• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAKIP TIEM BPPT 2015 lakip_tiem_2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAKIP TIEM BPPT 2015 lakip_tiem_2015"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH

TAHUN 2015

KEDEPUTIAN TEKNOLOGI INFORMASI ENERGI DAN

MATERIAL

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, Puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat

dan kuasanya-Nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Kedeputian Teknologi

Informasi, Energi dan Material (TIEM) Tahun Anggaran 2015 telah dapat diselesaikan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan

Dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29

Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan

Menteri PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,

Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

maka setiap Instansi Pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, diwajibkan untuk

menyusun laporan kinerjanya. Laporan Kinerja dimaksud merupakan salah satu dari

enam komponen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem

AKIP).

Laporan Akuntabilitas kinerja ini, terdiri atas 4 bagian yaitu:

BAB I. Menjelaskan tentang latar belakang kedudukan, tugas dan fungsi serta

kewenangan. Selain itu juga memberikan informasi tentang struktur

organisasi dan rincian sumberdaya manusianya Kedeputian TIEM.

BAB II. Berisi tentang landasan aturan dan perundang-undangan, Visi dan Misi serta

Rencana Strategis dari Kedeputian TIEM-BPPT. Dalam Bab ini juga

disampaikan mengenai Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja dari

Kedeputian TIEM.

BAB III. Adalah merupakan inti dari laporan ini. Di dalam Bab ini dijelaskan tentang

capaian kinerja kedeputian TIEM dan realisasi anggaran.

BAB IV. Merupakan penutup.

Menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan

(3)

Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (TIEM –BPPT) disusun, semoga Laporan ini dapat menggambarkan kinerja Kedeputian TIEM secara

menyeluruh dan kami juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para

pemangku kepentingan terkait dengan BPPT dan Kedeputian TIEM pada khususnya.

Jakarta, Maret 2016

Deputi Kepala BPPT, Bidang Teknologi Infomasi, Energi dan Material

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN I - 1

1.1. Latar Belakang Organisasi I - 1

1.2. Kedudukan Tugas, Fungsi, Dan Kewenangan I - 5

1.2.1. Kedudukan I - 5

1.5.Aspek strategis permasalahan utama I - 8

1.5.1 Bidang Teknologi Listrik I - 9

1.5.2 Bidang Teknologi Bahan bakar I – 10

1.5.3 Bidang Teknologi Informatika dan Komunikasi I – 11

1.5.4 Bidang Teknologi material I – 12

1.6 Sistematika Penyajian Laporan I – 13

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA II - 1

2.1.Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional II - 1

1. Pancasila II - 1

2. UU 4 1964 II - 1

3. UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,

Pengembangan dan Penerapan (Sisnas P3) Iptek

II - 2

4. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 II – 2

5. Perpres Nomor 2 Tahun 2015 RPJMN 2015-2019 RENCANA

PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN

2015-2019

II - 3

6. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Bidang Iptek

dalam RPJMN 2015-2019

II - 3

2.2. Renstra Kedeputian TIEM Tahun 2015-2019 II - 6

(5)

2.2.3. Tujuan Strategis Tiem II - 7

2.2.4. Sasaran Strategis II -8

2.2.5. Sasaran Program II - 9

2.2.5.1. Sasaran Program Bidang TIK II - 9

2.2.5.2. Sasaran Program Bidang Kelistrikan II - 9

2.2.5.3.Sasaran Program Bidang Bahan Bakar II - 18

2.2.5.4. Sasaran Program Bidang Material II – 20

2.3. Program BPPT II - 24

2.3 Rencana Kinerja Tahun (RKT) 2015 dan Indikator Kinerja

Deputi TIEM

II - 25

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Pengukuran Kinerja IIIa - 1

1.2. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis IIIb - 1

3.2.1 Bidang Material IIIb - 1

3.2.1.1. Rekomendasi Inovasi dan Layanan Teknologi Biocompatible

Material untuk Alat Kesehatan

IIIb - 1

3.2.1.2 Program Inovasi dan Layanan Teknologi Nanomaterial

Untuk Peningkatan TKDN / Pengembangan Nanomaterial

Logam Tanah Jarang

IIIb - 13

3.2.1.3. Program PPT Bidang Rumah Komposite IIIb - 22

2.1. Pelaksanaan Kegiatan IIIb - 24

2.2. Tabel Ringkasan IIIb - 24

3.2. Capaian Kinerja Organisasi IIIb - 25

3.2.1. Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi IIIc – 1

3.2.2. Program Kedeputian Bidang Teknologi Informasi dan

Komunikasi

IIIc - 1

3.2.3. Program Layanan Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

IIIc - 13

(6)

3.4.1. Bidang Bahan Bakar III2 - 1

3.4.2. Inovasi dan Layanan Teknologi Perencanaan Energi dan

Optimalisasi Sistem Energi Nasional

III2 - 1

3.4.3. Pengkajian Penerapan Teknologi Biodiesel untuk subtitusi BBM

III2 - 7

3.4.4. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis 1 III - 41

3.4.5. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis 2 III - 41

3.4.6. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Strategis 3 III - 42

3.5. Realisasi Anggaran III -43

3.6. Bidang Kelistrikan III3- 1

3.6.1. Pengkajian Penerapan Teknologi PLTP Skala Kecil III3- 1

3.7. Pengkajian Penerapan Teknologi Bidang Baron Techno Park /

program tekno park

III - 23

3.7.1. Perekayasaan Teknologi Efisiensi Energi Peralatan dan

Sistem Energi.

III - 25

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Organisasi

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Lembaga

Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang berada dibawah koordinasi Menteri

Negara Riset dan Teknologi, yang mempunyai tugas melaksanakan pemerintah

di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.

BPPT bermula dari gagasan mantan Presiden Republik Indonesia, Soeharto,

kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28 Januari 1974, bahwa sejak

memasuki tahap kedua pembangunan jangka panjang sudah sangat diperlukan

suatu lembaga tingkat pusat untuk mendampingi BAPPENAS. Jika BAPPENAS

memberikan pertimbangan secara makro ekonomi, maka BPPT memberikan

pertimbangan secara mikro ekonomi dari segala bentuk kegiatan pembangunan.

Tugas BPPT adalah memilih, mengkaji dan menerapkan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang tepat dan berguna untuk pembangunan industri.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada awalnya adalah

merupakan salah satu divisi yang berada dibawah Pertamina. BPPT atau

dikenal juga dengan Divisi Advanced Technology Pertamina (APT),

didirikan pada tahun 1976. Melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 25 tahun

1978, BPPT dibentuk sebagai Lembaga Pemerintah non Departemen (LPND)

dan berada dibawah serta bertanggungjawab langsung kepada Presiden.

Selama 25 tahun berjalan Jabatan Kepala BPPT di rangkap oleh Menteri Negara

(8)

melakukan perubahan struktur organisasi sesuai dengan tuntutan kebutuhan

internal maupun eksternal. Dengan diterbitkannya Surat Keputusan Presiden

Nomor 42 tahun 2006, tentang pengangkatan Kepala BPPT, secara otomatis

Kepala BPPT resmi terpisah dengan Menteri Negara Riset dan Teknologi. Sejak

tahun 1978, BPPT telah mengalami beberapa kali penggantian Kepemimpinan,

yaitu :

1. Prof.Dr.-Ing. B.J. Habibie 1978 - 1998

2. Prof.Dr.Ir. Rahadi Ramelan 1998 - 1998

3. Prof.Dr.Ir. Zuhal, MSEE 1998 - 1999

4. Dr. A.S. Hikam 1999 - 2001

5. Ir. M. Hatta Rajasa 2001 - 2004

6. Dr. Kusmayanto Kadiman 2004 - 2006

7. Prof. Ir. Said D. Jenie, Sc.D. 2006 - 2008

8. Dr.Ir. Marzan A. Iskandar 2008 – 2014

9. Dr. Unggul Priyanto 2014 –……...

Di dalam Keppres 25/ 1978, Organisasi BPPT terdiri dari

1. Kepala

2. Wakil Kepala

3. Sekretaris

4. Direktur Sarana Teknologi

5. Direktur Sistem analisa

6. Direktur Pengembangan Kekayaan Alam

7. Direktur Pengkajian Ilmu Dasar dan Terapan

8. Direktur Pengembangan Teknologi

9. Direktur Pengkajian Industri

10.Unit Pelaksana Teknis

Mengacu pada Keppres 25/ 1978, Direktorat Pengembangan Teknologi

(9)

Pengembangan Teknologi pada 1978 – 1982 ditunjuk Ir Harsono Djuned

Puponegoro.

Selanjutnya melalui Keppres 31/ 1982, Direktorat Pengembangan Teknologi

mengalami metamorfosa menjadi Deputi Bidang Pengembangan Teknologi

(Bangtek). Kedeputian tersebut terdiri atas 5 unit direktorat yakni 1).

Direktorat Pengkajian Teknologi Pemukiman dan Lingkungan Hidup, 2).

Direktorat Pengkajian Teknologi Proses Industri, 3). Direktorat Pengkajian

Teknologi Konversi dan Konservasi Energi dan 4). Direktorat Pengkajian

Teknologi Elektronika dan Informatika serta 5). Direktorat Pembinaan Sarana

Fisik dan Laboratorium. Pada masa tersebut Kedeputian Bidang Pengembangan

Teknologi telah mengalami 3 (tiga) kali periode penggantian pimpinan (Deputi),

yaitu :

1. Ir Harsono Djuned Puponegoro (1982 – 1986)

2. Prof. Dr. Ir Harsono Wiryosumarto (1986 – 1991)

3. Prof.Dr.Ir. Harijono Djojodihardjo (1991 – 1998)

Pada tahun 1998, BPPT melakukan reorganisasi dengan mengganti nama

Kedeputian Bidang Pengembangan Teknologi (Bangtek) menjadi Kedeputian

Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material. Reorganisasi tersebut

tertuang di dalam Keppres 117/ 1998. Di dalam Keppres tersebut Kedeputian

Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM), terdiri atas 4 (empat)

direktorat yang didukung oleh beberapat Unit Pelaksana Teknis (UPT).

Unit-unit yang berada di bawah kedeputian tersebut adalah :

1. Direktorat Teknologi Informasi dan Elektronika

2. Direktorat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi

3. Direktorat Teknologi Material

(10)

Sebagai pejabat pimpinan / Deputi pada masa tersebut adalah Dr.Ir. Ashwin

Sasongko Sastrosubroto, MSc (1998 – 2000)

Pada tahun 2000, Presiden RI menerbitkan Keppres 178/ 2000 yang

merupakan penyempurnaan atas Keppres mengenai organisasi BPPT

sebelumnya. Pada Masa tersebut sebagai pejabat pimpinan Kedeputian Bidang

Teknologi Informasi, Energi dan Material, adalah :

1. Dr. Rachmad Mulyadi (2000- 2002)

2. Dr.Ir. Martin Djamin, MSc. 2002 – 2005

3. Dr. Ir.Marzan Azis Iskandar 2005- 2009

Pada tahun 2006, BPPT melakukan reorganisasi yang bersifat internal melalui

regruping dan fokusing terhadap bidang-bidang teknologi pada unit eselon 2

(setingkat direktorat). Perubahan internal BPPT tersebut tertuang di dalam

Keputusan Kepala BPPT Nomor: BPPT 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006.

Untuk selanjutnya Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material terdiri atas 4 (empat) unit eselon 2 yang berupa “pusat” dan didukung oleh

balai- balai. Unit-unit yang berada dibawah Kedeputian tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)

2. Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE)

3. Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE)

4. Pusat Teknologi Material (PTM)

5. Balai Jaringan IPTEKNET

6. Balai Besar Teknologi Energi ( B2TE )

7. Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi ( BRDST )

8. Balai Pengkajian Teknologi Polimer ( BPTP )

9. Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik

(11)

Sebagai pejabat pimpinan/ Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan

Material adalah Dr.Ir. Unggul Priyanto, MSc (2010 – 2014). Pada periode 2014 – sekarang deputi dijabat oleh Dr. Ir Hammam Riza, MSc

1.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

Berdasarkan SK Kepala BPPT Nomor 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, tertanggal 21

April 2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT.

1.2.1. Kedudukan

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, yang selanjutnya dalam

peraturan ini disebut BPPT, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen

yang berada di bawahdan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan

BPP dipimpin oleh seorang kepala. Sedangkan Deputi Bidang Teknologi

Informasi, Energi dan Material (TIEM) adalah unsur pelaksana yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. Deputi Bidang TIEM dipimpin

oleh Deputi

1.2.2. Tugas Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material

Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi

informasi Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material .

1.2.3. Fungsi Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material

Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan

Material menyelenggarakan fungsi:

a) Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan pemberian bimbingan dan

pembinaan di bidang Pengkajian dan penerapan teknologi informasi,

(12)

b) Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang Pengkajian dan

penerapan teknologi informasi, Energi dan Material.

c) Pelaksana tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala

1.2.4. Wewenang

Kewenangan yang dimiliki oleh deputi TIEM adalah sama seperti kewenangan

yang di miliki BPPT namun hanya di Bidang Teknologi Informasi, Energi dan

Material. Rincian kewenanangan yang dimiliki oleh BPPT adalah sbb :

a) Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.

b) Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan

secara makro.

c) Penetapan sistem informasi di bidangnya.

d) Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :

1. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang

pengkajian dan penerapan teknologi;

2. Pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan pelaksanaan

audit teknologi.

1.3. Struktur Organisasi

Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material terdiri atas 4 (empat) unit eselon 2 yang berupa “pusat” dan didukung oleh balai- balai.

Unit- unit yang berada dibawah Kedeputian tersebut adalah sebagai berikut :

a) Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)

b) Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE)

c) Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE)

d) Pusat Teknologi Material (PTM)

e) Balai Jaringan IPTEKNET

f) Balai Besar Teknologi Energi ( B2TE )

(13)

h) Balai Pengkajian Teknologi Polimer ( BPTP )

i) Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan

Porselen, Bali (UPT-PSTKP)

Bagan struktur organisasi TIEM sesuai dengan SK Kepala BPPT Nomor

170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, tertanggal 21 April 2006, Tentang Organisasi dan Tata

Kerja BPPT, adalah sbb :

Struktur Organisasi Deputi TIEM - BPPT

(Peraturan Kepala BPPT No.170/Kp/KA/IV/2006, Tertanggal 21 April 2006)

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kedeputian TIEM DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI

INFORMASI, ENERGI dan MATERIAL

(14)

1.4. Sumber Daya Manusia

Kedeputian TIEM di dukung oleh sumberdaya manusia sejumlah 523 orang dengan

berbagai latar belakang pendidikan. Sebaran berdasarkan pendidikan adalah S3 56

orang, S2 141 orang, S1 231 orang, Diploma 23 orang dan SLTA berjumlah 69

orang.

PENDIDIKAN

Berdasarkan fungsional yang ditempati, SDM TIEM juga menduduki berbagai jabatan

fungsional dengan yang terdiri dari perekayasa dominan mayoritas, sebagaian kecil

neliti, arsiparis berbagai level, litkayasa berbagai level, pranata humas dan lainnya.

Sedangkan sisanya yang lain merupakan fungsional umum.

1.5. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merupakan salah satu

lembaga pemerintah yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset dan

Teknologi yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional

karena dapat berperan penting dalam perkembangan teknologi di Indonesia,

BPPT memiliki peran sebagai entry point hasil karya teknologi asli Indonesia

untuk dapat dikaji untuk kemudian dapat diterapkan di dalam kegiatan

perekonomian Indonesia dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi

nasional.

BPPT juga dapat menjadi salah satu ujung tombak penyampai hasil karya

(15)

ataupun ke masyarakat umum yang memiliki kepentingan terhadap berbagai hasil

penelitian, pengembangan dan perekayasaan yang dihasilkan oleh para peneliti

dan perekayasa Indonesia.

Kebutuhan akan teknologi yang dinilai makin hari makin tinggi dan juga dengan

adanya tuntutan kemajuan teknologi yang terkini, menyebabkan keberadaann

BPPT sangat diperlukan dan penting adanya. BPPT diharapkan mampu

memberikan peran yang nyata dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan

pembangunan nasional. Program-program yang dimiliki oleh BPPT sebagai

kebijakan institusi mandiri maupun program-program kebijakan lintas

kementerian/lembaga, diharapkan mampu menjadi faktor pendorong bagi

peningkatan perekonomian negara, terutama kebijakan program yang

bersentuhan dengan dunia industri.

Beberapa aspek strategis dan permasalahan utama yang mendasari pelaksanaan

kegiatan/program BPPT antara lain :

1.5.1 Bidang Teknologi Energi Listrik

Kebijakan energi utama nasional adalah dengan melakukan diversifikasi energi

dan konservasi energi nasional. Konservasi energi nasional dilakukan dengan

berbagai usaha antara lain melakukan sosialisasi hemat energi, penerapan

teknologi hemat energi dan penerapan manajemen energi. Salah satu

teknologi penghemat energi yang mempunyai berbagai keunggulan teknis

adalah teknologi kogenerasi. Teknologi ini mampu memproduksi listrik dan

energi thermal secara serentak sehingga lebih efisien. Efisiensi thermal yang

diperoleh dengan sistem kogenerasi bisa mencapai 80%. Dengan efisiensi

yang tinggi tersebut maka penerapan teknologi kogenerasi juga berdampak

terhadap pengurangan emisi CO2 ke lingkungan.

Dalam rangka pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya energi panas

bumi perlu dikembangkan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan

nasional dalam menyiapkan teknologinya. Untuk itu kedeputian TIEM

(16)

Untuk peningkatan pemanfaatan energi terbarukan BPPT khususnya

kedeputian TIEM menyiapkan taman Tekno energi terbarukan yang bisa

dipakai dalam rangka pengembangan dan juga sarana untuk melakukan difusi

teknologi.

1.5.2 Bidang Teknologi Energi Bahan bakar

Di sektor energi, penyediaan bahan bakar transportasi dan industri serta

penyediaan tenaga listrik menjadi isu penting. Untuk itu penyediaan teknologi

bahan bakar dan kelistrikan yang efisien, handal dan ramah lingkungan

menjadi sebuah kebutuhan dalam rangka meningkatkan daya saing industri

dan kemandirian nasional.

Bahan Bakar Minyak (BBM) memegang peranan yang sangat penting dalam

pemenuhan kebutuhan energi domestik yang selalu meningkat setiap

tahunnya. Konsumsi total BBM nasional masih dominan yaitu sekitar 50% dari

total bauran energi (energi mix), kebutuhan minyak solar di dalam negeri

mencapai 30 juta KL. Sekitar 50% dari kebutuhan solar tersebut masih

diimpor. Konsumsi BBM Indonesia yang terus meningkat juga berarti akan

meningkatkan impor BBM Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan bkonservasi

dan diversifikasi energi diantaranya dengan melakukan upaya pengembangan

industri dan penggunaan energi alternatif seperti seperti Bahan Bakar Nabati

(BBN) seperti biodiesel.

Pengembangan biodiesel sebagai energi alternatif pengganti BBM akan sangat

membantu dalam mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi

khususnya solar di Indonesia. Melihat potensi atau kebutuhan domestik yang

cukup besar dan pangsa pasar dunia yang juga sangat besar, maka

pengembangan industri biodiesel di Indonesia sangat potensial.

Pengembangan biodiesel merupakan bagian dalam rencana energi mix tahun

2025. Pemerintah telah mengeluarkan perangkat kebijakan untuk

(17)

energi nasional dan Inpres No 1 tahun 2006 dalam rangka percepatan

penyediaan dan pemanfaatan sumber energi alternatif ini.

1.5.4 Bidang Teknologi Informatika dan Komunikasi

Perekonomian dunia saat ini sedang mengarah pada digital ekonomi dimana

teknologi informasi dan komunikasi akan banyak berperan dalam business dan pemerintahan baik sebagai “enabler” model bisnis baru maupun sebagai “tools” dalam meningkatkan efisiensi. Indonesia terus mempersiapkan diri

baik dari sisi suprastruktur (peraturan) dengan UU 11/2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik, sisi infrastruktur dengan Perpres 96/2014 tentang

Rencana Pitalebar Indonesia, sisi infostruktur (berbagai aplikasi e-government

dan e-business) serta sisi SDM.

Implementasi TIK dalam pemerintahan diharapkan dapat meningkatkan

efisiensi pelaksanaan proses bisnis pemerintahan dan meningkatkan kualitas

layanan pemerintah kepada masyarakatnya. Implementasi e-pemerintahan

menjadi tantangan tersendiri dengan begitu banyaknya layanan masyarakat

yang harus disediakan oleh berbagai institusi pemerintahan. Dalam UU

23/2006 yang diperbaharui dng UU 24/2013 disebutkan bahwa pelayanan

publik harus menggunakan Nomor Identitas Kependudukan (NIK) yang

dikelola oleh Kementrian Dalam Negeri. Sehingga dalam penjelasan

Undang-undang tersebut pada pasal 64 ayat 6 disebutkan bahwa KTP-El yang

didalamnya tertera NIK seorang penduduk akan ditingkatkan secara bertahap

menjadi KTP-El multi-guna.

Untuk mempersiapkan penggunaan KTP-El multi-guna inilah maka Kedeputian

TIEM – BPPT melaksanakan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi

yang meliputi beberapa aspek secara horisontal maupun vertikal.

Secara horisontal, kajian dilakukan harus meliputi masalah keamanan

(18)

pertukaran data antar instansi pemerintah, kajian teknologi komputasi awan,

sedangkan secara vertikal kajian dilakukan sesuai dengan kaidah

perekayasaan pemanfaatan KTP-El multiguna di berbagai bidang seperti

demokrasi (e-Pemilu), kesehatan (e-health), pendidikan (kartu Indonesia

Pintar). Tahapan perekayasaan tersebut meliputi, pendefinisian ruang lingkup,

Design-Requirement and Objective (DrnO), pembuatan prototipe, proof of

concept , pembuatan pilot model, uji coba dalam lingkungan sebenarnya,

pembuatan rekomendasi untuk kementrian teknis dan alih-teknologi pada

industri nasional.

Kegiatan – kegiatan ini dilaksanakan bersama para stake-holder institusi

pemerintah seperti kementrian teknis, lembaga pemerintah pusat, pemerintah

daerah, dan industri nasional.

1.5.5 Bidang Teknologi Material

Undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) mulai berlaku 1 Januari 2014. BPJS kesehatan merupaka upaya

Pemerintah dalam menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi

masyarakat. Alat kesehatan merupakan alat utama yang dibutuhkan,

disamping pelayanan kesehatan dan obat-obatan, yang harus dapat dijamin

sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan.

Belanja alat kesehatan Indonesia masih sangat amat tinggi. Hal ini tercermin,

lebih dari 90% produk alat kesehatan merupakan barang impor. Sementara itu

dari produk alat kesehatan lokal yang ada, sebagian besar bahan bakunya pun

sangat bergantung pada impor. Industri alat kesehatan dalam negeri baru

mampu menghasilkan produk teknologi sederhana dan sedang. Dengan

demikian upaya untuk mengembangkan material dan produk implan lokal,

yang berkualitas dengan harga yang relatif murah dan sesuai dengan anatomi

(19)

penguasaan teknologi material untuk memproduksi alat kesehatan yang

mempunyai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang tinggi mempunyai

justifikasi strategis bagi kemandirian bangsa Indonesia.

1.5.6 Sistematika Penyajian Laporan

LAKIP Deputi TIEM - BPPT Tahun 2015 berisi 4 Bab yaitu:

Bab I. Pendahuluan

Berisi latarbelakang, kedudukan tugas, fungsi dan kewenangan,

Organisasi dan Sumberdaya Manusia.

Bab II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Berisi Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional, Renstra BPPT

Tahun 2015-2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015, dan

Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2015.

Bab III. Akuntabilitas Kinerja

Berisi Sasaran Strategis, Pengukuran Kinerja, Pengungkapan dan

Penyajian Hasil Pengukuran dan Akuntabilitas Keuangan.

(20)

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJINAN KINERJA

2.1. Peraturan dan Kebijakan Bidang Iptek Nasional

1. Pancasila

Sebagai Dasar Negara dan Ideologi Nasional serta falsafah / pandangan hidup

bangsa, Pancasila secara konsepsional mengandung nilai-nilai Demokrasi, Hak

Asasi Manusia, Persatuan dan Kesatuan dalam semangat kekeluargaan dan

kebersamaan yang harmonis serta untuk mewujudkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut menjadi landasan idiil yang sesuai

dengan tuntutan perkembangan zaman pada saat ini dan masa mendatang

khususnya dalam mendorong pembangunan Iptek nasional.

2. UUD 1945

UUD 1945 mengamanatkan:

a) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk

memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia (Pasal 31 ayat

(5));

b) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari

iptek, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan

kesejahteraan umat manusia (Pasal 28 c ayat (1)).

Nilai-nilai dalam butir UUD-1945 digunakan sebagai landasan konstitusional

(21)

3. UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,

Pengembangan dan Penerapan (Sisnas P3) Iptek

Undang-undang No.18/2002 menjelaskan mengenai Sisnas P3 Iptek;

memberikan landasan hukum; mengamanatkan penyusunan Jakstranas;

mendorong tumbuhnya Sisnas P3 Iptek; dan mengikat semua pihak,

pemerintah pusat, pemda, dan masyarakat untuk berperan aktif. Nilai-nilai

dalam UU. No.18/2002 ini menjadi landasan konsepsional pembangunan Iptek

nasional

4. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025

Dalam RPJPN disebutkan bahwa pembangunan iptek diarahkan untuk

menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan dasar

maupun terapan, dan mengembangkan ilmu sosial dan humaniora, serta

untuk menghasilkan teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian.

Pengembangan, dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat,

kemandirian, dan daya saing bangsa melalui peningkatan kemampuan dan

kapasitas iptek senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai

etika, kearifan lokal, serta memerhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi

lingkungan hidup.

Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan

energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi;

penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, dan

teknologi kesehatan; pengembangan teknologi material maju; serta

(22)

5. Perpres Nomor 2 Tahun 2015 RPJMN 2015-2019 RENCANA

PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019

Dalam Bab IV RPJMN 2015-2019 tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,

dinyatakan bahwa kebijakan Iptek diarahkan kepada :

a) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang dan

lembaga pendukung untuk mendukung proses transfer dari ide

menjadi prototip laboratorium, kemudian menuju prototip industri

sampai menghasilkan produk komersial (penguatan sistem inovasi

nasional);

b) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek untuk

menghasilkan produktivitas litbang yang berdayaguna bagi sektor

produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta kreativitas nasional;

c) mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan baik peneliti

di lingkup nasional maupun internasional untuk mendukung

peningkatan produktivitas litbang dan peningkatan pendayagunaan

litbang nasional;

d) meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang untuk ketersediaan

teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat serta

menumbuhkan budaya kreativitas masyarakat

e) meningkatkan pendayagunaan iptek dalam sektor produksi untuk

peningkatan perekonomian nasional dan penghargaan terhadap iptek

dalam negeri

6. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Bidang Iptek dalam

RPJMN 2015-2019

Sesuai dengan TUPOKSI, BPPT ditugaskan untuk menjalankan tugas

pemerintah di bidang pengkajian dan penerapan teknologi. Dari sebelas

program diatas, pembangunan bidang Iptek ditugaskan untuk untuk

(23)

dengan menjunjung tinggi agama dan persatuan bangsa untuk memajukan

peradaban dan kesejahteraan manusia” Namun demikian pembangunan IPTEK

akan dapat memberikan kontribusi nyata bila produk yang dihasilkan dapat

didayagunakan dan menjadi solusi permasalahan. Untuk itu diperlukan suatu

perumusan terhadap arah dan strategi di dalam pembangunan bidang IPTEK.

Stategi pembangunan di Bidang IPTEK dilaksanakan melalui 2 (dua) prioritas

pembangunan, yaitu:

a) Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN), yang berfungsi sebagai

wahana pembangunan IPTEK menuju visi pembangunan IPTEK dalam

jangka panjang.

b) Penguatan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK

(P3 IPTEK) yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang digariskan

dalam RPJPN 2005 -2025.

Dalam unsur SIN terdiri atas 3 (tiga) fokus pembangunan sebagai berikut :

a) Kelembagaan Iptek (menguatnya kelembagaan Iptek): Perguruan

Tinggi, Lembaga Litbang, dan Badan Usaha.

b) Sumberdaya Iptek (menguatnya Sumberdaya Iptek) : terdiri atas

keahlian, kompetensi dan pengoperasannya, kekayaan inteletual, dan

sarpras iptek, dimana masing-masing bertanggung jawab

meningkatkan terus menerus daya guna dan nilai guna sumberdaya.

c) Jaringan Iptek (menguatnya Janginran Iptek) : membentuk jalinan

hubungan interaktif yang memadukan unsur-unsur kelembagaan iptek

untuk menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih besar dari

keseluruhan yang dapat dihasilkan.

Dalam unsur penguatan P3 Iptek fokus pembangunan dijabarkan dalam

bentuk gugus (cluster) pusat-pusat litbang yang setingkat dengan eselon II,

(24)

a) Biologi Molekuler, Bioteknologi, dan Kedokteran

b) Ilmu Pengetahuan Alam

c) Energi, Energi Baru dan Terbarukan

d) Material Industri dan Material Maju.

e) Industri, Rancang bangun, dan Rekayasa.

f) Informatika dan Komunikasi.

g) Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim.

h) Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakatan.

i) Ketenaganukliran dan Pengawasannya.

j) Penerbangan dan Antariksa.

k) Gambar Fokus Pembangunan Iptek

Berdasarkan RPJMN 2015-2019, program di BPPT terdiri dari Program

Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dan Program Generik.

1. Program PPT

Berisi kegiatan-kegiatan untuk melakukan pelayanan eksternal BPPT dan

bersifat teknis sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BPPT, Unit

Oganisasi/ Eselon I, dan Unit Kerja/Satker di lingkungan BPPT. Program

teknis BPPT hanya 1 (satu) program yaitu Program Pengkajian dan

Penerapan Teknologi.

2. Program Generik

Berisi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pelayanan internal dalam

rangka peningkatan pelayanan eksternal. Program generik ini terdapat 2

(dua) program, yaitu:

a. Program Dukungan dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPPT

b. Program Peningkatan Sarana da Prasarana Aparatur BPPT.

Di dalam pembahasan AKIP BPPT, evaluasi dan penilaian dilakukan

(25)

ditetapkan 10 fokus program yang merupakan bagian program PPT dan

Generik.

Pembahasan AKIP Kedeputian Teknologi Informasi dan material (TIEM),

dilakukan dengan mengelompokkan kegiatan yang sejenis kedalam kelompok

bidang. Kelompok Bidang tersebut adalah Bidang Teknologi Informasi dan

komunikasi, Bidang Teknologi Energi dan Bidang Teknologi Material.

Performance kegiatan program Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi di

dasarkan dari capaian Unit Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)

dan Balai Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Ipteknet).

Performance kegiatan program Bidang Teknologi Energi di dasarkan dari

capaian Unit Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE),

Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE), Balai Besar

Teknologi Energi (B2TE) dan Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi

(BRDST). Sedangkan performance kegiatan program Bidang Teknologi

Material di dasarkan dari capaian Pusat Teknologi Material (PTM), Balai

Pengkajian Teknologi Polimer (STP) dan UPT Pengembangan Seni dan

Teknologi Keramik dan Porselen Bali (PSTKP).

2.2. Renstra Kedeputian TIEM Tahun 2015-2019

Secara khusus di dalam RPJPN 2005-2025 menyatakan bahwa penguasaan,

pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) difokuskan

pada 7 (tujuh) bidang prioritas, yaitu : (i) pembangunan ketahanan pangan, (ii)

penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (iii)

pembangunan teknologi transportasi, (iv) penciptaan dan pemanfaatan teknologi

(26)

pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan, dan (vii) pengembangan

teknologi material maju.

2.2.1 Visi

Dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya untuk periode

2015-2019 maka visi Kedeputian TIEM BPPT adalah :

“Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan Layanan

Teknologi untuk Mewujudkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa

di Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material”.

2.2.2 Misi

Upaya - upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi Kedeputian Bidang

Teknologi Informasi Energi Dan Material,BPPT tersebut dilaksanakan melalui misi

sebagai berikut :

Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan

Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Energi,Informasi dan Material

Visi dan Misi TIEM merupakan turunan dari Visi dan Misi BPPT. Visi TIEM dibangun dari

hasil pemikiran pimpinan dan manajemen TIEM untuk kemudian ditetapkan sebagai visi

bersama. Sedangkan Misi TIEM ditetapkan untuk dilaksanakan oleh segenap karyawan

dalam lingkungan kedeputian TIEM dengan mengedepankan nilai-nilai sebagai dasar

tindakan dalam melaksankan kegiatan.

2.2.3. Tujuan Strategis Tiem

Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi Kedeputian TIEM, BPPT

ke dalamprogram-program yang mendukung pembangunan nasional dan pembangunan

bidang yang akan dilaksanakan, maka tujuan BPPT tahun 2015-2019 adalah

(27)

1. Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi di

bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material

2. Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi

di bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material

3. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung di

bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material

Tujuam strategis Kedeputian TIEM merupakan turunan darui tujuan strtegis

BPPT khusus untuk bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material

2.2.4 Sasaran Strategis

Sasaran strategis dimaksud adalah Sasaran Strategis BPPT Tahun 2015-2019

merupakan penjabaran lebihdetail dari Tujuan BPPT dengan indikator dan target yang

terukur, dimana Kedeputian TIEM mendukung sasaran strategis BPPT di Bidang

Teknologi Informasi Energi Dan Material. Dengan demikian formulasi dari Sasaran

Strategis BPPT 2015-2019 adalah sebagai berikut :

Sasaran Strategis 1:

Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi Di

Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material

Indikator dan Target dari Sasaran Strategis 1 adalah sebagai berikut :

1. Jumlah industri TIK pendukung e-Govt & e-business yang menggunakanhasil

inovasi dan layanan teknologi KTP-el Multiguna , dengan target industri.

2. Jumlah industri/institusi pemerintahan yang menggunakan hasil inovasi dan

layanan teknologi infrastruktur TIK, khususnya IT security , dengan target 30

industri

3. Science/Techno Park yang berfungsi bagi peningkatan perekonomiandaerah,

(28)

Sasaran Strategis 2:

Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan

teknologiteknologi Di Bidang Teknologi Informasi Energi Dan Material

Indikator dan Target dari Sasaran Srategis 2 adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan elektrifikasi dengan diterapkannya PLTP skala kecil olehindustri

dalam negeri untuk mencapai TKDN maksimal, dengan target0,48%..

2. Peningkatan kemandirian bangsa dengan diterapkannya teknologi materialoleh

industri dalam negeri, dengan target 5%

3. Peningkatan kemandirian bangsa dengan dimanfaatkannya teknologi bahan

bakar nabati (BBN) maupun dari sumberdaya energy fosil.

2.2.5 Sasaran Program

2.2.5.1 Sasaran Program Bidang TIK

Sasaran Program bidang TIK adalah Meningkatnya inovasi dan layanan

teknologi Infrastruktur TIK khususnya IT Security untuk mendukung system

e-Government dan e-Business

Indikator Kinerja :

- Jumlah industri TIK pendukung e-Govt & e-business yang

menggunakan hasil inovasi dan layanan teknologi KTP-el Multiguna

- Jumlah industri/institusi pemerintahan yang menggunakan hasil

inovasi dan layanan teknologi infrastruktur TIK, khususnya IT security

CLUSTER: IT Security Infrastructure

(29)

BPPT sebagai institusi pemerintah yang terus berperan dalam mengantisipasi

penerapan dan perkembangan teknologi perlu untuk mengkaji perkembangan teknologi

konvergensi TIK terkini, menghasilkan inovasi teknologi terkait untuk akselerasi

penyediaan infrastruktur konvergensi TIK, menyiapkan standard nasional dan

laboratorium terakreditasi untuk meningkatkan daya saing industri produk dan jasa TIK

nasional sehingga dapat berperan aktif dalam percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi Indonesia.

- Inovasi dan Pengembangan Teknologi yang merefleksikan teknologi konvergensi

TIK terkini yang memerlukan kajian, inovasi, dan pengembangan pada lima

tahun ke depan, yaitu: Software-defined Radio (SDR), Virtualisasi dan Network

Security, QoS dan QoE, Kajian Teknologi Kontemporer, 5: Teknologi Navigasi

Indoor.

- Layanan dan Pengujian: Sertifikasi dan Pengujian TV Digital, Komponen

Photonika.

Cyber Security dan Digital Forensic

Kajian Infrastruktur Kritis.

Pada masa yang akan datang, diperkirakan bahwa pertahanan siber (Cyber

defence) akan semakin berperan, dengan adanya pergeseran pemikiran dikalangan

militer bahwa cyber world merupakan matra baru pertahanan yang harus

diperhatikan, bukan hanya sebagai bagian dari matra lain. Dalam perang siber

(cyber war), peperangan tidak dilakukan secara fisik yang dapat dengan mudah

diketahui besarnya korban. Peperangan dilakukan dengan merusak sistem

informasi dan komunikasi dari infrastruktur kritis dari suatu negara, sehingga

mengakibatkan dampak yang sangat luas. Untuk itu kegiatan pada tahun 2015 ini

(30)

Digital Forensic Security.

Kegiatan ‘digital forensic security’ merupakan kegiatan untuk melakukan analisa

keamanan dari suatu sistem informasi dan komunikasi dengan melakukan kejadian

forensik. Sedangkan Digital Forensic merupakan proses investigasi peranti

komputer/piranti sistem untuk mengetahui apakah komputer/piranti sistem

tersebut dipergunakan untuk keperluan yang ilegal, tidak sah atau tidak biasa.

Kegiatan ini memfokuskan pada peningkatan kapabilitas SDM dalam melakukan

analisa keamanan (Security Analytic) dan juga melakukan forensic sistem informasi

seperti jaringan, komputer dan lainnya yang berhubungan dengan sistem informasi

dan komunikasi

Dalam Keppres no.4/2015 tentang RPJMN 2015 - 2019, di bidang Peningkatan kapasitas

Inovasi dan Teknologi yang bertujuan untuk mendukung peningkatan daya saing sektor

produksi barang dan jasa, penyelenggaraan litbang (riset) di bidang Teknologi

Informasi dan Komunikasi difokuskan pada

1.Pengembangan infrastruktur TIK, khususnya IT security

2.Pengembangan sistem dan framework/platform perangkat lunak berbasis

Open source khususnya industri TIK pendukung Government dan

e-business

Selain itu dalam rangka peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan dasar

maka pembangunan iptek juga harus diarahkan salah satunya pada

3. Pembangunan repository dan disseminasi informasi iptek.

Untuk berpartisipasi dalam meningkatkan daya saing sektor produksi melalui

kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan melalui sistem e-Government dan e-business

dan dalam pembangunan repository serta disseminasi iptek, maka IPTEKnet akan

melaksanakan 4 kegiatan selama tahun 2015 - 2019 yakni :

1.Inovasi teknologi infrastruktur Data Center (DC) untuk cloud computing,

di mana akan dikembangkan sistem layanan storage dan aplikasi

(31)

pemerintah maupun swasta sehingga memudahkan konsolidasi data dan

membuat lebih efisien pengelolaan perangkat keras maupun lunak

2.Inovasi teknologi infrastruktur Data Center (DC) untuk Certificate

Authority/CA,

di mana akan dikembangkan layanan sertifikat keamanan digital bagi

lembaga pemerintah maupun UKM yang memastikan keamanan

tukar-menukar data antara lembaga/institusi dengan pelanggannya

3.Inovasi teknologi infrastruktur Data Center untuk pengumpulan dan

disseminasi basis data inovasi iptek Indonesia, di mana akan dibangun

infrastruktur perangkat keras dan perangkat lunak yang bukan sekedar

mengumpulkan informasi iptek, akan tetapi melakukan klasifikasi informasi,

memberitahukan trend teknologi agar pengguna dapat lebih mudah

menemukan informasi iptek yang diperlukan untuk penelitian bagi

perekayasa/ peneliti dan inovator maupun untuk membuka usaha baru bagi

entrepreneur.

4.Layanan teknologi infrastruktur data center untuk cloud computing dan CA, di

mana akan diterapkan berbagai layanan yang telah dikembangkan di atas

bagi seluruh unsur masyarakat Indonesia yang membutuhkan.

Ke 4 kegiatan IPTEKnet di atas digabungkan dalam satu program yakni program

Pengkajian dan Penerapan Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Secara

lebih spesifik, sasaran program pengkajian dan penerapan jaringan informasi ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam hal ini adalah terwujudnya peningkatan jumlah

layanan dan lembaga pengguna teknologi infrastruktur DC cloud computing, keamanan

informasi& basis data inovasi iptek Indonesia.

Pada paragraf-paragraf berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai deskripsi singkat,

indikator kegiatan, dan metodologi pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan yang akan

(32)

Inovasi Teknologi infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing

Peningkatan daya saing sektor produksi salah satunya disebabkan oleh peningkatan

kualitas layanan sektor pemerintah seperti perijinan, bantuan teknis maupun

non-teknis. Kualitas layanan tersebut akan tercapai dengan implementasi TI yang

teramankan dan efisien sehingga memungkinkan perbaikan proses bisnis pemerintahan

dalam mendukung sektor produksi.

Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data center

untuk cloud computing. Layanan teknologi infrastruktur data center untuk cloud

computing yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK berbasis komputasi

awan, yang secara garis besar terdiri atas Infrastructure as a Service (IaaS), Platform

as a Service (PaaS), dan Software as a Service (SaaS).

IPTEKnet sebagai salah satu unit kerja di BPPT yang fokus mendeliver layanan berbasis

TIK kepada mitranya berkomitmen untuk terus mengembangkan layanan-layanan

tersebut sesuai dengan perkembangan teknologi. Setelah 3 (tiga) tahun terakhir

menyelesaikan proses instalasi Data Center berteknologi komputasi awan, mulai dari

IaaS dan PaaS, mulai tahun ini fokus pengembangan akan diarahkan pada

implementasi layanan Software as a Service (SaaS).

Inovasi Teknologi infrastruktur Data Center untuk Certificate Authority/CA

Dalam rangka peningkatan efisensi terhadap investasi dan kemudahan konsolidasi data

dari sistem / aplikasi e-government, Data Center BPPT yang akan dilengkapi dengan

Sistim Layanan Bersama dapat digunakan secara kolektif untuk keperluan tersebut.

Untuk menjaga keamanan data BPPT akan membangun infrastruktur Certificate of

Authentication yang merupakan bagian dari IT security guna menjamin keabsahan

(33)

Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data center

untuk Certificate Authority (CA). Layanan teknologi infrastruktur data center untuk CA

yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK berbasis IT security.

Pengembangan government CA (Gov-CA) diharapkan menjadi cikal bakal implementasi

Public Key Infrastructure (PKI) di Indonesia. Bekerja sama dengan Kemenkominfo dan

instansi terkait lainnya dalam konteks penyediaan solusi, IPTEKnet akan mulai membuat

prototipe country level root CA untuk menjawab tren kebutuhan sertifikat enkripsi yang

terus meningkat akhir-akhir ini.

Inovasi Teknologi infrastruktur Data Center untuk pengumpulan dan

diseminasi basis data inovasi iptek Indonesia

Dalam konteks layanan berbasis perangkat lunak, terdapat pengembangan solusi

berbasis komponen Potensi sesuai kebutuhan (misal : kebencanaan dan intelejen).

Portal telusur inovasi (Potensi) yang sudah dikembangkan selama 3 (tiga) tahun

terakhir memadukan teknologi state-of-the-art di bidang (web) data mining, dimana

secara parsial komponen pembangun dari Potensi tersebut dapat dikembangkan lebih

lanjut berdasarkan algoritma spesifik yang dibangun khusus untuk kebutuhan maupun

fokus tema teknologi tertentu.

Indikator untuk kegiatan ini adalah lembaga pengguna teknologi infrastruktur data

center untuk pengumpulan dan diseminasi basis data inovasi iptek Indonesia. Layanan

teknologi infrastruktur data center yang dimaksud dalam hal ini adalah pengembangan

portal telusur inovasi (Potensi) yang notabene merupakan perpaduan antara

implementasi (web) data mining dengan penerapan konsep inovasi nasional dari

Bappenas.

Dalam evolusinya portal Potensi ini diarahkan menjadi Indonesia R&D Knowledge

(34)

pengembangan di Indonesia, dilakukan proses penggalian intisari dari informasi yang

ada, untuk kemudian disajikan dengan variasi tampilan yang dapat disesuaikan dengan

berbagai pemangku kepentingan seperti Kemenristek, BNPB, Kemenko Maritim, dan lain

sebagainya.

Layanan Teknologi infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing dan

Certificate Authority/CA

Kegiatan ini adalah wadah untuk pelayanan teknologi yang diberikan oleh balai

IPTEKnet kepada seluruh masyarakat meliputi layanan teknologi infrastructure Data

Center (Infrastructure-as-a-Service/IAAS), layanan pengembangan dan pemanfaatan

perangkat lunak (Software-as-a-service/SAAS) maupun layanan pembuatan Certificate

digital untuk pengamanan situs WEB pemerintah maupun UKM dalam rangka

e-government dan e-business. Kegiatan-kegiatan ini akan dibiayai oleh mitra melalui

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun aktivitas pendampingan swakelola.

Pengembangan arah bisnis baru ini diharapkan akan mengganti secara bertahap

layanan pengadaan bandwidth sebagai Internet Service Provider (ISP) yang merupakan

layanan balai IPTEKnet sejak awal berdirinya. Keberterimaan bisnis baru ini akan

ditunjang oleh akreditasi ISO 9000:2001, ISO 27001, Tier-3 Certification dari Uptime

Institute, atau TIA-942 Data Center, serta sertifikasi personelnya.

2.2.5.2 Sasaran Program Bidang Kelistrikan

Di bidang kelistrikan, program pengkajian dan penerapan teknologi, umumnya

didorong untuk mendukung sasaran strategis peningkatan kemandirian bangsa dan

(35)

Guna mencapai masing-masing ketiga indikator sasaran strategis sebagaimana tertulis

pada sasaran strategis BPPT, maka ditentukan 6 sasaran Program di bidang kelistrikan

di kedeputian TIEM, sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut. Di mana 2 sasaran

program merupakan program yang mendukung sasaran strategis lembaga yang

mendukung program nasional, yaitu Inovasi Teknologi PLTP Skala Kecil dan

Pengembangan Baron Techno Park. Sedangkan 4 sasaran program lainnya merupakan

sasaran program di tingkat kedeputian TIEM, yaitu Terwujudnya

Inovasi Dan Layanan Teknologi Pembangkit Listrik Berbasis EBT, Terwujudnya Inovasi

Dan Layanan Teknologi Smart Grid, Terwujudnya Inovasi Dan Layanan Teknologi

Batere Mobil Listrik dan Terwujudnya Inovasi Dan Layanan Teknologi Konservasi dan

Stardadisasi Efisiensi Penyediaan dan Penggunaan Energi. Hubungan antara Sasaran

Strategis dan Sasaran Program dapat dilihat di Tabel 2.2.berikut ini.

Tabel 2.2. Indikator dan Sasaran Program Bidang Kelistrikan

Sasaran Strategis

(SS)

Indikator Sasaran Program (SP)

(SS2)

Terwujudnya PLTP Skala kecil

yang memanfaatkan

peralatan dan komponen

produk dalam negeri secara

maksimal

(36)

Sasaran Strategis

(SS)

Indikator Sasaran Program (SP)

daya saing

Tecknopark sebagai Pusat R

& D, pelatihan dan disiminasi

teknologi yang memafaatkan

Energi baru terbarukan (EBT)

Peningkatan

Layanan Teknologi Batere

mobil listrik

Terwujudnya Inovasi dan

Layanan Teknologi

Konservasi dan standardisasi

efisiensi penyediaan dan

(37)

2.2.5.3 Sasaran Program Bidang Bahan Bakar

Sasaran program TIEM untuk RPJMN ke – 3 terdiri dari tiga jenis program yang

merepresentasikan kompetensi dari masing-masing bidang, yaitu :

1. Terwujudnya Hasil inovasi dan Layanan Teknologi Bahan Bakar Nabati

Untuk Substitusi BBM

Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi dan layanan teknologi dari TIEM bidang

bahan bakar yang ditargetkan dimanfaatkan oleh industri (sebagai outcome yang

berpotensi menghasilkan dampak/impact) adalah bahan bakar nabati untuk

substitusi BBM melalui indikator kegiatan biodiesel, biomethano/bioDME/biohythane

yang ditargetkan akan tercapai pada tahun 2019.

Permasalahan bahan bakar di sektor transportasi maupun industri juga selalu

menjadi perhatian publik akibat dari pemanfaatan BBMbersubsidi yang sangat

dominan di sektor ini.Krisis BBM diperkirakan akan terus terjadi mengingat

kebutuhan minyak secara nasional tidak bisa diimbangi oleh penyediaannya melalui

produksi dalam negeri. Dengan mempertimbangkan pentingnya keberlanjutan dalam

penyediaan energi nasional dan dalam rangka meningkatkan kemandirian nasional

di bidang bahan bakar, maka dipandang sangat urgen bahwa Indonesia harus

segera memberdayakan dan membangun industri nasional untuk bahan bakar cair,

yakni BBN.

Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 mentargetkan kontribusi EBT sebesar 23

% dari bauran energi nasional pada tahun 2025 mendatang. Biomassa menjadi

salah satu opsi strategis penyediaan BBN untuk substitusi BBM.Namun, potensi yang

ada saat ini belum bisa langsung dan maksimal dimanfaatkan tanpa melalui

rekayasa teknologi.

Program inovasi dan layanan teknologi pemanfaatan BBN diarahkan untuk

menghasilkan teknologi BBN yang kompetitif sehingga industri dapat

memanfaatkan hasil inovasi ini. Dalam lima tahun ke depan, program ini

ditargetkan bisa menghasilkan 2 produk inovasi teknologi BBN yang dapat

(38)

Program inovasi dan layanan teknologi bahan bakar nabati (BBN) bertujuan untuk

menghasilkan teknologi produksi BBN yang dapat dimanfaatkan oleh industri.

Program ini mendukung program pemerintah dalam percepatan dan peningkatan

mandatori pemanfaatan BBN.

Percepatan peningkatan pemanfaatan BBN merupakan tindak lanjut 4 paket

kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Pemerintah yang salah satunya adalah

memperbaiki defisit transaksi berjalan dan mengurangi impor migas dengan cara

meningkatkan pemanfaatan biodiesel.

Mandatori BBN bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil

khususnya BBM, mengembangkan industri BBN dalam negeri sehingga memberikan

nilai tambah pada perekonomian, mengurangi emisi GRK akibat pembakaran energi

fosil, serta untuk mengurangi impor BBM yang semakin meningkat (penghematan

devisa akibat pengurangan impor BBM). Meningkatnya porsi biodiesel, maka dapat

melakukan penghematan devisa dengan meningkatkan pemanfaatan biodiesel untuk

kebutuhan dalam negeri.

Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi teknolgi yang ditargetkan dimanfaatkan

oleh industri adalah biodiesel dan biomethanol.

Teknologi biodiesel dari proses non katalitik ditargetkan dapat memberikan outcome

pada tahun 2017, sedangkan teknologi BBN dapat memberikan outcome pada tahun

2019.

2. Terwujudnya hasil inovasi dan layanan teknologi produksi dan

pemanfaatan gas dan batubara

Sebagaimana disadari bahwa saat ini bahan bakar untuk pemabngkit listrik yang

dominan adalah batubara, demikian juga kecenderungannya kedepan adalah masih

batubara. Melihat kenyataan bahwa sumber batubara Indonesia kebanyakan adalah

Low Rank Coal, maka diperlukan upaya yaitu upgrading batubara sehingga batubara

(39)

Uap (PLTU). Untuk mensuport program pemerintah dibidang bahan bakar cair

(BBM), batubara juga bisa berkontribusi memenuhi kebutuhan BBM transportasi

yaitu dengan proses pencairan batubara dengan teknologi hidrogenasi.Kedua upaya

ini meningkatkan peranan secara nasional bahwa saat ini pemakaian nasional

hanyalah 23% sedangkan untuk ekspor adalah 77%.

Untuk bahan bakar gas dimasa mendatang masih akan besar peranannya

sehingga masih diperlukan upaya upaya untuk teknologi pemanfaatannya.

Disamping itu juga perlu upaya upaya untuk memproduksi gas-gas sistesis dari

bahan bakar lainnya sehingga dapat dihasilakan bahan bakar yang cukup .

3. Terwujudnya hasil layanan teknologi di bidang perencanaan dan

optimalsisasi sistem energi nasional

Perencanaan energy nasioal adalah mutlak diperlukan untuk menghasilkan

perencanaan pembangunan yang optimum.Hal ini disadari karena energy

memegang peranan yang cukup penting di dalamnya.Untuk itu Kajian outlook

energy di BPPT berharap bisa menjadi rujukan utama nasional dan merupakan

outcome kedeputian TIEM.

2.2.5.4 Sasaran Program Bidang Material

Sasaran Program bidang Material adalah :

1. Terwujudnya industri yang memanfaatkan Teknologi Biomaterial di

dalam negeri

Urgensi dari kegiatanpenerapan teknologi material untuk alat kesehatan

ini adalah untuk memenuhi kebutuhan nasional akan bahan baku biomaterial

untuk produksi alat kesehatan (alkes) implan yang diperlukan pada

penyelenggaraan jaminan kesehatan, seiring meningkatnya angka kecelakaan

lalu lintas, meningkatnya usia harapan hidupmanusia Indonesia dan kebutuhan

(40)

untuk meningkatkan kemadirian bangsa, khususnya dalam memenuhi kebutuhan

bahan baku (biomaterial atau biocompatible materials) untuk produksi

alkesimplan yang selama ini sangat bergantung pada produk impor; serta untuk

meningkatkan pemanfaatan dan memberi nilai tambah padabahan baku

lokal yang diperlukan dalam pembuatan alkes implan.

2. Diterapkannya inovasi dan layanan teknologi nanomaterial

Karet merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai

peran cukup strategis dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Karet juga salah

satu ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara di

luar minyak dan gas. Sekitar 90 persen produksi karet alam Indonesia diekspor

ke manca negara dan hanya sebagian kecil dikonsumsi di dalam negeri.Peranan

karet terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil, mengingat Indonesia

merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia setelah Thailand dengan

produksi sebesar 2,751 juta ton pada tahun 2008. Namun dari sisi luasan

Indonesia memiliki luas lahan karet terbesar didunia yaitu 3,42 juta hektar dan

volume ekspor 2,295 juta ton dengan nilai US$ 6,06 Milyar pada tahun 2008.

Walaupun telah banyak dilakukan berbagai upaya untuk menyelaraskan arah

pengembangan perkaretan nasional, namun masih belum terlihat sinergis.

Dengan pengembangan Advanced Rubber Technology Center, diharapkan akan

lebih aktif jaringan antar pemangku kepentingan. Saat ini sudah diinisiasi dengan

informasi harga karet harian per kawasan. Industri hilir yang akan berkembang

banyak, memerlukan pusat perekayasaan yang dapat membantu inovasi dan

standarisasi produk. Pengembangan ban pesawat menjadi penting karena

penggunaan karet alam sangat dominan.

3. Terwujudnya industri bahan baku material untuk energi

Keperluan LTJ dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2009,

permintaan pasar LTJ dunia mencapai 134.000 ton, sementara kapasitas

produksinya baru 124.000 ton. Tahun 2012, kebutuhan dunia mencapai 180.000

(41)

sangat kompetitif, mulai dari industri elektronik seperti komponen komputer,

televisi, monitor dan handycam hingga industri manufaktur seperti industri baja,

otomotif dan lainnya. Sadar akan pentingnya LTJ dalam menghasilkan produk

teknologi tinggi dengan nilai tambah yang tinggi, sejak tahun 2007 China

menurunkan kuota ekspor secara bertahap sehingga pada 2010 ekspor LTJ

China tinggal 50% dibanding tahun 2005.Kegiatan riset ini dilaksanakan untuk

menjawab tantangan penguasaan teknologi nanomaterial logam tanah jarang

untuk menghasilkan material yang bernilai tambah tinggi dengan memanfaatkan

bahan baku lokal sehingga dapat memacu pertumbuhan industri hilir secara

bertahap seperti aplikasi untuk Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), sensor, phosphor

display, baterei, magnet, , hydrogen storage, semikonduktor, superkonduktor,

dan lain sebagainya. Logam Tanah Jarang adalah suatu kelompok yang terdiri

dari 17 unsur dalam tabel periodik yang terdiri dari 15 unsur grup lantanida

ditambah Scandium dan Yttrium. Scandium dan Yttrium dimasukan sebagai rare

earth element (REE) karena cenderung hadir dalam deposit yang sama dengan

grup lantanida dan memperlihatkan kesamaan sifat sifat kimia (IUPAC,

International Union of Pure and Applied Chemistry).

4. Diterapkannya inovasi dan layanan teknologi material komposit

Hingga saat ini sel surya dengan berbahan baku silikon (sel surya generasi

pertama) masih merupakan jenis sel surya yang paling banyak diteliti,

dikembangkan serta dipasarkan. Hal ini selain dilatarbelakangi oleh mapannya

infrastruktur teknologi silikon, didukung juga oleh jumlah cadangan silikon di

perut bumi berupa pasir kwarsa yang berlimpah. Walaupun data mengenai

sebaran dan konsentrasi mineral silika dalam bentuk pasir kwarsa maupun

batuan kwarsit yang memiliki kadar yg berpotensi sebagai bahan baku sel surya

masih sangat terbatas, namun prediksi melimpahnya cadangan pasir kwarsa

dengan konsentrasi tinggi di Indonesia yang dapat memberi peluang yang besar

(42)

karenanya, pembangunan Industri PhotoVoltaic (PV) yang didukung oleh

kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi sel surya sudah saatnya untuk

dipersiapkan bahkan sifatnya sudah sangat mendesak.Selanjutnya, penerapan

teknologi pengolahan silikon yang lebih maju, seperti untuk memenuhi

kebutuhan komponen elektronik dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi

Siemen. Dengan menggunakan teknik ini dapat dihasilkan silikon dengan tingkat

keseragaman butir kristal silikon yang tinggi, dan silikon seperti ini dikenal

dengan nama mono-kristal silicon. Melalui program riset BPPT ini, diharapkan

tercipta kolaborasi antara lembaga akademis, litbang pemerintah dan industri

nasional dalam mewujudkan industri bahan baku sel surya nasional.

Indikator Program

1. Jumlah industri yang memproduksi implant bio material

Diharapkan dengan tumbuhnya industri dalam negeri yang memproduksi implant

berbasis logam SS316L ini dapat mensubstitusi produk import demi untuk

penyelamatan devisa negara untuk pembelanjaan alat kesehatan, khusus nya

implant; dan dapat menunjang program asuransi kesehatan berupa BPJS bagi

pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

2. Jumlah industri yang memanfaatkan teknologi nano material untuk produk karet

dan logam tanah jarang

3. Jumlah industri yang memanfaatkan teknologi material batere padat dan silikon

untuk sel surya

4. Jumlah industri yang memanfaatkan teknologi material komposit

(43)

Gambar 2-1

Alur keterkaitan RPJMN, Renstra, Rencana Kerja (Renja),

RKT dan Penetapan Kinerja (PK)

2.3 Program BPPT

Dalam melaksanakan amanat yang terkandung dalam RPJMN dan semangat dari

tugas dan fungsi yang diemban, BPPT telah menetapkan Indikator Kinerja Utama

(IKU) yang mempunyai keterkaitan erat dengan program yang diprioritaskan dalam

RPJMN.

Untuk dapat memenuhi Tujuan Strategis BPPT, kemudian ditetapkan 6 (enam)

Sasaran Strategis, yaitu :

1. Tersusunnya kebijakan dan rencana makro nasional dibidang teknologi.

2. Terselenggaranya pembinaan dan pelayanan administrasi umum dan layanan

(44)

3. Terlaksananya pelayanan inovasi, difusi dan pengembangan kapasitas serta alih

teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan pelayanan publik instansi

pemerintah

4. Terlaksananya rekomendasi penerapan teknologi

5. Terlaksananya audit teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan

instansi pemerintah.

6. Terlaksananya koordinasi kegiatan fungsional untuk meningkatkan daya saing

industri dan pelayanan publik instansi pemerintah

Pimpinan di Kedeputian TIEM memutuskan bahwa laporan kinerja tingkat eselon I

seoptimal mungkin berorientasi outcome (eksternal). Untuk itu maka program

kegiatan TIEM hanya mengacu pada Sasaran Strategis 4, 5 dan 6.

2.4 Rencana Kinerja Tahun (RKT) 2015 dan Indikator Kinerja Deputi TIEM

Dokumen Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja /

kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk

mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki

oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Penetapan Kinerja selain digunakan sebagai

alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat top-down juga dijadikan

sebagai alat untuk menggabungkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi,

KemenPAN dan RB mensyaratkan penambahan dua kolom yaitu: (1) Program dan

(2) Anggaran, semula hanya tiga kolom yaitu: (1) Sasaran Strategis, (2) Indikator

(45)
(46)
(47)

BAB III.

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Pengukuran Kinerja

Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai

keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu program atau kegiatan. Rencana

program ataupun kegiatan TIEM telah ditetapkan dalam Rencana Strategis BPPT

2015-2019 dan Renstra TIEM-BPPT 2015 – 2015 guna mewujudkan VISI instansi

pemerintah. Proses ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap target Kinerja

guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan BPPT dalam

pencapaian tujuan dan sasaran strategis.

Pengukuran Kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan tingkat

Kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan

indikator Kinerja yang telah ditetapkan (Pasal 1 butir 2, Permen PAN No. 09 Tahun

2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan

Instansi Pemerintah).

Kegiatan-kegiatan yang ada di Kedeputian TIEM untuk tahun anggaran 2013 hanya

terkait dengan pemenuhan terhadap 3 (tiga) Sasaran strategis, yaitu Sasasaran

strategis (SS 1, SS 2 dan SS 3). Penjelasan terhadap ketiga sasaran strategis dan

IKU serta cara pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Sasaran Strategis 1 (SS 1) : Terlaksananya rekomendasi penerapan

teknologi yang dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing industri dan

atau pelayanan publik instansi pemerintah. Sebagai indikator untuk sasaran

ini dipilih jumlah rekomendasi teknologi yang dimanfaatkan pihak industri

Gambar

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kedeputian TIEM
Gambar 2-1 Alur keterkaitan RPJMN, Renstra, Rencana Kerja (Renja),
Tabel 3.1 Ringkasan kegiatan Inovasi dan Layanan Teknologi Biocompatible
Tabel 3.2 Pemenuhan kriteria indikator kinerja untuk IKU kegiatan Inovasi dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa butir kesimpulan yaitu: (a) Bahwa jajaran keimigrasian telah siap dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa

Marilah kita membalas kebaikankebaikan Tuhan dengan berkomitmen bahwa di tahun 2014 kita akan lebih mengasihi dan takut Tuhan, tekun melayani, terdidik, tahan uji dan menjadi

DRAM (Dynamic Random Access Memory) adalah jenis RAM yang menyimpan setiap bit data yang terpisah dalam kapasitor dalam satu sirkuit terpadu.. Data yang terkandung di

Sebagai contoh, sebuah instrumen diagnosis depresi menghasilkan nilai AUC sebesar 80%, maka dapat disimpulkan bahwa apabila instrumen tersebut diper- gunakan untuk 100

Dari data yang ada dilanjutkan dengan perhitungan proporsi metode pengadaan barang, dimana sesuai prinsip pareto bertujuan untuk mengetahui metode mana yang mempunyai

yang pada umumnya tidak mengatur masalah penarikan diri (withdrawal). Oleh karena itu, penelitian mengenai “Konsekuensi Pembatalan Undang-Undang Ratifikasi terhadap

Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya akibat kekurangan persediaan yang biasa disebut stock out cost seperti : mahalnya harga

Inflasi terjadi karena kenaikan harga secara umum yang ditunjukkan oleh naiknya keseluruhan indeks kelompok pengeluaran, yaitu: Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,79