• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.4. Wawancara Langsung

Wawancara langsung juga dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang program dan aktivitas yang sedang berjalan di sekolah penelitian, terkhusus juga untuk mengetahui kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, dimana warga sekolah (kecuali siswa) adalah unsur yang mengetahui perkembangan siswa di sekolah. Adapun unsur yang diwawancarai langsung adalah :

1) Kepala Sekolah

2) Kepala UPT Dinas Kecamatan Medan Barat 3) Guru

3.6 Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian

Berdasarkan alur pelaksanaan penelitian, penelitian diawali dengan mengetahui masalah dan merumuskannya. Kemudian dilakukan penyusunan instrumen, dilakukan uji coba untuk menentukan validitas dan reliabilitasnya. Jika instrumen belum valid dan reliabel, maka dilakukan revisi dan uji coba kembali. Setelah itu dikumpulkan data melalui kuesioner untuk mengetahui pengaruh program adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Kemudian data tersebut diolah secara statistik dan dianalisis, lalu dilakukan interpretasi untuk merumuskan dan memperoleh kesimpulan.

Perumusan Masalah Penarikan Kesimpulan Uji Validitas/ Reliabilitas Valid /Reliabel ? Pengolahan data dan Analysis Penyusunan Instrumen Pengumpulan Data Tidak Ya

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan sudah terkumpul. Analisis data dilakukan sesuai dengan permasalahan yang pada awalnya sudah ditentukan, dan tahapan analisis data adalah sebagai berikut : 1) Membuat perbandingan kognitif lingkungan hidup SD Pertiwi dengan

kognitif lingkungan hidup SD Negeri 060843

2) Membuat perbandingan afektif lingkungan hidup SD Pertiwi dengan afektif lingkungan hidup SD Negeri 060843.

3) Membuat perbandingan psikomotorik lingkungan hidup SD Pertiwi dengan pisikomotorik lingkungan hidup SD Negeri 060843.

4) Mendapatkan pengaruh program adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitan adalah Kota Medan tepatnya Daerah Kecamatan Medan Barat dengan luas wilayah 6,82 Km2 atau 682 Ha yang merupakan satu dari 21 Wilayah Kecamatan yang ada di Kota Medan. Daftar Sekolah Dasar di Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat terdiri dari 10 Sekolah Dasar Negeri dan 17 Sekolah Dasar Swasta, dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1. Jumlah SD Negeri Di Kecamatan Medan Barat Tahun 2012

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SD Negeri 060835 66 2 SD Negeri 060836 133 3 SD Negeri 060837 295 4 SD Negeri 060839 194 5 SD Negeri 060840 146 6 SD Negeri 060843 1026 7 SD Negeri 060849 784 8 SD Negeri 060853 407 9 SD Negeri 066651 92 10 SD Negeri 0607097 415

Sumber : Dinas Pendidikan UPT Tk/SD Kecamatan Medan Barat, 2012 (Data Diolah)

Tabel 4.2. SD Swasta di Kecamatan Medan Barat Tahun 2012

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SD Swasta Karya Bahkti 382 2 SD Swasta Nasrani 4 161 3 SD Swasta Alwasliyah 37 82 4 SD Swasta Muhamadiyah 11 260 5 SD Swasta Surya Bahagia 107 6 SD Swasta Laks. Martadinata 645

7 SD Swasta Pertiwi 1452

8 SD Swasta PAB 91

9 SD Swasta Budaya 90

10 SD Swasta Santho Tomas 4 346 11 SD Swasta Sutomo 2 1876

12 SD Swasta Alfalah 121

13 SD Swasta KR.MET.IND.5 634 14 SD Swasta Yos Sudarso 359 15 SD Swasta Alwasliyah 45 68 16 SD Swasta Metodist 8 206 17 SD Swasta Arsyadiah 87

Sumber : Dinas Pendidikan UPT Tk/SD Kecamatan Medan Barat, 2012 (Data Diolah)

Sesuai dengan Judul tesis ini Pengaruh Penerapan Program Adiwiyata terhadap Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Lingkungan Hidup Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Barat, maka diambillah sekolah yang sudah berpredikat Adiwiyata, yaitu SD Swasta Pertiwi Medan (karena hanya satu sekolah yang sudah berpredikat Adiwiyata), dan sebagai pembanding diambillah SD Negeri 060843, yang merupakan SD Negeri paling berprestasi di Kecamatan Medan Barat. Sehingga didapatlah dua sekolah dasar yang menjadi populasi penelitian, yaitu SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kecamatan Medan Barat, Kota Medan.

4.2. Gambaran Umum Responeden

Responden dalam penelitian ini adalah sejumlah warga sekolah dari SD Pertiwi dan SD 080643 Medan. Responden adalah Siswa, Guru, Pegawai, Kepala Sekolah dan Kepala Unit Pelaksana Teknhis Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat.

Adapun komposisi responden adalah sebagai berikut : 1. Siswa

Tabel 4.3. Responden Siswa

No Nama Sekolah Jumlah

1 SD Swasta Pertiwi 72 2 SD Negeri 080643 64 2. Guru

Tabel. 4.4 Responden Guru

No Nama Sekolah Jumlah Guru

1 SD Swasta Pertiwi 11 2 SD Negeri 060843 8

3. Pegawai

Tabel. 4.5 Responden Pegawai Sekolah

No Nama Sekolah Jumlah Pegawai

1 SD Swasta Pertiwi 5 2 SD Negeri 060843 2 4. Kepala Sekolah

Kepala sekolah juga menjadi responden dalam penelitian ini, hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi guru, pegawai dan siswa di sekolah tersebut.

5. Kepala UPT Tk/SD Kecamatan Medan Barat

Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan mengenai sekolah SD Pertiwi dan SD Negeri 060843, maka Kepala UPT Tk/SD Kecamatan Medan Barat juga ikut menjadi responden dalam penelitian ini.

4.2 Tanggapan Responden

Tanggapan responden terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa merupakan hal yang harus dikaji untuk mengetahui pengaruh progam Adiwiyata, tanggapan responden tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6. Tanggapan Responden Terhadap Kognitif Siswa Kelas VI SD A (SD Pertiwi Medan) dan SD B (SD N 060843)

No Pertanyaan Respon SD A Total Responden SD A Respon SD B Total Responden SD B B (%) S (%) B (%) S (%) 1 Apakah lingkungan yang kotor menyebabkan penyakit 100 0 72 100 0 64 2 Apakah nyamuk yang ada di sekitar sekolah berasal dari lingkungan yang tidak bersih

81 19 72 56 44 64

3 Apakah dedaunan yang hijau menyebabkan udara semakin bersih dan sehat

100 0 72 88 12 64 4 Apakah pembakaran sampah dapat mengotori udara 85 15 72 67 33 64 5 Apakah sampah dedaunan mudah membusuk 99 1 72 98 2 64 6 Apakah sampah plastik mudah membusuk 88 12 72 36 64 64 7 Apakah makanan yang basi/kadaluarsa dapat menyebabkan penyakit 100 0 72 95 5 64 8 Apakah lingkungan yang bersih menyebabkan kesehatan lebih terjamin dan nyaman untuk belajar 99 1 72 97 3 64

9 Apakah kuku yang kotor merupakan sumber penyakit

100 0 72 86 14 64

10 Apakah kotoran ternak yang ada di

sekitar kita dapat menyebabkan penyakit

Rata-Rata (%) 94 6 75 25

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban responden berdasarkan urutan pertanyaan adalah sebagai berikut responden SD Adiwiyata seratus persen (100 %) menjawab benar dan nol persen (0%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata seratus persen (100 %) menjawab ya dan nol persen (0%) menjawab salah yang menilai apakah lingkungan yang kotor menyebabkan penyakit. Secara langsung ataupun tidak langsung, lingkungan yang kotor akan menyebabkan penyakit, karena pada lingkungan kotor akan ditemukan banyak sumber-sumber penyakit seperti bakteri dan sejenisnya. Keseluruhan siswa kelas VI mengetahui hal tersebut baik sekolah Adiwiyata maupun sekolah belum Adiwiyata, hal ini disebabkan karena siswa sudah mendapat informasi yang benar tentang akibat yang ditimbulkan dari lingkungan yang kotor.

Responden SD Adiwiyata delapan puluh satu persen (81%) menjawab benar dan sembilan belas persen (19%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata lima puluh enam persen (56%) mejawab benar dan empat puluh empat persen (44%) menjawab salah yang menilai apakah nyamuk yang ada di lingkungan sekolah berasal dari lingkungan yang tidak bersih. Pada umumnya nyamuk yang ada di lingkungan kita berasal dari lingkungan yang kotor, karena jentik-jentik nyamuk akan bisa berkembang jika ada wadah yang sesuai untuk perkembangannya, seperti saluran parit yang tidak lancar sehingga air tergenang, sampah-sampah yang menumpuk dan mengandung air sehingga lembab, perlengkapan yang kotor, susunannya tidak teratur dan bertumpukan akan menjadi

sarang nyamuk. Berdasarkan persentase diatas dinyatakan bahwa Sekolah Adiwiyata lebih mengetahui tentang pengaruh dari lingkungan yang kotor terhadap berkembangnya nyamuk, hal ini disebabkan karena SD Adiwiyata sudah mendapatkan informasi dari guru dan buku yang lebih lengkap daripada SD belum Adiwiyata tentang sebab akibat dari lingkungan yang kotor

Responden SD Adiwiyata seratus persen (100%) menjawab benar dan nol persen (0%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata delapan puluh delapan persen (88%) menjawab benar dan dua belas persen (12%) menjawab salah yang menilai apakah dedaunan yang hijau menyebabkan udara semakin bersih dan sehat. Banyaknya dedaunan yang hijau disekitar kita sangat berpengaruh terhadap bersih dan sehatnya udara disekitar kita, karena dedaunan tersebut mampu menyerap debu dan menyaring sinar matahari. Berdasarkan persentase di atas dinyatakan bahwa SD Adiwiyata sudah mengetahui hal ini secara keseluruhan sedangkan SD belum Adiwiyata masih ada sekitar 12 % dari siswa belum mengetahui hal tersebut, hal ini dimungkinkan karena informasi yang didapatkan dari guru dan buku yang mereka dapatkan belum selengkap sekolah Adiwiyata.

Responden SD Adiwiyata delapan puluh lima (85%) menjawab benar dan lima belas persen (15%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata enam puluh tujuh persen (67%) menjawab benar dan tiga puluh tiga persen (33%) menjawab salah yang menilai apakah pembakaran sampah dapat mengotori udara. Pembakaran sampah jelas sudah mengotori udara, hal inilah yang sedang digalakkan oleh pemerintah tentang sosialisasi daur ulang sampah untuk menghemat sumberdaya alam dan mengurangi pencemaran udara. Berdasarkan persentase diatas dinyatakan bahwa SD Adiwiyata 85% sudah

mengetahui sedangkan SD belum Adiwiyata hanya 67% yang mengetahui, hal ini menyatakan bahwa sekolah Adiwiyata lebih mengetahui dampak dari pembakaran sampah dibandingkan sekolah belum Adiwiyata, menyatakan guru dan fasilitas di sekolah belum Adiwiyata perlu dibenahi.

Responden SD Adiwiyata sembilan puluh sembilan persen (99%) menjawab benar dan satu persen (1%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata sembilan puluh delapan persen (98%) menjawab benar dan dua persen (2%) menjawab salah yang menilai apakah sampah dedaunan mudah membusuk. Dedaunan mudah membusuk, sehingga dikategorikan sampah organik. Hal ini pada umumnya sudah diketahui oleh siswa, walaupun persentasenya sekolah Adiwiyata tetap lebih mengetahui dibanding sekolah belum Adiwiyata.

Responden SD Adiwiyata delapan puluh delapan (88%) menjawab benar dan dua belas persen (12%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata tiga puluh enam (36%) menjawab benar dan enam puluh empat persen (64%) menjawab salah yang menilai apakah sampah plastik mudah membusuk. Sampah plastik sukar membusuk, solusinya bukan dibakar, melainkan di daur ulang, hal inilah yang harus diketahui siswa, sehingga sampah plastik sering di kumpulkan oleh pemulung, untuk dijual, tujuan akhirnya itu adalah untuk di daur ulang. Dari persentase pengetahuan siswa, sekolah Adiwiyata lebih mengetahui hal tersebut dibandingkan sekolah yang belum Adiwiyata, hal ini menandakan siswa sekolah Adiwiyata mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang penanggulangan sampah dibanding siswa sekolah belum Adiwiyata.

Responden SD Adiwiyata seratus persen (100%) menjawab benar dan nol persen (0%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata

sembilan puluh lima persen (95%) menjawab benar dan lima persesn (5%) menjawab salah yang menilai apakah makanan yang basi/kadaluarsa akan menyebabkan penyakit. Makanan yang basi/kadaluarsa mengandung bakteri/jamur dan sejenisnya, sehingga apabila dikonsumsi akan menyebabkan sakit pada pencernaan. Hal ini sudah diketahui oleh siswa, walaupun persentasenya sekolah Adiwiyata lebih tinggi pengetahuanya di banding sekolah belum Adiwiyata, hal ini dikarenakan karena informasi dari guru dan buku yang didapat sekolah Adiwiyata lebih lengkap daripada di sekolah belum Adiwiyata.

Responden SD Adiwiyata sembilan puluh sembilan persen (99%) menjawab benar dan satu persen (1%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata sembilan puluh tujuh persen (97%) menjawab benar dan tiga persen (3%) menjawab salah yang menilai apakah lingkungan yang bersih menyebabkan kesehatan lebih terjamin dan nyaman untuk belajar. Lingkungan yang bersih merupakan salah satu sumber kesetahan dan kenyamanan. Sehingga pada umumnya seluruh lapisan masyarakat yang peduli lingkungan selalu berkampanye untuk kebersihan lingkungan. Secara umum siswa sudah mengetahui hal ini walaupun persentasenya sekolah Adiwiyata tetap lebih mengetahui hal tersebut dibandingkan sekolah belum Adiwiyata, hal ini dikarenakan sekolah Adiwiyata mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang kebersihan dan keindahan dari guru dan buku, dibandingkan sekolah belum Adiwiyata.

Responden SD Adiwiyata seratus persen (100%) menjawab benar dan nol persen (0%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata delapan puluh enam persen (86%) menjawab benar dan empat belas persesn (14%) menjawab salah yang menilai apakah kuku yang kotor menyebabkan penyakit.

Kuku yang kotor merupakan permasalahan yang sangat sederhana, namun sangat penting untuk dituntaskan. Kuku yang kotor, mengandung bakteri, sehingga apabila digunakan untuk mengkonsumsi makanan, maka kita akan terinfeksi bakteri tersebut. Sekolah Adiwiyata sudah memahami hal tersebut, sedangkan sekolah belum Adiwiyata belum sepenuhnya memahami hal tersebut, hal ini dikarenakan sekolah belum Adiwiyata belum mendapatkan informasi yang banyak tentang kebersihan diri sebagai faktor pendukung kesehatan siswa.

Responden SD Adiwiyata delapan puluh delapan persen (88%) menjawab benar dan dua belas persen (12%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata dua puluh tujuh persen (27%) menjawab benar dan tujuh puluh tiga (73%) menjawab salah yang menilai apakah kotoran ternak yang ada di sekitar kita dapat menyebabkan penyakit. Semua kotoran pada umumnya merupakan sumber penyakit, dan apabila dikelola dengan baik bisa menjadi sumber pupuk. Kotoran ternak yang ada di sekitar sekolah mengandung bakteri, sehingga disarankan sekolah yang mempunyai hewan baik sebagai media pembelajaranya maupun untuk kebutuhan lain, agar menempatkan ternak jauh (terpisah) dari warga sekolah. Hal ini sudah diketahui oleh sekolah Adiwiyata walaupun belum sepenuhnya, sedangkan sekolah belum Adiwiyata pada umumnya belum mengetahui hal ini, dikarenakan informasi dari guru dan buku yang mereka dapatkan belum mencukupi.

Tabel 4.7. Tanggapan Responden Terhadap Afektif Siswa Kelas VI SD A (SD Pertiwi Medan) dan SD B (SD N 060843)

No Pertanyaan Respon SD A Total Responden SD A Respon SD B Total Responden SD B B (%) S (%) B (%) S (%) 1 Apakah siswa peduli terhadap kebersihan sekolah 91 9 11 63 37 8 2 Apakah siswa mencoret-coret dinding sekolah 82 18 11 63 37 8 3 Apakah siswa meludah disembarangan tempat 82 18 11 50 50 8 4 Apakah siswa membuang air kecil/besar pada WC yang telah disediakan 100 0 11 100 0 8 5 Apakah siswa membuang bungkus makanan/jajanan pada tempatnya 73 27 11 12 88 8 6 Apakah siswa menyiram bunga yang ada di halaman sekolah 100 0 11 37 63 8 7 Apakah siswa mencuci tangan sebelum dan sesudah memakan makan di sekolah 82 18 11 25 75 8 8 Apakah siswa menegur teman yang membuang sampah sembarangan 91 9 11 37 63 8 9 Apakah siswa pernah menegur guru yang membuang sampah sembarangan 73 27 11 0 100 8

10

Apakah ada siswa yang secara sadar mau mengumpulkan sampah di halaman sekolah 82 18 11 50 50 8 Rata-Rata (%) 85,6 14,4 43,7 56,3 100

B = Benar/Positif terhadap lingkungan, S = Salah/Negatif terhadap lingkungan Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa jawaban responden (Guru) berdasarkan urutan pertanyaan adalah sebagai berikut, responden SD Adiwiyata sembilan puluh satu persen (91%) menjawab benar dan sembilan persen (9%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata enam puluh tiga persen (63%) menjawab benar dan tiga puluh tujuh persen (37%) menjawab salah yang menilai apakah siswa peduli terhadap kebersihan sekolah. Kepedulian siswa terhadap kebersihan sekolah diketahui dari partisipasi siswa terhadap kebersihan sekolah, hal ini ditentukan oleh pemahaman dan kesadaran siswa tentang perlunya kebersihan sekolah. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dasar program Adiwiyata menurut KLH (2011) yaitu partisipatif dimana komunitas sekolah terlibat dalam manejemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan peran. Data pada Tabel 4.17 juga menyatakan bahwa siswa sekolah Adiwiyata lebih respon terhadap kebersihan sekolah dibandingkan dengan siswa sekolah belum Adiwiyata.

Responden SD Adiwiyata delapan puluh dua persen (82%) menjawab benar dan dua belas persen (12%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata enam puluh tiga persen (63%) menjawab benar dan tiga puluh tujuh persen (37%) menjawab salah yang menilai apakah siswa mencoret-coret dinding sekolah. Mencoret-coret dinding merupakan sikap yang digemari oleh siswa sekolah dasar, namun hal ini dapat diatasi ketika kesadaran akan kebersihan dan keindahan sudah dimiliki oleh anak tersebut, sangat sesuai dengan data diatas

yang menyatakan siswa kelas VI sekolah dasar belum Adiwiyata lebih tinggi persentasenya yang masih mau mencoret-coret dinding dibanding dengan sekolah dasar yang sudah Adiwiyata. Hal tersebut disebakan

pengetahuan siswa yang didapatkan dari guru dan buku sekolah belum Adiwiyata masih tertinggal dibanding sekolah Adiwiyata menyebabkan kurangnya kesadaran siswa akan kebersihan gedung sekolah sebagai tanggung jawab bersama.

Responden SD Adiwiyata delapan puluh dua persen (82%) menjawab benar dan delapan belas persen (18%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata lima puluh persen (50%) menjawab benar dan lima puluh persen (50%) menjawab salah yang menilai apakah siswa meludah disembarang tempat. Kebiasaan yang buruk akan menghasilkan sikap yang buruk juga. Meludah di sembarang tempat merupakan kebiasaan buruk, dan sangat berpengaruh terhadap mental siswa. Dari data diatas menyatakan bahwa kebiasaan meludah di sembarang tempat sangat tinggi bagi siswa SD belum Adiwiyata, untuk itu diperlukan pendidikan lingkungan hidup, sehingga perlahan-lahan siswa tersebut akan semakin mengetahui arti dari kebersihan lingkungan.

Responden SD Adiwiyata seratus persen (100%) menjawab benar dan nol persen (0%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata seratus persen (100%) menjawab benar dan nol persen (0%) menjawab salah yang menilai apakah siswa membuang air besar/kecil pada WC yang telah disediakan. Membuang air besar/kecil ditempat yang sudah disediakan merupakan salah satu indikator siswa memahami perlunya menjaga kebersihan lingkungan, hal ini sudah berjalan dengan baik di kedua sekolah, baik sekolah Adiwiyata maupun sekolah belum Adiwiyata. Kondisi tersebut menyatakan bahwa setiap siswa sudah memiliki kemampuan dasar untuk mengikuti kebiasaan, karena kebiasaan

tersebut sudah berlangsung di rumah masing-masing siswa. Dari keadaan tersebut dapat dinyatakan setiap keadaan yang menjaga kebersihan lingkungan supaya dibiasakan, karena kebiasaan yang baik akan menimbulkan sikap yang baik.

Responden SD Adiwiyata tujuh puluh tiga persen (73%) menjawab benar dan dua puluh tujuh persen (27%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata dua belas persen (12%) menjawab benar dan delapan puluh delapan persen (88%) menjawab salah yang menilai apakah siswa membuang bungkus makanan/jajanan pada tempatnya. Membuang sampah pada tempatnya merupakan hal yang sangat sederhana, namun sangat susah untuk direalisasikan. Hal ini terbukti dari data diatas, menyatakan bahwa masih banyak siswa tidak membuang sampah ke tempat yang sudah disediakan. Untuk itu perlu diberi pemahaman kepada siswa tentang sampah, efek yang ditimbulkanya, lamanya terurai, dan lain sebagainya. Ketika siswa sudah memahami hal tersebut maka perlahan-lahan tingkat kesadaran siswa akan membuang sampah pada tempatnya akan semakin tinggi, hal ini terbukti dari persentase siswa untuk sekolah Adiwiyata lebih tinggi kesadarannya dibandingkan sekolah belum Adiwiyata.

Responden SD Adiwiyata seratus persen (100%) menjawab benar dan nol persen (0%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata tiga puluh tujuh persen (37%) menjawab benar dan enam puluh tiga persen (63%) menjawab salah yang menilai apakah siswa menyiram bunga yang ada di halaman sekolah. Tanggung jawab akan kewajiban timbul dari kesadaran akan pentingnya tanggung jawab itu dilaksanakan dan seharusnya siswa sudah mengetahui ketika tanggung jawab itu dilaksanakan maka yang merasakan keuntunganya adalah diri sendiri dan lingkunganya. Menyiram bunga di halaman sekolah adalah tanggung jawab sederhana, namun sangat perlu dilakukan untuk keberlanjutan keindahan tanaman

di sekolah tersebut, dari persentase data diatas menyatakan siswa kelas VI SD belum Adiwiyata belum merasa bertanggungjawab akan tanaman disekitarnya, untuk itu perlu diberikan pemahaman yang lebih lanjut sehingga tumbuh tanggungjawab perlunya tanaman yang selalu sehat dan segar.

Responden SD Adiwiyata delapan puluh dua persen (82%) menjawab benar dan delapan belas persen (18%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata dua puluh lima persen (25%) menjawab benar dan tujuh puluh lima persen (75%) menjawab salah yang menilai apakah siswa mencuci tangan sebelum dan sesudah memakan makanan di sekolah. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memakan makanan merupakan kebiasaan yang timbul dari pengetahuan tentang kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan terjamin salah satunya apabila bebas dari kuman penyakit, sementara kuman penyakit sering bersarang di tangan yang selalu bersentuhan dengan semua benda disekitar kita. Dari persentase data diatas menyatakan bahwa siswa sekolah belum Adiwiyata sangat rendah kebiasaanya mencuci tangan, hal ini menandakan siswa belum sadar tentang akibat yang akan ditimbulkan apabila kuman terikut bersama makanan yang kita makan. Dengan demikian diharapkan pemahaman lebih kepada siswa tentang hal-hal yang sederhana seperti hal tersebut.

Responden SD Adiwiyata sembilan puluh satu persen (91%) menjawab benar dan sembilan persen (9%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata tiga puluh tujuh persen (37%) menjawab benar dan enam puluh tiga persen (63%) menjawab salah yang menilai apakah siswa menegur teman yang membuang sampah sembarangan. Ketika siswa sudah mampu menegur teman yang membuang sampah sembarangan, dapat dikatakan siswa tersebut sudah berbudaya lingkungan. Dari persentase diatas menyatakan sekolah belum

Adiwiyata sangat jauh ketinggalan dibandingkan dengan sekolah Adiwiyata, hal ini disebabkan informasi yang mereka dapatkan baik dari guru maupun dari buku masih kurang lengkap.

Responden SD Adiwiyata tujuh puluh tiga persen (73%) menjawab benar dan dua puluh tujuh persen (27%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata nol persen (0%) menjawab benar dan seratus persen (100%) menjawab salah yang menilai apakah siswa pernah menegur guru yang membuang sampah sembarangan. Ketika siswa sudah mampu mengingatkan siapa saja termasuk guru, maka siswa sudah memiliki karakter yang sadar akan lingkungan, hal ini sudah hampir tertanam pada seluruh siswa kelas VI sekolah Adiwiyata, sehingga dapat kita nyatakan bahwa dengan diterapkannya pendidikan lingkungan hidup sangat menentukan bagi pembentukan karakter siswa yang berbudaya lingkungan. Hal ini terbukti dari persentase data pada sekolah belum Adiwiyata, data tersebut menyatakan siswa belum mempunyai keberanian untuk menegur orang lain yang membuang sampah sembarangan.

Responden SD Adiwiyata delapan puluh dua persen (82%) menjawab benar dan delapan belas persen (18%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata lima puluh persen (50%) menjawab benar dan lima puluh persen (50%)

Dokumen terkait