• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program

Dalam dokumen LAKIP TIEM BPPT 2016 LAKIP TIEM 2016 (Halaman 97-105)

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

2. Pengukuran capaian Indikator kinerja 1.2 yaitu Jumlah Rekomendasi di Bidang TIEM yang Dimanfaatkan, dengan target 1 Rekomendasi, yaitu: Sistem handling

3.1.2 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program

Pengukuran Capaian Sasaran Program 2 (SP 2) yaitu Terwujudnya layanan teknologi di bidang TIEM untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, dengan 2 (dua) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut:

1. Jumlah Layanan Teknologi di Bidang TIEM, dengan target 1 (satu) layangan teknologi, yaitu : pengujian komponen teknologi tenaga surya.

2. Indeks Kepuasan Masyarakat, dengan target nilai B.

Penjelasan Capaian masing-masing Indikator Kinerja adalah sebagai berikut:

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab III - 94 Pengukuran capaian Indikator kinerja 1 yaitu Jumlah Layanan Teknologi di Bidang TIEM, dengan target 1 (satu) layangan teknologi, yaitu : pengujian komponen teknologi tenaga surya

Secara ringkas, capaian kinerja indikator kinerja dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4.

Capaian Kinerja Indikator Kinerja SP 2 Sasaran Program 2

Terwujudnya layanan teknologi bidang TIEM untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

Indikator Kinerja Program (IKP) 2.1 Jumlah layanan teknologi di bidang TIEM

Target :

1 Layanan

Penjelasan Target IKP

Pengujian komponen teknologi tenaga surya

Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome

Bukti Pendukung PPT Bidang Energi Jumlah Kontrak

Layanan Jasa Teknologi sebanyak 104 buah.

Daftar Kontrak kerja layanan jasa teknologi.

Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :

Layanan pengujian komponen teknologi energi tenaga surya, 1 layanan. Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat baik yakni sekitar 4,80 kWh/m2/hari atau setara dengan 112.000 GWp, namun hanya sekitar 77 MWp yang sudah dimanfaatkan. Saat ini pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum dimanfaatkan secara optimal. Pemerintah Indonesia menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa datang. Disamping itu, ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 82 % dan

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab III - 95 masih banyak daerah yang belum dialiri listrik terutama daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi merupakan alternatif sangat tepat untuk dikembangkan.

Secara teknologi, saat ini industri fotovoltaik (PV) di Indonesia memproduksi modul surya serta mengintegrasikannya menjadi sistem PLTS dengan menggunakan sel surya yang diperoleh secara import. Terdapat 11 industri manufaktur modul PV nasional dengan kapasitas produksi sekitar 500 MWp/tahun. Disamping itu, lebih dari 50 perusahaan pengembang (EPC) yang mengembangkan aplikasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) baik off-grid maupun on-grid di Indonesia.

Berdasarkan pengalaman dalam pembangunan PLTS di Indonesia, ternyata masih banyak ditemukan kendala seperti kualitas PV dan komponen PLTS lainnya yang masih rendah, stabilitas kinerja PV yang rendah dan umur yang lebih pendek, menjadikan pasar PV bagi produsen di Indonesia menjadi tidak aman. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan kualitas produk komponen dan sistem PV, BPPT telah membangun fasilitas Laboratorium Pengujian Komponen dan Sistem Fotovoltaik (LPKSF).

Hingga saat ini LPKSF merupakan satu-satunya laboratorium uji fotovoltaik di Indonesia yang terakreditasi SNI/ISO 17025. Oleh karena itu, LPKSF telah berkontribusi dalam menjaga kualitas produk komponen dan sistem fotovoltaik di Indonesia, yang mengacu baik pada standar nasional Indonesia (SNI) maupun internasional (IEC).

Ruang lingkup layanan pengujian yang dapat dilakukan di LPKSF meliputi 6 jenis pengujian, yakni: modul f o t o v o l t a i k ( PV), baterai, solar charge controller, lampu DC, inverter dan sistem PLTS.

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab III - 96 Gambar 3.12 : Pengujian Modul Surya Outdoor.

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab III - 97 Gambar 3.14. Pengujian Baterai

Laboratorium Pengujian Komponen dan Sistem Fotovoltaik (LPKSF) telah terakreditasi SNI/ISO17025 sejak 1997. Sehingga prosedur ujinya telah mengikuti standar nasional yang ditetapkan.

LPKSF telah melayani masyarakat, baik industri maupun perusahaan pengembang (EPC), dalam dan luar negeri. Pada tahun 2015-2019 fokus pada kegiatan layanan pengujian komponen teknologi energi tenaga surya. Dari 2015 sampai tahun 2016 target yang tercantum dalam rencana strategis Deputi Bidang TIEM 2015-2019 selalu terelasisasi, dimana setiap tahunnya membukukan satu layanan pengujian yang terdiri dari 40 lebih kontrak kerjasama dengan berbagai mitra kerja Depiti Bidang TIEM.

Pada tahun 2016, Deputi Bidang TIEM telah memberikan layanan pengujian LPKSF sebanyak satu paket layanan yang terdiri dari 44 kontrak kerjasama. Karena itu, untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dalam jaminan mutu untuk sektor energi, khususnya di bidang PV, Deputi Bidang TIEM terus mengembangkan fasilitas lab yang ada dan meningkatkan kualitas kompetensi SDM-nya.

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab III - 98 1. Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai.

Telah dilakukan kegiatan layanan jasa teknologi energi (PNBP) dengan jumlah seperti pada tabel berikut.

Indikator Kinerja Target Real-

isasi %

Program/

Kegiatan Mitra Jumlah kontrak layanan

jasa teknologi konversi energi 70 110 157 PPT Konversi Energi/ Layanan Jasa Teknologi Energi ✓ PT. PJB ✓ PT. AP II ✓ SHI ✓ PT. Dover ✓ PT. LEN

2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab III - 99

Dalam dokumen perencanaan strategis Deputi Bidang TIEM tahun 2015-2019, Revisi 2, tidak ada target pada indikator kinerja jumlah layanan teknologi pada tahun2015.

Sesuai dokumen perencanaan strategis Deputi Bidang TIEM tahun 2015-2019, Revisi 2, dan dokumen Perjanjian Kinerja BPPT tahun 2016, Revisi 2, capaian kinerja pada tahun 2016 adalah sebanyak 1 layanan teknologi, yaitu : Layanan pengujian komponen teknologi energi tenaga surya, dengan target 1 layanan. Dengan demikian secara rasio capaian tahun ini tidak dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tetapi dapat diyakini pada tahun ini terjadi peningkatan kinerja.

3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Berdasarkan realisasi kinerja yang telah dicapai pada tahun 2016, dapat diketahui bahwa realisasi kinerja Deputi Bidang TIEM sampai dengan tahun ini sesuai dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis Deputi TIEM tahun 2015-2019, Revisi 2.

4. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

Secara umum, faktor Penyebab Keberhasilan/Peningkatan Kinerja :

• Komitmen dan dukungan dari Pimpinan Deputi Bidang TIEM dan Manajemen

Unit Kerja terhadap pelaksanaan program/kegiatan, khususnya terhadap pelaksanaan pemberian layanan teknologi Deputi Bidang TIEM.

• Komitmen, dukungan dan partisipasi seluruh jajaran Unit Kerja untuk

peningkatan kinerja Deputi Bidang TIEM, khususnya dalam memberikan layanan teknologi kepada seluruh mitra.

• SDM yang kompeten untuk keberhasilan pelaksanaan pemberian layanan

teknologi kepada mitra.

• Sarana dan prasarana yang mendukung untuk pelaksanaan pelayanan

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab III - 100 2. Pengukuran capaian Indikator kinerja 2 yaitu Indeks Kepuasan

Masyarakat, dengan target Nilai B.

Sesuai dokumen perencanaan strategis, Indeks Kepuasan Masyarakat diperoleh dari hasil survai kepuasan pengguna teknologi yang dilayani oleh Deputi Bidang TIEM.

Sebagai bagian dari instansi pemerintah yang mempunyai fungsi mengkaji dan menerapkan teknologi, Deputi Bidang TIEM telah menghasilkan inovasi teknologi yang berguna dan dibutuhkan oleh pihak pengguna baik pemerintah maupun industri. Hal ini dapat terlihat dari kerjasama-kerjasama yang dibina hingga saat ini.

Beberapa dari kerjasama tesebut difasilitasi oleh Pusyantek BPPT, dimana terlihat progres kerjasama dari tahun ke tahun. Dari kerjasama yang telah dilaksanakan tersebut dirasakan perlu untuk melakukan evaluasi terhadap mitra, apakah merasa puas dengan hasil Pelayanan Teknologi yang sudah dilaksanakan. Tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang mempunyai faktor penting dalam mengembangkan suatu sistem layanan yang tanggap terhadap konsumen. Oleh karena itu dalam setiap akhir dari kerjasama diberikan kuesioner Kepuasan Pelanggan dengan maksud untuk perbaikan serta peningkatan pelayanan teknologi dimasa yang akan datang.

Tujuan melakukan kegiatan survey Kepuasan Pelanggan ini adalah untuk

mendapatkan informasi sejauh mana pelanggan mendapatkan value dari

penyedia jasa, value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi. Kepuasan pelanggan tertuang dalam kuesioner dari mitra pengguna layanan teknologi sebagai pemacu untuk perbaikan serta peningkatan pelayanan kerjasama Deputi Bidang TIEM.

Survei kepuasan pelanggan dilakukan terhadap mitra pengguna layanan teknologi Deputi Bidang TIEM, baik kepada industri, BUMN, pemerintah daerah, dan kementerian.

Hasil analisis terhadap survei kepuasan masyarakat/pelanggan dapat dilihat pada lampiran.

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab III - 101 Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa capaian kinerja Deputi Bidang TIEM untuk Indikator Kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat, dengan target Nilai B adalah sebagai berikut :

1) Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun ini :

Dalam dokumen LAKIP TIEM BPPT 2016 LAKIP TIEM 2016 (Halaman 97-105)

Dokumen terkait