LAPORAN
AKUNTABILITAS KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH
TAHUN 2016
DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI,
ENERGI, DAN MATERIAL
(DEPUTI BIDANG TIEM)
LAKIP TIEM TAHUN 2016 i
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, Puji syukur kami kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya-Nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Teknologi
Informasi, Energi dan Material (TIEM) Tahun Anggaran 2016 dapat kami selesaikan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
Dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan
Menteri PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
maka setiap Instansi Pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, diwajibkan untuk
menyusun laporan kinerjanya. Laporan Kinerja dimaksud merupakan salah satu dari
enam komponen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem
AKIP).
Laporan Akuntabilitas kinerja ini, terdiri atas 4 bagian yaitu:
BAB I. Menjelaskan tentang latar belakang kedudukan, tugas dan fungsi serta
kewenangan. Selain itu juga memberikan informasi tentang struktur
organisasi dan rincian sumberdaya manusia Deputi Bidang TIEM.
BAB II. Berisi tentang landasan aturan dan perundang-undangan, Visi dan Misi serta
Rencana Strategis dari Deputi Bidang TIEM. Dalam Bab ini juga disampaikan
mengenai Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja dari Deputi
Bidang TIEM.
BAB III. Adalah merupakan inti dari laporan ini. Di dalam Bab ini dijelaskan tentang
capaian kinerja Deputi Bidang TIEM dan realisasi anggarannya.
BAB IV. Merupakan penutup.
Menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja Deputi Bidang TIEM serta
langkah di masa mendatang yang akan dilakukan untuk meningkatkan
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Hal - iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN I - 1
1.1. Latar Belakang Organisasi I - 1
1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi I - 7
1.2.1 Kedudukan I - 7
1.2.2 Tugas I - 7
1.2.3 Fungsi I - 7
1.3. Struktur Organisasi I - 8
1.4. Sumber Daya Manusia I - 9
1.5. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama I - 9
1.5.1 Bidang Teknologi Informasi I - 10
1.5.2 Bidang Teknologi Energi I - 13
1.5.3 Bidang Teknologi Material I - 15
1.6 Sistematika Penyajian Laporan I - 16
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA II - 17
2.1. Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional II - 17 2.2. Renstra Deputi Bidang TIEM Tahun 2015-2019 II - 22 2.3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Perjanjian Kinerja Deputi Bidang
TIEM Tahun 2016
II - 47
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III - 49
3.1. Pengukuran Kinerja
3.1.1 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 1 3.1.2 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 2
III - 49 III - 52 III - 93
3.2. Realisasi Anggaran III - 102
BAB IV PENUTUP IV - 103
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Organisasi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Lembaga
Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang berada dibawah koordinasi Menteri
Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, mempunyai tugas
melaksanakan pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.
BPPT bermula dari gagasan mantan Presiden Republik Indonesia, Soeharto,
kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28 Januari 1974, bahwa sejak
memasuki tahap kedua pembangunan jangka panjang sudah sangat diperlukan
suatu lembaga tingkat pusat untuk mendampingi BAPPENAS. Jika BAPPENAS
memberikan pertimbangan secara makro ekonomi, maka BPPT memberikan
pertimbangan secara mikro ekonomi dari segala bentuk kegiatan pembangunan.
Tugas BPPT adalah memilih, mengkaji dan menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tepat dan berguna untuk pembangunan industri.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada awalnya adalah
merupakan salah satu divisi yang berada dibawah Pertamina. BPPT atau
dikenal juga dengan Divisi Advanced Technology Pertamina (ATP),
didirikan pada tahun 1976. Melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 25 tahun
1978, BPPT dibentuk sebagai Lembaga Pemerintah non Departemen (LPND)
dan berada dibawah serta bertanggungjawab langsung kepada Presiden.
Selama 25 tahun berjalan Jabatan Kepala BPPT di rangkap oleh Menteri Negara
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -2
melakukan perubahan struktur organisasi sesuai dengan tuntutan kebutuhan
internal maupun eksternal. Dengan diterbitkannya Surat Keputusan Presiden
Nomor 42 tahun 2006, tentang pengangkatan Kepala BPPT, secara otomatis
Kepala BPPT resmi terpisah dengan Menteri Negara Riset dan Teknologi.
Sejak tahun 1978, BPPT telah mengalami beberapa kali penggantian
Kepemimpinan, yaitu :
1. Prof.Dr.-Ing. B.J. Habibie 1978 - 1998
2. Prof.Dr.Ir. Rahadi Ramelan 1998 - 1998
3. Prof.Dr.Ir. Zuhal, MSEE 1998 - 1999
4. Dr. A.S. Hikam 1999 - 2001
5. Ir. M. Hatta Rajasa 2001 - 2004
6. Dr. Kusmayanto Kadiman 2004 - 2006
7. Prof. Ir. Said D. Jenie, Sc.D. 2006 - 2008
8. Dr.Ir. Marzan A. Iskandar 2008 – 2014
9. Dr. Unggul Priyanto 2014 –……...
Di dalam Keppres 25/ 1978, Organisasi BPPT terdiri dari
1. Kepala
2. Wakil Kepala
3. Sekretaris
4. Direktur Sarana Teknologi
5. Direktur Sistem analisa
6. Direktur Pengembangan Kekayaan Alam
7. Direktur Pengkajian Ilmu Dasar dan Terapan
8. Direktur Pengembangan Teknologi
9. Direktur Pengkajian Industri
10.Unit Pelaksana Teknis
Mengacu pada Keppres 25/ 1978, Direktorat Pengembangan Teknologi
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -3
Pengembangan Teknologi pada 1978 – 1982 ditunjuk Ir. Harsono Djuned
Pusponegoro.
Selanjutnya melalui Keppres 31/ 1982, Direktorat Pengembangan Teknologi
mengalami metamorfosa menjadi Deputi Bidang Pengembangan Teknologi
(Bangtek). Kedeputian tersebut terdiri atas 5 unit direktorat yakni 1).
Direktorat Pengkajian Teknologi Pemukiman dan Lingkungan Hidup, 2).
Direktorat Pengkajian Teknologi Proses Industri, 3). Direktorat Pengkajian
Teknologi Konversi dan Konservasi Energi dan 4). Direktorat Pengkajian
Teknologi Elektronika dan Informatika serta 5). Direktorat Pembinaan Sarana
Fisik dan Laboratorium. Pada masa tersebut Kedeputian Bidang Pengembangan
Teknologi telah mengalami 3 (tiga) kali periode penggantian pimpinan (Deputi),
yaitu :
1. Ir. Harsono Djuned Puponegoro (1982 – 1986)
2. Prof. Dr. Ir. Harsono Wiryosumarto (1986 – 1991)
3. Prof. Dr. Ir. Harijono Djojodihardjo (1991 – 1998)
Pada tahun 1998, BPPT melakukan reorganisasi dengan mengganti nama
Kedeputian Bidang Pengembangan Teknologi (Bangtek) menjadi Kedeputian
Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material. Reorganisasi tersebut
tertuang di dalam Keppres 117/ 1998. Di dalam Keppres tersebut Kedeputian
Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM), terdiri atas 4 (empat)
direktorat yang didukung oleh beberapat Unit Pelaksana Teknis (UPT).
Unit-unit yang berada di bawah kedeputian tersebut adalah :
1. Direktorat Teknologi Informasi dan Elektronika
2. Direktorat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi
3. Direktorat Teknologi Material
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -4
Sebagai pejabat pimpinan / Deputi pada masa tersebut adalah Dr. Ir. Ashwin
Sasongko Sastrosubroto, MSc. (1998 – 2000)
Pada tahun 2000, Presiden RI menerbitkan Keppres 178/ 2000 yang
merupakan penyempurnaan atas Keppres mengenai organisasi BPPT
sebelumnya. Pada Masa tersebut sebagai pejabat pimpinan Kedeputian Bidang
Teknologi Informasi, Energi dan Material, adalah :
1. Dr. Rachmad Mulyadi (2000- 2002)
2. Dr. Ir. Martin Djamin, MSc. 2002 – 2005
3. Dr. Ir. Marzan Azis Iskandar 2005- 2009
Pada tahun 2006, BPPT melakukan reorganisasi yang bersifat internal melalui
regrouping dan refocusing terhadap bidang-bidang teknologi pada unit eselon 2
(setingkat direktorat). Perubahan internal BPPT tersebut tertuang di dalam
Keputusan Kepala BPPT Nomor: BPPT 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006.
Untuk selanjutnya Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material
terdiri atas 4 (empat) unit eselon 2 yang berupa “pusat” dan didukung oleh
balai-balai. Unit-unit yang berada dibawah Kedeputian tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)
2. Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE)
3. Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE)
4. Pusat Teknologi Material (PTM)
5. Balai Jaringan IPTEKNET
6. Balai Besar Teknologi Energi ( B2TE )
7. Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi ( BRDST )
8. Balai Pengkajian Teknologi Polimer ( BPTP )
9. Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -5
Sebagai pejabat pimpinan/ Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan
Material adalah Dr. Ir. Unggul Priyanto, MSc. (2010 – 2014). Pada periode
2014 – sekarang deputi dijabat oleh Dr. Ir. Hammam Riza, MSc.
Reorganisasi terakhir dilakukan tahun 2015, dengan melakukan perubahan
struktur, penggabungan dan penyesuaian nama-nama unit kerja yang disahkan
melalui Peraturan Kepala BPPT No 009 tahun 2015 Tetang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Melalui reorganisasi tersebut
yang efektif diberlakukan per Januari 2016, maka Deputi Bidang Teknologi
Informasi, Energi, dan Material (TIEM) terdiri dari:
a. Pusat Teknologi Elektronika (PTE) - mempunyai tugas melaksanakan
pengkajian dan penerapan di bidang teknologi elektronika ;
b. Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia (PTSEIK) -
mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang
teknologi pengembangan sumber daya energi dan industri kimia;
c. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) – mempunyai
tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi
informasi dan komunikasi; dan
d. Pusat Teknologi Material (PTM) - mempunyai tugas melaksanakan
pengkajian dan penerapan di bidang teknologi material.
Selain itu, sesuai Peraturan Kepala Nomor 12 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Besar Teknologi Konversi Energi, bahwa Balai Besar
Teknologi Konversi Energi (B2TKE) merupakan Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan
Material. B2TKE mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelayanan teknologi
konversi energi. Dengan demikian Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi,
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -6
Pusat juga 1 orang Kepala Balai Besar. Sedangkan Balai setingkat eselon III
berada dibawah koordinasi dan bertanggungjawab kepada Kepala Pusat yang
terkait.
Adapun Balai setingkat eselon III yang ada dalam kedeputian TIEM adalah :
1. Balai Teknologi Polimer (BTP) merupakan unit pelaksana teknis di
lingkungan BPPT yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Direktur Pusat Teknologi Material, Deputi Bidang Teknologi Informasi,
Energi, dan Material. (Peraturan Kepala Nomor 20 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknologi Polimer).
2. Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi (BJIK) merupakan unit pelaksana
teknis di lingkungan BPPT yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, Deputi Bidang
Teknologi Informasi, Energi, dan Material. (Peraturan Kepala Nomor 21
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Jaringan Informasi dan
Komunikasi).
3. Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Disain (BTBRD) merupakan unit
pelaksana teknis di lingkungan BPPT yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Direktur Pusat Teknologi Sumberdaya Energi dan
Industri Kimia, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material.
(Peraturan Kepala Nomor 22 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Disain)
Tidak hanya organisasi yang diubah, pola penganggaran dan penyusunan
program dan kegiatan juga disesuaikan. Melalui kebijakan Kepala BPPT, sejak
tahun anggaran 2016 semua kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(PPT) dilaksanakan oleh Pusat dengan dukungan dari Balai yang
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -7 1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Kepala BPPT Nomor 009 Tahun 2015 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja BPPT.
1.2.1. Kedudukan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, yang selanjutnya dalam
peraturan ini disebut BPPT, adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui
menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang riset dan teknologi.
BPPT dipimpin oleh Kepala. Sedangkan Deputi Bidang Teknologi Informasi,
Energi dan Material (TIEM) adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi
BPPT di bidang teknologi informasi, energi, dan material, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. Deputi Bidang TIEM dipimpin
oleh Deputi.
1.2.2. Tugas Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material
Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi
informasi, energi, dan material .
1.2.3. Fungsi Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material
Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan
Material menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang Pengkajian dan
penerapan teknologi informasi, energi, dan material;
b) Pelaksanaan kegiatan teknologi elektronika, teknologi sumber daya
energi dan industri kimia, teknologi informasi dan komunikasi, serta
teknologi material;
c) Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang Pengkajian dan
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -8
d) Pembinaan dan pemberian bimbingan di bidang pengkajian dan
penerapan teknologi informasi, energi, dan material; dan
e) Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Kepala.
1.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi TIEM sesuai dengan SK Kepala BPPT Nomor 009 Tahun
2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT, adalah sebagaimana dalam
kotak hijau, sebagai berikut :
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -9 1.4. Sumber Daya Manusia
Deputi Bidang TIEM di dukung oleh sumberdaya manusia sejumlah 549 orang
dengan berbagai latar belakang pendidikan mulai dari SLTA sampai S3. Sebaran
berdasarkan pendidikan adalah S3 60 orang, S2 166 orang, S1 272 orang,
Diploma 4 orang dan SLTA berjumlah 47 orang.
PENDIDIKAN
Berdasarkan fungsional yang ditempati, SDM TIEM juga menduduki berbagai
jabatan fungsional dengan yang terdiri dari mayoritas perekayasa, sebagaian
kecil peneliti, arsiparis berbagai level, litkayasa berbagai level, pranata humas
dan lainnya. Sedangkan sisanya yang lain merupakan fungsional umum.
1.5. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merupakan salah satu
lembaga pemerintah yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang memiliki peranan penting dalam
pertumbuhan ekonomi nasional karena dapat berperan penting dalam
perkembangan teknologi di Indonesia, BPPT memiliki peran sebagai entry point
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -10
diterapkan di dalam kegiatan perekonomian Indonesia dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
BPPT juga dapat menjadi salah satu ujung tombak penyampai hasil karya
penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang teknologi ke dunia
industri ataupun ke masyarakat umum yang memiliki kepentingan terhadap
berbagai hasil penelitian, pengembangan dan perekayasaan yang dihasilkan
oleh para peneliti dan perekayasa Indonesia.
Kebutuhan akan teknologi yang dinilai makin hari makin tinggi dan juga dengan
adanya tuntutan kemajuan teknologi yang terkini, menyebabkan keberadaann
BPPT sangat diperlukan dan penting adanya. BPPT diharapkan mampu
memberikan peran yang nyata dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan
pembangunan nasional. Program-program yang dimiliki oleh BPPT sebagai
kebijakan institusi mandiri maupun program-program kebijakan lintas
kementerian/lembaga, diharapkan mampu menjadi faktor pendorong bagi
peningkatan perekonomian negara, terutama kebijakan program yang
bersentuhan dengan dunia industri.
Beberapa aspek strategis dan permasalahan utama yang mendasari
pelaksanaan kegiatan/program BPPT pada tahun 2016, khususnya pada Deputi
Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material, antara lain adalah:
1.5.1 Bidang Teknologi Informasi
Perekonomian dunia saat ini sedang mengarah pada digital ekonomi dimana
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang didukung dengan teknologi
elektronika (TE) akan banyak berperan dalam business dan pemerintahan baik
sebagai “enabler” model bisnis baru maupun sebagai “tools” dalam meningkatkan efisiensi. Indonesia terus mempersiapkan diri baik dari sisi
suprastruktur (peraturan) dengan UU 11/2008 tentang Informasi dan
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -11
Dalam Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015 - 2019,
khususnya mengacu pada Buku I RPJMN 2015-2019, bahwa peningkatan
kapasitas Inovasi dan Teknologi yang bertujuan untuk mendukung
peningkatan daya saing sektor produksi barang dan jasa, penyelenggaraan
litbang (riset) di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) difokuskan
pada:
• Pengembangan infrastruktur TIK, khususnya IT security
• Pengembangan sistem dan framework/platform perangkat lunak berbasis
Open source khususnya industri TIK pendukung Government dan
e-Business.
Implementasi TIK dalam pemerintahan diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi pelaksanaan proses bisnis pemerintahan dan meningkatkan kualitas
layanan pemerintah kepada masyarakat. Implementasi e-pemerintahan
menjadi tantangan tersendiri dengan begitu banyaknya layanan masyarakat
yang harus disediakan oleh berbagai institusi pemerintahan. Dalam UU
23/2006 yang diperbarui dengan UU 24/2013 disebutkan bahwa pelayanan
publik harus menggunakan Nomor Identitas Kependudukan (NIK) yang
dikelola oleh Kementrian Dalam Negeri. Sehingga dalam penjelasan
Undang-undang tersebut pada pasal 64 ayat 6 disebutkan bahwa KTP-El yang
didalamnya tertera NIK seorang penduduk akan ditingkatkan secara bertahap
menjadi KTP-El multi-guna.
Untuk mempersiapkan penggunaan KTP-El multi-guna inilah maka Deputi
Bidang TIEM – BPPT melaksanakan Program Pengkajian dan Penerapan
Teknologi yang meliputi beberapa aspek secara horisontal maupun vertikal.
Secara horisontal, kajian dilakukan harus meliputi masalah keamanan
informasi, kajian ketunggalan seseorang melalui teknologi biometrik, kajian
pertukaran data antar instansi pemerintah, kajian teknologi komputasi awan,
sedangkan secara vertikal kajian dilakukan sesuai dengan kaidah
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -12
demokrasi (e-Pemilu), kesehatan (e-health), pendidikan (kartu Indonesia
Pintar). Tahapan perekayasaan tersebut meliputi, pendefinisian ruang lingkup,
Design-Requirement and Objective (DrnO), pembuatan prototipe, proof of
concept , pembuatan pilot model, uji coba dalam lingkungan sebenarnya,
pembuatan rekomendasi untuk kementerian teknis dan alih-teknologi pada
industri nasional.
Lebih lanjut dalam Buku I RPJMN 2015-2019, penyelenggaraan litbang (riset)
di bidang Teknologi Elektronika (TE) difokuskan pada pembangunan
kesehatan khususnya pelaksanaan program Indonesia Sehat, dan membangun
Konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan. Oleh
karenanya, program Deputi Bidang TIEM yang lainnya adalah
mengembangkan Inovasi Sistem Elektronika Navigasi untuk Keselamatan
Transportasi. Hal ini dilakukan mengingat Indonesia sebagai bagian dari jalur
penerbangan sipil internasional dan anggota International Civil Aviation
Organization (ICAO), Indonesia terikat dengan peraturan internasional tentang
penerbangan sipil. Peraturan ini menyangkut keselamatan dan keamanan
penerbangan dimana di dalamnya tercakup masalah Komunikasi, Navigasi dan
Pengawasan penerbangan serta Manajemen Lalu-lintas Udara. Selain itu,
Undang-undang No 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dinyatakan bahwa
Navigasi penerbangan menjadi satu bagian yang sangat penting dalam
mewujudkan tujuan pelayanan penerbangan yang baik. Mengingat penting
dan strategisnya aspek keselamatan dan keamanan penerbangan, maka
Deputi TIEM melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan inovasi
dibidang teknologi informasi dan komunikasi untuk keselamatan transportasi
dan komponen Sertifikasi Automatic Dependent Surveilance Broadcast
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -13
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, pada buku 2
dinyatakan bahwa e-Services belum merata sehingga diarahkan untuk segera
melakukan inovasi pelayanan publik dan menumbuhkan budaya pelayanan
yang bermutu. Program ini mempunyai peluang yang pasti dengan dukungan
UU Nomor 25 tahun 2010 tentang Pelayanan publik dimana setiap badan
publik wajib mempunyai sistem informasi pelayanan publik dan memberikan
pelayanan publik baik secara manual dan elektronik. Oleh karena itu Deputi
Bidang TIEM juga melaksanakan program untuk menghasilkan inovasi di
bidang komputasi cerdas dan memberikan layanan teknologi penyelenggaraan
sistem elektronik untuk e-Services. Kompetensi teknis yang digali dan
dikembangkan di laboratorium Intelligent Computing meliputi antara lain
teknologi pemrosesan bahasa alami, text-to-speech synthesizer, speech
recognition, statistical machine translation, multimodal biometrics, signal
processing, medical image processing dan datamining.
Kegiatan – kegiatan ini dilaksanakan bersama para stake-holder institusi
pemerintah seperti kementerian teknis, lembaga pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan industri nasional.
1.5.2 Bidang Teknologi Energi
Kebijakan energi utama nasional adalah dengan melakukan diversifikasi energi
dan konservasi energi nasional. Konservasi energi nasional dilakukan dengan
berbagai usaha antara lain melakukan sosialisasi hemat energi, penerapan
teknologi hemat energi dan penerapan manajemen energi. Salah satu
teknologi penghemat energi yang mempunyai berbagai keunggulan teknis
adalah teknologi kogenerasi. Teknologi ini mampu memproduksi listrik dan
energi thermal secara serentak sehingga lebih efisien. Efisiensi thermal yang
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -14
yang tinggi tersebut maka penerapan teknologi kogenerasi juga berdampak
terhadap pengurangan emisi CO2 ke lingkungan.
Dalam rangka pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya energi panas
bumi perlu dikembangkan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan
nasional dalam menyiapkan teknologinya. Untuk itu Deputi Bidang TIEM
melakukan pengembangan teknologi PLTP skala kecil.
Untuk peningkatan pemanfaatan energi terbarukan BPPT khususnya Deputi
Bidang TIEM menyiapkan taman Tekno energi terbarukan yang bisa dipakai
dalam rangka pengembangan dan juga sarana untuk melakukan difusi
teknologi.
Penyediaan bahan bakar transportasi dan industri serta penyediaan tenaga
listrik menjadi isu penting. Untuk itu penyediaan teknologi bahan bakar dan
kelistrikan yang efisien, handal dan ramah lingkungan menjadi sebuah
kebutuhan dalam rangka meningkatkan daya saing industri dan kemandirian
nasional.
Bahan Bakar Minyak (BBM) memegang peranan yang sangat penting dalam
pemenuhan kebutuhan energi domestik yang selalu meningkat setiap
tahunnya. Konsumsi total BBM nasional masih dominan yaitu sekitar 50% dari
total bauran energi (energi mix), kebutuhan minyak solar di dalam negeri
mencapai 30 juta KL. Sekitar 50% dari kebutuhan solar tersebut masih
diimpor. Konsumsi BBM Indonesia yang terus meningkat juga berarti akan
meningkatkan impor BBM Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan bkonservasi
dan diversifikasi energi diantaranya dengan melakukan upaya pengembangan
industri dan penggunaan energi alternatif seperti seperti Bahan Bakar Nabati
(BBN) seperti biodiesel.
Pengembangan biodiesel sebagai energi alternatif pengganti BBM akan sangat
membantu dalam mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi
khususnya solar di Indonesia. Melihat potensi atau kebutuhan domestik yang
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -15
pengembangan industri biodiesel di Indonesia sangat potensial.
Pengembangan biodiesel merupakan bagian dalam rencana energi mix tahun
2025. Pemerintah telah mengeluarkan perangkat kebijakan untuk
pengembangan biofuel seperti Perpres No.5 tahun 2006 mengenai kebijakan
energi nasional dan Inpres No 1 tahun 2006 dalam rangka percepatan
penyediaan dan pemanfaatan sumber energi alternatif ini.
1.5.3 Bidang Teknologi Material
Undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) mulai berlaku 1 Januari 2014. BPJS kesehatan merupaka upaya
Pemerintah dalam menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi
masyarakat. Alat kesehatan merupakan alat utama yang dibutuhkan,
disamping pelayanan kesehatan dan obat-obatan, yang harus dapat dijamin
sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan.
Kebutuhan nasional alat kesehatan (alkes), tidak terkecuali implan untuk
penyelenggaraan jaminan kesehatan sangat tinggi, seiring meningkatnya
angka kecelakaan lalu lintas, meningkatnya usia harapan hidup manusia
Indonesia dan kebutuhan implan karena kerusakan tulang lainnya (penyakit
degeneratif). Hal ini tercermin, lebih dari 90% produk alat kesehatan
merupakan barang impor. Sementara itu dari produk alat kesehatan lokal yang
ada, sebagian besar bahan bakunya pun sangat bergantung pada impor.
Industri alat kesehatan dalam negeri baru mampu menghasilkan produk
teknologi sederhana dan sedang.
Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang TIEM melalui program inovasi
dan layanan biocompaible material untuk alat kesehatan dalam tahun 2016
berupaya untuk mengembangkan material dan produk alat kesehatan berupa
implan lokal, yang berkualitas dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN)
yang tinggi dan harga yang relatif murah serta sesuai dengan anatomi tulang
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab I -16
Kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan material dan produk alat
kesehatan tersebut adalah mengembangkan teknik pemaduan (alloying) dan
pengecoran (investment casting) untuk memproduksi alat kesehatan implan
tulang (bone implant) Stainless Steel 316 L (SS 316L) yang banyak digunakan
pada kedokteran orthopaedi dalam pelayanan kesehatan untuk rehabilitasi
organ tubuh.
Prototipe produk implan tulang SS 316L yang dikembangkan berbasis
sumberdaya lokal ini dapat menghemat biaya (cost reduction) 60% sampai
dengan 70% dan telah memenuhi persyaratan medis kedokteran orthopaedi
dan kekuatan mekanik bahan, yaitu Standard ASTM F 138 dan ISO 5832-1.
1.6. Sistematika Penyajian Laporan
LAKIP Deputi Bidang TIEM - BPPT Tahun 2016 berisi 4 Bab yaitu:
Bab I. Pendahuluan
Berisi latar belakang, kedudukan tugas, fungsi dan kewenangan,
Organisasi dan Sumberdaya Manusia.
Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
Berisi Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional, Renstra BPPT
Tahun 2015-2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016, dan
Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2016.
Bab III. Akuntabilitas Kinerja
Berisi Sasaran Strategis, Pengukuran Kinerja, Pengungkapan dan
Penyajian Hasil Pengukuran dan Akuntabilitas Keuangan.
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 17
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJINAN KINERJA
2.1. Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional
1. Pancasila
Sebagai Dasar Negara dan Ideologi Nasional serta falsafah / pandangan hidup
bangsa, Pancasila secara konsepsional mengandung nilai-nilai Demokrasi, Hak
Asasi Manusia, Persatuan dan Kesatuan dalam semangat kekeluargaan dan
kebersamaan yang harmonis serta untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut menjadi landasan idiil yang sesuai
dengan tuntutan perkembangan zaman pada saat ini dan masa mendatang
khususnya dalam mendorong pembangunan Iptek nasional.
2. UUD 1945
UUD 1945 mengamanatkan:
a) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia (Pasal 31 ayat
(5));
b) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
iptek, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
kesejahteraan umat manusia (Pasal 28 c ayat (1)).
Nilai-nilai dalam butir UUD-1945 digunakan sebagai landasan konstitusional
dan dasar hukum dalam menyusun konsepsi pembangunan Iptek nasional
3. UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 18
Undang-undang No.18/2002 menjelaskan mengenai Sisnas P3 Iptek;
memberikan landasan hukum; mengamanatkan penyusunan Jakstranas;
mendorong tumbuhnya Sisnas P3 Iptek; dan mengikat semua pihak,
pemerintah pusat, pemda, dan masyarakat untuk berperan aktif. Nilai-nilai
dalam UU. No.18/2002 ini menjadi landasan konsepsional pembangunan Iptek
nasional
4. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025
Dalam RPJPN disebutkan bahwa pembangunan iptek diarahkan untuk
menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan dasar
maupun terapan, dan mengembangkan ilmu sosial dan humaniora, serta
untuk menghasilkan teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian.
Pengembangan, dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat,
kemandirian, dan daya saing bangsa melalui peningkatan kemampuan dan
kapasitas iptek senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai
etika, kearifan lokal, serta memerhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan
energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi;
penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, dan
teknologi kesehatan; pengembangan teknologi material maju; serta
peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi.
5. Perpres Nomor 2 Tahun 2015 RPJMN 2015-2019 RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019
Dalam Bab IV RPJMN 2015-2019 tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
dinyatakan bahwa kebijakan Iptek diarahkan kepada :
a) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang dan
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 19
menjadi prototip laboratorium, kemudian menuju prototip industri
sampai menghasilkan produk komersial (penguatan sistem inovasi
nasional);
b) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek untuk
menghasilkan produktivitas litbang yang berdayaguna bagi sektor
produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta kreativitas nasional;
c) mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan baik peneliti
di lingkup nasional maupun internasional untuk mendukung
peningkatan produktivitas litbang dan peningkatan pendayagunaan
litbang nasional;
d) meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang untuk ketersediaan
teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat serta
menumbuhkan budaya kreativitas masyarakat
e) meningkatkan pendayagunaan iptek dalam sektor produksi untuk
peningkatan perekonomian nasional dan penghargaan terhadap iptek
dalam negeri
6. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Bidang Iptek dalam
RPJMN 2015-2019
Sesuai dengan TUPOKSI, BPPT ditugaskan untuk menjalankan tugas
pemerintah di bidang pengkajian dan penerapan teknologi. Dari sebelas
program diatas, pembangunan bidang Iptek ditugaskan untuk untuk
mendukung 6 (enam) program Prioritas Nasional. Secara ringkas di dalam
UUD 45 amandemen ke 4 menegaskan bahwa “Pemerintah memajukan Iptek
dengan menjunjung tinggi agama dan persatuan bangsa untuk memajukan
peradaban dan kesejahteraan manusia” Namun demikian pembangunan IPTEK akan dapat memberikan kontribusi nyata bila produk yang dihasilkan dapat
didayagunakan dan menjadi solusi permasalahan. Untuk itu diperlukan suatu
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 20
Stategi pembangunan di Bidang IPTEK dilaksanakan melalui 2 (dua) prioritas
pembangunan, yaitu:
a) Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN), yang berfungsi sebagai
wahana pembangunan IPTEK menuju visi pembangunan IPTEK dalam
jangka panjang.
b) Penguatan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK
(P3 IPTEK) yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang digariskan
dalam RPJPN 2005 -2025.
Dalam unsur SIN terdiri atas 3 (tiga) fokus pembangunan sebagai berikut :
a) Kelembagaan Iptek (menguatnya kelembagaan Iptek): Perguruan
Tinggi, Lembaga Litbang, dan Badan Usaha.
b) Sumberdaya Iptek (menguatnya Sumberdaya Iptek) : terdiri atas
keahlian, kompetensi dan pengoperasannya, kekayaan inteletual, dan
sarpras iptek, dimana masing-masing bertanggung jawab
meningkatkan terus menerus daya guna dan nilai guna sumberdaya.
c) Jaringan Iptek (menguatnya Janginran Iptek) : membentuk jalinan
hubungan interaktif yang memadukan unsur-unsur kelembagaan iptek
untuk menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih besar dari
keseluruhan yang dapat dihasilkan.
Dalam unsur penguatan P3 Iptek fokus pembangunan dijabarkan dalam
bentuk gugus (cluster) pusat-pusat litbang yang setingkat dengan eselon II,
yaitu sebagai berikut :
a) Biologi Molekuler, Bioteknologi, dan Kedokteran
b) Ilmu Pengetahuan Alam
c) Energi, Energi Baru dan Terbarukan
d) Material Industri dan Material Maju.
e) Industri, Rancang bangun, dan Rekayasa.
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 21
g) Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim.
h) Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakatan.
i) Ketenaganukliran dan Pengawasannya.
j) Penerbangan dan Antariksa.
k) Gambar Fokus Pembangunan Iptek
Berdasarkan RPJMN 2015-2019, program di BPPT terdiri dari Program
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dan Program Generik.
1. Program PPT
Berisi kegiatan-kegiatan untuk melakukan pelayanan eksternal BPPT dan
bersifat teknis sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BPPT, Unit
Oganisasi/ Eselon I, dan Unit Kerja/Satker di lingkungan BPPT. Program
teknis BPPT hanya 1 (satu) program yaitu Program Pengkajian dan
Penerapan Teknologi.
2. Program Generik
Berisi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pelayanan internal dalam
rangka peningkatan pelayanan eksternal. Program generik ini terdapat 2
(dua) program, yaitu:
a. Program Dukungan dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPPT
b. Program Peningkatan Sarana da Prasarana Aparatur BPPT.
Di dalam pembahasan AKIP BPPT, evaluasi dan penilaian dilakukan
berdasarkan performance dari fokus program. Untuk tujuan fokus di BPPT
ditetapkan 10 fokus program yang merupakan bagian program PPT dan
Generik.
Pembahasan AKIP Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 22
kelompok bidang. Kelompok Bidang tersebut adalah Bidang Teknologi
Informasi, Bidang Teknologi Energi dan Bidang Teknologi Material.
Performance kegiatan program Bidang Teknologi Informasi di dasarkan dari
capaian Unit Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) dan Pusat
Teknologi Elektronika (PTE). Performance kegiatan program Bidang Teknologi
Energi di dasarkan dari capaian Unit Pusat Teknologi Sumberdaya Energi dan
Industri Kimia (PTSEIK), dan Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE).
Sedangkan performance kegiatan program Bidang Teknologi Material di
dasarkan dari capaian Pusat Teknologi Material (PTM).
2.2. Renstra Deputi Bidang TIEM Tahun 2015-2019
Secara khusus di dalam RPJPN 2005-2025 menyatakan bahwa penguasaan,
pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
difokuskan pada 7 (tujuh) bidang prioritas, yaitu : (i) pembangunan ketahanan
pangan, (ii) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan
terbarukan (iii) pembangunan teknologi transportasi, (iv) penciptaan dan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, (v) pengembangan
teknologi pertahanan, (vi) pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan,
dan (vii) pengembangan teknologi material maju.
Sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku, Deputi Bidang TIEM - BPPT
telah menyusun rencana strategis (Renstra) sebagai dokumen perencanaan lima
tahunan untuk periode tahun 2015-2019. Kemudian Renstra Deputi TIEM - BPPT
tahun 2015-2019 ini menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan
(RKT), Rencana Kerja (Renja), dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA K/L).
Pelaksanaan dan Pemantauan terhadap program dan kegiatan dilakukan melalui
indikator kinerja dan targetnya. Terkait dengan perencanaan kinerja dalam Sistem
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 23
Sejalan dengan waktu dan perkembangan situasi nasional serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ditindak lanjuti dengan perubahan struktur
organisasi BPPT pada September 2015, sesuai Peraturan Kepala Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, maka Rencana Strategis Deputi
Bidang TIEM Tahun 2015-2019 dilakukan revisi.
Dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang TIEM tahun
2016 ini dokumen rencana strategis yang digunakan adalah dokumen Rencana
Strategis Deputi Bidang TIEM Tahun 2015-1019 Revisi 2, yang ditandatangani oleh
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material pada bulan
Juni 2016.
2.2.1 Visi
Visi Deputi Bidang TIEM BPPT dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka
Menengah khususnya untuk periode 2015-2019 adalah:
Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan Layanan
Teknologi untuk Meningkatkan Daya Saing Industri dan Kemandirian
Bangsa di Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material.
2.2.2 Misi
Upaya - upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi Deputi Bidang
Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material BPPT tersebut
dilaksanakan melalui misi sebagai berikut:
Melaksanakan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang
Menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi di Bidang Teknologi
Informasi, Energi dan Material.
Visi dan Misi Deputi Bidang TIEM merupakan turunan dari Visi dan Misi BPPT. Visi
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 24
Deputi Bidang TIEM untuk kemudian ditetapkan sebagai visi bersama.
Sedangkan Misi Deputi Bidang TIEM ditetapkan untuk dilaksanakan oleh segenap
karyawan dalam lingkungan Deputi Bidang TIEM dengan mengedepankan
nilai-nilai sebagai dasar tindakan dalam melaksankan kegiatan.
2.2.3. Tujuan Program Deputi Bidang TIEM
Berkaitan dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi BPPT, maka
tujuan kedeputian TIEM adalah mewujudkan inovasi untuk mendukung
peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa serta mewujudkan layanan
teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
dalam bidang teknologi informasi, energi, industri kimia dan material.
2.2.4 Sasaran Program
Sasaran Program Kedeputian TIEM merupakanan penjabaran lebih detail dari
tujuan BPPT dengan indikator dan target yang terukur, dimana Kedeputian TIEM
mendukung sasaran strategis BPPT di bidang teknologi informasi, energi dan
material. Dengan demikian formulasi dari sasaran program TIEM 2015-2019
adalah sebagai berikut:
1. Sasaran Program 1-TIEM adalah terwujudnya inovasi di bidang Informasi,
Energi dan Material untuk mendukung peningkatan daya saing dan
kemandirian bangsa.
2. Sasaran Program 2-TIEM adalah terwujudnya layanan teknologi di bidang
Informasi, Energi dan Material untuk mendukung peningkatan daya saing dan
kemandirian bangsa.
2.2.5 Indikator Kinerja Program Deputi Bidang TIEM
2.2.5.1. Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Informasi dan
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 25
Dalam Keppres no.4/2015 tentang RPJMN 2015 - 2019, di bidang peningkatan
kapasitas inovasi dan teknologi yang bertujuan untuk mendukung peningkatan
daya saing sektor produksi barang dan jasa, penyelenggaraan litbang (riset) di
bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi difokuskan pada:
1. Pengembangan infrastruktur TIK, khususnya IT security
2. Pengembangan sistem dan framework/platform perangkat lunak berbasis
Open source khususnya industri TIK pendukung Government dan
e-business
Oleh karenanya, sasaran program bidang TIK adalah meningkatnya
penyelenggaraan sistem elektronik untuk e-government dan e-business berbasis
identifikasi dan/atau sertifikat elektronik.
Sasaran program bidang TIK yang ada di kedeputian TIEM mengikuti Cascading
gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Cascading impact, outcome dan output Bidang TIK
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 26 Indikator Kinerja :
1.Jumlah layanan e-Goverment dan e-business berbasis identifikasi dan
sertifikat elektronik, dengan target kinerja 2 layanan baru.
2.Jumlah infrastruktur TI berkeamanan yang dapat digunakan bersama, dengan
target kinerja adalah 1 pilot project Data Center berkeamanan.
3.Jumlah inovasi teknologi intelligent computing untuk human information
processing dengan target kinerja 2 inovasi teknologi.
Untuk berpartisipasi dalam meningkatkan daya saing sektor produksi melalui
kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan melalui sistem Government dan
e-business, maka akan melaksanakan 4 kegiatan selama tahun 2015 - 2019 yakni:
1. Inovasi teknologi infrastruktur Data Center (DC) untuk cloud computing dan
certifite authority (CA), di mana akan dikembangkan sistem layanan storage
dan aplikasi (software-as-a-service/saas) yang dapat digunakan secara
bersama-sama oleh lembaga pemerintah maupun swasta sehingga
memudahkan konsolidasi data dan membuat lebih efisien pengelolaan
perangkat keras maupun lunak. Dalam kegiatan ini juga akan dikembangkan
layanan sertifikat keamanan digital bagi lembaga pemerintah maupun UKM
yang memastikan keamanan tukar-menukar data antara lembaga/institusi
dengan pelanggannya
2. Inovasi dalam pengembangan layanan e-governement dan e-business berbasis
identifikasi dan / atau sertifikat elektronik.
3. Pengembangan perangkat lunak strategis yakni algoritma dan pendataan untuk
biometrik dan korpus bahasa
4. Layanan ICT Supporting termasuk teknologi infrastruktur data center untuk
cloud computing dan CA, di mana akan diterapkan berbagai layanan yang telah
dikembangkan di atas bagi seluruh unsur masyarakat Indonesia yang
membutuhkan dan termasuk pengujian, inspeksi dan sertifikasi perangkat lunak
/ keras yang digunakan dalam berbagai kegiatan government maupun
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 27
Keempat kegiatan di atas adalah merupakan implementasi dari arah kebijakan
program Bidang TIK 2015 – 2019 sebagaimana pada gambar 2 di bawah.
Gambar 2. Arah Kebijakan Program Bidang TIK 2015-2019
CLUSTER: IT Security Infrastructure
Cyber Security dan Digital Forensic
1. Kajian Infrastruktur Kritis.
Pada masa yang akan datang, diperkirakan bahwa pertahanan siber (Cyber
defence) akan semakin berperan, dengan adanya pergeseran pemikiran
dikalangan militer bahwa cyber world merupakan matra baru pertahanan yang
harus diperhatikan, bukan hanya sebagai bagian dari matra lain. Dalam
perang siber (cyber war), peperangan tidak dilakukan secara fisik yang dapat
dengan mudah diketahui besarnya korban. Peperangan dilakukan dengan
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 28
negara, sehingga mengakibatkan dampak yang sangat luas. Untuk itu
kegiatan pada tahun 2015 ini melakukan kajian beberapa infrastruktur kritis.
2. Digital Forensic Security.
Kegiatan ‘digital forensic security’ merupakan kegiatan untuk melakukan
analisa keamanan dari suatu sistem informasi dan komunikasi dengan
melakukan kejadian forensik. Sedangkan Digital Forensic merupakan proses
investigasi peranti komputer/piranti sistem untuk mengetahui apakah
komputer/piranti sistem tersebut dipergunakan untuk keperluan yang ilegal,
tidak sah atau tidak biasa. Kegiatan ini memfokuskan pada peningkatan
kapabilitas SDM dalam melakukan analisa keamanan (Security Analytic) dan
juga melakukan forensic sistem informasi seperti jaringan, komputer dan
lainnya yang berhubungan dengan sistem informasi dan komunikasi
Inovasi Teknologi Infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing dan
Certificate Authority (CA)
Peningkatan daya saing sektor produksi salah satunya disebabkan oleh
peningkatan kualitas layanan sektor pemerintah seperti perijinan, bantuan teknis
maupun non-teknis. Kualitas layanan tersebut akan tercapai dengan implementasi
TI yang teramankan dan efisien sehingga memungkinkan perbaikan proses bisnis
pemerintahan dalam mendukung sektor produksi.
Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data
center untuk cloud computing. Layanan teknologi infrastruktur data center untuk
cloud computing yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK
berbasis komputasi awan, yang secara garis besar terdiri atas Infrastructure as a
Service (IaaS), Platform as a Service (PaaS), dan Software as a Service (SaaS).
Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi (BJIK) sebagai salah satu unit kerja di
BPPT yang fokus mendeliver layanan berbasis TIK kepada mitranya berkomitmen
untuk terus mengembangkan layanan-layanan tersebut sesuai dengan
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 29
instalasi Data Center berteknologi komputasi awan, mulai dari IaaS dan PaaS,
mulai tahun ini fokus pengembangan akan diarahkan pada implementasi layanan
Software as a Service (SaaS).
Dalam rangka peningkatan efisensi terhadap investasi dan kemudahan konsolidasi
data dari sistem / aplikasi e-government, Data Center BPPT yang akan dilengkapi
dengan Sistim Layanan Bersama dapat digunakan secara kolektif untuk keperluan
tersebut. Untuk menjaga keamanan data BPPT akan membangun infrastruktur
Certificate of Authentication yang merupakan bagian dari IT security guna
menjamin keabsahan laman web layanan pemerintah.
Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data
center untuk Certificate Authority (CA). Layanan teknologi infrastruktur data
center untuk CA yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK berbasis
IT security.
Pengembangan government CA (Gov-CA) diharapkan menjadi cikal bakal
implementasi Public Key Infrastructure (PKI) di Indonesia. Bekerja sama dengan
Kemenkominfo dan instansi terkait lainnya dalam konteks penyediaan solusi,
IPTEKnet akan mulai membuat prototipe country level root CA untuk menjawab
tren kebutuhan sertifikat enkripsi yang terus meningkat akhir-akhir ini.
Layanan Teknologi infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing
dan Certificate Authority/CA
Kegiatan ini adalah wadah untuk pelayanan teknologi yang diberikan oleh BJIK
kepada seluruh masyarakat meliputi layanan teknologi infrastructure Data Center
(Infrastructure-as-a-Service/IAAS), layanan pengembangan dan pemanfaatan
perangkat lunak (Software-as-a-service/SAAS) maupun layanan pembuatan
Certificate digital untuk pengamanan situs WEB pemerintah maupun UKM dalam
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 30
mitra melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun aktivitas
pendampingan swakelola.
Pengembangan arah bisnis baru ini diharapkan akan mengganti secara bertahap
layanan pengadaan bandwidth sebagai Internet Service Provider (ISP) yang
merupakan layanan balai IPTEKnet sejak awal berdirinya. Keberterimaan bisnis
baru ini akan ditunjang oleh akreditasi ISO 9000:2001, ISO 27001, Tier-3
Certification dari Uptime Institute, atau TIA-942 Data Center, serta sertifikasi
personelnya.
Cluster System & Framework e-Services
Innovative e-Services berbasis identifikasi dan / atau sertifikat
elektronik
Dalam kegiatan ini dilaksanakan pengkajian, pengembangan dan implementasi
berbagai layanan pemerintah berbasis elektronik. Dengan tujuan adalah
mendekatkan, mempermudah dan melaksanakan secara efisien berbagai layanan
pemerintah pada masyarakat. Dalam kegiatan ini dikembangkan berbagai
perangkat lunak e-Pemerintahan, e-Pemilu, e-Kesehatan, e-Pendidikan dan
berbagai aplikasi lainnya. BPPT melakukan kajian, pengembangan dan
implementasi prototipe / pilot project yang pada sistem produksi / implementasi
realnya akan dilaksanakan oleh kementrian / institusi yang berwenang pada
sektornya dengan didampingi oleh industri nasional.
System Intelligent Computing
Kegiatan ini mewadahi berbagai pengkajian dan pengembangan teknologi yang
tidak selalu bersifat komersial akan tetapi strategis bagi negara. Seperti
pengembangan teknologi korpus bahasa yang berguna dalam pengembangan
teknologi speech-to-speech translation, maupun teknologi biometrik yang
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 31
itu masih juga terdapat berbagai teknologi maju baru yang penerapannya secara
komersial masih membutuhkan pematangan dan waktu yang cukup lama.
Gambar 3. Kurva Teknologi Maturity
CLUSTER: IT Supporting
Pengujian, Inspeksi dan Sertifikasi Peralatan TIK
Merupakan kumpulan kegiatan untuk penguatan kelembagaan dan operasional
sebagai lembaga audit / inspeksi dan laboratorium uji, termasuk di dalamnya
adalah kegiatan-kegiatan untuk pengembangan Rencana Standar Nasional
Indonesia dan sertifikasi personil Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi,
Akreditasi laboratorium serta Pusat.
2.2.5.2. Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Elektronika
Sasaran program di bidang Elektronika mengikuti cascading gambar 4 seperti
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 32
Gambar 4. Cascading impact, outcome dan output Bidang TE
Sasaran Program Bidang Elektronika adalah meningkatnya inovasi dan
layanan teknologi elektronika dalam mendukung terlaksananya
konektivitas/transportasi udara dan laut, pengembangan serta implementasi
teknologi pemerataan layanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia
(telemedicine). Semua itu terlaksana sebesar mungkin dengan menggunakan
peralatan dan jasa dari perusahaan-perusahaan nasional.
Indikator Kinerja :
1.Jumlah layanan teknologi elektronika navigasi yang dimanfaatkan untuk
transportasi dengan target kinerja 3 layanan teknologi
2.Jumlah paket teknologi konvergensi yang dimanfaatkan untuk telemedicine
dengan target kinerja 5 paket teknologi.
Inovasi dan Layanan Konvergensi Teknologi Telemedicine
Kumpulan kegiatan yang melakukan kajian, pengembangan, ujicoba hingga
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 33
kesehatan yang menggunakan komponen elektronika seperti USG, EKG,
Haemodialisa dan sebagainya. Alkes ini masih 100% di import dan dibutuhkan di
seluruh Indonesia sehingga merupakan pasar yang besar untuk industri nasional
tumbuh dan berkontribusi.
Inovasi teknologi elektromedika digabungkan dengan konvergensi teknologi
telekomunikasi menghasilkan inovasi teknologi telemedicine yang memungkinkan
layanan kesehatan spesialis secara jarak jauh. Kegiatan inovasi konvergensi
teknologi telekomunikasi merupakan kumpulan kegiatan yang melakukan kajian
tentang infrastruktur telematika dan telekomunikasi, pengembangan peralatan,
pengujian dan pemberian rekomendasi penggunaan guna tercapainya pemerataan
akses telekomunikasi multimedia di seluruh Indonesia. Akses telekomunikasi ini
menjadi penting mengingat dengan cara ini dapat dilaksanakan berbagai aktivitas
seperti tele-edukasi, tele-medicine, tele-governance dll dimana layanan
pemerintah dapat dilakukan tanpa memerlukan kehadiran seseorang / secara
virtual sehingga dapat dilaksanakan secara merata ke seluruh rakyat Indonesia.
Inovasi dan Layanan Teknologi Navigasi Udara dan Laut
Merupakan kumpulan kegiatan pengkajian, pengembangan, ujicoba hingga
sertifikasi dan penggunaan masal bersama industri nasional di bidang pemantauan
posisi geografis suatu peralatan / kegiatan ekonomis. Teknologi ini akan berguna
untuk memenuhi berbagai kebutuhan dari kebutuhan militer (radar), hingga
perikanan di mana dapat dipantau posisi setiap kapal nelayan untuk menjadi dasar
penegakan hukum bila nelayan mengambil ikan di daerah-daerah terlarang.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah teknologi Commmunication Navigation
Surveillance / Air Traffic Management (CNS/ATM) yang digunakan untuk
mengelola ruang udara Indonesia. Teknologi yang sama digunakan dengan
Automatic Vessel Information System (AVIS) dengan menerapkan untuk
memantau keberadaan dan status kapal – kapal laut di perairan Indonesia.
Untuk mendukung keselamatan transportasi juga dilakukan pengkajian,
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 34
keselamatan transportasi seperti signalling kereta, automatic vehicle avoidance,
tactical collision avoidance system. Teknologi ini digunakan untuk mencapai yang
utama dalam pengembangan transportasi umum yakni keselamatan
penumpangnya.
Standarisasi Kualitas Mutu Produk dan Jasa bidang TIE
Merupakan kumpulan kegiatan untuk penguatan kelembagaan dan operasional
sebagai lembaga audit / inspeksi dan laboratorium uji melalui akreditasi, termasuk
di dalamnya adalah kegiatan-kegiatan untuk pengembangan Rencana Standar
Nasional Indonesia dan sertifikasi personil Pusat Teknologi Elektronika.
2.2.5.3. Indikar Kinerja Program Bidang Kelistrikan
Di bidang kelistrikan, program pengkajian dan penerapan teknologi, umumnya
didorong untuk mendukung sasaran strategis peningkatan kemandirian bangsa.
CASCADING IMPACT, OUTCOME DAN OUTPUT BIDANG KELISTRIKAN
12
Sub output, Komponen dan Sub Komponen
Buku 1 dan Buku 2 RPJMN 1 unit PLTP 500 kW Binary Cycle yang beroperasi
3 buah layanan audit energi yang diterapkan di industri dan sektor komersial dan 1 unit 500 kW Binary Cycle •3 buah layanan audit energi yang
diterapkan di industri dan sektor komersial
•230 layanan pengujian energi terbarukan Peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa
di bidang teknologi inf ormasi, elektronika, energi, industri kimia, dan material
1.Pemanf aatan EBT untuk pembangkit listrik
2. Pemanf aatan Layanan Teknologi untuk Pengujian sistem energi baru terbarukan 3. Peningkatan pemanf aatan
rekomendasi audit energi
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 35
Dalam gambar di atas, dapat dilihat bahwa sasaran strategis bidang kelistrikan
ada 2, yaitu Sasaran Strategis 15 adalah termanfaatkannya penggunaan energi
terbarukan untuk pembangkit listrik, dan sasaran strategis 16 adalah
termanfaatkannya layanan audit energi di sektor industri untuk peningkatan
efisiensi energi nasional.
Untuk mewujudkan outcome kedeputian TIEM termanfaatkannya energi baru
terbarukan untuk pembangkit listrik, maka bidang kelistrikan melaksanakan
kegiatan techno park Energi Terbarukan di daerah pantai Baron, Kab. Gunung
Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai sarana wisata edukasi dan
demonstrasi teknologi energi baru dan terbarukan untuk pembangkit listrik.
Indikator kinerja program tersebut adalah jumlah layanan kunjungan edukasi
Teknopark EBT Baron sebanyak 4000 wisatawan sampai 2019.
Selain itu, untuk mendukung sasaran kelistrikan tersebut di atas, dalam jangka
menengah juga akan dihasilkan sebuah inovasi dan layanan teknologi smart grid
ketenaga-listrikan. Adapun indikator kinerjakegiatan tersebut adalah jumlah pilot
plant SCADA smard grid for smart city. Disamping menghasilkan Inovasi teknologi
smart grid kelistrikan, dalam jangka menengah ini kedeputian TIEM merencanakan
untuk menghasilkan Inovasi Teknologi Konservasi dan Audit Energi dengan
sasaran kegiatan berupa adalah termanfaatkannya rekomendasi audit energi dan
terwujudnya layanan pengujian efisiensi peralatan pengguna energi listrik dan
indicator kinerja kegiatan berupa jumlah rekomendasi audit energi yang
dimanfaatkan mitra dan jumlah sertifikasi pengujian peralatan listrik berbasis
standard nasional.
Guna mencapai masing-masing indikator sasaran strategis sebagaimana tertulis
pada sasaran strategis BPPT, maka ditentukan 2 sasaran Program di bidang
kelistrikan di kedeputian TIEM, sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut. Di
mana 2 sasaran program merupakan program yang mendukung sasaran strategis
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 36
energi terbarukan untuk pembangkit listrik dan terwujudnya pemanfaatan
rekomendasi audit energi.
Indikator Kinerja :
1.Jumlah layanan TCH PLTP binary cycle 500 kW yang beroperasi dengan target
kinerja 1 layanan teknologi.
2.Jumlah PLTP condensing turbin 3 MW yang beroperasi, dengan target 1 unit.
3.Jumlah layanan kunjungan edukasi Teknopark EBT Baron, dengan target 4000
kunjungan.
4.Jumlah sertifikat pengujian energi terbarukan dengan target 230 sertifikat
pengujian.
5.Prosentase peningkatan efisiensi energi di industri yang menerapkan
rekomendasi audit energi, dengan target 10 % sampai dengan 2019
6.Jumlah layanan pengujian peralatan pengguna listrik, dengan 20 layanan
sampai dengan 2019
2.2.5.4. Indikator Kinerja Program Bidang Bahan Bakar dan Industri Kimia
Sasaran program TIEM untuk progam bidang bahan bakar dan industri kimia pada
RPJMN ke–3 terdiri dari empat program yang merepresentasikan kompetensi dari
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 37
Gambar 6. Cascading impact, outcome dan output Bidang Bahan Bakar dan
Industri Kimia
1. Terwujudnya Hasil inovasi dan Layanan Teknologi Bahan Bakar
Nabati Untuk Substitusi BBM
Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi dan layanan teknologi dari TIEM
bidang bahan bakar yang ditargetkan dimanfaatkan oleh industri (sebagai
outcome yang berpotensi menghasilkan dampak/impact) adalah bio-energi
untuk substitusi BBM melalui indikator kegiatan biodiesel,
biomethanol/bioDME/biohythane yang ditargetkan akan tercapai pada tahun
2019.
Permasalahan bahan bakar di sektor transportasi maupun industri juga selalu
menjadi perhatian publik akibat dari pemanfaatan BBMbersubsidi yang sangat
dominan di sektor ini. Krisis BBM diperkirakan akan terus terjadi mengingat
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 38
melalui produksi dalam negeri. Dengan mempertimbangkan pentingnya
keberlanjutan dalam penyediaan energi nasional dan dalam rangka
meningkatkan kemandirian nasional di bidang bahan bakar, maka dipandang
sangat urgen bahwa Indonesia harus segera memberdayakan dan membangun
industri nasional untuk bahan bakar cair, yakni bio-energi.
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 mentargetkan kontribusi EBT
sebesar 23 % dari bauran energi nasional pada tahun 2025 mendatang.
Biomassa menjadi salah satu opsi strategis penyediaan bio-energi untuk
substitusi BBM. Namun, potensi yang ada saat ini belum bisa langsung dan
maksimal dimanfaatkan tanpa melalui rekayasa teknologi.
Program inovasi dan layanan teknologi pemanfaatan BBN diarahkan untuk
menghasilkan teknologi bio-energi yang kompetitif sehingga industri dapat
memanfaatkan hasil inovasi ini. Dalam lima tahun ke depan, program ini
ditargetkan bisa menghasilkan 1 produk inovasi teknologi bio-energi dalam
bentuk demo plant yang dapat dimanfaatkan oleh industri dalam negeri.
Program inovasi dan layanan teknologi bio-energi bertujuan untuk
menghasilkan teknologi produksi bio-energi yang dapat dimanfaatkan oleh
industri. Program ini mendukung program pemerintah dalam percepatan dan
peningkatan mandatori pemanfaatan bio-energi.
Percepatan peningkatan pemanfaatan bio-energi merupakan tindak lanjut 4
paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Pemerintah yang salah satunya
adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan dan mengurangi impor migas
dengan cara meningkatkan pemanfaatan biodiesel.
Mandatori bio-energi bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada energi
fosil khususnya BBM. Untuk pengembangan industri bio-energi dalam negeri
perlu segera dilakukan dalam rangka memberikan nilai tambah pada
perekonomian, mengurangi emisi GRK akibat pembakaran energi fosil, serta
LAKIP TIEM TAHUN 2016 Bab II - 39
akibat pengurangan impor BBM). Meningkatnya porsi biodiesel, maka dapat
melakukan penghematan devisa dengan meningkatkan pemanfaatan biodiesel
untuk kebutuhan dalam negeri.
Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi teknolgi yang ditargetkan
dimanfaatkan oleh industri adalah biodiesel dan biomethanol. Teknologi
biodiesel dari proses non katalitik ditargetkan dapat memberikan outcome
pada tahun 2019, demikian juga teknologibio-methanol diharapkan dapat
memberikan outcome pada tahun 2019.
2. Terwujudnya hasil inovasi dan layanan teknologi produksi dan
pemanfaatan migas dan batubara
Sebagaimana disadari bahwa saat ini bahan bakar untuk pembangkit listrik
yang dominan adalah batubara, demikian juga kecenderungannya kedepan
adalah masih batubara. Melihat kenyataan bahwa sumber batubara Indonesia
kebanyakan adalah Low Rank Coal, maka diperlukan upaya yaitu upgrading
batubara sehingga batubara tersebut mempunyai kalor yang relative cukup
untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Untuk mensuport program
pemerintah dibidang bahan bakar cair (BBM), batubara juga bisa berkontribusi
memenuhi kebutuhan BBM transportasi yaitu dengan proses pencairan
batubara dengan teknologi hidrogenasi. Kedua upaya ini meningkatkan
peranan secara nasional bahwa saat ini pemakaian nasional hanyalah 23%
sedangkan untuk ekspor adalah 77%.
Untuk bahan bakar gas dimasa mendatang masih akan besar peranannya
sehingga masih diperlukan upaya upaya untuk teknologi pemanfaatannya
untuk transportasi, rumah tangga, industri kimia dan pembangkit listrik.
Disamping itu juga perlu upaya upaya untuk memproduksi gas-gas sistesis dari