PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF
AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP
SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN
(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)
TESIS
Oleh
ANDAR ABDI SARAGIH
107004014/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
S E K
O L
A
H
P A
S C
A S A R JA N
PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF
AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP
SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN
(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ANDAR ABDI SARAGIH
107004014/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP
KOGNITIF AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK
LINGKUNGAN HIDUP SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN (Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)
Nama Mahasiswa : Andar Abdi Saragih
Nomor Pokok : 107004014
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Syamsul Arifin, SH, MH) Ketua
(Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, SpFK) (Prof. Dr. Chalida Fachruddin)
Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal: 28 Juli 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Syamsul Arifin, SH, MH.
Anggota : 1. Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, SpFK
2. Prof. Dr. Chalida Fachruddin
3. Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc.
PERNYATAAN
Judul Tesis
PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA
MEDAN
(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Medan, Juli 2012 Penulis,
PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP SISWA
SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN
(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)
ABSTRAK
Kurangnya kesadaran masyarakat menyebabkan kondisi lingkungan semakin hari semakin rusak. Upaya potensial yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan menerapkan pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan akan lebih mudah dimengerti dan dipahami jika dimulai dari sekolah dasar. Adiwiyata adalah program Pemerintah untuk menciptakan sekolah berbudaya lingkungan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa Sekolah Dasar dengan membandingkan kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa Sekolah Dasar Adiwiyata dan Sekolah Dasar belum Adiwiyata di Kecamatan Medan Barat Kota Medan. Penelitian ini dilakukan dari Tanggal 3 Maret sampai dengan 19 April 2012, yang dilakukan dengan memberikan kuisioner dan wawancara langsung kepada responden yang terdiri dari, siswa kelas VI (sekolah Adiwiyata 72 siswa dan sekolah belum Adiwiyata 64 siswa), guru (sekolah Adiwiyata 11 guru dan sekolah belum Adiwiyata 8 guru, pegawai (sekolah Adiwiyata 5 pegawai dan sekolah belum Adiwiyata 2 pegawai), Kepala Sekolah dan Kepala UPT Tk/SD Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat. Kemudian data diolah dan dianalis, sehingga didapat kesimpulan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (pisikomotorik) lingkungan hidup siswa kelas VI Sekolah Adiwiyata lebih tinggi dibanding Sekolah belum Adiwiyata dan ada pengaruh positif progam Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan pisikomotorik lingkungan hidup siswa.
THE INFLUENCE OF ADIWIYATA PROGRAM ON THE COGNITIVE AFFECTIVE AND PSYCHOMOTORIC ENVIRONMENT OF THE
STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOLS IN MEDAN (A Case Study at SD Swasta Pertiwi and SD Negeri 060843
Medan Barat Subdistrict)
ABSTRACT
The lack of public awareness has caused the environment to be worse and worse. The potential effort which can increase public awareness is by implementing environmental education. Education will be easily understood and comprehended if it is started from the elementary school. Adiwiyata is the government’s program which is aimed to make a school as an environmental culture. The aim of the research is to know the influence of Adiwiyata program on the cognitive, affective, and psychomotoric environment of the students of the elementary schools by comparing the cognitive, affective, and psychomotoric environment of the students of Adiwiyata elementary schools with the students of the elemnentary schools which do not follow the Adiwiyata program at Medan Barat Subdistrict, Medan. The research was conducted from March 3 until April 19, 2012 by distributing questionnaires and conducting in-depth interviews with the respondents that comprised of the sixth grade students (72 students from Adiwiyata schools and 64 students from non-Adiwiyata schools), teachers (11 teachers from Adiwiyata schools and eight teachers from non-Adiwiyata schools), employees (five employees from Adiwiyata schools and two employees from non-Adiwiyata schools), school principals and head of UPT Tk/SD of the Education Service, Medan Barat Subdistrict. The data were then processed and analyzed, and the conclusion was that knowledge (cognitive), attitude (affective), and skill (psychomotoric) of the sixth grade students of Adiwiyata schools were higher than the students of non-Adiwiyata schools, and there was positive influence of Adiwiyata program on the students’ cognitive, affective, and psychomotoric environment.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memeberikan berkahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan tesis ini.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K),
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS., selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Chairuddin, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi.
5. Bapak Prof. Syamsul Arifin, SH, MH., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, SpFK, dan Ibu Prof. Dr. Chalida Fachruddin selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
7. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc dan Bapak Prof. Dr.
9. Rekan-rekan mahasiswa PSL angkatan 2010 beserta semua sahabat saya yang ada di Pemuda Gereja Kirsten Protestan Simalungun (GKPS) dan Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun (HIMAPSI) Cabang Medan yang telah mendukung penulis hingga selesainya tesis ini.
10. Bapak Kepala Sekolah SD Pertiwi Medan, Ibu Kepala Sekolah SD 060843 Medan dan Bapak Kepala UPT Tk/SD Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat yang telah mendukung penulis dalam proses penelitian sehingga tesis ini bisa penulis selesaikan.
11. Ayahanda dan Ibunda tercinta M. Daulatman Saragih/H. Elly Sipayung, beserta seluruh keluarga yang telah mendukung penulis dari moril dan materil.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.
Medan, Juli 2012 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Simanabun Kecamatan Silou Kahean
Kabupaten Simalungun pada tanggal 22 Juni 1986. Penulis merupakan anak ke-7
dari 7 bersaudara. Dilahirkan oleh ibu H. Elly Sipayung dan Ayah M.Daulatman
Saragih.
Jenjang pendidikan formal yang dilalui adalah Sekolah Dasar Negeri
094144 Simanabun Kabupaten Simalungun lulus pada tahun 1998, SMP Negeri 1
Silou Kahean Simalungun lulus pada tahun 2001, SMA Yapim Medan lulus pada
tahun 2004. Pada tahun 2008 lulus dari Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada Universitas Negeri Medan.
Bekerja sebagai Guru di SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun pada
DAFTAR ISI 2.1.1. Sejarah Pendidikan Lingkungan Hidup ... 8
2.1.2. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup ... 9
2.2 Adiwiyata 2.2.1. Sejarah Adiwiyata ... 11
2.2.2. Pengertian Program Adiwiyata ... 11
2.2.3. Norma Dasar Program Adiwiyata ... 13
2.2.4. Prinsip-Prinsip Dasar Adiwiyata ... 13
2.2.5. Keuntungan Mengikuti Program Adiwiyata ... 13
2.3 2.5.1. Kebutuhan Iptek Pengelolaan Lingkungan Hidup 22 2.5.2. Tujuan dan Sasaran IPTEK Pengelolaan
3.4 Metode Pengumpulan Data... 30
3.4.1. Data Primer... 32
3.4.2. Data sekunder... 30
3.5 Instrumen Penelitian... 30
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1.1 Domain Kognitif (Bloom’s Taxonomy)……… 19
1.2 Domain Afektif (Kratwholl Taxonomy)………... 20
1.3 Domain Psikomotorik (Simpson Taxonomy)……… 21
4.1 SD Negeri di Kecamatan Medan Barat……… 34
4.2 SD Swasta di Kecamatan Medan barat……… 34
4.3 Responden Siswa……….. 35
4.4 Responden Guru………... 35 4.5
4.6 4.7 4.8
Responden Pegawai………..
Tanggapan Responden terhadap Kognitif Siswa……….. Tanggapan Responden terhadap Afektif Siswa……….... Tanggapan Responden terhadap Pisikomotorik Siswa………...
36 37 43
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Dokumentasi
Penelitian………
60
2 Kuisioner……….. 67
PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP SISWA
SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN
(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)
ABSTRAK
Kurangnya kesadaran masyarakat menyebabkan kondisi lingkungan semakin hari semakin rusak. Upaya potensial yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan menerapkan pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan akan lebih mudah dimengerti dan dipahami jika dimulai dari sekolah dasar. Adiwiyata adalah program Pemerintah untuk menciptakan sekolah berbudaya lingkungan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa Sekolah Dasar dengan membandingkan kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa Sekolah Dasar Adiwiyata dan Sekolah Dasar belum Adiwiyata di Kecamatan Medan Barat Kota Medan. Penelitian ini dilakukan dari Tanggal 3 Maret sampai dengan 19 April 2012, yang dilakukan dengan memberikan kuisioner dan wawancara langsung kepada responden yang terdiri dari, siswa kelas VI (sekolah Adiwiyata 72 siswa dan sekolah belum Adiwiyata 64 siswa), guru (sekolah Adiwiyata 11 guru dan sekolah belum Adiwiyata 8 guru, pegawai (sekolah Adiwiyata 5 pegawai dan sekolah belum Adiwiyata 2 pegawai), Kepala Sekolah dan Kepala UPT Tk/SD Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat. Kemudian data diolah dan dianalis, sehingga didapat kesimpulan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (pisikomotorik) lingkungan hidup siswa kelas VI Sekolah Adiwiyata lebih tinggi dibanding Sekolah belum Adiwiyata dan ada pengaruh positif progam Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan pisikomotorik lingkungan hidup siswa.
THE INFLUENCE OF ADIWIYATA PROGRAM ON THE COGNITIVE AFFECTIVE AND PSYCHOMOTORIC ENVIRONMENT OF THE
STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOLS IN MEDAN (A Case Study at SD Swasta Pertiwi and SD Negeri 060843
Medan Barat Subdistrict)
ABSTRACT
The lack of public awareness has caused the environment to be worse and worse. The potential effort which can increase public awareness is by implementing environmental education. Education will be easily understood and comprehended if it is started from the elementary school. Adiwiyata is the government’s program which is aimed to make a school as an environmental culture. The aim of the research is to know the influence of Adiwiyata program on the cognitive, affective, and psychomotoric environment of the students of the elementary schools by comparing the cognitive, affective, and psychomotoric environment of the students of Adiwiyata elementary schools with the students of the elemnentary schools which do not follow the Adiwiyata program at Medan Barat Subdistrict, Medan. The research was conducted from March 3 until April 19, 2012 by distributing questionnaires and conducting in-depth interviews with the respondents that comprised of the sixth grade students (72 students from Adiwiyata schools and 64 students from non-Adiwiyata schools), teachers (11 teachers from Adiwiyata schools and eight teachers from non-Adiwiyata schools), employees (five employees from Adiwiyata schools and two employees from non-Adiwiyata schools), school principals and head of UPT Tk/SD of the Education Service, Medan Barat Subdistrict. The data were then processed and analyzed, and the conclusion was that knowledge (cognitive), attitude (affective), and skill (psychomotoric) of the sixth grade students of Adiwiyata schools were higher than the students of non-Adiwiyata schools, and there was positive influence of Adiwiyata program on the students’ cognitive, affective, and psychomotoric environment.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harus kita akui bahwa sampai dengan saat ini kepedulian terhadap
lingkungan baru dimiliki segelintir individu. Ada banyak diantara kita yang
belum peduli dengan permasalahan lingkungan secara sungguh-sungguh. Cukup
banyak ditemukan penanganan masalahan lingkungan masih sebatas retorika dan
administratif sehingga belum terwujud dalam tindakan nyata yang
memadai. Kalaupun ada aksi yang dilaksanakan, terkadang masih sebatas
seremonial yang dilakukan dalam kegiatan dan acara tertentu.
Bilamana kondisi kekurangpedulian seperti ini terus berlanjut, tidak
ubahnya kita seperti memelihara bom waktu yang pada saatnya akan muncul
dalam bentuk bencana lingkungan. Hal ini sekaligus juga bermakna bahwa
sesungguhnya kita tengah bunuh diri pelan-pelan secara ekologis. Beragam
bencana lingkungan telah kita alami, namun bencana demi bencana tersebut
ternyata hanya mampu mengingatkan kita sesaat saja. Kita sering terlalu cepat
melupakan bencana lingkungan yang baru dihadapi bahkan tak jarang bencana
tersebut dianggap sebagai peristiwa rutin tahunan seperti bencana banjir dan tanah
longsor. Upaya mencegah seakan tak pernah tersentuh oleh banyak individu.
Perencanaan pencegahan lebih banyak terlupakan, kalaupun ada, terkesan
dilakukan seadanya. Program yang disiapkan lebih terkonsentrasi pada
penanggulangan dampak bencana, bukan tindakan preventif terhadap
kemungkinan terjadinya bencana. Ironisnya, masalah pencegahan ini pada banyak
itu melanda. Seharusnya, upaya pencegahan telah dilakukan sejak dini. Studi
terhadap kemungkinan terjadinya bencana dan langkah-langkah pencegahan
munculnya permasalahan lingkungan seharusnya telah dilakukan sebelum
bencana tersebut benar-benar melanda kehidupan kita (Hamzah, 2010).
Permasalahan lingkungan hidup dapat diselesaikan melalui pendidikan.
Hal ini sesuai dengan ungkapan bijakasana dari Nelson Mandela “pendidikan
adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia” (Harian Wawasan,
19 Maret 2011). Dapat kita selaraskan bahwa pendidikan adalah senjata paling
ampuh untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Kondisi di Indonesia secara umum sudah mengalami pencemaran yang
tinggi. Tentunya hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Keadaan ini mengajak kita berfikir,
bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat
dalam melestarikan fungsi linkungannya. Jawabannya mungkin tepat yaitu dengan
pendidikan lingkungan hidup, dengan pendidikan lingkungan yang di mulai dari
sekolah dasar diharapkan kesadaran tentang pelestarian lingkungan hidup juga
mendasar ketika siswa ini suatu saat menjadi pembuat keputusan di Negara ini,
maka akan membuat keputusan dengan mempertimbangkan keseimbangan
lingkungan.
Pendidikan lingkungan hidup memberikan latihan kepada anak didik
berfikir secara serbacakup (comprehensif) mengenai segala gatra kehidupan
manusia (Notohadiprawiro, 2006). Sehingga dengan mempelajari pendidikan
lingkungan, anak didik akan semakin menyatu dengan alam, dan semakin
memahami fungsi alam tersebut dan bagaimana merawatnya demi menjaga
Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO (1997) dalam
Sudaryanti (2009), merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan
suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan
masalah-masalah yang terkait didalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi,
komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara perorangan maupun
kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan
lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya
masalah-masalah lingkungan hidup yang baru. Dari penjelasan tersebut dapat kita tarik
pengertian bahwasanya pendidikan lingkungan hidup selayaknya didapatkan oleh
setiap lapisan masyarakat, sehingga akan timbul pemahaman yang baik seterusnya
akan tumbuh kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup disekitarnya.
Menurut Notohadiprawiro (2006) sadar lingkungan hanya dapat dibentuk
dan dikembangkan dalam diri orang masing-masing dengan jalan :
1) Menghadapkan seseorang pada persoalan lingkungan sehari-hari secara
terus-menerus berupa kenyataan yang mudah masuk akal dan mudah dialami
sendiri.
2) Menumbuhkan peradaban malu.
Banyak yang menjadi penyebab menurunya kualitas lingkungan,
diantaranya yaitu rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat
tentang lingkungan, sehingga mereka kurang respon untuk dapat menerima
informasi yang bermanfaat bagi dirinya (Hermawan, 2000).
Selanjutnya Neolaka (2007) menambahkan ada 4 faktor yang mempengaruhi
kesadaran lingkungan, yaitu faktor ketidaktahuan, faktor kemiskinan, faktor
Dengan alasan tersebutlah, dapat kita benarkan bahwasanya pendidikan
lingkungan merupakan salah satu cara yang sangat potensial untuk menjaga
kelestarian lingkungan, dimana dengan pendidikan tersebut, akan muncul
pemahaman, kebiasaan, dan pelaksanaan. Hal ini ditegaskan juga oleh ahli yang
menyatakan sikap seseorang terhadap sesuatu hal akan positif apabila didukung
dengan pengetahuan atau pemahaman yang baik tentang hal tersebut
(Kusmawati dkk, 2006).
Sebenarnya pendidikan lingkungan hidup direalisasikan di Indonesia
sejak Tahun 1991 diseluruh jenjang pendidikan di Indonesia (Yustina, 2006).
Walaupun sudah dimulai sejak tahun 1991, dampak dan hasil pendidikan
lingkungan hidup yang telah dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan belum
banyak terlihat, baik pada masyarakat maupun lingkungan (Hamzah, 2004). Hal
ini mengindikasikan bahwa konsepsi pendidikan lingkungan hidup disekolah lebih
banyak pada tatanan ide dan instrumental, belum pada tatanan praktis dan
pelaksanaan. Kelemahan selama ini adalah pendidikan lingkungan hidup terlalu
berat pada ekologi namun tidak memasukkan hal-hal yang praktis dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Soeriatmadja (1997) pendidikan lingkungan hidup adalah suatu
proses yang bertujuan untuk mengembangkan kesadaran umat manusia akan
lingkungan hidup dengan seluruh permasalahan yang terdapat didalamnya. Hal
tersebut menegaskan bahwa pendidikan lingkungan hidup ada untuk menciptakan
manusia-manusia yang sadar akan pentingnya pelestarian fungsi lingkungan.
Adiwiyata merupakan program sekolah berwawasan lingkungan, program
Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup
dalam upaya pelesatarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap
warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat
serta menghindari dampak lingkungan yang negatif (KNLH, 2010).
Program Adiwiyata diharapkan dapat mengubah pola pikir generasi
terhadap pentingnya keseimbangan lingkungan, sehingga apabila generasi sudah
memahami dan mengerti tentang konsep keseimbangan lingkungan, maka besar
kemungkinan akan dihasilkan calon–calon pemimpin yang mengerti dan
melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan.
Program ini sudah berjalan di beberapa sekolah di Sumatera Utara, namun
yang menjadi persoalan apakah ada manfaatnya terkhusus bagi siswa, dan
bagaimana siswa itu dalam keseharianya terhadap lingkungan. Jika memang
bermanfaat dan dapat menciptakan generasi pelestari lingkungan, mengapa tidak
segera seluruh sekolah mendapatkan dan melaksanakan program tersebut. Hal
inilah yang belum pernah diteliti dan menurut penulis perlu diteliti lebih
mendalam untuk mendapatkan jawaban dalam menciptakan calon-calon
pemimpin yang berbudaya lingkungan. Penelitian ini juga dikuatkan dalam Jurnal
Penelitian dari BAPPEDA Kota Yogjakarta yang merekomendasikan bahwa
belajar lingkungan harus “mengalami” apa yang dipelajari bukan “mengetahui”
dalam artian studi kasus dan studi lapangan harus diperbanyak
(Bappeda Yogjakarta, 2007).
Hasil yang hampir sama juga disebutkan oleh Hiswari, dimana dalam
salah satu kesimpulan Tesisnya menyatakan, tingkat pemahaman pengetahuan
materi lingkungan hidup hasil proses belajar mengajar lingkungan hidup
memberikan kontribusi berarti dengan sikap siswa terhadap lingkungan hidup
cukup bermakna antara tingkat pengetahuan materi lingkungan hidup dengan
sikap siswa terhadap pelesatarian lingkungan (Wantania, 1998). Dengan alasan
itulah peneliti mencoba menindaklanjuti penelitian sebelumnya dengan mencari
pengaruh program Adiwiyata yang sedang dan telah diikutinya apakah
benar-benar bermanfaat bagi siswa tersebut dalam melestarikan lingkungan sekitarnya.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah perbandingan kognitif, afektif dan psikomotorik
lingkungan hidup siswa SD pada SD yang telah mengikuti program
Adiwiyata dengan SD yang belum mengikuti program Adiwiyata.
2. Apakah ada pengaruh penerapan program Adiwiyata terhadap kognitif,
afektif dan psikomotorik siswa SD pada pelestarian fungsi lingkungan
hidup.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Membandingkan kognitif, afektif dan psikomtorik lingkungan hidup siswa
SD pada sekolah yang telah mengikuti program Adiwiyata dengan sekolah
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan program Adiwiyata
terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa SD pada pelestarian
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Lingkungan Hidup
2.1.1 Sejarah Pendidikan Lingkungan Hidup
KNLH (2010) mengemukakan bahwa pendidikan lingkungan hidup (PLH)
secara implisit sudah dimulai sejak penggunaan kurikulum 1975 pada program
sekolah dengan jalan mengintegrasikanya pada mata pelajaran yang relevan,
mulai sejak SD sampai tingkat SLTA berdasarkan S.K. Menteri P dan K No.
008/U/1975, perkembangan penyelenggaraan pendidikan lingkungan hidup (PLH)
di Indonesia dilaksanakan oleh Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta
pada tahun 1975. Pada tahun 1977/1978 rintisan Garis-Garis Besar Program
Pengajaran Lingkungan Hidup diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta. Pada
tahun 1979 di bawah koordinasi Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg PPLH) dibentuk Pusat Studi
Lingkungan (PSL) diberbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, dimana
pendidikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) mulai
dikembangkan. Sampai tahun 2010, jumlah PSL yang menjadi anggota Badan
Koordinasi Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) telah berkembang menjadi
101 PSL.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional (Ditjen Dikdasmen, Depdiknas), menetapkan bahwa
penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup
secara terintegrasi dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan
memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam
Tahun 1989/1990 hingga 2007, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, melalui proyek
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, sedangkan Sekolah
Berbudaya Lingkungan (SBL) mulai dikembangkan pada tahun 2003 di 120
sekolah. Sampai dengan berakhirnya tahun 2007, proyek PKLH telah berhasil
mengembangkan SBL di 470 sekolah, 4 Lembaga Penjamin Mutu (LPMP) dan 2
Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG).
Prakarsa Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup juga dilakukan
oleh LSM. Pada tahun 1996/1997 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan
yang beranggotakan LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap
Pendidikan Lingkungan Hidup. Hingga tahun 2010, tercatat 150 anggota JPL
(perorangan dan lembaga) yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan
Pendidikan Lingkungan Hidup. Sedangkan tahun 1998 – 2000 Proyek Swiss
Contact berpusat di VEDC (Vocational Education Development Center) Malang
mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup pada Sekolah Menengah
Kejuruan melalui 6 PPPG lingkup kejuruan dengan melakukan pengembangan
materi ajar PLH dan berbagai pelatihan lingkungan hidup bagi Guru-Guru SD,
SMP dan SMA termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (KLH, 2011).
2.1.2 Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup
Beberapa pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup
1) Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO (1997) di
Tbilisi dalam Sudaryanti (2009) merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian
terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait didalamnya serta
bekerja baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif
atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada
sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan
hidup yang baru.
2) Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) pada dasarnya bertujuan untuk
merubah perilaku individu menjadi perilaku yang positif terhadap
lingkungan (perilaku ramah lingkungan). Kenyataannya upaya
pelaksanaan PLH di sekolah-sekolah secara umum baru sampai pada tahap
peningkatan pengetahuan, belum mampu mendorong terjadinya perubahan
perilaku siswa menjadi lebih ramah lingkungan (Meilani, 2011).
3) Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses yang bertujuan untuk
mengembangkan kesadaran umat manusia akan lingkungan hidup dengan
seluruh permasalahan yang terdapat didalamnya (Soeriatmadja, 1997).
4) Pendidikan Lingkungan Hidup adalah proses pengembangan apresiasi
akan saling ketergantungan antara manusia dengan biofisik dan binaannya
sehingga terbina sikap dan nilai mau memelihra keselarasan hubungan
antara komponen-komponen lingkungan hidup (Yusuf, 1994).
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah : proses
pembentukan karakter dan perilaku dalam memahami, mengembangkan serta
2.2 Adiwiyata
2.2.1 Sejarah Adiwiyata
Pada tahun 1996 disepakati kerjasama pertama antara Departemen
Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, yang
diperbaharui pada tahun 2005 dan tahun 2010. Sebagai tindak lanjut dari
kesepakatan pada tahun 2005, pada tahun 2006 Kementerian Lingkungan Hidup
mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah melalui program Adiwiyata, dimulai dilaksanakan di wilayah
Pulau Jawa dengan melibatkan instansi pemerintah, perguruan tinggi dan LSM
yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan hidup (KLH, 2011).
Pelaksanaan program Adiwiyata merupakan amanah UU No. 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, tepatnya pada Pasal 65 butir
(2) setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses
informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Tindak lanjut dari UU No. 32 Tahun 2009
adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2009 tentang
pedoman pelaksanaan program Adiwiyata. Secara aturan atau dasar hukum
pelaksanaan, program Adiwiyata sudah seharusnya berjalan di semua Sekolah
2.2.2 Pengertian Program Adiwiyata
Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara
Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan
kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam
program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah
menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang
negatif.
Dalam pelaksanaanya Kementerian Negara Lingkungan Hidup bekerja
sama dengan para stakeholders, menggulirkan program Adiwiyata ini dengan
harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar
materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta menjaga
lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya.
Kata Adiwiyata berasal dari 2 kata sansekerta “ADI” dan “WIYATA”.
ADI mempunyai makna: Besar, agung, baik, ideal atau sempurna. Wiyata
mempunyai makna: tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan,
norma dan etika dalam berkehidupan sosial. Bila kedua kata tersebut digabung,
secara keseluruhan ADIWIYATA mempunyai makna atau pengertian : tempat
yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai
norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya
kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan yang
berkelanjutan (KLH, 2011).
Menurut Permen LH No 02 Tahun 2009, Adiwiyata adalah sekolah yang
norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya
kesejahteraan hidup dan cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Tujuan program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi
sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah,
sehingga dikemudian hari, warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab
dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan.
Kegiatan utama program Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan
sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah
di Indonesia. Dengan program ini diharapkan dalam setiap perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi selalu dikaji juga bagaimana Teknologi tersebut dapat
menyeimbangkan daya dukung lingkungan (KLH, 2011).
2.2.3 Norma Dasar Program Adiwiyata
Program dan kegiatan yang dikembangkan harus berdasarkan
norma-norma dasar dan berkehidupan yang meliputi antara lain : kebersamaan,
keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
sumberdaya alam (KLH, 2011).
2.2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Program Adiwiyata
1) Partisipatif : komunitas sekolah terlibat dalam manejemen sekolah yang
meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai
tanggung jawab dan peran.
2) Berkelanjutan : seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan
2.2.5 Keuntungan Mengikuti Program Adiwiyata
Keuntungan yang diperoleh sekolah dalam mengikuti program Adiwiyata
adalah :
1) Meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah dan
penggunaan berbagai sumberdaya.
2) Meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan konsumsi
berbagai sumberdaya dan energi.
3) Meningkatkan kondisi belajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi semua
warga sekolah.
4) Menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah.
5) Meningkatkan upaya menghindari berbagai resiko dampak lingkungan negatif
di masa yang akan datang.
6) Menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai-nilai
pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar.
7) Mendapat penghargaan Adiwiyata (KLH, 2011).
Selain ke tujuh point di atas, ketika sebuah sekolah sudah mengikuti
program Adiwiyata maka sekolah tersebut akan mendapatkan bantuan dana
pendampingan, sesuia dengan kebutuhan yang diajukan oleh sekolah dan disetujui
oleh Kementrian Lingkungan Hidup (Arjuna dan Salmonsius, 2011).
2.2.6 Indikator dan Kriteria Program Adiwiyata
Dalam mewujudkan program Adiwiyata telah ditentukan beberapa
1. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan
Untuk mewujudkan Sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka
diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung dilaksanakanya kegiatan
pendidikan liingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar program Adiwiyata yaitu partisipatif dan berkelanjutan.
Pengembangan kebijakan sekolah yang diperlukan untuk mewujudkan sekolah
peduli dan berbudaya lingkungan tersebut adalah:
a) Visi dan Misi Sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
b) Kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan
lingkungan hidup.
c) Kebijakan peningkatan SDM (tenaga kependidikan dan non kependidikan)
di bidang pendidikan lingkungan hidup.
d) Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumberdaya alam.
e) Kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih
dan sehat.
f) Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi
kegiatan yang terkait dengan lingkungan hidup.
2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Pendidikan
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada siswa dapat dilakukan
secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan materi, model pembelajaran dan
metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada
siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan
mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan dapat dicapai dengan
melakukan hal-hal berikut:
a) Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran.
b) Penggalian dan pengembangan materi serta persoalan lingkungan hidup
yang ada di masyarakat sekitar.
c) Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.
d) Pengembangan kegiatan kurikuler untuk peningkatan pengetahuan dan
kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.
3. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga
sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup.
Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya dalam
melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah,
masyarakat maupun lingkunganya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh
warga sekolah dalam mengembangkan kegiatan berbasis partisipatif adalah :
a) Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler dibidang lingkungan
hidup berbasis partisipatif disekolah.
b) Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar.
c) Membangun kegiatan kemitraan dalam pengembangan pendidikan
lingkungan hidup di sekolah.
4. Pengelolaan dan/atau Pengembangan Sarana Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu
didukung sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan
hidup. Pengelolaan dan pengembangan sarana tersebut meliputi:
a) Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk
b) Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar sekolah.
c) Penghematan sumberdaya alam (air, listrik) dan ATK.
d) Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat.
e) Pengembangan sistem pengelolaan sampah (KLH, 2011).
2.3 Taksonomi Pengetahuan
Menurut Bloom dkk (1956) dalam Sukardi (2008), tujuan intruksional
dalam proses pembelajaran pada prinsipnya dapat dikelempokkan menjadi tiga
domain atau ranah yaitu, kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Popham dan
Baker (2011), Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru
untuk mengevaluasi mutu tujuanya. Adakah guru-guru tanpa sengaja terlalu
menekankan segi kognitif sehingga lupa akan segi afektif? Tidak ada salahnya
menentukan tujuan dalam segi kognitif saja, asal memang itulah pilihan guru yang
dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi yang menjadi masalah ialah tanpa sengaja
banyak guru terlalu menekankan segi kognitif tanpa menyadarinya. Salah satu
manfaat taksonomi ialah guru didorong untuk bertanya adakah ia menekankan
segi tertentu atau tidak.
Menurut Nasution (2011), taksonomi besar manfaatnya antara lain;
a) Memperlihatkan luas dan macam tujuan pendidikan yakni yang bersifat
kognitif, afektif dan psikomotor yang selanjutnya dapat diuraikan menjadi
tujuan-tujuan yang lebih terperinci. Pendidikan itu menjadi sempit bila
hanya mementingkan aspek kognitif saja. Aspek afektif dan psikomotor
yang tak kurang pentingnya juga harus mendapat perhatian yang wajar.
b) Mewujudkan tingkatan dalam tujuan tiap kategori atau pengajaran yang
mengembangkan kemampuan mental bertaraf tinggi pada anak didik.
Mutu pendidikan serupa itu rendah dan merugikan anak dalam
perkembanganya. Pengetahuan itu penting dan membantu perkembangan
mental yang lebih tinggi tingkatanya seperti pemahaman, analisis, sintesis
sampai kemampuan menilai sesuatu berdasarkan kriteria. Dalam bidang
afektif anak tidak hanya dididik mengenal yang baik dan yang buruk, akan
tetapi harus mewujudkan nilai-nilai itu alam pribadinya dan dengan
demikian membentuk wataknya. Juga tidak boleh diabaikan aspek
psikomotor yang antara lain mengandung pekerjaan dengan tangan yang
selama ini dipandang rendah.
c) Memberi pedoman untuk mengklasifikasikan pertanyaan atau soal-soal
test, sehingga meliputi seluruh bidang dari tarif rendah sampai tinggi.
Menurut Sukardi (2008) taksonomi pengetahuan yaitu :
1) Domain Kognitif
Domain kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak
didasarkan perkembangannya dari persepsi, instrospeksi, atau memori siswa.
Tujuan pembelajaran kognitif ini dikembangkan oleh Bloom (1956) Tujuan
kognitif ini dibedakan menjadi enam tingkatan : a) Knowledge,
b) Comprehension, c) application, d) analysis, e) syntesis, f) evaluation. Dalam
menyusun tujuan intruksional, keenam tingkatan ini pada umumnya ditunjukkan
dengan beberapa kata kerja. Guru dapat menggunakan dan mengembangkan
kata-kata kerja tersebut sesuai dengan tingkat materi pembelajaran yang hendak
diberikan kepada para siswa. Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini
diberikan tabel tingkatan kognitif dan contoh-contoh kata kerja yang sesuai.
dengan rencana guru, kata-kata kerja sejenis masih dapat dikembangkan oleh para
guru kelas. Berikut kata kerja yang berorientasi perilaku pada setiap domain dapat
dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Domain Kognitif ( Bloom’s Taxonomy)
Tingkatan Verb (kata kerja)
Knowledge (pengetahuan) Identifikasi, spesifikasi, menyatakan
Comprehension (pemahaman) Menerangkan, menyatakan kembali,
menerjemahkan
Application (penerapan) Menggunakan, memecahkan, menggunakan
Analysisis (analisis) Menganalisis,membandingkan,
mengkontraskan
Synthesis (sintesis) Merancang, mengembangkan, merencanakan
Evaluation (evaluasi) Menilai, mengukur, memutuskan
Dalam konteks evaluasi pembelajaran, penggunaan kata kerja ini juga
dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat item-item pertanyaan sesuai
dengan tingkat pengetahuan para siswa.
2) Domain Afektif
Domain afektif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak
didasarkan pada pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi oleh Good
(1973) dalam Sukardi (2008). Dalam pengembanganya pendidikan afektif yang
semula hanya mencakup perasaan dan emosi, telah berkembang lebih luas, yakni
menyangkut moral, nilai-nilai, budaya dan keagamaan. Tujuan pembelajaran yang
diklasifikasikan pada domain afektif, dikembangkan oleh Kratwohl dkk (1964)
dalam Sukardi (2008).
Kratwohl, dkk merencanakan tujuan pembelajaran afektif dengan
membedakanya menjadi lima tingkatan dari yang sederhana sampai pada
tingkatan kompleks, yaitu a) receiving, b) responding, c) valuing, d) organizing,
intruksional domain kognitif, dalam menyusun tujuan intruksional, kelima
tingkatan ini juga ditunjukkan dengan beberapa kata kerja. Kata kerja yang
berorientasi perilaku pada domain afektif dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1. 2. Domain Afektif (Kratwohl Taxonomy)
Tingkatan Verb(kata kerja)
Receiving (menerima) Menerima, peduli, mendengar
Responding (menjawab) Melengkapi, melibatkan, sukarela
Valuing (menilai) Menunjukkan lebih senang,
menghargai, menyatakan peduli
Organization (mengorganisasi) Berpartisipasi, mempertahankan,
menyatukan (sintesis)
Charakterization by value or value complex (mengkarakterisasi atas dasar
nilai kompleks)
Menunjukkan empati, menunjukkan harapan, mengubah tingkah laku
Dalam konteks pembelajaran, penggunaan kata kerja pada setiap tingkatan
ranah afektif, juga dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat item-item
pertanyaan tes sesuai dengan tingkatan pengetahuan siswa.
3) Domain Psikomotorik
Domain psikomotorik merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak
didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan
membentuk keterampilan siswa. Dalam pengembanganya pendidikan
psikomotorik disamping proses yang menggerakkan otot, juga telah berkembang
dengan pengetahuan yang berkaitan dengan keterampilan hidup. Tujuan
pembelajaran psikomotorik dikembangkan oleh Simpson dkk (1972) dalam
Sukardi (2008). Tujuan intruksional dalam psikomotorik ini secara garis besar
dibedakan menjadi tujuh tingkatan, a) perception, b) set, c) guided response, d)
mechanism, e) complex over respons, f) adaptation, g) origination, yang uraian
Tabel 1.3. Domain Psikomotorik (Simpson Taxonomy)
Tingkatan Verb (kata kerja)
Perception (persepsi) Membedakan, mengidentifikasi,
memilih
Mechanism (mekanisme) Membiasakan, memparaktikkan,
mengulang
Complex Overt response (reaksi terbuka
dengan kesulitan kompleks)
Menghasilkan, mengoperasikan, menampilkan
Adaptation (adaptasi) Mengadaptasi, mengubah, merevisi
Origination (asli) Menciptakan (create) desain,
membuat asli (originate)
2.4 Hubungan Perilaku dengan Lingkungan
Menurut Haryadi dan Setiawan (2010), Secara konseptual, pendekatan
perilaku menekankan bahwa manusia merupakan mahluk berfikir yang
mempunyai persepsi dan keputusan dalam interaksinya dengan lingkungan.
Konsep ini dengan demikian meyakini bahwa interaksi antara manusia dan
lingkungan tidak dapat diinterpretasikan secara sederhana dan mekanistik,
melainkan kompleks yang cenderung dilihat sebagai sesuatu yang “probabilistik”.
Di dalam interaksi yang kompleks ini, pendekatan perilaku memperkenalkan apa
yang disebut sebagai cognitive process (kognitif proses) yakni proses mental
tempat orang mendapatkan, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuanya
untuk memberi arti dan makna terhadap ruang yang digunakanya. Sebagaimana
pendekatan yang digunakan psikologi lingkungan, hubungan antara lingkungan
dan perilaku merupakan sesuatu yang kompleks dan tidak cukup dijelaskan
Menurut Haryadi dan Setiawan (2010), dimensi lingkungan dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan
lingkungan kultural.
Hal ini kemudian dipertegas Julian H. Steward dalam Susilo (2009)
dalam teori Ekologi budaya, inti dari teori ini adalah lingkungan dan budaya tidak
bisa dilihat terpisah, tetapi merupakan hasil campuran (mixed product) yang
berproses lewat dialektika. Dengan kalimat lain, proses-proses ekologi memiliki
hukum timbal balik. Budaya dan lingkungan bukan entitas yang masing-masing
berdiri sendiri atau bukan barang jadi yang bersifat statis. Keduanya memiliki
peran besar dan saling mempengaruhi. Tidak dinafikan bahwa lingkungan
memang memiliki pengaruh atas budaya dan perilaku manusia, tetapi pada waktu
yang sama manusia juga mempengaruhi perubahan-perubahan lingkungan.
2.5 Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pengelolaan
lingkungan
2.5.1 Kebutuhan Iptek Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menurut Sughandhy dan Rustam (2007) lingkungan global sedang
mengalami perubahan lebih cepat dari pada yang pernah terjadi sebelumnya.
Konsumsi energi, air, dan sumberdaya alam tidak terbaharui meningkat boleh jadi
menyebabkan kelangkaan di beberapa bagian wilayah Indonesia, jika upaya
pengelolaan lingkungan tetap tidak berubah.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendukung pola pengelolaan
lingkungan yang tepat dalam pembangunan saat ini dan yang akan datang.
Pengetahuan yang makin meningkat terhadap sejumlah isu seperti perubahan
lingkungan, harus dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi dan bahan
perumusan strategi jangka panjang pembangunan berkelanjutan.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu terus ditingkatkan
untuk menaikkan tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup bangsa, yang harus
selaras dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya,
dan lingkungan hidup. Pengembangan berbagai disiplin ilmu, yang
diperhitungkan akan memiliki peluang untuk unggul dalam mempercepat harus
dikenali dan diberikan perhatian khusus, antara lain meliputi teknologi
perlindungan lingkungan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan adalah berupa
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dalam hal pemilihan teknologi
pengelolaan lingkungan, yang merupakan keterpaduan dalam pemanfaatan
sumberdaya alam dan manusia untuk pemantauan, pengendalian, pemulihan, dan
pengawasan pengembangan lingkungan hidup.
Dalam pengembangan berbagai disiplin ilmu, yang perlu diperhitungkan
adalah peluang unggulan dalam mempercepat laju pembangunan, disamping perlu
diketahui dan perlu diberi perhatian khusus dalam pengembangan teknologi
pelestarian lingkungan dan kerusakan serta pencemaran lingkungan.
2.5.2 Tujuan dan Sasaran IPTEK Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Tujuan
a) Terciptanya keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan,
sebagai tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya
b) Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana
d) Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan
generasi sekarang dan mendatang
e) Terhindarnya negara terhadap dampak kegiatan diluar wilayah negara
yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.
2. Sasaran
a) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan
yang sesuai, agar perkembangan teknologi yang berorientasi kepada
mekanisme pasar, dapat mengendalikan dimensi lingkungan dan
kepentingan masyarakat luas dan generasi yang akan datang.
b) Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, dalam pemilihan dan
penggunaan teknologi untuk mengurangi dampak negara terhadap
lingkungan hidup.
2.5.3 Strategi dan Kegiatan
Strategi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan
lingkungan mencakup :
a) Untuk membangun secara berlanjut, semua pihak membutuhkan akses
kepada dan peningkatan kemampuan, dalam penggunaan teknologi yang
lebih bersih dan sedikit menghasilkan limbah.
b) Teknologi berwawasan lingkungan mencakup tidak hanya perangkat
keras, tetapi pengetahuan, pelayanan, peralatan, dan keahlian-keahlian
organisasi dan manajerial. Teknologi baru dan efisien perlu dikembangkan
untuk menggantikan sejumlah teknologi yang saat ini masih digunakan.
c) Pengenalan teknologi baru harus disertai informasi tentang risiko
teknologi yang tepat. Teknologi tersebut juga harus kompatibel (selaras)
dengan prioritas-prioritas sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan. Dalam
kasus-kasus tertentu, teknologi yang diperkenalkan dapat dikombinasikan
dengan inovasi setempat untuk mendapatkan inovasi teknologi tepat guna.
d) Mempromosikan dan mendesimenasikan teknologi baru berwawasan
lingkungan, tanpa perlindungan hak paten. Pemerintah harus membeli hak
paten dan lisensi secara komersial dan mentransfer kepada masyarakat luas
secara nonkomersial, sebagai bagian dari bantuan teknis untuk
pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan
mencakup :
a) Perumusan dan pengembangan kebijakan untuk mengantisipasi dampak
pencemaran lingkungan, dengan pengetahuan dan teknik pengelolaan
lingkungan yang tepat untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia.
b) Merumuskan dan mengembangkan prinsip-prinsip pemerataan dan
keadilan serta tanggung jawab pemerintah, swasta dan masyarakat yang
merupakan dasar untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan.
c) Meningkatkan kerjasama antara instansi yang terkait untuk perumusan
kebijaksanaan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan.
d) Penggunaan teknologi berwawasan lingkungan memerlukan training yang
sistematis kepada para teknisi, engineer, manejer, ilmuawan, dan para
pendidik. Paket training harus mencakup penilaian terhadap dampak dan
e) Pengembangan pusat-pusat pengkajian teknologi berwawasan lingkungan,
terutama untuk sejumlah sektor utama, seperti pertanian, industri, dan energi.
Pusat-pusat tersebut diharapkan dapat membantu pengembangan,
pengelolaan, dan pengalihan teknologi kepada masyarakat luas termasuk
dunia usaha.
f) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sebagai tenaga ahli bidang
lingkungan, terutama dibidang lingkungan hidup sosial, yang menguasai
konsep indikator masalah keserasian manusia dengan lingkungan.
g) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan,
yang sesuai dengan kondisi Indonesia.
2.5.4 Tata Cara Pengelolaan
1. Pengorganisasian
a) Memperkuat fungsi dan peranan kantor MENLH dalam mengkordinasikan
penyelenggaraan program pengelolaan lingkungan hidup, terutama
berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan
lingkungan.
b) Perlunya penanganan yang terpadu antara sektoral, daerah, serta akan
memberikan implikasi terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup yang menyeluruh, dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi pengelolaan lingkungan yang tepat.
2. Tugas dan tanggung jawab
Kementerian yang bertanggungjawab dalam pengelolaan lingkungan hidup
perlu:
a) Mengoordinasikan strategi yang telah dirumuskan dalam dua upaya pokok,
b) Mengalokasikan dana yang tersedia bagi pengembangan ilmu dan
teknologi untuk pengembangan kegiatan perlindungan lingkungan hidup
(perumusan, pembuatan, pengembangan peraturan perundang-undangan,
kegiatan pengendalian kerusakan, dan pencemaran).
3. Keterlibatan Masyarakat
Keterlibatan masyarakat dalam merencanakan pemanfaatan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup, mendorong partisipasi aktifnya dalam proses
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ilmu dan teknologi
pengelolaan lingkungan dalam melestarikan tatanan lingkungan dan
fungsinya.
4. Pemantauan dan Pengendalian
Untuk menjaga tatanan lingkungan dan fungsinya tetap lestari, telah diatur
peraturan perundang-undangan PP. No. 29/1986, PP. No. 20/1990, dan
penataan secara serasi dan seimbang antara aspek pelestarian, konvensi,
dan pemanfatan sumberdaya ruang (UU. No. 24/1992). Namun,
kelengkapan perangkat peraturan perundang-undangan untuk
melaksanakan secara operasional pengelolaan lingkungan hidup, sebagai
mana dianut oleh UU No. 4 Tahun 1982 jo. UU No. 23 Tahun 1997 UU
No. 32 Tahun 2009, masih perlu diupayakan untuk mengantisipasi era
industrialisasi dan urbanisasi.
5. Oleh karena itu, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Metode Survei yaitu dengan pengamatan
langsung di lapangan. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel
dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data
yang pokok (Singarimbun dan Sofian, 1989).
Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan penyebaran kuisioner,
pengamatan langsung kelapangan dengan menggunakan wawancara. Penyebaran
kuisioner mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang akan
dijawab oleh responden, pengamatan langsung untuk mengetahui keadaan
lapangan secara langsung dan memperoleh data secara lisan dan tulisan dari
responden (Sudjana, 1992).
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kotamadya Medan, di Kecamatan Medan
Barat, di SD Swasta Pertiwi Medan, Jl. Budi Pembangunan No 1, dan di SD
Negeri 060843 Jl. Yos Sudarso, Kecamatan Medan Barat.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga sekolah di dua lokasi
penelitian yang terdiri dari :
1. Siswa Kelas VI SD Pertiwi (241 Siswa) dan Siswa Kelas VI SD Negeri
080643 Medan (161 Siswa)
3.3.2 Sampel
Sampel untuk penelitian ini tidak jauh berbeda dengan populasi, kecuali
siswa, dimana penentuan pengambilan sampel berasal dari jumlah siswa setiap
kelas, dengan menggunakan purposive sample didapatkan besarnya sampel
sebesar (Rakhmat,1997)
n =
dimana;
n = Sampel
N = Populasi
D = Presesi ( 10 persen )
Sehingga diperolehlah sampel penelitian sebagai berikut :
1. Siswa kelas VI SD Pertiwi 72 Orang
2. Siswa Kelas VI SD 060843 64 Orang
3. Guru Kelas VI SD Pertiwi Medan terdiri dari 11 Orang
4. Guru Kelas VI SD 060843 Kecamatan Medan Barat terdiri dari 8 Orang
Untuk mendapatkan informasi yang mendukung hasil kuisioner dari
sampel diatas, maka diadakan wawancara dengan pihak sekolah yang selanjutnya
disebut sebagai informan yang terdiri dari :
1. Kepala Sekolah SD Pertiwi Medan
2. Kepala Sekolah SD 060843 Kecamatan Medan Barat
3. Kepala UPT TK-SD Kecamatan Medan Barat
4. Pegawai SD Pertiwi 5 Orang
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan kuisioner,
pengamatan langsung dan wawancara yang akan menghasilkan data sebagai
berikut :
3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari Siswa dan Guru yang menjadi responden
dengan kuisioner (lampiran 2)
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder ini diperoleh dari Kepala UPT Tk/SD Dinas Pendidikan
Kecamatan Medan Barat, Kepala Sekolah dan Pegawai Sekolah. Data sekunder
diperoleh melalui wawancara sehingga didapatkan data berupa informasi tentang
kondisi program yang sedang berjalan di SD lokasi penelitian.
3.5 Instrumen Penilaian
3.5.1 Pengukuran Pengetahuan (kognitif) Responden
Instrumen pengetahuan lingkungan hidup responden diukur melalui
kuisioner yang berisikan 10 pertanyaan yang telah disediakan, kuisioner ini
diberikan langsung kepada siswa, setiap pertanyaan mempunyai dua pilihan
jawaban yaitu ya dan tidak. Setiap jawaban diberikan nilai 1 untuk yang
menjawab benar/positif terhadap lingkungan hidup, dan nilai 0 untuk yang
3.5.2 Pengukuran Sikap (Afektif) Responden
Instrumen sikap terhadap lingkungan hidup diukur melalui kuisioner yang
berisikan 10 pertanyaan yang telah disediakan, dimana pertanyaan ini diberikan
kepada Guru sebagai unsur yang paling mengetahui sikap dari siswa. Setiap
pertanyaan mempunyai dua pilihan jawaban yaitu ya dan tidak. Penelian diberikan
nilai 1 untuk yang menjawab benar/positif terhadap lingkungan hidup, dan nilai 0
untuk yang menjawab salah/negatif terhadap lingkungan hidup.
3.5.3 Pengukuran Keterampilan (Psikomotorik) Responden
Instrumen keterampilan lingkungan hidup dari responden diukur melalui
kuisioner yang berisikan 10 pertanyaan yang telah disediakan, dimana pertanyaan
ini diberikan kepada Guru sebagai unsur yang paling mengetahui keterampilan
dari siswa. Setiap pertanyaan mempunyai dua pilihan jawaban yaitu ya dan tidak,
dan setiap jawaban diberikan nilai 1 untuk yang menjawab benar/positif terhadap
lingkungan hidup, dan nilai 0 untuk yang salah/negatif terhadap lingkungan hidup.
3.5.4 Wawancara Langsung
Wawancara langsung juga dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
akurat tentang program dan aktivitas yang sedang berjalan di sekolah penelitian,
terkhusus juga untuk mengetahui kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, dimana
warga sekolah (kecuali siswa) adalah unsur yang mengetahui perkembangan siswa
di sekolah. Adapun unsur yang diwawancarai langsung adalah :
1) Kepala Sekolah
2) Kepala UPT Dinas Kecamatan Medan Barat
3) Guru
3.6 Tahapan Penelitian
Tahapan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian
Berdasarkan alur pelaksanaan penelitian, penelitian diawali dengan
mengetahui masalah dan merumuskannya. Kemudian dilakukan penyusunan
instrumen, dilakukan uji coba untuk menentukan validitas dan reliabilitasnya. Jika
instrumen belum valid dan reliabel, maka dilakukan revisi dan uji coba kembali.
Setelah itu dikumpulkan data melalui kuesioner untuk mengetahui pengaruh
program adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Kemudian
data tersebut diolah secara statistik dan dianalisis, lalu dilakukan interpretasi
untuk merumuskan dan memperoleh kesimpulan.
Perumusan Masalah
Penarikan Kesimpulan Uji Validitas/
Reliabilitas Valid /Reliabel ?
Pengolahan data dan Analysis Penyusunan
Instrumen
Pengumpulan Data Tidak
3.7 Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan sudah
terkumpul. Analisis data dilakukan sesuai dengan permasalahan yang pada
awalnya sudah ditentukan, dan tahapan analisis data adalah sebagai berikut :
1) Membuat perbandingan kognitif lingkungan hidup SD Pertiwi dengan
kognitif lingkungan hidup SD Negeri 060843
2) Membuat perbandingan afektif lingkungan hidup SD Pertiwi dengan afektif
lingkungan hidup SD Negeri 060843.
3) Membuat perbandingan psikomotorik lingkungan hidup SD Pertiwi dengan
pisikomotorik lingkungan hidup SD Negeri 060843.
4) Mendapatkan pengaruh program adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitan adalah Kota Medan tepatnya Daerah Kecamatan Medan
Barat dengan luas wilayah 6,82 Km2 atau 682 Ha yang merupakan satu dari 21
Wilayah Kecamatan yang ada di Kota Medan. Daftar Sekolah Dasar di Dinas
Pendidikan Kecamatan Medan Barat terdiri dari 10 Sekolah Dasar Negeri dan 17
Sekolah Dasar Swasta, dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1. Jumlah SD Negeri Di Kecamatan Medan Barat Tahun 2012
No Nama Sekolah Jumlah Siswa
1 SD Negeri 060835 66
Tabel 4.2. SD Swasta di Kecamatan Medan Barat Tahun 2012
No. Nama Sekolah Jumlah Siswa
1 SD Swasta Karya Bahkti 382 2 SD Swasta Nasrani 4 161 3 SD Swasta Alwasliyah 37 82 4 SD Swasta Muhamadiyah 11 260 5 SD Swasta Surya Bahagia 107 6 SD Swasta Laks. Martadinata 645
Sesuai dengan Judul tesis ini Pengaruh Penerapan Program Adiwiyata
terhadap Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Lingkungan Hidup Siswa Sekolah
Dasar di Kecamatan Medan Barat, maka diambillah sekolah yang sudah
berpredikat Adiwiyata, yaitu SD Swasta Pertiwi Medan (karena hanya satu
sekolah yang sudah berpredikat Adiwiyata), dan sebagai pembanding diambillah
SD Negeri 060843, yang merupakan SD Negeri paling berprestasi di Kecamatan
Medan Barat. Sehingga didapatlah dua sekolah dasar yang menjadi populasi
penelitian, yaitu SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kecamatan Medan
Barat, Kota Medan.
4.2. Gambaran Umum Responeden
Responden dalam penelitian ini adalah sejumlah warga sekolah dari SD
Pertiwi dan SD 080643 Medan. Responden adalah Siswa, Guru, Pegawai, Kepala
Sekolah dan Kepala Unit Pelaksana Teknhis Dinas Pendidikan Kecamatan Medan
Barat.
Adapun komposisi responden adalah sebagai berikut :
1. Siswa
Tabel 4.3. Responden Siswa
No Nama Sekolah Jumlah
1 SD Swasta Pertiwi 72 2 SD Negeri 080643 64 2. Guru
Tabel. 4.4 Responden Guru
No Nama Sekolah Jumlah Guru
3. Pegawai
Tabel. 4.5 Responden Pegawai Sekolah
No Nama Sekolah Jumlah Pegawai
1 SD Swasta Pertiwi 5 2 SD Negeri 060843 2
4. Kepala Sekolah
Kepala sekolah juga menjadi responden dalam penelitian ini, hal ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi guru, pegawai dan siswa
di sekolah tersebut.
5. Kepala UPT Tk/SD Kecamatan Medan Barat
Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan mengenai
sekolah SD Pertiwi dan SD Negeri 060843, maka Kepala UPT Tk/SD Kecamatan
Medan Barat juga ikut menjadi responden dalam penelitian ini.
4.2 Tanggapan Responden
Tanggapan responden terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa
merupakan hal yang harus dikaji untuk mengetahui pengaruh progam Adiwiyata,