LAPORAN
AKUNTABILITAS KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH
TAHUN 2015
KEDEPUTIAN TEKNOLOGI INFORMASI ENERGI DAN
MATERIAL
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, Puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat
dan kuasanya-Nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Kedeputian Teknologi
Informasi, Energi dan Material (TIEM) Tahun Anggaran 2015 telah dapat diselesaikan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
Dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan
Menteri PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
maka setiap Instansi Pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, diwajibkan untuk
menyusun laporan kinerjanya. Laporan Kinerja dimaksud merupakan salah satu dari
enam komponen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem
AKIP).
Laporan Akuntabilitas kinerja ini, terdiri atas 4 bagian yaitu:
BAB I. Menjelaskan tentang latar belakang kedudukan, tugas dan fungsi serta
kewenangan. Selain itu juga memberikan informasi tentang struktur
organisasi dan rincian sumberdaya manusianya Kedeputian TIEM.
BAB II. Berisi tentang landasan aturan dan perundang-undangan, Visi dan Misi serta
Rencana Strategis dari Kedeputian TIEM-BPPT. Dalam Bab ini juga
disampaikan mengenai Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja dari
Kedeputian TIEM.
BAB III. Adalah merupakan inti dari laporan ini. Di dalam Bab ini dijelaskan tentang
capaian kinerja kedeputian TIEM dan realisasi anggaran.
BAB IV. Merupakan penutup.
Menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan
Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (TIEM –BPPT) disusun, semoga Laporan ini dapat menggambarkan kinerja Kedeputian TIEM secara
menyeluruh dan kami juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pemangku kepentingan terkait dengan BPPT dan Kedeputian TIEM pada khususnya.
Jakarta, Maret 2016
Deputi Kepala BPPT, Bidang Teknologi Infomasi, Energi dan Material
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN I - 1
1.1. Latar Belakang Organisasi I - 1
1.2. Kedudukan Tugas, Fungsi, Dan Kewenangan I - 5
1.2.1. Kedudukan I - 5
1.5.Aspek strategis permasalahan utama I - 8
1.5.1 Bidang Teknologi Listrik I - 9
1.5.2 Bidang Teknologi Bahan bakar I – 10
1.5.3 Bidang Teknologi Informatika dan Komunikasi I – 11
1.5.4 Bidang Teknologi material I – 12
1.6 Sistematika Penyajian Laporan I – 13
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA II - 1
2.1.Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional II - 1
1. Pancasila II - 1
2. UU 4 1964 II - 1
3. UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan (Sisnas P3) Iptek
II - 2
4. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 II – 2
5. Perpres Nomor 2 Tahun 2015 RPJMN 2015-2019 RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN
2015-2019
II - 3
6. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Bidang Iptek
dalam RPJMN 2015-2019
II - 3
2.2. Renstra Kedeputian TIEM Tahun 2015-2019 II - 6
2.2.3. Tujuan Strategis Tiem II - 7
2.2.4. Sasaran Strategis II -8
2.2.5. Sasaran Program II - 9
2.2.5.1. Sasaran Program Bidang TIK II - 9
2.2.5.2. Sasaran Program Bidang Kelistrikan II - 9
2.2.5.3.Sasaran Program Bidang Bahan Bakar II - 18
2.2.5.4. Sasaran Program Bidang Material II – 20
2.3. Program BPPT II - 24
2.3 Rencana Kinerja Tahun (RKT) 2015 dan Indikator Kinerja
Deputi TIEM
II - 25
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pengukuran Kinerja IIIa - 1
1.2. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis IIIb - 1
3.2.1 Bidang Material IIIb - 1
3.2.1.1. Rekomendasi Inovasi dan Layanan Teknologi Biocompatible
Material untuk Alat Kesehatan
IIIb - 1
3.2.1.2 Program Inovasi dan Layanan Teknologi Nanomaterial
Untuk Peningkatan TKDN / Pengembangan Nanomaterial
Logam Tanah Jarang
IIIb - 13
3.2.1.3. Program PPT Bidang Rumah Komposite IIIb - 22
2.1. Pelaksanaan Kegiatan IIIb - 24
2.2. Tabel Ringkasan IIIb - 24
3.2. Capaian Kinerja Organisasi IIIb - 25
3.2.1. Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi IIIc – 1
3.2.2. Program Kedeputian Bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi
IIIc - 1
3.2.3. Program Layanan Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
IIIc - 13
3.4.1. Bidang Bahan Bakar III2 - 1
3.4.2. Inovasi dan Layanan Teknologi Perencanaan Energi dan
Optimalisasi Sistem Energi Nasional
III2 - 1
3.4.3. Pengkajian Penerapan Teknologi Biodiesel untuk subtitusi BBM
III2 - 7
3.4.4. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis 1 III - 41
3.4.5. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis 2 III - 41
3.4.6. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis 3 III - 42
3.5. Realisasi Anggaran III -43
3.6. Bidang Kelistrikan III3- 1
3.6.1. Pengkajian Penerapan Teknologi PLTP Skala Kecil III3- 1
3.7. Pengkajian Penerapan Teknologi Bidang Baron Techno Park /
program tekno park
III - 23
3.7.1. Perekayasaan Teknologi Efisiensi Energi Peralatan dan
Sistem Energi.
III - 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Organisasi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Lembaga
Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang berada dibawah koordinasi Menteri
Negara Riset dan Teknologi, yang mempunyai tugas melaksanakan pemerintah
di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.
BPPT bermula dari gagasan mantan Presiden Republik Indonesia, Soeharto,
kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28 Januari 1974, bahwa sejak
memasuki tahap kedua pembangunan jangka panjang sudah sangat diperlukan
suatu lembaga tingkat pusat untuk mendampingi BAPPENAS. Jika BAPPENAS
memberikan pertimbangan secara makro ekonomi, maka BPPT memberikan
pertimbangan secara mikro ekonomi dari segala bentuk kegiatan pembangunan.
Tugas BPPT adalah memilih, mengkaji dan menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tepat dan berguna untuk pembangunan industri.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada awalnya adalah
merupakan salah satu divisi yang berada dibawah Pertamina. BPPT atau
dikenal juga dengan Divisi Advanced Technology Pertamina (APT),
didirikan pada tahun 1976. Melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 25 tahun
1978, BPPT dibentuk sebagai Lembaga Pemerintah non Departemen (LPND)
dan berada dibawah serta bertanggungjawab langsung kepada Presiden.
Selama 25 tahun berjalan Jabatan Kepala BPPT di rangkap oleh Menteri Negara
melakukan perubahan struktur organisasi sesuai dengan tuntutan kebutuhan
internal maupun eksternal. Dengan diterbitkannya Surat Keputusan Presiden
Nomor 42 tahun 2006, tentang pengangkatan Kepala BPPT, secara otomatis
Kepala BPPT resmi terpisah dengan Menteri Negara Riset dan Teknologi. Sejak
tahun 1978, BPPT telah mengalami beberapa kali penggantian Kepemimpinan,
yaitu :
1. Prof.Dr.-Ing. B.J. Habibie 1978 - 1998
2. Prof.Dr.Ir. Rahadi Ramelan 1998 - 1998
3. Prof.Dr.Ir. Zuhal, MSEE 1998 - 1999
4. Dr. A.S. Hikam 1999 - 2001
5. Ir. M. Hatta Rajasa 2001 - 2004
6. Dr. Kusmayanto Kadiman 2004 - 2006
7. Prof. Ir. Said D. Jenie, Sc.D. 2006 - 2008
8. Dr.Ir. Marzan A. Iskandar 2008 – 2014
9. Dr. Unggul Priyanto 2014 –……...
Di dalam Keppres 25/ 1978, Organisasi BPPT terdiri dari
1. Kepala
2. Wakil Kepala
3. Sekretaris
4. Direktur Sarana Teknologi
5. Direktur Sistem analisa
6. Direktur Pengembangan Kekayaan Alam
7. Direktur Pengkajian Ilmu Dasar dan Terapan
8. Direktur Pengembangan Teknologi
9. Direktur Pengkajian Industri
10.Unit Pelaksana Teknis
Mengacu pada Keppres 25/ 1978, Direktorat Pengembangan Teknologi
Pengembangan Teknologi pada 1978 – 1982 ditunjuk Ir Harsono Djuned
Puponegoro.
Selanjutnya melalui Keppres 31/ 1982, Direktorat Pengembangan Teknologi
mengalami metamorfosa menjadi Deputi Bidang Pengembangan Teknologi
(Bangtek). Kedeputian tersebut terdiri atas 5 unit direktorat yakni 1).
Direktorat Pengkajian Teknologi Pemukiman dan Lingkungan Hidup, 2).
Direktorat Pengkajian Teknologi Proses Industri, 3). Direktorat Pengkajian
Teknologi Konversi dan Konservasi Energi dan 4). Direktorat Pengkajian
Teknologi Elektronika dan Informatika serta 5). Direktorat Pembinaan Sarana
Fisik dan Laboratorium. Pada masa tersebut Kedeputian Bidang Pengembangan
Teknologi telah mengalami 3 (tiga) kali periode penggantian pimpinan (Deputi),
yaitu :
1. Ir Harsono Djuned Puponegoro (1982 – 1986)
2. Prof. Dr. Ir Harsono Wiryosumarto (1986 – 1991)
3. Prof.Dr.Ir. Harijono Djojodihardjo (1991 – 1998)
Pada tahun 1998, BPPT melakukan reorganisasi dengan mengganti nama
Kedeputian Bidang Pengembangan Teknologi (Bangtek) menjadi Kedeputian
Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material. Reorganisasi tersebut
tertuang di dalam Keppres 117/ 1998. Di dalam Keppres tersebut Kedeputian
Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM), terdiri atas 4 (empat)
direktorat yang didukung oleh beberapat Unit Pelaksana Teknis (UPT).
Unit-unit yang berada di bawah kedeputian tersebut adalah :
1. Direktorat Teknologi Informasi dan Elektronika
2. Direktorat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi
3. Direktorat Teknologi Material
Sebagai pejabat pimpinan / Deputi pada masa tersebut adalah Dr.Ir. Ashwin
Sasongko Sastrosubroto, MSc (1998 – 2000)
Pada tahun 2000, Presiden RI menerbitkan Keppres 178/ 2000 yang
merupakan penyempurnaan atas Keppres mengenai organisasi BPPT
sebelumnya. Pada Masa tersebut sebagai pejabat pimpinan Kedeputian Bidang
Teknologi Informasi, Energi dan Material, adalah :
1. Dr. Rachmad Mulyadi (2000- 2002)
2. Dr.Ir. Martin Djamin, MSc. 2002 – 2005
3. Dr. Ir.Marzan Azis Iskandar 2005- 2009
Pada tahun 2006, BPPT melakukan reorganisasi yang bersifat internal melalui
regruping dan fokusing terhadap bidang-bidang teknologi pada unit eselon 2
(setingkat direktorat). Perubahan internal BPPT tersebut tertuang di dalam
Keputusan Kepala BPPT Nomor: BPPT 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006.
Untuk selanjutnya Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material terdiri atas 4 (empat) unit eselon 2 yang berupa “pusat” dan didukung oleh
balai- balai. Unit-unit yang berada dibawah Kedeputian tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)
2. Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE)
3. Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE)
4. Pusat Teknologi Material (PTM)
5. Balai Jaringan IPTEKNET
6. Balai Besar Teknologi Energi ( B2TE )
7. Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi ( BRDST )
8. Balai Pengkajian Teknologi Polimer ( BPTP )
9. Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik
Sebagai pejabat pimpinan/ Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan
Material adalah Dr.Ir. Unggul Priyanto, MSc (2010 – 2014). Pada periode 2014 – sekarang deputi dijabat oleh Dr. Ir Hammam Riza, MSc
1.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan
Berdasarkan SK Kepala BPPT Nomor 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, tertanggal 21
April 2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT.
1.2.1. Kedudukan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, yang selanjutnya dalam
peraturan ini disebut BPPT, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang berada di bawahdan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan
BPP dipimpin oleh seorang kepala. Sedangkan Deputi Bidang Teknologi
Informasi, Energi dan Material (TIEM) adalah unsur pelaksana yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. Deputi Bidang TIEM dipimpin
oleh Deputi
1.2.2. Tugas Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material
Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi
informasi Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material .
1.2.3. Fungsi Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material
Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan
Material menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan pemberian bimbingan dan
pembinaan di bidang Pengkajian dan penerapan teknologi informasi,
b) Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang Pengkajian dan
penerapan teknologi informasi, Energi dan Material.
c) Pelaksana tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala
1.2.4. Wewenang
Kewenangan yang dimiliki oleh deputi TIEM adalah sama seperti kewenangan
yang di miliki BPPT namun hanya di Bidang Teknologi Informasi, Energi dan
Material. Rincian kewenanangan yang dimiliki oleh BPPT adalah sbb :
a) Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.
b) Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan
secara makro.
c) Penetapan sistem informasi di bidangnya.
d) Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :
1. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang
pengkajian dan penerapan teknologi;
2. Pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan pelaksanaan
audit teknologi.
1.3. Struktur Organisasi
Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material terdiri atas 4 (empat) unit eselon 2 yang berupa “pusat” dan didukung oleh balai- balai.
Unit- unit yang berada dibawah Kedeputian tersebut adalah sebagai berikut :
a) Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)
b) Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE)
c) Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE)
d) Pusat Teknologi Material (PTM)
e) Balai Jaringan IPTEKNET
f) Balai Besar Teknologi Energi ( B2TE )
h) Balai Pengkajian Teknologi Polimer ( BPTP )
i) Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan
Porselen, Bali (UPT-PSTKP)
Bagan struktur organisasi TIEM sesuai dengan SK Kepala BPPT Nomor
170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, tertanggal 21 April 2006, Tentang Organisasi dan Tata
Kerja BPPT, adalah sbb :
Struktur Organisasi Deputi TIEM - BPPT
(Peraturan Kepala BPPT No.170/Kp/KA/IV/2006, Tertanggal 21 April 2006)
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kedeputian TIEM DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI
INFORMASI, ENERGI dan MATERIAL
1.4. Sumber Daya Manusia
Kedeputian TIEM di dukung oleh sumberdaya manusia sejumlah 523 orang dengan
berbagai latar belakang pendidikan. Sebaran berdasarkan pendidikan adalah S3 56
orang, S2 141 orang, S1 231 orang, Diploma 23 orang dan SLTA berjumlah 69
orang.
PENDIDIKAN
Berdasarkan fungsional yang ditempati, SDM TIEM juga menduduki berbagai jabatan
fungsional dengan yang terdiri dari perekayasa dominan mayoritas, sebagaian kecil
neliti, arsiparis berbagai level, litkayasa berbagai level, pranata humas dan lainnya.
Sedangkan sisanya yang lain merupakan fungsional umum.
1.5. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merupakan salah satu
lembaga pemerintah yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset dan
Teknologi yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional
karena dapat berperan penting dalam perkembangan teknologi di Indonesia,
BPPT memiliki peran sebagai entry point hasil karya teknologi asli Indonesia
untuk dapat dikaji untuk kemudian dapat diterapkan di dalam kegiatan
perekonomian Indonesia dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional.
BPPT juga dapat menjadi salah satu ujung tombak penyampai hasil karya
ataupun ke masyarakat umum yang memiliki kepentingan terhadap berbagai hasil
penelitian, pengembangan dan perekayasaan yang dihasilkan oleh para peneliti
dan perekayasa Indonesia.
Kebutuhan akan teknologi yang dinilai makin hari makin tinggi dan juga dengan
adanya tuntutan kemajuan teknologi yang terkini, menyebabkan keberadaann
BPPT sangat diperlukan dan penting adanya. BPPT diharapkan mampu
memberikan peran yang nyata dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan
pembangunan nasional. Program-program yang dimiliki oleh BPPT sebagai
kebijakan institusi mandiri maupun program-program kebijakan lintas
kementerian/lembaga, diharapkan mampu menjadi faktor pendorong bagi
peningkatan perekonomian negara, terutama kebijakan program yang
bersentuhan dengan dunia industri.
Beberapa aspek strategis dan permasalahan utama yang mendasari pelaksanaan
kegiatan/program BPPT antara lain :
1.5.1 Bidang Teknologi Energi Listrik
Kebijakan energi utama nasional adalah dengan melakukan diversifikasi energi
dan konservasi energi nasional. Konservasi energi nasional dilakukan dengan
berbagai usaha antara lain melakukan sosialisasi hemat energi, penerapan
teknologi hemat energi dan penerapan manajemen energi. Salah satu
teknologi penghemat energi yang mempunyai berbagai keunggulan teknis
adalah teknologi kogenerasi. Teknologi ini mampu memproduksi listrik dan
energi thermal secara serentak sehingga lebih efisien. Efisiensi thermal yang
diperoleh dengan sistem kogenerasi bisa mencapai 80%. Dengan efisiensi
yang tinggi tersebut maka penerapan teknologi kogenerasi juga berdampak
terhadap pengurangan emisi CO2 ke lingkungan.
Dalam rangka pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya energi panas
bumi perlu dikembangkan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan
nasional dalam menyiapkan teknologinya. Untuk itu kedeputian TIEM
Untuk peningkatan pemanfaatan energi terbarukan BPPT khususnya
kedeputian TIEM menyiapkan taman Tekno energi terbarukan yang bisa
dipakai dalam rangka pengembangan dan juga sarana untuk melakukan difusi
teknologi.
1.5.2 Bidang Teknologi Energi Bahan bakar
Di sektor energi, penyediaan bahan bakar transportasi dan industri serta
penyediaan tenaga listrik menjadi isu penting. Untuk itu penyediaan teknologi
bahan bakar dan kelistrikan yang efisien, handal dan ramah lingkungan
menjadi sebuah kebutuhan dalam rangka meningkatkan daya saing industri
dan kemandirian nasional.
Bahan Bakar Minyak (BBM) memegang peranan yang sangat penting dalam
pemenuhan kebutuhan energi domestik yang selalu meningkat setiap
tahunnya. Konsumsi total BBM nasional masih dominan yaitu sekitar 50% dari
total bauran energi (energi mix), kebutuhan minyak solar di dalam negeri
mencapai 30 juta KL. Sekitar 50% dari kebutuhan solar tersebut masih
diimpor. Konsumsi BBM Indonesia yang terus meningkat juga berarti akan
meningkatkan impor BBM Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan bkonservasi
dan diversifikasi energi diantaranya dengan melakukan upaya pengembangan
industri dan penggunaan energi alternatif seperti seperti Bahan Bakar Nabati
(BBN) seperti biodiesel.
Pengembangan biodiesel sebagai energi alternatif pengganti BBM akan sangat
membantu dalam mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi
khususnya solar di Indonesia. Melihat potensi atau kebutuhan domestik yang
cukup besar dan pangsa pasar dunia yang juga sangat besar, maka
pengembangan industri biodiesel di Indonesia sangat potensial.
Pengembangan biodiesel merupakan bagian dalam rencana energi mix tahun
2025. Pemerintah telah mengeluarkan perangkat kebijakan untuk
energi nasional dan Inpres No 1 tahun 2006 dalam rangka percepatan
penyediaan dan pemanfaatan sumber energi alternatif ini.
1.5.4 Bidang Teknologi Informatika dan Komunikasi
Perekonomian dunia saat ini sedang mengarah pada digital ekonomi dimana
teknologi informasi dan komunikasi akan banyak berperan dalam business dan pemerintahan baik sebagai “enabler” model bisnis baru maupun sebagai “tools” dalam meningkatkan efisiensi. Indonesia terus mempersiapkan diri
baik dari sisi suprastruktur (peraturan) dengan UU 11/2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik, sisi infrastruktur dengan Perpres 96/2014 tentang
Rencana Pitalebar Indonesia, sisi infostruktur (berbagai aplikasi e-government
dan e-business) serta sisi SDM.
Implementasi TIK dalam pemerintahan diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi pelaksanaan proses bisnis pemerintahan dan meningkatkan kualitas
layanan pemerintah kepada masyarakatnya. Implementasi e-pemerintahan
menjadi tantangan tersendiri dengan begitu banyaknya layanan masyarakat
yang harus disediakan oleh berbagai institusi pemerintahan. Dalam UU
23/2006 yang diperbaharui dng UU 24/2013 disebutkan bahwa pelayanan
publik harus menggunakan Nomor Identitas Kependudukan (NIK) yang
dikelola oleh Kementrian Dalam Negeri. Sehingga dalam penjelasan
Undang-undang tersebut pada pasal 64 ayat 6 disebutkan bahwa KTP-El yang
didalamnya tertera NIK seorang penduduk akan ditingkatkan secara bertahap
menjadi KTP-El multi-guna.
Untuk mempersiapkan penggunaan KTP-El multi-guna inilah maka Kedeputian
TIEM – BPPT melaksanakan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi
yang meliputi beberapa aspek secara horisontal maupun vertikal.
Secara horisontal, kajian dilakukan harus meliputi masalah keamanan
pertukaran data antar instansi pemerintah, kajian teknologi komputasi awan,
sedangkan secara vertikal kajian dilakukan sesuai dengan kaidah
perekayasaan pemanfaatan KTP-El multiguna di berbagai bidang seperti
demokrasi (e-Pemilu), kesehatan (e-health), pendidikan (kartu Indonesia
Pintar). Tahapan perekayasaan tersebut meliputi, pendefinisian ruang lingkup,
Design-Requirement and Objective (DrnO), pembuatan prototipe, proof of
concept , pembuatan pilot model, uji coba dalam lingkungan sebenarnya,
pembuatan rekomendasi untuk kementrian teknis dan alih-teknologi pada
industri nasional.
Kegiatan – kegiatan ini dilaksanakan bersama para stake-holder institusi
pemerintah seperti kementrian teknis, lembaga pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan industri nasional.
1.5.5 Bidang Teknologi Material
Undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) mulai berlaku 1 Januari 2014. BPJS kesehatan merupaka upaya
Pemerintah dalam menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi
masyarakat. Alat kesehatan merupakan alat utama yang dibutuhkan,
disamping pelayanan kesehatan dan obat-obatan, yang harus dapat dijamin
sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan.
Belanja alat kesehatan Indonesia masih sangat amat tinggi. Hal ini tercermin,
lebih dari 90% produk alat kesehatan merupakan barang impor. Sementara itu
dari produk alat kesehatan lokal yang ada, sebagian besar bahan bakunya pun
sangat bergantung pada impor. Industri alat kesehatan dalam negeri baru
mampu menghasilkan produk teknologi sederhana dan sedang. Dengan
demikian upaya untuk mengembangkan material dan produk implan lokal,
yang berkualitas dengan harga yang relatif murah dan sesuai dengan anatomi
penguasaan teknologi material untuk memproduksi alat kesehatan yang
mempunyai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang tinggi mempunyai
justifikasi strategis bagi kemandirian bangsa Indonesia.
1.5.6 Sistematika Penyajian Laporan
LAKIP Deputi TIEM - BPPT Tahun 2015 berisi 4 Bab yaitu:
Bab I. Pendahuluan
Berisi latarbelakang, kedudukan tugas, fungsi dan kewenangan,
Organisasi dan Sumberdaya Manusia.
Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
Berisi Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional, Renstra BPPT
Tahun 2015-2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015, dan
Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2015.
Bab III. Akuntabilitas Kinerja
Berisi Sasaran Strategis, Pengukuran Kinerja, Pengungkapan dan
Penyajian Hasil Pengukuran dan Akuntabilitas Keuangan.
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJINAN KINERJA
2.1. Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional
1. Pancasila
Sebagai Dasar Negara dan Ideologi Nasional serta falsafah / pandangan hidup
bangsa, Pancasila secara konsepsional mengandung nilai-nilai Demokrasi, Hak
Asasi Manusia, Persatuan dan Kesatuan dalam semangat kekeluargaan dan
kebersamaan yang harmonis serta untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut menjadi landasan idiil yang sesuai
dengan tuntutan perkembangan zaman pada saat ini dan masa mendatang
khususnya dalam mendorong pembangunan Iptek nasional.
2. UUD 1945
UUD 1945 mengamanatkan:
a) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia (Pasal 31 ayat
(5));
b) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
iptek, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
kesejahteraan umat manusia (Pasal 28 c ayat (1)).
Nilai-nilai dalam butir UUD-1945 digunakan sebagai landasan konstitusional
3. UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan (Sisnas P3) Iptek
Undang-undang No.18/2002 menjelaskan mengenai Sisnas P3 Iptek;
memberikan landasan hukum; mengamanatkan penyusunan Jakstranas;
mendorong tumbuhnya Sisnas P3 Iptek; dan mengikat semua pihak,
pemerintah pusat, pemda, dan masyarakat untuk berperan aktif. Nilai-nilai
dalam UU. No.18/2002 ini menjadi landasan konsepsional pembangunan Iptek
nasional
4. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025
Dalam RPJPN disebutkan bahwa pembangunan iptek diarahkan untuk
menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan dasar
maupun terapan, dan mengembangkan ilmu sosial dan humaniora, serta
untuk menghasilkan teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian.
Pengembangan, dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat,
kemandirian, dan daya saing bangsa melalui peningkatan kemampuan dan
kapasitas iptek senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai
etika, kearifan lokal, serta memerhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan
energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi;
penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, dan
teknologi kesehatan; pengembangan teknologi material maju; serta
5. Perpres Nomor 2 Tahun 2015 RPJMN 2015-2019 RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019
Dalam Bab IV RPJMN 2015-2019 tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
dinyatakan bahwa kebijakan Iptek diarahkan kepada :
a) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang dan
lembaga pendukung untuk mendukung proses transfer dari ide
menjadi prototip laboratorium, kemudian menuju prototip industri
sampai menghasilkan produk komersial (penguatan sistem inovasi
nasional);
b) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek untuk
menghasilkan produktivitas litbang yang berdayaguna bagi sektor
produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta kreativitas nasional;
c) mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan baik peneliti
di lingkup nasional maupun internasional untuk mendukung
peningkatan produktivitas litbang dan peningkatan pendayagunaan
litbang nasional;
d) meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang untuk ketersediaan
teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat serta
menumbuhkan budaya kreativitas masyarakat
e) meningkatkan pendayagunaan iptek dalam sektor produksi untuk
peningkatan perekonomian nasional dan penghargaan terhadap iptek
dalam negeri
6. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Bidang Iptek dalam
RPJMN 2015-2019
Sesuai dengan TUPOKSI, BPPT ditugaskan untuk menjalankan tugas
pemerintah di bidang pengkajian dan penerapan teknologi. Dari sebelas
program diatas, pembangunan bidang Iptek ditugaskan untuk untuk
dengan menjunjung tinggi agama dan persatuan bangsa untuk memajukan
peradaban dan kesejahteraan manusia” Namun demikian pembangunan IPTEK
akan dapat memberikan kontribusi nyata bila produk yang dihasilkan dapat
didayagunakan dan menjadi solusi permasalahan. Untuk itu diperlukan suatu
perumusan terhadap arah dan strategi di dalam pembangunan bidang IPTEK.
Stategi pembangunan di Bidang IPTEK dilaksanakan melalui 2 (dua) prioritas
pembangunan, yaitu:
a) Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN), yang berfungsi sebagai
wahana pembangunan IPTEK menuju visi pembangunan IPTEK dalam
jangka panjang.
b) Penguatan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK
(P3 IPTEK) yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang digariskan
dalam RPJPN 2005 -2025.
Dalam unsur SIN terdiri atas 3 (tiga) fokus pembangunan sebagai berikut :
a) Kelembagaan Iptek (menguatnya kelembagaan Iptek): Perguruan
Tinggi, Lembaga Litbang, dan Badan Usaha.
b) Sumberdaya Iptek (menguatnya Sumberdaya Iptek) : terdiri atas
keahlian, kompetensi dan pengoperasannya, kekayaan inteletual, dan
sarpras iptek, dimana masing-masing bertanggung jawab
meningkatkan terus menerus daya guna dan nilai guna sumberdaya.
c) Jaringan Iptek (menguatnya Janginran Iptek) : membentuk jalinan
hubungan interaktif yang memadukan unsur-unsur kelembagaan iptek
untuk menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih besar dari
keseluruhan yang dapat dihasilkan.
Dalam unsur penguatan P3 Iptek fokus pembangunan dijabarkan dalam
bentuk gugus (cluster) pusat-pusat litbang yang setingkat dengan eselon II,
a) Biologi Molekuler, Bioteknologi, dan Kedokteran
b) Ilmu Pengetahuan Alam
c) Energi, Energi Baru dan Terbarukan
d) Material Industri dan Material Maju.
e) Industri, Rancang bangun, dan Rekayasa.
f) Informatika dan Komunikasi.
g) Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim.
h) Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakatan.
i) Ketenaganukliran dan Pengawasannya.
j) Penerbangan dan Antariksa.
k) Gambar Fokus Pembangunan Iptek
Berdasarkan RPJMN 2015-2019, program di BPPT terdiri dari Program
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dan Program Generik.
1. Program PPT
Berisi kegiatan-kegiatan untuk melakukan pelayanan eksternal BPPT dan
bersifat teknis sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BPPT, Unit
Oganisasi/ Eselon I, dan Unit Kerja/Satker di lingkungan BPPT. Program
teknis BPPT hanya 1 (satu) program yaitu Program Pengkajian dan
Penerapan Teknologi.
2. Program Generik
Berisi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pelayanan internal dalam
rangka peningkatan pelayanan eksternal. Program generik ini terdapat 2
(dua) program, yaitu:
a. Program Dukungan dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPPT
b. Program Peningkatan Sarana da Prasarana Aparatur BPPT.
Di dalam pembahasan AKIP BPPT, evaluasi dan penilaian dilakukan
ditetapkan 10 fokus program yang merupakan bagian program PPT dan
Generik.
Pembahasan AKIP Kedeputian Teknologi Informasi dan material (TIEM),
dilakukan dengan mengelompokkan kegiatan yang sejenis kedalam kelompok
bidang. Kelompok Bidang tersebut adalah Bidang Teknologi Informasi dan
komunikasi, Bidang Teknologi Energi dan Bidang Teknologi Material.
Performance kegiatan program Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi di
dasarkan dari capaian Unit Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)
dan Balai Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Ipteknet).
Performance kegiatan program Bidang Teknologi Energi di dasarkan dari
capaian Unit Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE),
Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE), Balai Besar
Teknologi Energi (B2TE) dan Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi
(BRDST). Sedangkan performance kegiatan program Bidang Teknologi
Material di dasarkan dari capaian Pusat Teknologi Material (PTM), Balai
Pengkajian Teknologi Polimer (STP) dan UPT Pengembangan Seni dan
Teknologi Keramik dan Porselen Bali (PSTKP).
2.2. Renstra Kedeputian TIEM Tahun 2015-2019
Secara khusus di dalam RPJPN 2005-2025 menyatakan bahwa penguasaan,
pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) difokuskan
pada 7 (tujuh) bidang prioritas, yaitu : (i) pembangunan ketahanan pangan, (ii)
penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (iii)
pembangunan teknologi transportasi, (iv) penciptaan dan pemanfaatan teknologi
pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan, dan (vii) pengembangan
teknologi material maju.
2.2.1 Visi
Dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya untuk periode
2015-2019 maka visi Kedeputian TIEM BPPT adalah :
“Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan Layanan
Teknologi untuk Mewujudkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa
di Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material”.
2.2.2 Misi
Upaya - upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi Kedeputian Bidang
Teknologi Informasi Energi Dan Material,BPPT tersebut dilaksanakan melalui misi
sebagai berikut :
Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan
Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Energi,Informasi dan Material
Visi dan Misi TIEM merupakan turunan dari Visi dan Misi BPPT. Visi TIEM dibangun dari
hasil pemikiran pimpinan dan manajemen TIEM untuk kemudian ditetapkan sebagai visi
bersama. Sedangkan Misi TIEM ditetapkan untuk dilaksanakan oleh segenap karyawan
dalam lingkungan kedeputian TIEM dengan mengedepankan nilai-nilai sebagai dasar
tindakan dalam melaksankan kegiatan.
2.2.3. Tujuan Strategis Tiem
Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi Kedeputian TIEM, BPPT
ke dalamprogram-program yang mendukung pembangunan nasional dan pembangunan
bidang yang akan dilaksanakan, maka tujuan BPPT tahun 2015-2019 adalah
1. Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi di
bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material
2. Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi
di bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material
3. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung di
bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material
Tujuam strategis Kedeputian TIEM merupakan turunan darui tujuan strtegis
BPPT khusus untuk bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material
2.2.4 Sasaran Strategis
Sasaran strategis dimaksud adalah Sasaran Strategis BPPT Tahun 2015-2019
merupakan penjabaran lebihdetail dari Tujuan BPPT dengan indikator dan target yang
terukur, dimana Kedeputian TIEM mendukung sasaran strategis BPPT di Bidang
Teknologi Informasi Energi Dan Material. Dengan demikian formulasi dari Sasaran
Strategis BPPT 2015-2019 adalah sebagai berikut :
Sasaran Strategis 1:
Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi Di
Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material
Indikator dan Target dari Sasaran Strategis 1 adalah sebagai berikut :
1. Jumlah industri TIK pendukung e-Govt & e-business yang menggunakanhasil
inovasi dan layanan teknologi KTP-el Multiguna , dengan target industri.
2. Jumlah industri/institusi pemerintahan yang menggunakan hasil inovasi dan
layanan teknologi infrastruktur TIK, khususnya IT security , dengan target 30
industri
3. Science/Techno Park yang berfungsi bagi peningkatan perekonomiandaerah,
Sasaran Strategis 2:
Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan
teknologiteknologi Di Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material
Indikator dan Target dari Sasaran Srategis 2 adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan elektrifikasi dengan diterapkannya PLTP skala kecil olehindustri
dalam negeri untuk mencapai TKDN maksimal, dengan target0,48%..
2. Peningkatan kemandirian bangsa dengan diterapkannya teknologi materialoleh
industri dalam negeri, dengan target 5%
3. Peningkatan kemandirian bangsa dengan dimanfaatkannya teknologi bahan
bakar nabati (BBN) maupun dari sumberdaya energy fosil.
2.2.5 Sasaran Program
2.2.5.1 Sasaran Program Bidang TIK
Sasaran Program bidang TIK adalah Meningkatnya inovasi dan layanan
teknologi Infrastruktur TIK khususnya IT Security untuk mendukung system
e-Government dan e-Business
Indikator Kinerja :
- Jumlah industri TIK pendukung e-Govt & e-business yang
menggunakan hasil inovasi dan layanan teknologi KTP-el Multiguna
- Jumlah industri/institusi pemerintahan yang menggunakan hasil
inovasi dan layanan teknologi infrastruktur TIK, khususnya IT security
CLUSTER: IT Security Infrastructure
BPPT sebagai institusi pemerintah yang terus berperan dalam mengantisipasi
penerapan dan perkembangan teknologi perlu untuk mengkaji perkembangan teknologi
konvergensi TIK terkini, menghasilkan inovasi teknologi terkait untuk akselerasi
penyediaan infrastruktur konvergensi TIK, menyiapkan standard nasional dan
laboratorium terakreditasi untuk meningkatkan daya saing industri produk dan jasa TIK
nasional sehingga dapat berperan aktif dalam percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi Indonesia.
- Inovasi dan Pengembangan Teknologi yang merefleksikan teknologi konvergensi
TIK terkini yang memerlukan kajian, inovasi, dan pengembangan pada lima
tahun ke depan, yaitu: Software-defined Radio (SDR), Virtualisasi dan Network
Security, QoS dan QoE, Kajian Teknologi Kontemporer, 5: Teknologi Navigasi
Indoor.
- Layanan dan Pengujian: Sertifikasi dan Pengujian TV Digital, Komponen
Photonika.
Cyber Security dan Digital Forensic
Kajian Infrastruktur Kritis.
Pada masa yang akan datang, diperkirakan bahwa pertahanan siber (Cyber
defence) akan semakin berperan, dengan adanya pergeseran pemikiran dikalangan
militer bahwa cyber world merupakan matra baru pertahanan yang harus
diperhatikan, bukan hanya sebagai bagian dari matra lain. Dalam perang siber
(cyber war), peperangan tidak dilakukan secara fisik yang dapat dengan mudah
diketahui besarnya korban. Peperangan dilakukan dengan merusak sistem
informasi dan komunikasi dari infrastruktur kritis dari suatu negara, sehingga
mengakibatkan dampak yang sangat luas. Untuk itu kegiatan pada tahun 2015 ini
Digital Forensic Security.
Kegiatan ‘digital forensic security’ merupakan kegiatan untuk melakukan analisa
keamanan dari suatu sistem informasi dan komunikasi dengan melakukan kejadian
forensik. Sedangkan Digital Forensic merupakan proses investigasi peranti
komputer/piranti sistem untuk mengetahui apakah komputer/piranti sistem
tersebut dipergunakan untuk keperluan yang ilegal, tidak sah atau tidak biasa.
Kegiatan ini memfokuskan pada peningkatan kapabilitas SDM dalam melakukan
analisa keamanan (Security Analytic) dan juga melakukan forensic sistem informasi
seperti jaringan, komputer dan lainnya yang berhubungan dengan sistem informasi
dan komunikasi
Dalam Keppres no.4/2015 tentang RPJMN 2015 - 2019, di bidang Peningkatan kapasitas
Inovasi dan Teknologi yang bertujuan untuk mendukung peningkatan daya saing sektor
produksi barang dan jasa, penyelenggaraan litbang (riset) di bidang Teknologi
Informasi dan Komunikasi difokuskan pada
1.Pengembangan infrastruktur TIK, khususnya IT security
2.Pengembangan sistem dan framework/platform perangkat lunak berbasis
Open source khususnya industri TIK pendukung Government dan
e-business
Selain itu dalam rangka peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan dasar
maka pembangunan iptek juga harus diarahkan salah satunya pada
3. Pembangunan repository dan disseminasi informasi iptek.
Untuk berpartisipasi dalam meningkatkan daya saing sektor produksi melalui
kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan melalui sistem e-Government dan e-business
dan dalam pembangunan repository serta disseminasi iptek, maka IPTEKnet akan
melaksanakan 4 kegiatan selama tahun 2015 - 2019 yakni :
1.Inovasi teknologi infrastruktur Data Center (DC) untuk cloud computing,
di mana akan dikembangkan sistem layanan storage dan aplikasi
pemerintah maupun swasta sehingga memudahkan konsolidasi data dan
membuat lebih efisien pengelolaan perangkat keras maupun lunak
2.Inovasi teknologi infrastruktur Data Center (DC) untuk Certificate
Authority/CA,
di mana akan dikembangkan layanan sertifikat keamanan digital bagi
lembaga pemerintah maupun UKM yang memastikan keamanan
tukar-menukar data antara lembaga/institusi dengan pelanggannya
3.Inovasi teknologi infrastruktur Data Center untuk pengumpulan dan
disseminasi basis data inovasi iptek Indonesia, di mana akan dibangun
infrastruktur perangkat keras dan perangkat lunak yang bukan sekedar
mengumpulkan informasi iptek, akan tetapi melakukan klasifikasi informasi,
memberitahukan trend teknologi agar pengguna dapat lebih mudah
menemukan informasi iptek yang diperlukan untuk penelitian bagi
perekayasa/ peneliti dan inovator maupun untuk membuka usaha baru bagi
entrepreneur.
4.Layanan teknologi infrastruktur data center untuk cloud computing dan CA, di
mana akan diterapkan berbagai layanan yang telah dikembangkan di atas
bagi seluruh unsur masyarakat Indonesia yang membutuhkan.
Ke 4 kegiatan IPTEKnet di atas digabungkan dalam satu program yakni program
Pengkajian dan Penerapan Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Secara
lebih spesifik, sasaran program pengkajian dan penerapan jaringan informasi ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam hal ini adalah terwujudnya peningkatan jumlah
layanan dan lembaga pengguna teknologi infrastruktur DC cloud computing, keamanan
informasi& basis data inovasi iptek Indonesia.
Pada paragraf-paragraf berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai deskripsi singkat,
indikator kegiatan, dan metodologi pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan yang akan
Inovasi Teknologi infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing
Peningkatan daya saing sektor produksi salah satunya disebabkan oleh peningkatan
kualitas layanan sektor pemerintah seperti perijinan, bantuan teknis maupun
non-teknis. Kualitas layanan tersebut akan tercapai dengan implementasi TI yang
teramankan dan efisien sehingga memungkinkan perbaikan proses bisnis pemerintahan
dalam mendukung sektor produksi.
Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data center
untuk cloud computing. Layanan teknologi infrastruktur data center untuk cloud
computing yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK berbasis komputasi
awan, yang secara garis besar terdiri atas Infrastructure as a Service (IaaS), Platform
as a Service (PaaS), dan Software as a Service (SaaS).
IPTEKnet sebagai salah satu unit kerja di BPPT yang fokus mendeliver layanan berbasis
TIK kepada mitranya berkomitmen untuk terus mengembangkan layanan-layanan
tersebut sesuai dengan perkembangan teknologi. Setelah 3 (tiga) tahun terakhir
menyelesaikan proses instalasi Data Center berteknologi komputasi awan, mulai dari
IaaS dan PaaS, mulai tahun ini fokus pengembangan akan diarahkan pada
implementasi layanan Software as a Service (SaaS).
Inovasi Teknologi infrastruktur Data Center untuk Certificate Authority/CA
Dalam rangka peningkatan efisensi terhadap investasi dan kemudahan konsolidasi data
dari sistem / aplikasi e-government, Data Center BPPT yang akan dilengkapi dengan
Sistim Layanan Bersama dapat digunakan secara kolektif untuk keperluan tersebut.
Untuk menjaga keamanan data BPPT akan membangun infrastruktur Certificate of
Authentication yang merupakan bagian dari IT security guna menjamin keabsahan
Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data center
untuk Certificate Authority (CA). Layanan teknologi infrastruktur data center untuk CA
yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK berbasis IT security.
Pengembangan government CA (Gov-CA) diharapkan menjadi cikal bakal implementasi
Public Key Infrastructure (PKI) di Indonesia. Bekerja sama dengan Kemenkominfo dan
instansi terkait lainnya dalam konteks penyediaan solusi, IPTEKnet akan mulai membuat
prototipe country level root CA untuk menjawab tren kebutuhan sertifikat enkripsi yang
terus meningkat akhir-akhir ini.
Inovasi Teknologi infrastruktur Data Center untuk pengumpulan dan
diseminasi basis data inovasi iptek Indonesia
Dalam konteks layanan berbasis perangkat lunak, terdapat pengembangan solusi
berbasis komponen Potensi sesuai kebutuhan (misal : kebencanaan dan intelejen).
Portal telusur inovasi (Potensi) yang sudah dikembangkan selama 3 (tiga) tahun
terakhir memadukan teknologi state-of-the-art di bidang (web) data mining, dimana
secara parsial komponen pembangun dari Potensi tersebut dapat dikembangkan lebih
lanjut berdasarkan algoritma spesifik yang dibangun khusus untuk kebutuhan maupun
fokus tema teknologi tertentu.
Indikator untuk kegiatan ini adalah lembaga pengguna teknologi infrastruktur data
center untuk pengumpulan dan diseminasi basis data inovasi iptek Indonesia. Layanan
teknologi infrastruktur data center yang dimaksud dalam hal ini adalah pengembangan
portal telusur inovasi (Potensi) yang notabene merupakan perpaduan antara
implementasi (web) data mining dengan penerapan konsep inovasi nasional dari
Bappenas.
Dalam evolusinya portal Potensi ini diarahkan menjadi Indonesia R&D Knowledge
pengembangan di Indonesia, dilakukan proses penggalian intisari dari informasi yang
ada, untuk kemudian disajikan dengan variasi tampilan yang dapat disesuaikan dengan
berbagai pemangku kepentingan seperti Kemenristek, BNPB, Kemenko Maritim, dan lain
sebagainya.
Layanan Teknologi infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing dan
Certificate Authority/CA
Kegiatan ini adalah wadah untuk pelayanan teknologi yang diberikan oleh balai
IPTEKnet kepada seluruh masyarakat meliputi layanan teknologi infrastructure Data
Center (Infrastructure-as-a-Service/IAAS), layanan pengembangan dan pemanfaatan
perangkat lunak (Software-as-a-service/SAAS) maupun layanan pembuatan Certificate
digital untuk pengamanan situs WEB pemerintah maupun UKM dalam rangka
e-government dan e-business. Kegiatan-kegiatan ini akan dibiayai oleh mitra melalui
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun aktivitas pendampingan swakelola.
Pengembangan arah bisnis baru ini diharapkan akan mengganti secara bertahap
layanan pengadaan bandwidth sebagai Internet Service Provider (ISP) yang merupakan
layanan balai IPTEKnet sejak awal berdirinya. Keberterimaan bisnis baru ini akan
ditunjang oleh akreditasi ISO 9000:2001, ISO 27001, Tier-3 Certification dari Uptime
Institute, atau TIA-942 Data Center, serta sertifikasi personelnya.
2.2.5.2 Sasaran Program Bidang Kelistrikan
Di bidang kelistrikan, program pengkajian dan penerapan teknologi, umumnya
didorong untuk mendukung sasaran strategis peningkatan kemandirian bangsa dan
Guna mencapai masing-masing ketiga indikator sasaran strategis sebagaimana tertulis
pada sasaran strategis BPPT, maka ditentukan 6 sasaran Program di bidang kelistrikan
di kedeputian TIEM, sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut. Di mana 2 sasaran
program merupakan program yang mendukung sasaran strategis lembaga yang
mendukung program nasional, yaitu Inovasi Teknologi PLTP Skala Kecil dan
Pengembangan Baron Techno Park. Sedangkan 4 sasaran program lainnya merupakan
sasaran program di tingkat kedeputian TIEM, yaitu Terwujudnya
Inovasi Dan Layanan Teknologi Pembangkit Listrik Berbasis EBT, Terwujudnya Inovasi
Dan Layanan Teknologi Smart Grid, Terwujudnya Inovasi Dan Layanan Teknologi
Batere Mobil Listrik dan Terwujudnya Inovasi Dan Layanan Teknologi Konservasi dan
Stardadisasi Efisiensi Penyediaan dan Penggunaan Energi. Hubungan antara Sasaran
Strategis dan Sasaran Program dapat dilihat di Tabel 2.2.berikut ini.
Tabel 2.2. Indikator dan Sasaran Program Bidang Kelistrikan
Sasaran Strategis
(SS)
Indikator Sasaran Program (SP)
(SS2)
Terwujudnya PLTP Skala kecil
yang memanfaatkan
peralatan dan komponen
produk dalam negeri secara
maksimal
Sasaran Strategis
(SS)
Indikator Sasaran Program (SP)
daya saing
Tecknopark sebagai Pusat R
& D, pelatihan dan disiminasi
teknologi yang memafaatkan
Energi baru terbarukan (EBT)
Peningkatan
Layanan Teknologi Batere
mobil listrik
Terwujudnya Inovasi dan
Layanan Teknologi
Konservasi dan standardisasi
efisiensi penyediaan dan
2.2.5.3 Sasaran Program Bidang Bahan Bakar
Sasaran program TIEM untuk RPJMN ke – 3 terdiri dari tiga jenis program yang
merepresentasikan kompetensi dari masing-masing bidang, yaitu :
1. Terwujudnya Hasil inovasi dan Layanan Teknologi Bahan Bakar Nabati
Untuk Substitusi BBM
Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi dan layanan teknologi dari TIEM bidang
bahan bakar yang ditargetkan dimanfaatkan oleh industri (sebagai outcome yang
berpotensi menghasilkan dampak/impact) adalah bahan bakar nabati untuk
substitusi BBM melalui indikator kegiatan biodiesel, biomethano/bioDME/biohythane
yang ditargetkan akan tercapai pada tahun 2019.
Permasalahan bahan bakar di sektor transportasi maupun industri juga selalu
menjadi perhatian publik akibat dari pemanfaatan BBMbersubsidi yang sangat
dominan di sektor ini.Krisis BBM diperkirakan akan terus terjadi mengingat
kebutuhan minyak secara nasional tidak bisa diimbangi oleh penyediaannya melalui
produksi dalam negeri. Dengan mempertimbangkan pentingnya keberlanjutan dalam
penyediaan energi nasional dan dalam rangka meningkatkan kemandirian nasional
di bidang bahan bakar, maka dipandang sangat urgen bahwa Indonesia harus
segera memberdayakan dan membangun industri nasional untuk bahan bakar cair,
yakni BBN.
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 mentargetkan kontribusi EBT sebesar 23
% dari bauran energi nasional pada tahun 2025 mendatang. Biomassa menjadi
salah satu opsi strategis penyediaan BBN untuk substitusi BBM.Namun, potensi yang
ada saat ini belum bisa langsung dan maksimal dimanfaatkan tanpa melalui
rekayasa teknologi.
Program inovasi dan layanan teknologi pemanfaatan BBN diarahkan untuk
menghasilkan teknologi BBN yang kompetitif sehingga industri dapat
memanfaatkan hasil inovasi ini. Dalam lima tahun ke depan, program ini
ditargetkan bisa menghasilkan 2 produk inovasi teknologi BBN yang dapat
Program inovasi dan layanan teknologi bahan bakar nabati (BBN) bertujuan untuk
menghasilkan teknologi produksi BBN yang dapat dimanfaatkan oleh industri.
Program ini mendukung program pemerintah dalam percepatan dan peningkatan
mandatori pemanfaatan BBN.
Percepatan peningkatan pemanfaatan BBN merupakan tindak lanjut 4 paket
kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Pemerintah yang salah satunya adalah
memperbaiki defisit transaksi berjalan dan mengurangi impor migas dengan cara
meningkatkan pemanfaatan biodiesel.
Mandatori BBN bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil
khususnya BBM, mengembangkan industri BBN dalam negeri sehingga memberikan
nilai tambah pada perekonomian, mengurangi emisi GRK akibat pembakaran energi
fosil, serta untuk mengurangi impor BBM yang semakin meningkat (penghematan
devisa akibat pengurangan impor BBM). Meningkatnya porsi biodiesel, maka dapat
melakukan penghematan devisa dengan meningkatkan pemanfaatan biodiesel untuk
kebutuhan dalam negeri.
Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi teknolgi yang ditargetkan dimanfaatkan
oleh industri adalah biodiesel dan biomethanol.
Teknologi biodiesel dari proses non katalitik ditargetkan dapat memberikan outcome
pada tahun 2017, sedangkan teknologi BBN dapat memberikan outcome pada tahun
2019.
2. Terwujudnya hasil inovasi dan layanan teknologi produksi dan
pemanfaatan gas dan batubara
Sebagaimana disadari bahwa saat ini bahan bakar untuk pemabngkit listrik yang
dominan adalah batubara, demikian juga kecenderungannya kedepan adalah masih
batubara. Melihat kenyataan bahwa sumber batubara Indonesia kebanyakan adalah
Low Rank Coal, maka diperlukan upaya yaitu upgrading batubara sehingga batubara
Uap (PLTU). Untuk mensuport program pemerintah dibidang bahan bakar cair
(BBM), batubara juga bisa berkontribusi memenuhi kebutuhan BBM transportasi
yaitu dengan proses pencairan batubara dengan teknologi hidrogenasi.Kedua upaya
ini meningkatkan peranan secara nasional bahwa saat ini pemakaian nasional
hanyalah 23% sedangkan untuk ekspor adalah 77%.
Untuk bahan bakar gas dimasa mendatang masih akan besar peranannya
sehingga masih diperlukan upaya upaya untuk teknologi pemanfaatannya.
Disamping itu juga perlu upaya upaya untuk memproduksi gas-gas sistesis dari
bahan bakar lainnya sehingga dapat dihasilakan bahan bakar yang cukup .
3. Terwujudnya hasil layanan teknologi di bidang perencanaan dan
optimalsisasi sistem energi nasional
Perencanaan energy nasioal adalah mutlak diperlukan untuk menghasilkan
perencanaan pembangunan yang optimum.Hal ini disadari karena energy
memegang peranan yang cukup penting di dalamnya.Untuk itu Kajian outlook
energy di BPPT berharap bisa menjadi rujukan utama nasional dan merupakan
outcome kedeputian TIEM.
2.2.5.4 Sasaran Program Bidang Material
Sasaran Program bidang Material adalah :
1. Terwujudnya industri yang memanfaatkan Teknologi Biomaterial di
dalam negeri
Urgensi dari kegiatanpenerapan teknologi material untuk alat kesehatan
ini adalah untuk memenuhi kebutuhan nasional akan bahan baku biomaterial
untuk produksi alat kesehatan (alkes) implan yang diperlukan pada
penyelenggaraan jaminan kesehatan, seiring meningkatnya angka kecelakaan
lalu lintas, meningkatnya usia harapan hidupmanusia Indonesia dan kebutuhan
untuk meningkatkan kemadirian bangsa, khususnya dalam memenuhi kebutuhan
bahan baku (biomaterial atau biocompatible materials) untuk produksi
alkesimplan yang selama ini sangat bergantung pada produk impor; serta untuk
meningkatkan pemanfaatan dan memberi nilai tambah padabahan baku
lokal yang diperlukan dalam pembuatan alkes implan.
2. Diterapkannya inovasi dan layanan teknologi nanomaterial
Karet merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai
peran cukup strategis dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Karet juga salah
satu ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara di
luar minyak dan gas. Sekitar 90 persen produksi karet alam Indonesia diekspor
ke manca negara dan hanya sebagian kecil dikonsumsi di dalam negeri.Peranan
karet terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil, mengingat Indonesia
merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia setelah Thailand dengan
produksi sebesar 2,751 juta ton pada tahun 2008. Namun dari sisi luasan
Indonesia memiliki luas lahan karet terbesar didunia yaitu 3,42 juta hektar dan
volume ekspor 2,295 juta ton dengan nilai US$ 6,06 Milyar pada tahun 2008.
Walaupun telah banyak dilakukan berbagai upaya untuk menyelaraskan arah
pengembangan perkaretan nasional, namun masih belum terlihat sinergis.
Dengan pengembangan Advanced Rubber Technology Center, diharapkan akan
lebih aktif jaringan antar pemangku kepentingan. Saat ini sudah diinisiasi dengan
informasi harga karet harian per kawasan. Industri hilir yang akan berkembang
banyak, memerlukan pusat perekayasaan yang dapat membantu inovasi dan
standarisasi produk. Pengembangan ban pesawat menjadi penting karena
penggunaan karet alam sangat dominan.
3. Terwujudnya industri bahan baku material untuk energi
Keperluan LTJ dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2009,
permintaan pasar LTJ dunia mencapai 134.000 ton, sementara kapasitas
produksinya baru 124.000 ton. Tahun 2012, kebutuhan dunia mencapai 180.000
sangat kompetitif, mulai dari industri elektronik seperti komponen komputer,
televisi, monitor dan handycam hingga industri manufaktur seperti industri baja,
otomotif dan lainnya. Sadar akan pentingnya LTJ dalam menghasilkan produk
teknologi tinggi dengan nilai tambah yang tinggi, sejak tahun 2007 China
menurunkan kuota ekspor secara bertahap sehingga pada 2010 ekspor LTJ
China tinggal 50% dibanding tahun 2005.Kegiatan riset ini dilaksanakan untuk
menjawab tantangan penguasaan teknologi nanomaterial logam tanah jarang
untuk menghasilkan material yang bernilai tambah tinggi dengan memanfaatkan
bahan baku lokal sehingga dapat memacu pertumbuhan industri hilir secara
bertahap seperti aplikasi untuk Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), sensor, phosphor
display, baterei, magnet, , hydrogen storage, semikonduktor, superkonduktor,
dan lain sebagainya. Logam Tanah Jarang adalah suatu kelompok yang terdiri
dari 17 unsur dalam tabel periodik yang terdiri dari 15 unsur grup lantanida
ditambah Scandium dan Yttrium. Scandium dan Yttrium dimasukan sebagai rare
earth element (REE) karena cenderung hadir dalam deposit yang sama dengan
grup lantanida dan memperlihatkan kesamaan sifat sifat kimia (IUPAC,
International Union of Pure and Applied Chemistry).
4. Diterapkannya inovasi dan layanan teknologi material komposit
Hingga saat ini sel surya dengan berbahan baku silikon (sel surya generasi
pertama) masih merupakan jenis sel surya yang paling banyak diteliti,
dikembangkan serta dipasarkan. Hal ini selain dilatarbelakangi oleh mapannya
infrastruktur teknologi silikon, didukung juga oleh jumlah cadangan silikon di
perut bumi berupa pasir kwarsa yang berlimpah. Walaupun data mengenai
sebaran dan konsentrasi mineral silika dalam bentuk pasir kwarsa maupun
batuan kwarsit yang memiliki kadar yg berpotensi sebagai bahan baku sel surya
masih sangat terbatas, namun prediksi melimpahnya cadangan pasir kwarsa
dengan konsentrasi tinggi di Indonesia yang dapat memberi peluang yang besar
karenanya, pembangunan Industri PhotoVoltaic (PV) yang didukung oleh
kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi sel surya sudah saatnya untuk
dipersiapkan bahkan sifatnya sudah sangat mendesak.Selanjutnya, penerapan
teknologi pengolahan silikon yang lebih maju, seperti untuk memenuhi
kebutuhan komponen elektronik dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi
Siemen. Dengan menggunakan teknik ini dapat dihasilkan silikon dengan tingkat
keseragaman butir kristal silikon yang tinggi, dan silikon seperti ini dikenal
dengan nama mono-kristal silicon. Melalui program riset BPPT ini, diharapkan
tercipta kolaborasi antara lembaga akademis, litbang pemerintah dan industri
nasional dalam mewujudkan industri bahan baku sel surya nasional.
Indikator Program
1. Jumlah industri yang memproduksi implant bio material
Diharapkan dengan tumbuhnya industri dalam negeri yang memproduksi implant
berbasis logam SS316L ini dapat mensubstitusi produk import demi untuk
penyelamatan devisa negara untuk pembelanjaan alat kesehatan, khusus nya
implant; dan dapat menunjang program asuransi kesehatan berupa BPJS bagi
pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
2. Jumlah industri yang memanfaatkan teknologi nano material untuk produk karet
dan logam tanah jarang
3. Jumlah industri yang memanfaatkan teknologi material batere padat dan silikon
untuk sel surya
4. Jumlah industri yang memanfaatkan teknologi material komposit
Gambar 2-1
Alur keterkaitan RPJMN, Renstra, Rencana Kerja (Renja),
RKT dan Penetapan Kinerja (PK)
2.3 Program BPPT
Dalam melaksanakan amanat yang terkandung dalam RPJMN dan semangat dari
tugas dan fungsi yang diemban, BPPT telah menetapkan Indikator Kinerja Utama
(IKU) yang mempunyai keterkaitan erat dengan program yang diprioritaskan dalam
RPJMN.
Untuk dapat memenuhi Tujuan Strategis BPPT, kemudian ditetapkan 6 (enam)
Sasaran Strategis, yaitu :
1. Tersusunnya kebijakan dan rencana makro nasional dibidang teknologi.
2. Terselenggaranya pembinaan dan pelayanan administrasi umum dan layanan
3. Terlaksananya pelayanan inovasi, difusi dan pengembangan kapasitas serta alih
teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan pelayanan publik instansi
pemerintah
4. Terlaksananya rekomendasi penerapan teknologi
5. Terlaksananya audit teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan
instansi pemerintah.
6. Terlaksananya koordinasi kegiatan fungsional untuk meningkatkan daya saing
industri dan pelayanan publik instansi pemerintah
Pimpinan di Kedeputian TIEM memutuskan bahwa laporan kinerja tingkat eselon I
seoptimal mungkin berorientasi outcome (eksternal). Untuk itu maka program
kegiatan TIEM hanya mengacu pada Sasaran Strategis 4, 5 dan 6.
2.4 Rencana Kinerja Tahun (RKT) 2015 dan Indikator Kinerja Deputi TIEM
Dokumen Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja /
kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk
mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki
oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Penetapan Kinerja selain digunakan sebagai
alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat top-down juga dijadikan
sebagai alat untuk menggabungkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi,
KemenPAN dan RB mensyaratkan penambahan dua kolom yaitu: (1) Program dan
(2) Anggaran, semula hanya tiga kolom yaitu: (1) Sasaran Strategis, (2) Indikator
BAB III.
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pengukuran Kinerja
Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu program atau kegiatan. Rencana
program ataupun kegiatan TIEM telah ditetapkan dalam Rencana Strategis BPPT
2015-2019 dan Renstra TIEM-BPPT 2015 – 2015 guna mewujudkan VISI instansi
pemerintah. Proses ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap target Kinerja
guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan BPPT dalam
pencapaian tujuan dan sasaran strategis.
Pengukuran Kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan tingkat
Kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan
indikator Kinerja yang telah ditetapkan (Pasal 1 butir 2, Permen PAN No. 09 Tahun
2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan
Instansi Pemerintah).
Kegiatan-kegiatan yang ada di Kedeputian TIEM untuk tahun anggaran 2013 hanya
terkait dengan pemenuhan terhadap 3 (tiga) Sasaran strategis, yaitu Sasasaran
strategis (SS 1, SS 2 dan SS 3). Penjelasan terhadap ketiga sasaran strategis dan
IKU serta cara pengukurannya adalah sebagai berikut :
1. Sasaran Strategis 1 (SS 1) : Terlaksananya rekomendasi penerapan
teknologi yang dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing industri dan
atau pelayanan publik instansi pemerintah. Sebagai indikator untuk sasaran
ini dipilih jumlah rekomendasi teknologi yang dimanfaatkan pihak industri