• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekomendasi

Dalam dokumen LAKIP TIRBR BPPT 2016 LAKIP TIRBR 2016 (Halaman 26-125)

BAB 4. PENUTUP

2. Rekomendasi

1 prototipe teknologi transportasi berbasis Intelligent Transportation

System (ITS) dari unit PTSPT yang dihasikan pada tahun 2018

 3 rekomendasi yaitu: 1 DED kepelabuhan dan dinamika pantai dan 1

desain standar kapal kontainer 100 TEU’s dari PTRIM serta 1

standarisasi desain dan sistem uji jembatan dari unit PTSPT pada 2019

Jumlah Layanan Teknologi:

Layanan teknologi yang dihasilkan berjumlah 20 layanan teknologi merupakan kontribusi dari 3 Bidang Teknologi yaitu Maritim, Permesinan dan Transportasi

Indeks Kepuasan Masyarakat:

Indeks Kepuasan Masyarakat diperoleh dari hasil survai kepuasan pengguna teknologi yang dilayani oleh Balai di Kedeputian TIRBR.

2.2 SASARAN STRATEGIS

Sasaran Strategis TIRBR Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebih detail dari Tujuan TIRBR dengan indicator dan target yang terukur. Formulasi keterkaitan antara Tujuan dan Sasaran Strategis BPPT 2015-2019 adalah sebagai berikut:

Sasaran Strategis terkait Tujuan TIRBR adalah sebagai berikut:

SasaranStrategis 1: Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

Indikator Kinerja Sasaran Strategis 1 adalah: i. Jumlah Inovasi yang dihasilkan,

LAKIP TIRBR 2016 18

ii. Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan.

SasaranStrategis 2: Terwujudnya layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

Indikator Kinerja Sasaran Strategis 2 adalah:

i. Jumlah LayananTeknologi,

ii. Indeks Kepuasan Masyarakat.

Secara lebih rinci sasaran dan indicator kinerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2-1 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja TIRBR

2.3 Penetapan Kinerja Tahun 2016

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Perjanjian Kinerja selain digunakan sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat

top-down juga dijadikan sebagai alat untuk mengkaitkan pengukuran kinerja

dengan strategi organisasi.

Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa telah menetapkan Perjanjian Kinerja tingkat Lembaga tahun 2016 sebagaimana

LAKIP TIRBR 2016 19 tercantum dalam Dokumen Perjanjian KinerjaTahun 2016, Revisi 2, sebagai berikut.

LAKIP TIRBR 2016 20

BAB 3. AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Strategis

Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program ditetapkan dalam mewujudkan tujuan dan visi instansi pemerintah. Proses ini berupa penilaian pencapaian setiap target kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan TIRBR-BPPT dalam pencapaian tujuan.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu kegiatan manajemen kinerja khususnya membandingkan kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan (Pasal 1 butir 2, Permen PAN No. 09 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah).

Indikator Kinerja Sasaran Strategis BPPT diturunkan menjadi Sasaran Program TIRBR yang terdiri dua sasaran yaitu:

1. Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dengan indikator kinerja yaitu Jumlah inovasi di bidang TIRBR yang dihasilkan berupa Inovasi produk drone Wulung dan Jumlah rekomendasi di bidang TIRBR yang di manfaatkan yaitu DED FEED pabrik gula.

2. Terwujudnya layanan teknologi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dengan indicator kinerja jumlah layanan teknologi di bidang infrastruktur maritime, transportasi dan permesinan.

Rekapitulasi Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja TIRBR Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

LAKIP TIRBR 2016 21 Tabel 3-1 REKAPITULASI PENGUKURAN KINERJA TIRBR

Kedeputian : Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa Tahun Anggaran : 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan Realisasi %

1 2 3 4 5 6

1

Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian

bangsa

1 Jumlah Inovasi yang Dihasilkan :

 Inovasi Produk Drone Wulung 1 Inovasi 1 100

2 Jumlah Rekomendasi yang Dimanfaatkan:

 DED FEED Pabrik Gula 1 Rekomendasi 1 100

2

Terwujudnya layanan teknologi untuk mendukung

peningkatan daya saing dan kemandirian

bangsa

3

Jumlah Layanan Teknologi :

 Layanan Teknologi Infrastruktur Maritim

 Layanan Teknologi Infrastruktur Transportasi

 Layanan teknologi Permesinan

4 2 1 1

Layanan 4 100

LAKIP TIRBR 2016 22

A. Pengukuran Capaian KinerjaSasaran Program 1

Pengukuran Capaian Sasaran Program 1 (SP 1) yaitu Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, dengan 2 (dua) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut :

1. Jumlah Inovasi di bidang TIRBR yang Dihasilkan, dengan target 1 Inovasi, yaitu Inovasi produk drone wulung.

2. Jumlah Rekomendasi di bidang TIRBR yang Dimanfaatkan dengan target 1 rekomendasi yaitu DED FEED pabrik gula.

Penjelasan Capaian masing-masing Indikator Kinerja adalah sebagai berikut:

B.1. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 1 Yaitu Inovasi Produk Drone Wulung.

Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 2, Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan, yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses produksi baru yang komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas. Adapun untuk inovasi yang dihasilkan adalah produk drone wulung yang telah di produksi oleh industri pertahanan dan keamanan yang telah tersertifikasi olehIndonesian Military AirworthinessAuthority (IMAA) dan diserahkan kepada TNI. Secara ringkas, capaian kinerjaindikator kinerja 1 yaitu jumlah inovasi yang dihasilkan, dengan target 1 Inovasidapat dilihat pada tabel 3.2.

LAKIP TIRBR 2016 23 Sasaran Program 1:

Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan

kemandirian bangsa Indikator Kinerja 1 :

Jumlah Inovasi bidang TIRBR yang dihasilkan. Target :

1 (satu) Inovasi

Penjelasan Target Indikator Kinerja 1 :

Inovasi yang dihasilkan adalah Produk Drone Wulung.

Program Capaian Kinerja

Outcome Bukti Pendukung PPT Bidang Teknologi Pertahanan dan Keamanan

Inovasi Produk Drone Wulung Sertifikat tipe PTTA Wulung dari Indonesian Military Airworthinnes Authority (IMAA) Tahun 2016 Tabel 3-2 Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1

Penjelasan Capaian Indikator Kinerja: a. Inovasi Produk Drone Wulung

a.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai.

Pengembangan 3 (tiga) unit Puna Wulung yang didesain BPPT dan diproduksi oleh PT.DI sudah memasuki babak akhir dimana sertifikasi telah berhasil diperoleh dari Indonesian Military

LAKIP TIRBR 2016 24

Airworthiness Authority (IMAA) dan diserahkan ke Kementerian

Pertahanan.

BPPT berupaya terus mengembangkan teknologi Puna Wulung agar dapat mencapai kinerja sesuai dengan Operational Requirement (OpsReq) TNI yang menetapkan endurance atau daya tahan terbang selama 6 jam. Peningkatan kinerja Wulung

dilakukan dengan repoweringcaramengganti engine dengan

kapasitas yang lebih besar sehingga payload meningkat dan dapat membawa bahan bakar cukup untuk dapat terbang selama 6 jam. Selalin itu peningkatan reliabilitydilakukan dengan

penambahan secondary fuel tank dan pompa bbm sehingga

mesin tidak mudah mati saat operasi terbang. Penambahan flap agar lebih stabil dan aman saat landing, modifikasi nose landing gear agar lebih tahan terhadap dampak hard landing serta penggunaan alternator sebagai suplai daya onboard system sehingga dapat terbang lebih lama dengan membawa baterai yang minimal.

a.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir.

Pada Tahun 2015 perbaikan pada Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Wulung adalah penambahan flap yang telah membuat Puna Wulung dapat takeoff dengan jarak yang lebih pendek dan dapat mengurangi stall speed nya. Untuk Tahun 2016, PUNA Wulung berhasil mengalami beberapa perbaikan kinerjanya. Hal yang sudah di lakukan untuk perbaikan tersebut antara lain penambahan alternator yang memungkinkan Wulung dapat terbang lebih lama dengan batere yang minimal. Selanjutnya perbaikan pada servo mechanism yang di sesuaikan untuk spesifikasi militer dengan reliability yang lebih baik. Selanjutnya pada Tahun 2016 juga telah di lakukan repowering engine

dengan kapasitas yang lebih besar sehingga memungkinkan

LAKIP TIRBR 2016 25 dan membawa bahan bakar bakar lebih banyak untuk menempuh waktu terbang yang lebih lama. Pada Tahun 2016, Puna Wulung telah berhasil untuk memperoleh sertifikat dari

Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) untuk

sertifikasi militer.

a.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan

target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis.

Target jangka menengah dari program PUNA Wulung adalah dapat dimanfaatkannya produk ini oleh TNI pada Tahun 2016. Pada Tahun 2016 realisasi yang telah di capai oleh Wulung adalah tersertifikasi untuk spesifikasi militer oleh Indonesian Military Airworthiness Authority, Repowering engine dan

penggunaan alternator sehingga dapat meningkatkan

kemampuan terbang lebih dari 6 jam tanpa harus menambah jumlah baterai.

a.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar

nasional

Realisasi kinerja PUNA Wulung di bandingkan dengan standar nasional di tunjukkan pada Tabel 3.3.

Standard nasional/ opsreq

TNI AU Realisasi saat ini

Durasi terbang 6 jam keatas

Belum bisa mencapai, masih perlu beberapa modifikasi dan

uji terbang

Menggunakan alternator Memenuhi

Standar militer Memenuhi

Tabel 3-3 Perbandingan kinerja PUNA Wulung dengan standar nasional.

LAKIP TIRBR 2016 26

a.5 Analisis penyebab keberhasilanatau peningkatankinerja

 Tetap melakukan inovasi dan perbaikan teknis secara

berkelanjutan dalam rangka memenuhi spesifikasi sesuai keinginan user (user requirement).

 Konsisten dalam melaksanakan kegiatan inovasi.

a.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

 Membentuk satuan STKK yang khusus menangani kegiatan

inovasi short/medium range drone.

a.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

 Perlu di tambah anggaran untuk menyelesaikan inovasi khusus untuk pemenuhan performance puna wulung agar memenuhi opsreq user dan PT DI dapat memproduksi dan menjual puna Wulung yang memenuhi opsreq user TNI AU.

 Perlu fokus dalam menyelesaikan permasalahan

peningkatan performance puna Wulung.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja TIRBR untuk Indikator Kinerja Jumlah Inovasi yang Dihasilkan, dengan target 1 Inovasi adalah sebagai berikut:

A.1. 1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini :

Prosentase Capaian Kinerja = Realisasi x 100% Target = 1 Inovasi x 100% = 100% 1 Inovasi

LAKIP TIRBR 2016 27 Tabel 3-4 Perbandingan antara target PUNA Wulung dengan realisasi

kinerja IK 1

Gambar 3-1 Kegiatan Uji terbang PUNA Wulung Tahun 2016

A.1. 2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir.

Dalam dokumen perencanaan strategis TIRBR tahun 2015-2019, Revisi 2, pada tahun 2015 tidak terdapat target pada indikator kinerja Indikator

Kinerja Target Realisasi % Program Mitra

Jumlah Inovasi yang Dihasilkan 1 Inovasi 1 Inovasi 100 PPT Bidang Teknologi Pertahanan dan Keamanan Kementerian Pertahanan

LAKIP TIRBR 2016 28 Jumlah inovasi yang dihasilkan, oleh karena itu tidak dapat dilakukan perbandingan antara realisasi kinerja indikator kinerja tahun ini (2016) dengan capaian kinerja tahun sebelumnya (2015).

Uraian mengenai perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir untuk masing-masing kegiatan dapat dilihat dalam uraian sebelumnya pada penjelasan capaian masing-masing indikator kinerja.

A.1. 3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen

perencanaan strategis.

Sesuai dokumen perencanaan strategis, jumlah inovasi yang akan dihasilkan sampai dengan tahun 2019 berjumlah 6 inovasi dengan level outcome, yang merupakan kontribusi dari bidang Hankam, Permesinan dan Transportasi di TIRBR yaitu :

 1 inovasi produk drone wulung pada tahun 2015

 2 inovasi, yaitu:1 inovasi prototipe low cost turning machine CNC dari PTIP dan 1 inovasi produk drone alap-alap yang dihasilkan pada tahun 2017

 1 inovasi produk prototip TUBP 4 MW pada tahun 2018

 2 inovasi yang di rencanakan untuk di hasilkan pada Tahun 2019 yaitu berupa 1 produk drone I MALE-x dan 1 prototip sistem perlintasan sebidang (sistem keselamatan transportasi kereta api). Berdasarkan realisasi kinerja yang telah dicapai pada tahun 2016, dapat diketahui bahwa realisasi kinerja TIRBR mengenai jumlah inovasi yang dihasilkan sampai dengan tahun 2016 sesuai dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis TIRBR BPPT tahun 2015-2019, Revisi 2 yaitu menghasilkan inovasi yang menjadi impact BPPT.

LAKIP TIRBR 2016 29 A.1. 4. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Uraian mengenai realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional untuk masing-masing kegiatan dapat dilihat dalam uraian sebelumnya penjelasan capaian masing-masing indikator kinerja.

A.1. 5. Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja :

 Komitmen dan dukungan dari Pimpinan BPPT terhadap

pelaksanaan program/kegiatan TIRBR, khususnya terhadap pelaksanaan program/kegiatan yang menghasilkan inovasi.

 Komitmen dan dukungan Pimpinan dan Manajemen Unit Kerja

TIRBR yang terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan TIRBR, khususnya terhadap pelaksanaan program/kegiatan yang yang menghasilkan inovasi.

 Komitmen, dukungan dan partisipasi seluruh jajaran Unit Kerja untuk peningkatan kinerja TIRBR.

 TIRBR memiliki SDM yang kompeten untuk keberhasilan

pelaksanaan program/kegiatan TIRBR.

 TIRBR memiliki sarana dan prasarana yang mendukung untuk

pelaksanaan program/kegiatan .

 Adanya dukungan dari mitra pengguna hasil inovasi TIRBR.

A.1. 6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

Uraian mengenai analisis atas efisiensi untuk masing-masing kegiatan dapat dilihat dalam uraian sebelumnya pada penjelasan capaian indikator kinerja.

A.1. 7. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

Uraian mengenai realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional untuk masing-masing kegiatan dapat dilihat dalam uraian sebelumnya pada penjelasan capaian indikator kinerja..

LAKIP TIRBR 2016 30 B.2. Pengukuran capaian Indikator kinerja 2 yaitu 1 (satu) Rekomendasi di

bidang TIRBR yang dimanfaatkan yaitu DED FEED pabrik gula.

Sesuai dokumen Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 2, Rekomendasi adalah layanan teknologi berupa masukan dan atau penyampaian pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT. Pada Tahun 2016, Rekomendasi TIRBR adalah DED FEED pabrik gula yang telah di manfaatkan untuk pembangunan pabrik gula glenmore yang pada athun 2016 telah menyelesaikan proses commissioning seluruh sistemnya.

Secara ringkas, capaian kinerja indikator kinerja 1 yaitu jumlah inovasi yang dihasilkan, dengan target 1 Inovasi dapat dilihat pada tabel 3.5

Sasaran Program 1:

Terwujudnya inovasi di bidang Industry Rancang Bangun dan Rekayasa untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Indikator Kinerja 1 :

Jumlah rekomendasi di bidang TIRBR yang dimanfaatkan. Target :

1 (satu) Rekomendasi

Penjelasan Target Indikator Kinerja 1 : DED FEED pabrik gula

Program Capaian Kinerja

Outcome Bukti Pendukung

PPT Bidang Teknologi Permesinan

DED FEED pabrik gula MoU dan PKS BPPT

dan PTPN XII

LAKIP TIRBR 2016 31 Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :

b. DED FEED pabrik gula

b.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai

Kegiatan yang dilakukan pada Tahun Anggaran 2016 ini adalah

melakukan kajian Review Front End Engineering Design (FEED)

Pabrik Gula Terpadu kapasitas 6000 TCD berupa perhitungan dan gambar teknis untuk dijadikan sebagai standar desain pabrik gula nasional. Kegiatan ini dibagi menjadi 4 (empat) bidang pekerjaan yaitu desain proses, desain peralatan mekanik, desain peralatan elektrik dan desain penukar kalor.

(1) Desain Proses

Teknologi Pabrik Gula desain BPPT dengan kapasitas giling 6000 TCD dan dapat ditingkatkan kapasitasnya menjadi 8000 TCD ini merupakan desain pabrik gula terpadu dengan teknologi proses double remelt karbonatasi semi otomasi di mana untuk produk utama pengolahan pabrik gula berbahan baku tebu dibagi kedalam 5 uraian stasiun proses utama yaitu stasiun gilingan stasiun pemurnian dan penguapan, stasiun masakan, stasiun karbonatasi dan stasiun rafinasi, sedangkan stasiun penunjang terdiri dari stasium utility pengolahan air untuk kebutuhan pabrik dan air kebutuhan operasional, stasiun cogen yang dapat menghasilkan listrik untuk memenuhi kebutuhan internal dan listrik untuk di pasok ke PLN, unit pakan ternak, unit

pupuk dan pabrik bioethanol dengan bahan baku molasses

yang dihasilkan dari pabrik gula, skema proses pabrik terpadu digambarkan pada gambar 3.1

LAKIP TIRBR 2016 32 Gambar 3-2 Skema Pabrik Gula Terpadu kapasitas 6000-8000

TCD

(2) Desain peralatan mekanik

Ruang lingkup desain peralatan mekanik meliputi peralatan utama pada pabrik gula kapasitas 6000 TCD yaitu Stasiun

Penerimaan dan Persiapan Tebu (Cane Unloading and

Preparation Station), Stasiun Gilingan (Mill Station), Stasiun

Pemunian (Clarification Station), Stasiun Penguapan

(Evaporation Station), Stasiun Masakan Raw Sugar (Raw

Sugar Boiling Station), Stasiun Putaran Raw Sugar (Raw Sugar

Curing Station), Stasiun Remelt Karbonatasi (Remelt

Carbonatation Station), Stasiun Masakan Rafinasi (Refinery

Boiling Station) dan Stasiun Masakan Rafinasi dan Pengepakan

(Refinery Curing and Packing Station).

Desain peralatan mekanik Pabrik gula dirancang untuk jenis

proses “Defekasi Remelt Carbonatasi” yang memproduksi gula

semi rafinasi. Desainnya di rancang sedemikian rupa sehingga kapasitasnya dapat mencapai 8000 TCD. Gambar 3.2

menunjukkan desain Truck Tippler yang digunakan untuk

membongkar atau menurunkan tebu dari truk ke side carrier. Truck tippler ini terdiri 4 truck dan masing-masing terbagi 2 (dua)

LAKIP TIRBR 2016 33 posisi saling membelakangi dan mengarah pada side carrier. Desain ini dibuat untuk memudahkan untuk mensupplai tebu ke dalam side carrier.

Gambar 3-3 Truck Tipler

Gambar 3.3 menunjukkan bagian dari desain mekanik yaitu desain pelatan cane unloading Sampler Equipment untuk mengambil sample tebu langsung dari truk yang selanjutnya dianalisa secara cepat menggunakan system analisa NIR (Near Infra Red). Hasil analisa secara cepat itu sesuai dengan standar rendemen tebu yang memenuhi persyaratan maka tebu tersebut langsung masuk ke side carrier. Tapi bilamana tebu tidak memenuhi standar rendemen maka tebu tersebut harus keluar dari area pabrik. Desain ini dibuat untuk menghindari kerugian tebu yang masuk. Desain ini dibuat mempermudah giliran suplai tebu ke side carrier dan menjaga kualitas tebu tetap baik, mempercepat proses suplai tebu dan menghindari penumpukan truk dalam area pabrik.

LAKIP TIRBR 2016 34 Gambar 3-4 Peralatan pada Penerimaan (Cane Unloading)

(3) Desain peralatan elektrik

Kegiatan utamanya adalah inventarisasi peralatan listrik pabrik gula, desain kebutuhan listrik untuk berbagai simulasi beban pada setiap stasiun penggilingan, pengujian rendemen, pembongkaran, pemindahan dan persiapan tebu. Pada kegiatan ini juga perhitungan beban untuk scenario beban terpasang, continue, intermitten dan standby. Desain peralatan listrik juga mengakomodasi peningkatan fasilitas giling sampai 8000 TCD.

(4) Desain penukar kalor

Desain Juice Heater pada pabrik gula merupakan kegiatan utama pada desain penukar kalor pabrik gula. Juice heater di deskripsikan sebagai alat penukar kalor yang memproses pemanasan sejumlah 376691 kg/jam juice tebu sehingga temperaturnya naik dari 30 C menjadi 75 C. Sedangkan sumber panas yang digunakan adalah uap dari Evaporator yang

LAKIP TIRBR 2016 35 datanya merupakan gabungan laju alir dan temperatur tertinggi fluida pemanas masuk dan temperatur terendah fluida keluar alat penukar kalor. Pemanas di desain untuk dioperasikan secara serial dan kemudian dibuat perhitungan awal untuk menentukan kondisi operasi setiap pemanas agar dapat dibuat desain dari masing-masing pemanas. Selain juice heater sistem evaporator juga merupakan hasil dari kegiatan DED ini.

b.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Industri pabrik gula dapat di tingkatkan keberlanjutannya apabila di dukung oleh industri komponen yang secara continue dapat menjamin sistem peralatan pabrik gula beroperasi optimum. TIRBR BPPT telah melakukan kajian terkait tingkat kandungan komponen dalam negeri untuk industri pabrik gula berkapasitas 6000 TCD pada Tahun 2015. Hasil dari kajian tersebut telah di peroleh mapping dari kemampuan industri local untuk mendukung industry pabrik gula nasional. Pada Tahun 2016, Hasil FEED Pabrik gula 6000-8000 TCD telah di manfaatkan pada pembangunan pabrik gula terpadu PG. Glenmore milik PTPN XII.

b.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan

target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Berdasarkan Indikator Kinerja Sasaran Program pada renstra TIRBR 2015-2019 target untuk DED FEED pabrik gula adalah rekomendasi yang di manfaatkan oleh industri pada tahun 2016. Dengan di manfaatkannya DED FEED oleh Pabrik gula Glenmore berarti sesuai dengan target dan capaian seperti yang dinyatakan dalam Renstra TIRBR revisi 2. Adapun target dan capaiannya untuk kegiatan ini adalah 100%.

LAKIP TIRBR 2016 36

b.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar

nasional

Standar DED FEED untuk pabrik gula belum dimiliki Indonesia sampai dengan saat ini. Desain DED FEED TIRBR BPPT yang telah di manfaatkan dan telah terbukti dengan suksesnya commissioning pabrik gula glenmore merupakan dasar bahwa DED FEED ini telah proven. Sehingga sangat layak untuk di jadikan standar pembangunan 14 pabrik gula berikutnya yang di canangkan oleh Pemerintah Indonesia.

b.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

Kegiatan ini dapat berhasil karena beberapa hal antara lain:

 Dukungan komitment BPPT dalam pencanangan program

dan pembiayaan serta kompetensi SDM di lingkungan TIRBR.

 Sistem matrik kerja di lingkungan TIRBR yang melakukan pekerjaan sesuai dengan Tupoksi unit kerja sehingga pekerjaan lebih focus dan konsisten pada kompetensinya dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi capaian kegiatan sesuai dengan sasaran program yang di tetapkan.

 Adanya kerjasama dan sinergi dengan industri mitra.

b.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

Untuk kegiatan ini alokasi SDM sebanyak 45 orang telah di lakukan dengan berbagai kompetensi untuk di sinergikan dan di fokuskan pada kegiatan ini. SDM ini di tunjang dengan SDF yang tepat untuk kegiatan DED FEED seperti Software Enginnering CATIA, Smartplan 3D, ETAP, HTRI, PV Elite, Ansys sehingga kombinasi SDM dan SDF ini dapat menghasilkan efisiensi yang baik.

LAKIP TIRBR 2016 37

b.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

Kerjasama dengan PTPN XII yang dapat terlaksana dengan baik telah memberikan akses data lapangan adalah salah satu faktor utama dalam penunjang keberhasilan program ini. Dengan adanya akses langsung terhadap data lapangan maka pembangunan pabrik gula Glenmore menjadi sekolah untuk para engineer BPPT untuk mengevaluasi langsung proses

Dalam dokumen LAKIP TIRBR BPPT 2016 LAKIP TIRBR 2016 (Halaman 26-125)

Dokumen terkait