama 3 hari menunjukkan bahwa sel mulai mengalami poliferasi dan mensekresikan protein kolagen. Sekresi protein kolagen semakin terlihat setelah perendaman selama 14 hari. Jadi, BCP dan ACP yang diperoleh dari cangkang telur bersifat tidak toksik dan memiliki biokompatibilitas yang baik

dengan sel secara in vitro dan memungkinkan untuk selanjutnya bahan implan dianalisis secara in vivo.

5.2 Saran

Sintesis ACP pada suhu rendah sebaiknya dilakukan frezee drying selama 1 x 24 jam karena proses frezee drying yang lebih lama akan timbul pembentukan fase kristal yang lebih banyak. Prosedur analisis in vitro memerlukan keahlian dan ketelitian agar tidak terjadi kontaminasi terhadap sel dan selanjutnya dapat dilakukan pula analisis MTT dengan sel odontoblas atau stem cell karena untuk menjadi bahan penambal yang baik sampel juga harus dapat berinteraksi dengan sel odontoblas, karena sel odontoblas merupakan sel pembentuk dentin30 dan stem cell merupakan sel induk atau sel yang belum matang yang belum berdiferensiasi menjadi sel atau jaringan tertentu.31

Berdasarkan hasil in vitro dapat dilakukan pula penelitian lanjutan secara in vivo untuk menguji sitotoksisitas dalam kondisi tubuh makhluk hidup yang sesungguhnya. Pengujian poliferasi sel dan sekresi protein perlu dibuktikan dengan dilakukan tes kuantifikasi sehingga banyaknya kolagen yang terbentuk oleh sel fibroblas dapat dihitung.

Dokumen terkait