• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persiapan Sinkronisasi dengan Grid PLN

Dalam dokumen LAKIP TIEM BPPT 2016 LAKIP TIEM 2016 (Halaman 89-93)

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

1. Pengukuran capaian Indikator kinerja 1 yaitu Jumlah Inovasi yang Dihasilkan, dengan target 4 Inovasi, yang meliputi : a Sistim elektronika navigasi untuk

1.2 Pelaksanaan Pengujian

1.2.3 Persiapan Sinkronisasi dengan Grid PLN

Listrik yang dihasilkan dari PLTP 3 MW ini akan dialirkan ke grid 20 kV milik PLN. Dari hasil pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh BPPT dan PLN, disimpulkan bahwa PLN Distribusi Jabar akan memberikan ijin sinkron jika SOP, PKS dan rekomendasi dari PLN Pusertif sudah lengkap. BPPT dan PLN distribusi Jabar bersama-sama menyiapkan, menyetujui, dan menanda-tangani SOP Sinkron dan PKS. Gambar 3.16 menunjukan alur sinkronisasi dengan PLN. PLN Pusertif akan memberikan rekomendasi laik sinkron setelah melakukan validasi/verifikasi kondisi operasi pembangkit tanpa beban (uji short circuit hingga 100% sampai temperatur gulungan steady atau mencapai kondisi saturasi, interlock AC/DC oil pump, sistem mechanical trip, dokumen relay, dan hal lain yang terkait proteksi). Kegiatan uji sinkron ini dilakukan oleh BPPT bersama dengan PLN Area Garut dan PLN Distribusi Jabar.

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab III - 86

Gambar 3.16 Diagram Alur Sinkronisasi dengan PLN

Sebelum uji sinkron dilakukan, terlebih dulu harus dilakukan rolling turbin- generator untuk uji peralatan mekanik over speed trip. Seperti biasa, start up turbin tanpa beban dilakukan hingga putaran nominal 6458 rpm. Pengujian peralatan mekanik over speed trip dilakukan hingga putaran 7200 rpm dimana pada putaran tersebut, peralatan belum bekerja dan vibrasi masih dibawah batas aman. Plant dishutdown dan dilakukan penyetelan pegas pada peralatan tersebut. Kemudian dilakukan pengujan ulang, dan peralatan bekerja pada putaran yang terlalu rendah (6000 rpm). Plant lalu dishutdown dan dilakukan penyetelan ulang pegas pada peralatan tersebut. Lalu pengujian kembali dilakukan, dan peralatan gagal bekerja hingga putaran yang terlalu rendah (6000 rpm). Plant dimatikan (shutdown) kembali.

Pada pengujian ulang berikutnya, peralatan gagal bekerja hingga 3 kali uji:

o Hingga putaran 7075 rpm (trip vibrasi)

o Hingga putaran 7080 rpm (trip vibrasi)

o Hingga putaran 6875 rpm (trip vibrasi)

Sebelum pengujian selanjutnya dilakukan, diputuskan untuk dilakukan

perbaikan desain kekakuan pegas dan thermal clearence. Setelah

perbaikan dilakukan, pengujian kembali dilaksanakan. Start up turbin tanpa

beban dilakukan hingga putaran nominal 6458 rpm, dan dilanjutkan setting

speed hingga nilai 6900 rpm untuk uji over speed trip dari peralatan mekanik. Namun sebelum nominal speed tercapai, telah terjadi trip sebanyak 4 kali (3 kali pada 4000 rpm dan 1 kali pada 5000 rpm). Pada putaran 2000 rpm vibrasi mengalami kenaikan antara 0.7 s.d. 0.9 mm/sec tidak seperti turbine rolling sebelumnya (hanya 0.2 mm/sec). Berdasarkan analisa spektrum di lapangan, terindikasi terjadi unbalance dan misalignment pada turbine.

2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab III - 87 a. Capaian TA 2015

• Sistem PLTP condensing turbine 3 MW hasil desain SDM BPPT telah berhasil dioperasikan.

• Pengujian penyaluran listrik ke jaringan 20 kV PT. PLN belum berhasil dilakukan karena terjadi vibrasi di turbin yang menyebabkan emergency stop. Dari hasil pemeriksaan dan analisa terhadap data vibrasi yang diperoleh, vibrasi diakibatkan dari miss-alignment antara gearbox dengan generator, dan juga terjadinya gesekan di bearing. Perbaikan telah dilakukan, dan turbin siap untuk diuji kembali.

b. Capaian TA 2014

Pengujian seluruh sub-sistem PLTP dan turbine rolling telah dilakukan. Pada saat pengujian turbine rolling yang ke-2, terjadi vibrasi yang menyebabkan emergency stop. Dari hasil pemeriksaan dan analisa, sebuah blade di stage ke-5 terlepas dari rotor turbin. Untuk itu dilakukan pemeriksaan turbin secara menyeluruh. Seluruh stage dipasang supporting screw di tiap-tiap stage locking blade.

c. Capaian TA 2013

Pengujian individu komponen-komponen di dalam seluruh sub-sistem PLTP telah dilakukan. Sebelum pengujian dimulai, perbaikan instalasi beberapa komponen telah dilakukan.

d. Capaian TA 2012

Pembangunan pilot plant telah selesai, steam flushing di seluruh perpipaan dan pengujian individu beberapa pompa telah dilakukan.

3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab III - 88 Di dalam Rencana Strategis PTKKE Tahun 2015 - 2019, salah satu sasaran strategis yang ingin dicapai di akhir tahun 2019 adalah "Dikuasainya teknologi PLTP condensing turbine dan binary cycle dengan biaya investasi yang relative murah dan TKDN yang tinggi, serta dimanfaatkannya teknologi tersebut oleh industri ketenaga-listrikan di dalam negeri". Penguasaan teknologi PLTP skala kecil akan diwujudkan dalam bentuk interkoneksi PLTP 3 MW dengan Jaringan PLN 3 MW. Pada tahun 2016, PLTP telah diuji secara terpisah baik dengan beban maupun tanpa beban sehingga telah siap dilakukan uji operasi sinkron dengan PLN. Ditargetkan awal TA 2017 uji operasi tersebut telah dilakukan.

4. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Saat ini teknologi skala kecil belum diterapkan di Indonesia, sehingga standar nasional PLTP skala kecil belum ada. Penguasaan teknologi PLTP skala kecil oleh BPPT ini akan menjadi acuan dalam penetapan standar nasional. Dilain sisi, berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Perindustrian menetapkan TKDN untuk PLTP s/d 5MW adalah sebesar 42%, sementara profil PLTP 3 MW BPPT di Kamojang menunjukkan nilai TKDN sebesar 68%.

5. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

✓ SDM : BPPT mempunyai SDM yang sangat kompeten dalam pengembangan teknologi PLTP skala kecil.

✓ Teknologi/Peralatan : BPPT mempunyai sarana software yang lengkap untuk diaplikasikan dalam engineering design PLTP skala kecil.

✓ Keuangan : Sebagai program prioritas nasional yang tertuang di dalam RPJMN 2010-2014 dan RPJMN 2015-2019, pendanaan kegiatan melalui DIPA tahunan sesuai dengan perencanaan.

6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya a) Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Manusia

Jumlah SDM pelaksana kegiatan untuk tiap-tiap kompetensi sangat terbatas, sehingga sering kali alokasi jam kerja menjadi masalah jika suatu pekerjaan dengan kompetensi yang sama di tiap-tiap output terjadi di waktu yang bersamaan. Hal ini menyebabkan keterlambatan pekerjaan di salah satu output yang tertunda.

LAKIP TIEM TAHUN 2015 Bab III - 89 b) Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Keuangan

Sebagai program prioritas nasional, pendanaan kegiatan melalui DIPA secara jumlah total dapat terpenuhi. Akan tetapi alokasi pendanaan DIPA setiap tahunnya berbeda dengan rencana awal sehingga terjadi ke-tidak-sinkron-an antara pekerjaan yang satu dengan yang lain.

c) Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Laboratorium dan Peralatan

Tiga pilot plant yang menjadi output kegiatan ini merupakan laboratorium lapangan, dan masing-masing terletak saling berjauhan (2 plant di Jawa Barat, 1 plant di Sulawesi Utara), sehingga pelaksanaan pengujian plant tersebut memerlukan alokasi anggaran dan waktu kerja yang cukup besar, dan keperluan peralatan pendukung harus disiapkan di masing-masing plant.

2. Pengukuran capaian Indikator kinerja 1.2 yaitu Jumlah Rekomendasi di Bidang

Dalam dokumen LAKIP TIEM BPPT 2016 LAKIP TIEM 2016 (Halaman 89-93)

Dokumen terkait