• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

2. Pengukuran Indeks Glikemik

Pengukuran nilai indeks glikemik terdiri dari lima langkah, yaitu a) pengajuan izin Komisi Etik Penelitian (Ethical clearance). b) perekrutan calon subjek, c) seleksi calon subjek, d) penjelasan penelitian dan penandatanganan informed consent, dan e) pengukuran indeks glikemik.

a. Izin Komisi Etik Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan setelah memperoleh izin dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, yaitu Ethical Approval Nomor : KE.01.04/EC/153/2011 tanggal 11 April 2011.

b. Perekrutan calon subjek

Perekrutan calon subjek dilakukan dengan cara sosialisasi verbal (pengumuman) kepada calon subjek mengenai kesediaan calon sebagai subjek dalam penelitian. Calon subjek yang mendaftar dalam perekrutan kemudian diwawancara dan dilakukan penyeleksian sesuai dengan kriteria subjek yang telah ditentukan.

c. Seleksi Calon Subjek

Kegiatan yang dilakukan pada tahap penyeleksian yaitu pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui status gizi berdasarkan IMT. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui tekanan darah dan denyut nadi. Wawancara mengenai keadaan kesehatan calon subjek dilakukan untuk memperoleh riwayat kesehatan calon subjek. Selain itu, dilakukan uji laboratorum untuk memastikan subjek tidak menderita

24

Diabetes Mellitus (DM), penyakit hati, maupun penyakit ginjal. Setelah data-data terkumpul selanjutnya dilakukan penyeleksian subjek yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Cara Pemilihan Subjek

Subjek adalah mahasiswa Gizi Masyarakat IPB. Pemilihan subjek dilakukan secara selective sampling dengan kriteria sebagai berikut : subjek adalah laki-laki dan perempuan, berumur 18-30 tahun (Soh & Miller 2006), memiliki indeks massa tubuh normal antara 18,5 22,9 kg/m2 (WHO Asia Pasifik 2000), dan dalam keadaan sehat. Selain itu, subjek tidak memiliki riwayat penyakit DM, tidak menderita penyakit ginjal, tidak menderita penyakit hati, tidak sedang mengalami gangguan pencernaan, tidak menjalani pengobatan, tidak menggunakan obat-obatan terlarang, tidak merokok serta tidak meminum minuman beralkohol (Lee 2009).

Dalam penelitian ini diambil 10 orang sehat, yaitu bebas dari penyakit DM, penyakit hati, dan penyakit ginjal yang ditentukan dengan pemeriksaan data laboratorium. Penentuan penyakit DM dan sehat diperoleh dari data kadar glukosa darah puasa, kadar glukosa 2 jam setelah makan, penyakit hati dilihat dari kadar bilirubin, SGOT, SGPT, dan uji fungsi ginjal diperoleh dari pemeriksaan kreatinin darah. Bila hasil uji laboratorium tersebut tidak normal maka subjek tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian ini (Waspadji et al. 2003). Penentuan subjek sehat dilakukan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Bogor. Berikut adalah tabel nilai normal untuk uji laboratorium sampel darah subjek.

Tabel 7 Nilai normal uji laboratorium sampel darah subjek

No. Jenis Uji Nilai Normal*

1. Kadar glukosa puasa 90-110 mg/dL 2. Kadar glukosa setelah 2 jam <140 mg/dL

3. Bilirubin (T) 0,65-1,11 mg/dL

Bilirubin (D) 0,55-0,93 mg/dL

4. SGOT <35 U/L

5. SGPT 6-40 U/L

6. Kreatinin 0,60-1,1 mg/dL

*Sumber : Laboratorium Klinik Nugraha Bogor 2011

d. Penjelasan Penelitian dan Penandatanganan Informed Consent

Subjek yang terpilih kemudian mendapatkan penjelasan rinci mengenai penelitian, yaitu subjek diharuskan untuk berpuasa selama 10 jam (kecuali air), sampel darah (50µL) finger-prick capillary blood diambil pada menit ke-0 (saat subjek puasa dan sebelum pemberian pangan

uji/acuan), kemudian subjek mengkonsumsi pangan uji/acuan dan sampel darah subjek diambil kembali pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, dan 120 setelah pemberian pangan uji/acuan. Dalam satu kali pengukuran indeks glikemik (satu perlakuan) subjek diambil darah sebanyak tujuh kali. Selain itu, subjek mendapatkan penggantian biaya transport serta hak subjek untuk mengundurkan diri dari penelitian. Subjek yang telah memperoleh penjelasan rinci penelitian diminta untuk menandatangani formulir informed consent (Lampiran 4). Formulir informed consent ditandatangani oleh peneliti, subjek, dan saksi.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Glukosa Darah

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer. Data glukosa darah dikumpulkan selama 4 minggu, yaitu kadar glukosa darah 10 orang subjek dengan empat perlakuan. Semua subjek (10 orang) diukur kadar glukosa darahnya setelah diberi beban bahan makanan, yaitu minggu pertama mengkonsumsi pangan acuan berupa glukosa murni (perlakuan pertama), minggu kedua mengkonsumsi pangan uji ke-1 berupa tiwul instan tinggi protein (perlakuan kedua), minggu ketiga mengkonsumsi pangan uji ke-2 berupa tiwul instan komersial (perlakuan ketiga), dan minggu keempat mengkonsumsi pangan uji ke-3 berupa tiwul konvensional (perlakuan keempat). Tiwul instan tinggi protein dan tiwul konvensional adalah pangan uji yang dibuat sendiri oleh peneliti, sedangkan tiwul instan komersial dibeli dari salah satu perusahaan di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Bahan makanan tersebut masing-masing diberikan setara dengan 50 g available carbohydrate. Pemberian pangan uji dan pangan acuan (glukosa murni) dilakukan dengan jeda 7 hari (1 minggu) untuk masing-masing pangan.

e. Pengukuran Indeks Glikemik

Prosedur penentuan nilai indeks glikemik berbagai jenis tiwul mengacu pada Miller et al. (1996) dalam Rimbawan dan Siagian (2004). Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan nilai indeks glikemik tiwul :

i. Pangan acuan berupa glukosa murni sebanyak 50 g yang dilarutkan dalam air mineral ± 200 ml diberikan kepada subjek (5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan) yang telah menjalani puasa penuh (overnight fasting), kecuali air. Pangan acuan ini diberikan pada minggu pertama pengujian.

26

ii. Pangan uji ke-1 berupa tiwul instan tinggi protein diberikan kepada subjek pada minggu kedua, pangan uji ke-2 berupa tiwul instan komersial diberikan kepada subjek pada minggu ketiga, dan pangan uji ke-3 berupa tiwul konvensional diberikan kepada subjek pada minggu keempat. Masing-masing pangan uji diberikan setara 50 g available carbohydrate.

iii. Selama dua jam pasca pemberian pangan uji atau pangan acuan, sampel darah (50µL) finger-prick capillary blood samples method berturut-turut, diambil pada menit ke-0 (sebelum pemberian), 15, 30, 45, 60, 90, dan 120 setelah pemberian pangan uji.

iv. Pada waktu yang berlainan (7 hari kemudian/seminggu), hal yang sama dilakukan dengan memberikan pangan acuan (glukosa murni), 7 hari berikutnya diberikan pangan uji ke-1 dan 7 hari berikutnya diberikan pangan uji ke-2 serta 7 hari berikutnya diberikan pangan uji ke-3.

v. Kadar glukosa darah (pada setiap waktu pengambilan sampel) ditebarkan pada dua sumbu, yaitu sumbu waktu dan kadar glukosa darah.

vi. Indeks glikemik tiwul ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah di bawah kurva antara pangan uji (tiwul) dengan pangan acuan (glukosa murni).

Kadar glukosa darah pada setiap pengambilan, baik untuk pangan uji maupun pangan acuan ditebarkan pada dua sumbu, yaitu sumbu x (waktu) dan sumbu y (kadar glukosa darah). Indeks glikemik ditentukan dengan membandingkan luas daerah di bawah kurva antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan pangan acuan (2 jam postprandial). Luas daerah di bawah kurva (Area Under Curve/AUC) dihitung secara manual berdasarkan rumus luas bangun.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah secara statistik, ditabulasikan dan disajikan dalam bentuk rata-rata. Hasil uji organoleptik diolah dengan menggunakan analisis sidik ragam dan apabila terdapat pengaruh nyata (p<0,05), maka dilakukan uji lanjutan dengan Uji Duncan untuk menguji perbedaan dari semua pelakuan.

Data hasil analisis komposisi zat gizi yang terkandung dalam produk tiwul diolah menggunakan Microsoft Excell 2007. Komposisi zat gizi tiwul dianalisis

dengan analisis sidik ragam dan dilakukan uji lanjut Duncan. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk diagram.

Data hasil respon glukosa darah subjek diolah secara manual untuk mendapatkan nilai indeks glikemik pangan uji. Data hasil pengukuran glukosa darah subjek kemudian ditebarkan dalam sumbu X (waktu) dan sumbu Y (kadar glukosa darah). Dengan demikian, akan diperoleh sebuah kurva yang menunjukan respon glukosa darah terhadap pangan yang diberikan untuk masing-masing subjek. Berikut ini gambar kurva pengukuran indeks glikemik pangan.

Gambar 2 Kurva pengukuran indeks glikemik pangan

(a) Pangan acuan; (b) Pangan yang diuji

Sumber: Rimbawan & Siagian (2004)

Indeks glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah di bawah kurva (Area Under Curve, AUC) antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan pangan acuan (glukosa murni). Pada penelitian ini, luas daerah di bawah kurva dihitung secara manual dengan cara menarik garis horizontal dan membuat garis vertikal berdasarkan waktu pengambilan darah sehingga kurva membentuk luas bangun segitiga dan tapesium. Luas daerah di bawah kurva diperoleh dengan cara menjumlahkan masing-masing luas bangun. Perhitungan nilai indeks glikemik pangan uji diperoleh dengan cara sebagai berikut :

Luas kurva pangan uji setelah 2 jam

Indeks Glikemik = x 100

Luas kurva pangan standar (glukosa murni) setelah 2 jam

Nilai indeks glikemik yang diperoleh dari perhitungan kemudian dikategorikan berdasarkan kategori pangan menurut indeks glikemik.

28

Tabel 8 Kategori pangan menurut indeks glikemik

Kategori Pangan Rentang Indeks Glikemik

IG rendah <55

IG sedang (intermediate) 55-70

IG tinggi >70

Sumber: Miller et al. 1996

Definisi Operasional

Indeks Glikemik adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar gula

darah setelah 2 jam mengkonsumsi pangan (Rimabawan & Siagian 2004).

Subjek adalah sepuluh orang mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, IPB,

yang memenuhi kriteria, yaitu laki-laki dan perempuan, berumur 18-30 tahun, memiliki indeks massa tubuh normal antara 18,5 22,9 kg/m2, dalam keadaan sehat, tidak memiliki riwayat penyakit DM, tidak menderita penyakit ginjal, tidak menderita penyakit hati, tidak sedang mengalami gangguan pencernaan, tidak menjalani pengobatan, tidak menggunakan obat-obatan terlarang, tidak merokok serta tidak meminum minuman beralkohol.

Subjek sehat adalah subjek yang bebas dari penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan metabolisme karbohidrat seperti penyakit diabetes mellitus, penyakit hati dan penyakit ginjal yang ditentukan melalui pemeriksaan kesehatan meliputi kadar glukosa puasa, kadar glukosa 2 jam setelah makan, kadar bilirubin (direk dan total), kadar SGOT dan SGPT, dan kadar kreatinin darah.

Gaplek adalah singkong yang telah dikupas dan dikeringkan dalam bentuk

gelondongan (utuh).

Tepung gaplek adalah gaplek yang digiling kemudian diayak hingga menjadi

tepung.

Tepung singkong adalah singkong yang diparut atau dipotong tipis (slicer)

kemudian dijemur dan digiling.

Tapioka adalah singkong yang diparut lalu diekstrak (diperas) kemudian

endapannya dijemur dan dikeringkan.

Tiwul adalah makanan dari gaplek singkong yang ditumbuk atau dihaluskan

kemudian diperciki air dan dikukus (Rukmana 2002).

Tiwul konvensional adalah makanan yang dibuat dari tepung gaplek yang

ditambahkan air kemudian dikukus tanpa penambahan garam atau gula.

Tiwul instan tinggi protein adalah makanan yang dibuat dari campuran tepung

flavour powder yang ditambahkan air kemudian dikukus, dibekukan dan dikeringkan hingga berbentuk instan.

Tiwul instan komersial adalah makanan yang dibuat dari tepung singkong,

tepung jagung, tepung terigu, garam, gula jawa, vitamin A dan mineral (zat besi dan iodium) yang ditambahkan air kemudian dikukus hingga matang. Tiwul instan yang digunakan adalah tiwul instan merek “X” dengan rasa gula jawa yang diperoleh dari perusahaan di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta.

Dokumen terkait