LAKIP
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH
2016
-
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
DEPUTI TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA
LAKIP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
TAHUN ANGGARAN 2016
Penanggungjawab Deputi Bidang TIRBR
Tim Penyusun : Wahyu Widodo Pandoe
Hari Setiapraja Fadilah Hasim Cuk Supriadi Ali Nandar Mulyadi Sinung Harjono
Abdul Kadir Syahroni
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas Rahmat-Nya,
Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (TIRBR-BPPT) telah menyelesaikan penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Tingkat Kedeputian periode tahun kerja 2016. Laporan
Akuntabilitas Kinerja merupakan salah satu dari komponen Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang harus dilakukan dan diwajibkan kepada
seluruh instansi pemerintah secara nasional baik untuk pemerintah Pusat
(Kementerian dan Lembaga) atau Daerah.
Kewajiban menyusun laporan akuntabilitas kinerja ini merupakan amanat
pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Berdasarkan aturan tersebut dan merujuk
kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah,
dengan ini disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
unit organisasi Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa
(TIRBR) untuk tahun kerja 2015.
Mengacu pada Rencana Strategis Kedeputian TIRBR Tahun 2015 – 2019 revisi 2,
program yang diemban meliputi :
Program prioritas yang dimuat dalam Buku RPJMN 1:
o Bidang Teknologi Rekayasa Industri Maritim: Inovasi dan layanan teknologi
industri perkapalan.
o Bidang Teknologi Industri Hankam: Mendukung pelaksanaan kebijakan
pembangunan industri strategis pertahanan dan keamanan.
Program lain dimuat dalam buku RPJMN 2:
o Bidang Teknologi Industri Transportasi :
a. Inovasi & Layanan Teknologi Transportasi untuk Konektivitas & Logistik
nasional baik antar koridor ekonomi dan perkotaan.
b. Inovasi & Layanan Teknologi Keselamatan Transportasi & Industri KA.
RINGKASAN EKSEKUTIF
Berdasarkan TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998, Undang-undang Nomor 28 Tahun
1999, dan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP), maka Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan
Rekayasa (TIRBR) sebagai salah satu bagian organisasi dari BPPT ikut berupaya
mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih. Salah satu bentuk upaya tersebut
adalah dengan membuat pertanggungjawaban kinerja atas pelaksanaan tugas
sesuai tupoksinya dengan mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA)
Kedeputian TIRBR Tahun 2015 – 2019 revisi 2.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) interim Kedeputian
TIRBR Tahun 2016 ini berisi rencana, target capaian, dan realisasi capaian atas
target kinerja Kedeputian TIRBR tahun 2016 sesuai dengan Peraturan Menteri
Penertiban Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) nomor 53 tahun
2014.
Pada Tahun 2016, TIRBR telah menghasilkan 1 inovasi yang di hasilkan dalam
bidang Hankam, 1 rekomendasi yang dimanfaatkan dalam bidang permesinan dan 4
layanan teknologi dalam bidang maritim, Transportasi dan Permesinan.
Pelaksanaan program dan pelayanan teknologi tersebut dilakukan secara sinergi
oleh Pusat-Pusat dan Unit Kerja di Kedeputian TIRBR dengan mengedepankan
pencapaian hasil seoptimal mungkin. Dalam hal anggaran, capaian akhir tahun 2016
LAKIP TIRBR 2016 v
1.1 Penjelasan Umum Organisasi ... 1
A. Gambaran Umum ... 1
B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi ... 3
C. Struktur Organisasi ... 4
D. Profil SDM ... 7
1.2 Aspek strategis organisasi ... 9
1.3 Permasalahan utama (strategic issued) ... 9
1.4 Sistematika Penyajian ...12
BAB 2. PERENCANAAN dan PERJANJIAN KINERJA ...14
2.1 Rencana Strategis ...14
A. Visi dan Misi ...15
B. Tujuan ...16
C. Kinerja Utama dan Indikator ...16
2.2 SASARAN STRATEGIS ...17
2.3 Penetapan Kinerja Tahun 2016 ...18
BAB 3. AKUNTABILITAS KINERJA ...20
3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Strategis ...20
A. Pengukuran Capaian KinerjaSasaran Program 1 ...22
B.1. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 1 Yaitu Inovasi Produk Drone Wulung. ...22
B.2. Pengukuran capaian Indikator kinerja 2 yaitu 1 (satu) Rekomendasi di bidang TIRBR yang dimanfaatkan yaitu DED FEED pabrik gula. ...30
B. Pengukuran Capaian KinerjaSasaran Strategis 2 ...41
1. Layanan Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai untuk Bidang Maritim. ...43
2. Layanan Audit Teknologi Galangan Kapal Kelas Menengah dan Standarisasi Desain Kapal, 1 layanan...45
3. Layanan Teknologi Kekuatan Struktur Bidang Transportasi Kereta Api, 1 Layanan. ...51
4. Layanan Teknologi Mesin Perkakas, Produksi Dan Otomasi Industri Permesinan, 1 Layanan. ...53
B.3. Pengukuran capaian Indikator kinerja 2 yaitu Indeks Kepuasan Masyarakat, dengan target Nilai B. ...60
LAKIP TIRBR 2016 vi
BAB 4. PENUTUP ...65
1. Kesimpulan ...65
2. Rekomendasi ...66
LAKIP TIRBR 2016 vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 Struktur Organisasi Kedeputian TIRBR. ... 7
Gambar 3-1 Kegiatan Uji terbang PUNA Wulung Tahun 2016 ...27
Gambar 3-2 Skema Pabrik Gula Terpadu kapasitas 6000-8000 TCD ...32
Gambar 3-3 Truck Tipler ...33
Gambar 3-4 Peralatan pada Penerimaan (Cane Unloading) ...34
Gambar 3-5 Pengujian model kapal ...47
Gambar 3-6 Performance model kapal design BPPT ...47
Gambar 3-7 Layanan teknologi Pengembangan CNC Milling Machine Tools Berteknologi High-speed dengan Robot Loading-unloading ...54
LAKIP TIRBR 2016 viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1-1 Distribusi SDM TIRBR berdasarkan Tingkat Pendidikan per Desember 2016. ... 8
Tabel 1-2 Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional pada masing-masing Unit Kerja ... 8
Tabel 2-1 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja TIRBR ...18
Tabel 2-2 Penetapan Kinerja TIRBR 2016. ...19
Tabel 3-1 REKAPITULASI PENGUKURAN KINERJA TIRBR ...21
Tabel 3-2 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1 ...23
Tabel 3-3 Perbandingan kinerja PUNA Wulung dengan standar nasional ...25
Tabel 3-4 Perbandingan antara target PUNA Wulung dengan realisasi kinerja IK 1 ...27
Tabel 3-5 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1 ...30
Tabel 3-6 Perbandingan antara target DED FEED Pabrik Gula dengan realisasi kinerja IK1 .37 Tabel 3-7 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 2 ...42
Tabel 3-8 Jumlah Layanan Jasa Teknologi BTIPDP Tahun Anggaran 2016 ...44
Tabel 3-9 Perbandingan antara capaian layanan teknologi tahun 2015 dan tahun 2016 ...45
Tabel 3-10 Target dan Capain audit teknologi dan standarisasi kapal tahun 2016 ...49
Tabel 3-11 Perbandingan Resource Sharing BTMEPPO TIRBR dari tahun 2014 sampai 2016 ...55
Tabel 3-12 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja IK 1 ...57
LAKIP TIRBR 2016 1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Penjelasan Umum Organisasi
A. Gambaran Umum
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN)
2005 – 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang
akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi perkembangan
global menuju ekonomi berbasis Iptek. Dalam rangka meningkatkan
kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah
perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup bangsa;
menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan
pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebijakan sektor lain;
mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan
komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi
lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta
meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik Sumber Daya
Manusia (SDM), sarana dan prasarana, maupun pembiayaan Iptek.
Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan
sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan.
Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu
menjadi perhatian.Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu
diarahkan pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan
iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih
efisien.Peningkatan daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan
pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rente ekonomi
maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan infrastruktur akan dititikberatkan
pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi
domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus barang
dan jasa antar wilayah di Indonesia.
Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan
LAKIP TIRBR 2016 2 daya saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global
Competitiveness Index – GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum
pada tahun 2014-2015 dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi
peringkat 37 pada tahun 2015-2016.
Pemeringkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja 12 pilar,
yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan
Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang,
Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran
Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi.
Diantara pilar daya saing tersebut terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan
langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu: (1) Kesiapan Teknologi, (2)
Kecanggihan Bisnis, dan (3) Inovasi. Nilai ketiga pilar daya saing tersebut relatif
rendah dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya (kecuali Efisiensi Pasar
Tenaga Kerja).
Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam
meningkatkan daya saing Indonesia.Kemampuan teknologi secara nasional
dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai
untuk meningkatkan daya saing bangsa.Oleh karena itu Indonesia sangat
memerlukan peran aktif berbagai pihak untuk bisa saling bekerjasama dan
berkontribusi dalam rangka meningkatkan posisi daya saing bangsa.
Sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang
membidangi urusan pemerintah di bidang riset dan teknologi, yang berperan
sebagai lembaga pengkajian teknologi, solusi teknologi, intermediasi, audit
teknologi dan technology clearing house (TCH),Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) memiliki peran yang penting dalam mendukung
pembangunan nasional agar mampu meningkatkan daya saing industri dan
kemandirian bangsa Indonesia. Dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka kedepannya BPPT akan memiliki peran yang
penting dalam rangka meningkatkan posisi daya saing bangsa, khususnya
dalam upaya meningkatkan kinerja dari 3 (tiga) pilar yang berkaitan langsung
dengan daya dukung teknologi, yaitu: Kesiapapan Teknologi, Kecanggihan
LAKIP TIRBR 2016 3 Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR)
merupakan unit organisasi eselon I kedeputian di BPPT yang berperan sebagai
lembaga intermediasi, technology clearing house (TCH), pengkajian teknologi,
audit teknologi, dan solusi teknologi dalam meningkatkan kemampuan teknologi
industri rancang bangun dan rekayasa untuk mendukung pembangunan
nasional sehingga mampu meningkatkan standard kehidupan bangsa,
kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia. Kemampuan Kedeputian
TIRBR dalam melaksanakan peran tersebut merupakan salah satu faktor yang
dapat mendukung program BPPT untuk mewujudkan 3 pilar untuk daya dukung
teknologi.
B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan
TeknologiNomor 009 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kedeputian Industri Rancang Bangun dan Rekayasa:
1) Kedudukan
(1) Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa
adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPPT di bidang
teknologi industri rancang bangun dan rekayasa, yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala.
(2) Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa
dipimpin oleh Deputi..
2) Tugas BPPT
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa..
3) Fungsi TIRBR
Dalam melaksanakan tugasnya, TIRBR menyelenggarakan fungsi :
(1) perumusan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang pengkajian dan
penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa;
(2) pelaksanaan kegiatan teknologi industri pertahanan dan keamanan,
teknologi industri permesinan, sistem dan prasarana transportasi serta
LAKIP TIRBR 2016 4 (3) pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan
penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa;
(4) pembinaan dan pemberian bimbingan di bidang pengkajian dan
penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa; dan
(5) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala.
C. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan
TeknologiNomor 009 Tahun 2015Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Kepala BPPT mempunyai tugas :
1) Memimpin BPPT sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
2) Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas
BPPT;
3) Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas BPPT yang
menjadi tanggungjawabnya; dan
4) Membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi
lain.
Dalam Perka BPPT No. 009 Tahun 2015 tersebut, KedeputianTIRBR terdiri
atas 4 (empat) pusat yaitu:
1. PUSAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN (PTIPK)
Dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri
pertahanan dan keamanan dan fungsinya adalah:
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat
peralatan pertahanan dan keamanan matra udara;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat
peralatan pertahanan dan keamanan matra laut;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat
peralatan pertahanan dan keamanan matra darat;
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri pertahanan
LAKIP TIRBR 2016 5 e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program, dan
anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan
Keamanan.
2. PUSAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERMESINAN (PTIP)
Dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri
permesinan dan fungsinya adalah :
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi mesin
penggerak dan peralatan sistem produksi;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat
peralatan konstruksi dan pertambangan;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi mesin
dan alat peralatan kelistrikan;
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri permesinan;
dan;
e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan
anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Permesinan.
3. PUSAT TEKNOLOGI SISTEM DAN PRASANANA TRANSPORTASI (PTSPT)
Dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi sistem dan
sarana transportasi dengan fungsinya adalah :
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi sistem
transportasi;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi
prasarana transportasi darat;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi moda
sarana transportasi darat.
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi sistem dan prasarana
transportasi darat; dan
e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan
anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana
LAKIP TIRBR 2016 6 4. PUSAT TEKNOLOGI REKAYASA INDUSTRI MARITIM (PTRIM)
Dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi dibidang
teknologi rekayasa industri maritim dengan fungsinya adalah :
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi rekayasa
industri kapal niaga;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi
bangunan lepas pantai;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi
infrastruktur galangan dan pelabuhan;
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi rekayasa industri
maritim; dan
e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan
anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim.
Di samping ke empat Pusat tersebut, Deputi Bidang TIRBR juga
mengkoordinasikan 6 Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdiri dari :
1. Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) di Serpong;
2. Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika
(B2TA3) di Serpong;
3. Balai Teknologi Motor dan Propulsi (BT2MP), di Serpong;
4. Balai Teknologi Hidrodinamika (BTH), di Surabaya;
5. Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai
(BTIPDP), di Jogyakarta; dan
6. Balai Teknologi Mesin Perkakas Teknik Produksi dan Otomasi
(BTMEPPO).
Adapun Struktur Organisasi TIRBR sesuai dengan Peraturan Kepala BPPT
Nomor 009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian
LAKIP TIRBR 2016 7
Gambar 1-1 Struktur Organisasi Kedeputian TIRBR.
D. Profil SDM
Kedeputian TIRBR mempunyai sumber daya manusia (SDM) per 31 Desember
2016 secara keseluruhan berjumlah 656 orang dengan komposisi berdasarkan
tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1.1. Untuk tingkat Sumber daya
manusia berdasarkan tingkat pendikikan, TIRBR mempunya SDM dengan
tingkat S0 berjumlah 111 orang, tingkat S1 sejumlah 317 orang, S2 dan S3
LAKIP TIRBR 2016 8
NO UNIT KERJA PENDIDIKAN JUMLAH S3 S2 S1 S0
Tabel 1-1 Distribusi SDM TIRBR berdasarkan Tingkat Pendidikan per Desember 2016.
Dalam mengelola program/kegiatan, Kedeputian TIRBR membina Pejabat
Fungsional (Perekayasa, Peneliti, Teknisi Litkayasa, Analisis Kepegawaian,
Perencana dan fungsional lainnya). Distribusi SDM TIRBR berdasarkan
Jabatan Fungsional dapat dilihat pada Tabel 1.2. Jumlah fungsional umum
yang berada di Kedeputian TIRBR masih cukup tinggi yaitu 132 orang yang
LAKIP TIRBR 2016 9
1.2 Aspek strategis organisasi
Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR)
merupakan salah satu kedeputian di BPPT yang memiliki peran merumuskan
dan melaksanakan kebijakan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa
untuk mendukung program BPPT dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan nasional..
TIRBR menjadi menjadi salah satu ujung tombak penyampai hasil karya
penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang teknologi BPPT ke
dunia industri atau pun kemasyarakat umum yang memiliki kepentingan
terhadap berbagai hasil penelitian, pengembangan dan perekayasaan yang
dihasilkan oleh para peneliti dan perekayasa Indonesia. Kebutuhan akan
teknologi yang dinilai makin hari makin tinggi dan juga dengan adanya tuntutan
kemajuan teknologi yang terkini, menyebabkan keberadaan BPPT menjadi
penting dan sangat diperlukan.
Untuk mendukung peran BPPT dalam merealisasikan berbagai programnya,
Kedeputian TIRBR mempunyai permasalahan utama (strategic issued) yang di
jabarkan sebagai berikut :
1.3 Permasalahan utama (
strategic issued
)
Bidang Teknologi Industri Hankam: Industri pertahanan dan produk peralatan utama sistem persenjataaan (alutsista) merupakan nilai strategis bagi
Indonesia. Penguasaan teknologi pada industri pertahanan dan kemandirian
pengembangan produk alutsista menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh seluruh komponen institusi terkait di bidang hankam, baik institusi riset,
industri, pengguna maupun institusi pemangku kebijakan.
Permasalahan keterbatasan kemampuan penguasaan teknologi, keterbatasan
sumberdaya fasilitas riset, kompetensi SDM serta finansial, hal ini merupakan
potensi bagi TIRBR BPPT dan institusi terkait untuk bekerjasama berkontribusi
dalam memecahkan permasalahan nasional tersebut. Melalui rencana strategis
BPPT diturunkan program kegiatan yang harus dilaksanakan unit kerja terkait
BPPT termasuk PTIPK untuk ikut berkontribusi dalam menunjang program
LAKIP TIRBR 2016 10 nasional. Sesuai Perpres No 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019,
pemerintah berkomitmen memberikan dukungan anggaran pengembangan
terhadap program prioritas industri pertahanan. Disisi lain pemerintah juga
menyediakan anggaran belanja pengadaan alat poeralatan pertahanan dan
keamanan (alpahankankam), pemerintah menyediakan alokasi dana cukup
besar untuk pengadaan produk alpalhankam dalam negeri (PDN) serta alokasi
PDN yang disediakan untuk mendorong percepatan penguasaan teknologi dan
pengembangan produk alutsista prioritas yang dalam kurun waktu 5 tahun
dapat diproduksi di dalam negeri sesuai opreq Kemenhan / TNI- POLRI.
Tantangan yang dialami Sejalan dengan pelaksanaan program kegiatan
nasional pengembangan industri hankam dan produk alutsista nasional, BPPT
secara umum dan PTIPK secara khusus berkewajiban meningkatkan
kemampuan sumber daya fasilitas, riset dan SDM di bidang kompetensi
teknologi hankam disamping menyiapkan anggaran program kegiatan dan
melalui anggaran tahunan BPPT serta bekerjasama dengan institusi badan
litbang Kemhan, TNI, BUMN, Perusahaan swasta, lembaga negara dan
universitas. Melalui sinergi bersama ini diharapkan permasalahan utama
penguasaan teknologi dan kemandirian industri hankam nasional dapat diatasi.
Bidang Teknologi Industri Transportasi: perkembangan wilayah dan peningkatan interaksi antar kota-kota di Jawa dan Sumatera dan Indonesia
pada umumnya sebagai turunan kegiatan ekonomi mengakibatkan makin
tingginya volume lalu lintas pada jalan-jalan primer (provinsi dan nasional).
Tingginya beban jalur Pantura Jawa yang ditandai dengan banyaknya titik-titik
kemacetan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang pada gilirannya akan
memperlemah daya saing produk. Rendahnya tingkat penggunaan jalur rel
untuk angkutan barang merupakan bukti belum optimalnya pemanfaatan
prasarana transportasi. Pemanfaatan jalur rel diperkirakan akan mengurangi
biaya transport (utamanya jarak jauh – Surabaya – Semarang – Cierebon –
Jakarta) dan mengurangi beban jaringan jalan seperti Pantura.
Kereta api merupakan moda transportasi primadona yang akan terus
bertambah menjadi tulang punggung sistem transportasi nasional yang aman,
selamat, nyaman, tepat waktu dan efisien. Namun demikian, permasalahan
LAKIP TIRBR 2016 11 Hasil laporan Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa hampir 66%
kecelakaan kereta api disebabkan oleh peralatan sarana maupun prasarana
yang merupakan produk teknologi. Untuk itu sesuai dengan tupoksi BPPT pada
umumnya dan Kedeputian TIRBR pada khususnya, pengkajian dan penerapan
produk teknologi keselamatan kereta apidilakukan guna mendapatkan layanan
transportasi yang aman dan nyaman.
Bidang Teknologi Industri Permesinan: Berdasarkan data dari Kementrian Perdagangan neraca ekspor-impor barang modal menunjukkan defisit yang
cukup besar. Jumlah impor barang modal dan kendaraan bermotor dalam
jumlah sangat besar merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi industri
permesinan. Upaya merebut pangsa pasar barang modal dan kendaraan
bermotor dengan substitusi impor perlu didukung oleh kesiapan teknologi &
SDM, penyiapan industri manufaktur peralatan barang modal dan alat angkut,
penyiapan rantai pasok industri, penyiapan industri komponen pengganti (spare
parts), penyiapan jasa purna jual serta dukungan jasa keuangan dalam
membiayai seluruh aktifitas industri terkait.
Beberapa produk industri permesinan seperti turbin uap, motor listrik, pompa,
smelter, mesin perkakas CNC, motor bakar (engine), kendaraan angkutan
masih memerlukan dukungan kesiapan desain & engineering produk
tersebut.Beberapa industri DN sudah memiliki kemampuan produksi tetapi
penguasaan teknologi produksi untuk produk dengan kompleksitas dan presisi
tinggi masih perlu ditingkatkan.Untuk itu, program di bidang teknologi
permesinan ditujukan/difokuskan pada inovasi design dan engineering,
peningkatan kemampuan/penguasaan teknologi produksi dan
dukungan/layanan dalam meningkatkan kemampuan industri permesinan
dalam negeri.
Bidang Teknologi Industri Maritim. Untuk mewujudkan Indoneisa sebagai poros maritim dunia, peningkatan kesiapan industri perkapalan dan pelabuhan
perlu dilakukan. Saat ini, Industri perkapalan nasional pada tingkatan global
belum mampu bersaing karena tidak adanya standard dalam pembuatan kapal
baru, kandungan komponen impor yang mencapai 70% dan fasilitas peralatan
LAKIP TIRBR 2016 12 mahal di Indonesia membuat perusahaan pelayaran nasional lebih memilih
untuk memesan kapal baru atau membeli kapal bekas dari luar negeri.
Kebijakan pemerintah telah diupayakan melalui Pemberlakuan Inpres 5 Tahun
2005, yang dikenal dengan pemberlakuan asas cabotage. Regulasi lainnya
adalah PP 69 Th 2015, yang diikuti dengan KepmenKEU no. 93 Th. 2015 yang
di antaranya mengatur perihal tax allowance untuk impor komponen bangunan
kapal. Namun semua kebijakan tersebut belum dapat berjalan secara optimal.
Selanjutnya, Bappenas merencanakan pembangunan sektor kepelabuhanan
sebagai dukungan untuk mempersiapkan pembangunan pelabuhan
internasional yang berkapasitas besar dan modern untuk ekspor berbagai
komoditas dan berfungsi juga sebagai International Seaport-Hub. Perencanaan
lainnya adalah Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan hub minimal 12m,
Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan feeder minimal 7m, Peningkatan
fasilitas dan peralatan pelabuhan utama (hub dan feeder Tol Laut), Revitalisasi
pelabuhan pelayaran rakyat di Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut diatas,
Kedeputian TIRBR memfokuskan program pengkajian teknologi maritimnya
pada Inovasi dan layanan Teknologi Infrastruktur Kepelabuhanan dan Industri
Perkapalan melalui penyediaan desain standard kapal 100 TEU’s serta desain
infrastruktur pelabuhan untuk Mendukung program Poros Maritim.
1.4 Sistematika Penyajian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kedeputian TIRBR
ini terdiri dari 4 bab yang terdiri dari :
Bab 1 Pendahuluan
Berisi latar belakang, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, sumber daya
manusia, dan sistematika penyajian.
Bab 2 Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
Terdiri atas : Peraturan dan kebijakan bidang Iptek nasional, renstra
kedeputian TIRBR tahun 2015 – 2019, Keterkaitan Program dengan RPJMN
2015-2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2015, Penetapan Kinerja
Tahun 2015.
LAKIP TIRBR 2016 13 Terdiri atas : Pengukuran Kinerja, Pengukuran Capaian Sasaran Strategis dan
Indikator Kinerja Utama (IKU), Evaluasi Kinerja, dan Akuntabilitas Keuangan.
Bab 4 Penutup
Bagian penutup dari LAKIP ini menjelaskan kesimpulan dari hasil pengukuran
kinerja kegiatan dan keuangan, evaluasi kerja, dan capaian sasaran strategis
dengan indikator kinerja utama. Di samping itu, berdasarkan hasil pengukuran
dan evaluasi kinerja TIRBR, disampaikan rekomendasi untuk meningkatkan
kinerja pada tahun-tahun yang akan datang dan perlunya dilakukan beberapa
LAKIP TIRBR 2016 14
BAB 2. PERENCANAAN dan PERJANJIAN
KINERJA
2.1 Rencana Strategis
Sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku, pada bulan Maret 2015
BPPT telah menyusun rencana strategis (Renstra) sebagai dokumen
perencanaan lima tahunan untuk periode tahun 2015-2019. Kemudian Renstra
BPPT tahun 2015-2019 ini menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kinerja
Tahunan (RKT), RencanaKerja BPPT (Renja), dan Rencana Kerja dan
Anggaran BPPT (RKA K/L). Pelaksanaan dan Pemantauan terhadap program
dan kegiatan dilakukan melalui indikator kinerja dan targetnya.Terkait dengan
perencanaan kinerja dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP), Renstra BPPT tahun 2015-2019 ini menjadi acuan dalam membuat
Perjanjian Kinerja (PK), dan kemudian Perjanjian Kinerja ini yang akan
dijadikan acuan dalam melakukan pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja.
Sejalan dengan waktu dan perkembangan situasi nasional serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ditindaklanjuti dengan perubahan struktur
organisasi BPPT pada September 2015, sesuai Peraturan Kepala Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun 2015 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi,maka
dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi serta Sasaran Strategis BPPT,
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan(revisi) Renstra BPPT
2015-2019,yang kemudian berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Nomor 012 Tahun 2016 ditetapkan Rencana Strategis
BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 1.
Sesuai perkembangan yang terjadi, dan setelah diadakan penajaman terhadap
Renstra BPPT Revisi 1, dipandang perlu mengadakan penggantian terhadap
Renstra BPPT Tahun 2015-2019 Revisi 1, yang kemudian berdasarkan
Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 017
Tahun 2016 ditetapkan Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 2.
LAKIP TIRBR 2016 15 kedeputiannya sesuai dengan revisi renstra yang telah dilakukan oleh lembaga
melalui penyelarasan renstra I dengan keputusan Deputi TIRBR Nomor 04
Tahun 2016 dan Renstra revisi 2 melalui keputusan Deputi Nomor 06 Tahun
2016.
Dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) TIRBR - BPPT tahun 2016
ini dokumen rencana strategis yang digunakanadalah dokumen Rencana
Strategis TIRBR Tahun 2015-1019 Revisi 2, yang ditetapkan berdasarkan
keputusan Deputi Kepala Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan
Rekayasa
A. Visi dan Misi
Berdasarkan tugas dan fungsi, kondisi umum, potensi dan permasalahan
yang akan dihadapi kedepan, sebagaimana dijelaskan dalam Dokumen
Rencana Strategis BPPT 2015-2019 revisi ke dua, BPPT telah
menetapkan visi dan misi yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan
dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan RPJMN 2015-2019. Dalam hal
Visi, Kedeputian TIRBR mengacu tehadap Visi BPPT yaitu :
“Pusat Unggulan Teknologi Yang Mengutamakan Inovasi Dan Layananteknologi Untuk Meningkatkan Daya Saing Dan Kemandirian Bangsa”.
Misi
TIRBR berupaya untuk mewujudkan visi BPPT dengan melaksanakan
Misi nomor 5 dari 6 Misi yang telah di tetapkan BPPT yaitu:
1. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang
menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang kebijakan
teknologi.
2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang
menghasilkan inovasi dan layanan teknologi dibidang teknologi
pengembangan sumber daya alam.
3. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang
menghasilkan inovasi dan layanan teknologi dibidang teknologi
LAKIP TIRBR 2016 16
4. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang
menghasilkan inovasi dan layanan teknologi dibidang teknologi
informasi, energi, industri kimia,dan material.
5. Melaksanakan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi Yang
Menghasilkan Inovasi Dan Layanan Teknologi Dibidang Teknologi Industry Rancangbangun Dan Rekayasa.
6. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi
birokrasi dalam rangka mewujudkan inovasi dan layanan teknologi.
B. Tujuan
Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi ke 5 BPPT yaitu
melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan
inovasi dan layanan teknologi di bidang industri rancang bangun dan
rekayasa ke dalam program-program yang mendukung pembangunan
nasional dan pembangunan bidang yang akan dilaksanakan, maka di
tetapkan tujuan TIRBR tahun 2015-2019 sebagai berikut:
Meningkatkan Inovasi Dan Layanan Teknologi Dalam Mendukung Peningkatan Daya Saing Dan Kemandirian Bangsa.
C. Kinerja Utama dan Indikator
Tujuan untuk meningkatkan Inovasi dan Layanan teknologi dalam
mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, dapat
dicapai dengan beberapa sasaran yaitu:
Terwujudnya Inovasi untuk mendukung peningkatan Daya Saing dan
kemandirian bangsa
Terwujudnya Layanan Teknologi untuk mendukung peningkatan Daya
Saing dan kemandirian bangsa.
Pencapaian tujuan ini diukur dengan beberapa Indikator yang disebut
sebagai Indikator Kinerja Utama antara lain :
Jumlah Inovasi yang dihasilkan:
1 inovasi produk drone wulung dari unit PTIPK pada tahun 2015
2 inovasi, yaitu:1 inovasi prototipe low cost turning machine CNC dari PTIP dan 1 inovasi produk drone alap-alap dari PTIPK yang
LAKIP TIRBR 2016 17
1 inovasi produk prototip TUBP 4 MW dari unit PTIP pada tahun 2018
2 inovasi berupa 1 produk drone I MALE-x dari PTIPK dan 1 prototip
sistem perlintasan sebidang (sistek keselamatan transportasi kereta
api) dari PTSPT yang dihasilkan pada tahun 2019
Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan:
1 rekomendasi DED FEED pabrik gula dari unit PTIP
1 rekomendasi berupa DED KCR dari PTIPK yang dihasilkan pada tahun 2017
2 rekomendasi yaitu: 1 DED Marina Tanjung Layang dari PTRIM dan
1 prototipe teknologi transportasi berbasis Intelligent Transportation
System (ITS) dari unit PTSPT yang dihasikan pada tahun 2018
3 rekomendasi yaitu: 1 DED kepelabuhan dan dinamika pantai dan 1
desain standar kapal kontainer 100 TEU’s dari PTRIM serta 1
standarisasi desain dan sistem uji jembatan dari unit PTSPT pada
2019
Jumlah Layanan Teknologi:
Layanan teknologi yang dihasilkan berjumlah 20 layanan teknologi
merupakan kontribusi dari 3 Bidang Teknologi yaitu Maritim, Permesinan
dan Transportasi
Indeks Kepuasan Masyarakat:
Indeks Kepuasan Masyarakat diperoleh dari hasil survai kepuasan
pengguna teknologi yang dilayani oleh Balai di Kedeputian TIRBR.
2.2 SASARAN STRATEGIS
Sasaran Strategis TIRBR Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebih detail
dari Tujuan TIRBR dengan indicator dan target yang terukur. Formulasi
keterkaitan antara Tujuan dan Sasaran Strategis BPPT 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
Sasaran Strategis terkait Tujuan TIRBR adalah sebagai berikut:
SasaranStrategis 1: Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.
Indikator Kinerja Sasaran Strategis 1 adalah:
LAKIP TIRBR 2016 18
ii. Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan.
SasaranStrategis 2: Terwujudnya layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.
Indikator Kinerja Sasaran Strategis 2 adalah:
i. Jumlah LayananTeknologi,
ii. Indeks Kepuasan Masyarakat.
Secara lebih rinci sasaran dan indicator kinerja tersebut dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2-1 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja TIRBR
2.3 Penetapan Kinerja Tahun 2016
Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan
untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang
dimiliki oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Perjanjian Kinerja selain
digunakan sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat
top-down juga dijadikan sebagai alat untuk mengkaitkan pengukuran kinerja
dengan strategi organisasi.
Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa telah
LAKIP TIRBR 2016 19 tercantum dalam Dokumen Perjanjian KinerjaTahun 2016, Revisi 2, sebagai
berikut.
LAKIP TIRBR 2016 20
BAB 3. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Strategis
Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
program ditetapkan dalam mewujudkan tujuan dan visi instansi pemerintah.
Proses ini berupa penilaian pencapaian setiap target kinerja guna memberikan
gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan TIRBR-BPPT dalam
pencapaian tujuan.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu kegiatan manajemen kinerja
khususnya membandingkan kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau
target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan (Pasal 1
butir 2, Permen PAN No. 09 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah).
Indikator Kinerja Sasaran Strategis BPPT diturunkan menjadi Sasaran Program
TIRBR yang terdiri dua sasaran yaitu:
1. Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa
untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dengan
indikator kinerja yaitu Jumlah inovasi di bidang TIRBR yang dihasilkan
berupa Inovasi produk drone Wulung dan Jumlah rekomendasi di bidang
TIRBR yang di manfaatkan yaitu DED FEED pabrik gula.
2. Terwujudnya layanan teknologi di bidang Industri Rancang Bangun dan
Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian
bangsa dengan indicator kinerja jumlah layanan teknologi di bidang
infrastruktur maritime, transportasi dan permesinan.
Rekapitulasi Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Strategis dan Indikator
LAKIP TIRBR 2016 21 Tabel 3-1 REKAPITULASI PENGUKURAN KINERJA TIRBR
Kedeputian : Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa
Tahun Anggaran : 2016
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan Realisasi %
1 2 3 4 5 6
1 Jumlah Inovasi yang Dihasilkan :
Inovasi Produk Drone Wulung 1 Inovasi 1 100
2 Jumlah Rekomendasi yang Dimanfaatkan:
DED FEED Pabrik Gula 1 Rekomendasi 1 100
Layanan Teknologi Infrastruktur Maritim
Layanan Teknologi Infrastruktur Transportasi
Layanan teknologi Permesinan
4 2 1 1
Layanan 4 100
LAKIP TIRBR 2016 22
A. Pengukuran Capaian KinerjaSasaran Program 1
Pengukuran Capaian Sasaran Program 1 (SP 1) yaitu Terwujudnya
inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk
mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, dengan 2
(dua) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut :
1. Jumlah Inovasi di bidang TIRBR yang Dihasilkan, dengan target 1
Inovasi, yaitu Inovasi produk drone wulung.
2. Jumlah Rekomendasi di bidang TIRBR yang Dimanfaatkan dengan
target 1 rekomendasi yaitu DED FEED pabrik gula.
Penjelasan Capaian masing-masing Indikator Kinerja adalah sebagai
berikut:
B.1. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 1 Yaitu Inovasi Produk Drone Wulung.
Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 2,
Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan
perekayasaan, yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses
produksi baru yang komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas. Adapun
untuk inovasi yang dihasilkan adalah produk drone wulung yang telah di
produksi oleh industri pertahanan dan keamanan yang telah tersertifikasi
olehIndonesian Military AirworthinessAuthority (IMAA) dan diserahkan
kepada TNI. Secara ringkas, capaian kinerjaindikator kinerja 1 yaitu jumlah
inovasi yang dihasilkan, dengan target 1 Inovasidapat dilihat pada tabel
LAKIP TIRBR 2016 23 Sasaran Program 1:
Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan
Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan
kemandirian bangsa
Indikator Kinerja 1 :
Jumlah Inovasi bidang TIRBR yang dihasilkan.
Target : 1 (satu) Inovasi
Penjelasan Target Indikator Kinerja 1 :
Inovasi yang dihasilkan adalah Produk Drone Wulung.
Program Capaian Kinerja
Tabel 3-2 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1
Penjelasan Capaian Indikator Kinerja:
a. Inovasi Produk Drone Wulung
a.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang
dicapai.
Pengembangan 3 (tiga) unit Puna Wulung yang didesain BPPT
dan diproduksi oleh PT.DI sudah memasuki babak akhir dimana
LAKIP TIRBR 2016 24
Airworthiness Authority (IMAA) dan diserahkan ke Kementerian
Pertahanan.
BPPT berupaya terus mengembangkan teknologi Puna Wulung
agar dapat mencapai kinerja sesuai dengan Operational
Requirement (OpsReq) TNI yang menetapkan endurance atau
daya tahan terbang selama 6 jam. Peningkatan kinerja Wulung
dilakukan dengan repoweringcaramengganti engine dengan
kapasitas yang lebih besar sehingga payload meningkat dan
dapat membawa bahan bakar cukup untuk dapat terbang
selama 6 jam. Selalin itu peningkatan reliabilitydilakukan dengan
penambahan secondary fuel tank dan pompa bbm sehingga
mesin tidak mudah mati saat operasi terbang. Penambahan flap
agar lebih stabil dan aman saat landing, modifikasi nose landing
gear agar lebih tahan terhadap dampak hard landing serta
penggunaan alternator sebagai suplai daya onboard system
sehingga dapat terbang lebih lama dengan membawa baterai
yang minimal.
a.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir.
Pada Tahun 2015 perbaikan pada Pesawat Udara Nir Awak
(PUNA) Wulung adalah penambahan flap yang telah membuat
Puna Wulung dapat takeoff dengan jarak yang lebih pendek dan
dapat mengurangi stall speed nya. Untuk Tahun 2016, PUNA
Wulung berhasil mengalami beberapa perbaikan kinerjanya. Hal
yang sudah di lakukan untuk perbaikan tersebut antara lain
penambahan alternator yang memungkinkan Wulung dapat
terbang lebih lama dengan batere yang minimal. Selanjutnya
perbaikan pada servo mechanism yang di sesuaikan untuk
spesifikasi militer dengan reliability yang lebih baik. Selanjutnya
pada Tahun 2016 juga telah di lakukan repowering engine
dengan kapasitas yang lebih besar sehingga memungkinkan
LAKIP TIRBR 2016 25 dan membawa bahan bakar bakar lebih banyak untuk
menempuh waktu terbang yang lebih lama. Pada Tahun 2016,
Puna Wulung telah berhasil untuk memperoleh sertifikat dari
Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) untuk
sertifikasi militer.
a.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis.
Target jangka menengah dari program PUNA Wulung adalah
dapat dimanfaatkannya produk ini oleh TNI pada Tahun 2016.
Pada Tahun 2016 realisasi yang telah di capai oleh Wulung
adalah tersertifikasi untuk spesifikasi militer oleh Indonesian
Military Airworthiness Authority, Repowering engine dan
penggunaan alternator sehingga dapat meningkatkan
kemampuan terbang lebih dari 6 jam tanpa harus menambah
jumlah baterai.
a.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar
nasional
Realisasi kinerja PUNA Wulung di bandingkan dengan standar
nasional di tunjukkan pada Tabel 3.3.
Standard nasional/ opsreq
TNI AU Realisasi saat ini
Durasi terbang 6 jam keatas
Belum bisa mencapai, masih
perlu beberapa modifikasi dan
uji terbang
Menggunakan alternator Memenuhi
Standar militer Memenuhi
LAKIP TIRBR 2016 26
a.5 Analisis penyebab keberhasilanatau peningkatankinerja
Tetap melakukan inovasi dan perbaikan teknis secara
berkelanjutan dalam rangka memenuhi spesifikasi sesuai
keinginan user (user requirement).
Konsisten dalam melaksanakan kegiatan inovasi.
a.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya
Membentuk satuan STKK yang khusus menangani kegiatan
inovasi short/medium range drone.
a.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan
Perlu di tambah anggaran untuk menyelesaikan inovasi khusus untuk pemenuhan performance puna wulung agar
memenuhi opsreq user dan PT DI dapat memproduksi dan
menjual puna Wulung yang memenuhi opsreq user TNI AU.
Perlu fokus dalam menyelesaikan permasalahan
peningkatan performance puna Wulung.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian
kinerja TIRBR untuk Indikator Kinerja Jumlah Inovasi yang Dihasilkan,
dengan target 1 Inovasi adalah sebagai berikut:
A.1. 1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini :
LAKIP TIRBR 2016 27 Tabel 3-4 Perbandingan antara target PUNA Wulung dengan realisasi
kinerja IK 1
Gambar 3-1 Kegiatan Uji terbang PUNA Wulung Tahun 2016
A.1. 2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir.
Dalam dokumen perencanaan strategis TIRBR tahun 2015-2019,
Revisi 2, pada tahun 2015 tidak terdapat target pada indikator kinerja Indikator
Kinerja Target Realisasi % Program Mitra
Jumlah
Inovasi yang
Dihasilkan
1
Inovasi 1 Inovasi 100
PPT Bidang
Teknologi
Pertahanan
dan
Keamanan
Kementerian
LAKIP TIRBR 2016 28 Jumlah inovasi yang dihasilkan, oleh karena itu tidak dapat dilakukan
perbandingan antara realisasi kinerja indikator kinerja tahun ini (2016)
dengan capaian kinerja tahun sebelumnya (2015).
Uraian mengenai perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian
kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir untuk
masing-masing kegiatan dapat dilihat dalam uraian sebelumnya pada
penjelasan capaian masing-masing indikator kinerja.
A.1. 3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis.
Sesuai dokumen perencanaan strategis, jumlah inovasi yang akan
dihasilkan sampai dengan tahun 2019 berjumlah 6 inovasi dengan
level outcome, yang merupakan kontribusi dari bidang Hankam,
Permesinan dan Transportasi di TIRBR yaitu :
1 inovasi produk drone wulung pada tahun 2015
2 inovasi, yaitu:1 inovasi prototipe low cost turning machine CNC dari PTIP dan 1 inovasi produk drone alap-alap yang dihasilkan
pada tahun 2017
1 inovasi produk prototip TUBP 4 MW pada tahun 2018
2 inovasi yang di rencanakan untuk di hasilkan pada Tahun 2019 yaitu berupa 1 produk drone I MALE-x dan 1 prototip sistem
perlintasan sebidang (sistem keselamatan transportasi kereta api).
Berdasarkan realisasi kinerja yang telah dicapai pada tahun 2016,
dapat diketahui bahwa realisasi kinerja TIRBR mengenai jumlah
inovasi yang dihasilkan sampai dengan tahun 2016 sesuai dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan
strategis TIRBR BPPT tahun 2015-2019, Revisi 2 yaitu menghasilkan
LAKIP TIRBR 2016 29 A.1. 4. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Uraian mengenai realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
untuk masing-masing kegiatan dapat dilihat dalam uraian sebelumnya
penjelasan capaian masing-masing indikator kinerja.
A.1. 5. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja
Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja :
Komitmen dan dukungan dari Pimpinan BPPT terhadap
pelaksanaan program/kegiatan TIRBR, khususnya terhadap
pelaksanaan program/kegiatan yang menghasilkan inovasi.
Komitmen dan dukungan Pimpinan dan Manajemen Unit Kerja
TIRBR yang terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan TIRBR,
khususnya terhadap pelaksanaan program/kegiatan yang yang
menghasilkan inovasi.
Komitmen, dukungan dan partisipasi seluruh jajaran Unit Kerja untuk peningkatan kinerja TIRBR.
TIRBR memiliki SDM yang kompeten untuk keberhasilan
pelaksanaan program/kegiatan TIRBR.
TIRBR memiliki sarana dan prasarana yang mendukung untuk
pelaksanaan program/kegiatan .
Adanya dukungan dari mitra pengguna hasil inovasi TIRBR.
A.1. 6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya
Uraian mengenai analisis atas efisiensi untuk masing-masing kegiatan
dapat dilihat dalam uraian sebelumnya pada penjelasan capaian
indikator kinerja.
A.1. 7. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan
Uraian mengenai realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
untuk masing-masing kegiatan dapat dilihat dalam uraian sebelumnya
LAKIP TIRBR 2016 30 B.2. Pengukuran capaian Indikator kinerja 2 yaitu 1 (satu) Rekomendasi di
bidang TIRBR yang dimanfaatkan yaitu DED FEED pabrik gula.
Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 2,
Rekomendasi adalah layanan teknologi berupa masukan dan atau
penyampaian pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak
yang membutuhkan atau yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT.
Pada Tahun 2016, Rekomendasi TIRBR adalah DED FEED pabrik gula
yang telah di manfaatkan untuk pembangunan pabrik gula glenmore yang
pada athun 2016 telah menyelesaikan proses commissioning seluruh
sistemnya.
Secara ringkas, capaian kinerja indikator kinerja 1 yaitu jumlah inovasi
yang dihasilkan, dengan target 1 Inovasi dapat dilihat pada tabel 3.5
Sasaran Program 1:
Terwujudnya inovasi di bidang Industry Rancang Bangun dan Rekayasa
untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
Indikator Kinerja 1 :
Jumlah rekomendasi di bidang TIRBR yang dimanfaatkan.
Target :
1 (satu) Rekomendasi
Penjelasan Target Indikator Kinerja 1 : DED FEED pabrik gula
DED FEED pabrik gula MoU dan PKS BPPT
dan PTPN XII
LAKIP TIRBR 2016 31 Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :
b. DED FEED pabrik gula
b.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang
dicapai
Kegiatan yang dilakukan pada Tahun Anggaran 2016 ini adalah
melakukan kajian Review Front End Engineering Design (FEED)
Pabrik Gula Terpadu kapasitas 6000 TCD berupa perhitungan
dan gambar teknis untuk dijadikan sebagai standar desain
pabrik gula nasional. Kegiatan ini dibagi menjadi 4 (empat)
bidang pekerjaan yaitu desain proses, desain peralatan mekanik,
desain peralatan elektrik dan desain penukar kalor.
(1) Desain Proses
Teknologi Pabrik Gula desain BPPT dengan kapasitas giling
6000 TCD dan dapat ditingkatkan kapasitasnya menjadi 8000
TCD ini merupakan desain pabrik gula terpadu dengan teknologi
proses double remelt karbonatasi semi otomasi di mana untuk
produk utama pengolahan pabrik gula berbahan baku tebu
dibagi kedalam 5 uraian stasiun proses utama yaitu stasiun
gilingan stasiun pemurnian dan penguapan, stasiun masakan,
stasiun karbonatasi dan stasiun rafinasi, sedangkan stasiun
penunjang terdiri dari stasium utility pengolahan air untuk
kebutuhan pabrik dan air kebutuhan operasional, stasiun cogen
yang dapat menghasilkan listrik untuk memenuhi kebutuhan
internal dan listrik untuk di pasok ke PLN, unit pakan ternak, unit
pupuk dan pabrik bioethanol dengan bahan baku molasses
yang dihasilkan dari pabrik gula, skema proses pabrik terpadu
LAKIP TIRBR 2016 32 Gambar 3-2 Skema Pabrik Gula Terpadu kapasitas 6000-8000
TCD
(2) Desain peralatan mekanik
Ruang lingkup desain peralatan mekanik meliputi peralatan
utama pada pabrik gula kapasitas 6000 TCD yaitu Stasiun
Penerimaan dan Persiapan Tebu (Cane Unloading and
Preparation Station), Stasiun Gilingan (Mill Station), Stasiun
Pemunian (Clarification Station), Stasiun Penguapan
(Evaporation Station), Stasiun Masakan Raw Sugar (Raw
Sugar Boiling Station), Stasiun Putaran Raw Sugar (Raw Sugar
Curing Station), Stasiun Remelt Karbonatasi (Remelt
Carbonatation Station), Stasiun Masakan Rafinasi (Refinery
Boiling Station) dan Stasiun Masakan Rafinasi dan Pengepakan
(Refinery Curing and Packing Station).
Desain peralatan mekanik Pabrik gula dirancang untuk jenis
proses “Defekasi Remelt Carbonatasi” yang memproduksi gula
semi rafinasi. Desainnya di rancang sedemikian rupa sehingga
kapasitasnya dapat mencapai 8000 TCD. Gambar 3.2
menunjukkan desain Truck Tippler yang digunakan untuk
membongkar atau menurunkan tebu dari truk ke side carrier.
LAKIP TIRBR 2016 33 posisi saling membelakangi dan mengarah pada side carrier.
Desain ini dibuat untuk memudahkan untuk mensupplai tebu ke
dalam side carrier.
Gambar 3-3 Truck Tipler
Gambar 3.3 menunjukkan bagian dari desain mekanik yaitu
desain pelatan cane unloading Sampler Equipment untuk
mengambil sample tebu langsung dari truk yang selanjutnya
dianalisa secara cepat menggunakan system analisa NIR (Near
Infra Red). Hasil analisa secara cepat itu sesuai dengan standar
rendemen tebu yang memenuhi persyaratan maka tebu
tersebut langsung masuk ke side carrier. Tapi bilamana tebu
tidak memenuhi standar rendemen maka tebu tersebut harus
keluar dari area pabrik. Desain ini dibuat untuk menghindari
kerugian tebu yang masuk. Desain ini dibuat mempermudah
giliran suplai tebu ke side carrier dan menjaga kualitas tebu
tetap baik, mempercepat proses suplai tebu dan menghindari
LAKIP TIRBR 2016 34 Gambar 3-4 Peralatan pada Penerimaan (Cane Unloading)
(3) Desain peralatan elektrik
Kegiatan utamanya adalah inventarisasi peralatan listrik pabrik
gula, desain kebutuhan listrik untuk berbagai simulasi beban
pada setiap stasiun penggilingan, pengujian rendemen,
pembongkaran, pemindahan dan persiapan tebu. Pada kegiatan
ini juga perhitungan beban untuk scenario beban terpasang,
continue, intermitten dan standby. Desain peralatan listrik juga
mengakomodasi peningkatan fasilitas giling sampai 8000 TCD.
(4) Desain penukar kalor
Desain Juice Heater pada pabrik gula merupakan kegiatan
utama pada desain penukar kalor pabrik gula. Juice heater di
deskripsikan sebagai alat penukar kalor yang memproses
pemanasan sejumlah 376691 kg/jam juice tebu sehingga
temperaturnya naik dari 30 C menjadi 75 C. Sedangkan sumber
LAKIP TIRBR 2016 35 datanya merupakan gabungan laju alir dan temperatur tertinggi
fluida pemanas masuk dan temperatur terendah fluida keluar
alat penukar kalor. Pemanas di desain untuk dioperasikan
secara serial dan kemudian dibuat perhitungan awal untuk
menentukan kondisi operasi setiap pemanas agar dapat dibuat
desain dari masing-masing pemanas. Selain juice heater sistem
evaporator juga merupakan hasil dari kegiatan DED ini.
b.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir
Industri pabrik gula dapat di tingkatkan keberlanjutannya apabila
di dukung oleh industri komponen yang secara continue dapat
menjamin sistem peralatan pabrik gula beroperasi optimum.
TIRBR BPPT telah melakukan kajian terkait tingkat kandungan
komponen dalam negeri untuk industri pabrik gula berkapasitas
6000 TCD pada Tahun 2015. Hasil dari kajian tersebut telah di
peroleh mapping dari kemampuan industri local untuk
mendukung industry pabrik gula nasional. Pada Tahun 2016,
Hasil FEED Pabrik gula 6000-8000 TCD telah di manfaatkan
pada pembangunan pabrik gula terpadu PG. Glenmore milik
PTPN XII.
b.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis
Berdasarkan Indikator Kinerja Sasaran Program pada renstra
TIRBR 2015-2019 target untuk DED FEED pabrik gula adalah
rekomendasi yang di manfaatkan oleh industri pada tahun 2016.
Dengan di manfaatkannya DED FEED oleh Pabrik gula
Glenmore berarti sesuai dengan target dan capaian seperti yang
dinyatakan dalam Renstra TIRBR revisi 2. Adapun target dan
LAKIP TIRBR 2016 36
b.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar
nasional
Standar DED FEED untuk pabrik gula belum dimiliki Indonesia
sampai dengan saat ini. Desain DED FEED TIRBR BPPT yang
telah di manfaatkan dan telah terbukti dengan suksesnya
commissioning pabrik gula glenmore merupakan dasar bahwa
DED FEED ini telah proven. Sehingga sangat layak untuk di
jadikan standar pembangunan 14 pabrik gula berikutnya yang di
canangkan oleh Pemerintah Indonesia.
b.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja
Kegiatan ini dapat berhasil karena beberapa hal antara lain:
Dukungan komitment BPPT dalam pencanangan program
dan pembiayaan serta kompetensi SDM di lingkungan
TIRBR.
Sistem matrik kerja di lingkungan TIRBR yang melakukan pekerjaan sesuai dengan Tupoksi unit kerja sehingga
pekerjaan lebih focus dan konsisten pada kompetensinya
dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi capaian
kegiatan sesuai dengan sasaran program yang di tetapkan.
Adanya kerjasama dan sinergi dengan industri mitra.
b.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya
Untuk kegiatan ini alokasi SDM sebanyak 45 orang telah di
lakukan dengan berbagai kompetensi untuk di sinergikan dan di
fokuskan pada kegiatan ini. SDM ini di tunjang dengan SDF
yang tepat untuk kegiatan DED FEED seperti Software
Enginnering CATIA, Smartplan 3D, ETAP, HTRI, PV Elite,
Ansys sehingga kombinasi SDM dan SDF ini dapat
LAKIP TIRBR 2016 37
b.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan
Kerjasama dengan PTPN XII yang dapat terlaksana dengan
baik telah memberikan akses data lapangan adalah salah satu
faktor utama dalam penunjang keberhasilan program ini.
Dengan adanya akses langsung terhadap data lapangan maka
pembangunan pabrik gula Glenmore menjadi sekolah untuk
para engineer BPPT untuk mengevaluasi langsung proses
pembangunan pabrik gula. Sehingga DED FEED yang
dihasilkan dapat di review dan di perbaiki langsung dengan hasil
temuan di lapangan. Selain hal tersebut, kebijakan internal
sistem matrik kinerja antar unit internal di BPPT yaitu PTIP,
B2TMP, BTMEPPO dan PTSEIK juga merupakan penunjang
keberhasilan program ini karena fokus pada target, kompetensi
dan efisiensi waktu pengerjaan dapat di hasilkan dengan sistem
matrik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian
kinerja TIRBR untuk Indikator Kinerja Jumlah Rekomendasi yang di
manfaatkan, dengan target 1 (satu) Rekomendasi adalah sebagai
berikut:
A.2. 1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini :
LAKIP TIRBR 2016 38
Tabel 3-6 Perbandingan antara target DED FEED Pabrik Gula dengan realisasi kinerja IK 1
A.2. 2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir.
Dalam dokumen perencanaan strategis BPPT tahun 2015-2019,
Revisi 2, pada tahun 2015 tidak terdapat target pada indikator kinerja
Jumlah inovasi yang dihasilkan, oleh karena itu tidak dapat dilakukan
perbandingan antara realisasi kinerja indikator kinerja tahun ini (2016)
dengan capaian kinerja tahun sebelumnya (2015).
Uraian mengenai perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian
kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir untuk
masing-masing kegiatan dapat dilihat dalam uraian sebelumnya pada
penjelasan capaian masing-masing indikator kinerja.
A.2. 3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis.
Sesuai dokumen perencanaan strategis, jumlah rekomendasi yang di
manfaatkan sampai dengan tahun 2019 berjumlah 7 rekomendasi,
yang merupakan kontribusi dari 4 bidang teknologi yaitu Pertahanan
dan keamanan, Permesinan, Transportasi dan Maritim.
Berdasarkan realisasi kinerja yang telah dicapai pada tahun 2016,
dapat diketahui bahwa realisasi kinerja TIRBR-BPPT sampai dengan
LAKIP TIRBR 2016 39 dalam dokumen perencanaan strategis TIRBR tahun 2015-2019,
Revisi 2.
A.2. 4. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
Uraian mengenai realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
untuk masing-masing kegiatan dapat dilihat dalam uraian sebelumnya
penjelasan capaian masing-masing indikator kinerja.
A.2. 5. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatankinerja
Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja :
Komitmen dan dukungan dari Pimpinan BPPT terhadap
pelaksanaan program/kegiatan TIRBR BPPT, khususnya
terhadap pelaksanaan program/kegiatan yang menghasilkan
inovasi.
Komitmen dan dukungan Pimpinan dan Manajemen Unit Kerja
TIRBR yang terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan
TIRBR, khususnya terhadap pelaksanaan program/kegiatan yang
yang menghasilkan inovasi.
Komitmen, dukungan dan partisipasi seluruh jajaran Unit Kerja untuk peningkatan kinerja TIRBR.
TIRBR memiliki SDM yang kompeten untuk keberhasilan
pelaksanaan program/kegiatan BPPT.
TIRBR memiliki sarana dan prasarana yang mendukung untuk
pelaksanaan program/kegiatan BPPT.
Adanya dukungan dari mitra pengguna hasil inovasi TIRBR.
A.2. 6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya
Uraian mengenai analisis atas efisiensi untuk masing-masing kegiatan
dapat dilihat dalam uraian sebelumnya pada penjelasan capaian
LAKIP TIRBR 2016 40 A.2. 7. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan
Uraian mengenai realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
untuk masing-masing kegiatan dapat dilihat dalam uraian sebelumnya