• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Adiwiyata Terhadap Kognitif Afektif Dan Psikomotorik Lingkungan Hidup Siswa Sekolah Dasar Di Kota Medan (Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Program Adiwiyata Terhadap Kognitif Afektif Dan Psikomotorik Lingkungan Hidup Siswa Sekolah Dasar Di Kota Medan (Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF

AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP

SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

TESIS

Oleh

ANDAR ABDI SARAGIH

107004014/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

S E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF

AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP

SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANDAR ABDI SARAGIH

107004014/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP

KOGNITIF AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK

LINGKUNGAN HIDUP SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN (Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

Nama Mahasiswa : Andar Abdi Saragih

Nomor Pokok : 107004014

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Syamsul Arifin, SH, MH) Ketua

(Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, SpFK) (Prof. Dr. Chalida Fachruddin)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 28 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Syamsul Arifin, SH, MH.

Anggota : 1. Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, SpFK

2. Prof. Dr. Chalida Fachruddin

3. Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc.

(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA

MEDAN

(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Medan, Juli 2012 Penulis,

(6)

PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP SISWA

SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

ABSTRAK

Kurangnya kesadaran masyarakat menyebabkan kondisi lingkungan semakin hari semakin rusak. Upaya potensial yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan menerapkan pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan akan lebih mudah dimengerti dan dipahami jika dimulai dari sekolah dasar. Adiwiyata adalah program Pemerintah untuk menciptakan sekolah berbudaya lingkungan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa Sekolah Dasar dengan membandingkan kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa Sekolah Dasar Adiwiyata dan Sekolah Dasar belum Adiwiyata di Kecamatan Medan Barat Kota Medan. Penelitian ini dilakukan dari Tanggal 3 Maret sampai dengan 19 April 2012, yang dilakukan dengan memberikan kuisioner dan wawancara langsung kepada responden yang terdiri dari, siswa kelas VI (sekolah Adiwiyata 72 siswa dan sekolah belum Adiwiyata 64 siswa), guru (sekolah Adiwiyata 11 guru dan sekolah belum Adiwiyata 8 guru, pegawai (sekolah Adiwiyata 5 pegawai dan sekolah belum Adiwiyata 2 pegawai), Kepala Sekolah dan Kepala UPT Tk/SD Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat. Kemudian data diolah dan dianalis, sehingga didapat kesimpulan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (pisikomotorik) lingkungan hidup siswa kelas VI Sekolah Adiwiyata lebih tinggi dibanding Sekolah belum Adiwiyata dan ada pengaruh positif progam Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan pisikomotorik lingkungan hidup siswa.

(7)

THE INFLUENCE OF ADIWIYATA PROGRAM ON THE COGNITIVE AFFECTIVE AND PSYCHOMOTORIC ENVIRONMENT OF THE

STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOLS IN MEDAN (A Case Study at SD Swasta Pertiwi and SD Negeri 060843

Medan Barat Subdistrict)

ABSTRACT

The lack of public awareness has caused the environment to be worse and worse. The potential effort which can increase public awareness is by implementing environmental education. Education will be easily understood and comprehended if it is started from the elementary school. Adiwiyata is the government’s program which is aimed to make a school as an environmental culture. The aim of the research is to know the influence of Adiwiyata program on the cognitive, affective, and psychomotoric environment of the students of the elementary schools by comparing the cognitive, affective, and psychomotoric environment of the students of Adiwiyata elementary schools with the students of the elemnentary schools which do not follow the Adiwiyata program at Medan Barat Subdistrict, Medan. The research was conducted from March 3 until April 19, 2012 by distributing questionnaires and conducting in-depth interviews with the respondents that comprised of the sixth grade students (72 students from Adiwiyata schools and 64 students from non-Adiwiyata schools), teachers (11 teachers from Adiwiyata schools and eight teachers from non-Adiwiyata schools), employees (five employees from Adiwiyata schools and two employees from non-Adiwiyata schools), school principals and head of UPT Tk/SD of the Education Service, Medan Barat Subdistrict. The data were then processed and analyzed, and the conclusion was that knowledge (cognitive), attitude (affective), and skill (psychomotoric) of the sixth grade students of Adiwiyata schools were higher than the students of non-Adiwiyata schools, and there was positive influence of Adiwiyata program on the students’ cognitive, affective, and psychomotoric environment.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memeberikan berkahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K),

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS., selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Chairuddin, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi.

5. Bapak Prof. Syamsul Arifin, SH, MH., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, SpFK, dan Ibu Prof. Dr. Chalida Fachruddin selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc dan Bapak Prof. Dr.

9. Rekan-rekan mahasiswa PSL angkatan 2010 beserta semua sahabat saya yang ada di Pemuda Gereja Kirsten Protestan Simalungun (GKPS) dan Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun (HIMAPSI) Cabang Medan yang telah mendukung penulis hingga selesainya tesis ini.

10. Bapak Kepala Sekolah SD Pertiwi Medan, Ibu Kepala Sekolah SD 060843 Medan dan Bapak Kepala UPT Tk/SD Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat yang telah mendukung penulis dalam proses penelitian sehingga tesis ini bisa penulis selesaikan.

11. Ayahanda dan Ibunda tercinta M. Daulatman Saragih/H. Elly Sipayung, beserta seluruh keluarga yang telah mendukung penulis dari moril dan materil.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, Juli 2012 Penulis,

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Simanabun Kecamatan Silou Kahean

Kabupaten Simalungun pada tanggal 22 Juni 1986. Penulis merupakan anak ke-7

dari 7 bersaudara. Dilahirkan oleh ibu H. Elly Sipayung dan Ayah M.Daulatman

Saragih.

Jenjang pendidikan formal yang dilalui adalah Sekolah Dasar Negeri

094144 Simanabun Kabupaten Simalungun lulus pada tahun 1998, SMP Negeri 1

Silou Kahean Simalungun lulus pada tahun 2001, SMA Yapim Medan lulus pada

tahun 2004. Pada tahun 2008 lulus dari Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada Universitas Negeri Medan.

Bekerja sebagai Guru di SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun pada

(10)

DAFTAR ISI 2.1.1. Sejarah Pendidikan Lingkungan Hidup ... 8

2.1.2. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup ... 9

2.2 Adiwiyata 2.2.1. Sejarah Adiwiyata ... 11

2.2.2. Pengertian Program Adiwiyata ... 11

2.2.3. Norma Dasar Program Adiwiyata ... 13

2.2.4. Prinsip-Prinsip Dasar Adiwiyata ... 13

2.2.5. Keuntungan Mengikuti Program Adiwiyata ... 13

2.3 2.5.1. Kebutuhan Iptek Pengelolaan Lingkungan Hidup 22 2.5.2. Tujuan dan Sasaran IPTEK Pengelolaan

3.4 Metode Pengumpulan Data... 30

3.4.1. Data Primer... 32

3.4.2. Data sekunder... 30

3.5 Instrumen Penelitian... 30

(11)
(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1 Domain Kognitif (Bloom’s Taxonomy)……… 19

1.2 Domain Afektif (Kratwholl Taxonomy)………... 20

1.3 Domain Psikomotorik (Simpson Taxonomy)……… 21

4.1 SD Negeri di Kecamatan Medan Barat……… 34

4.2 SD Swasta di Kecamatan Medan barat……… 34

4.3 Responden Siswa……….. 35

4.4 Responden Guru………... 35 4.5

4.6 4.7 4.8

Responden Pegawai………..

Tanggapan Responden terhadap Kognitif Siswa……….. Tanggapan Responden terhadap Afektif Siswa……….... Tanggapan Responden terhadap Pisikomotorik Siswa………...

36 37 43

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Dokumentasi

Penelitian………

60

2 Kuisioner……….. 67

(15)

PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP SISWA

SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

ABSTRAK

Kurangnya kesadaran masyarakat menyebabkan kondisi lingkungan semakin hari semakin rusak. Upaya potensial yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan menerapkan pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan akan lebih mudah dimengerti dan dipahami jika dimulai dari sekolah dasar. Adiwiyata adalah program Pemerintah untuk menciptakan sekolah berbudaya lingkungan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa Sekolah Dasar dengan membandingkan kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa Sekolah Dasar Adiwiyata dan Sekolah Dasar belum Adiwiyata di Kecamatan Medan Barat Kota Medan. Penelitian ini dilakukan dari Tanggal 3 Maret sampai dengan 19 April 2012, yang dilakukan dengan memberikan kuisioner dan wawancara langsung kepada responden yang terdiri dari, siswa kelas VI (sekolah Adiwiyata 72 siswa dan sekolah belum Adiwiyata 64 siswa), guru (sekolah Adiwiyata 11 guru dan sekolah belum Adiwiyata 8 guru, pegawai (sekolah Adiwiyata 5 pegawai dan sekolah belum Adiwiyata 2 pegawai), Kepala Sekolah dan Kepala UPT Tk/SD Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat. Kemudian data diolah dan dianalis, sehingga didapat kesimpulan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (pisikomotorik) lingkungan hidup siswa kelas VI Sekolah Adiwiyata lebih tinggi dibanding Sekolah belum Adiwiyata dan ada pengaruh positif progam Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan pisikomotorik lingkungan hidup siswa.

(16)

THE INFLUENCE OF ADIWIYATA PROGRAM ON THE COGNITIVE AFFECTIVE AND PSYCHOMOTORIC ENVIRONMENT OF THE

STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOLS IN MEDAN (A Case Study at SD Swasta Pertiwi and SD Negeri 060843

Medan Barat Subdistrict)

ABSTRACT

The lack of public awareness has caused the environment to be worse and worse. The potential effort which can increase public awareness is by implementing environmental education. Education will be easily understood and comprehended if it is started from the elementary school. Adiwiyata is the government’s program which is aimed to make a school as an environmental culture. The aim of the research is to know the influence of Adiwiyata program on the cognitive, affective, and psychomotoric environment of the students of the elementary schools by comparing the cognitive, affective, and psychomotoric environment of the students of Adiwiyata elementary schools with the students of the elemnentary schools which do not follow the Adiwiyata program at Medan Barat Subdistrict, Medan. The research was conducted from March 3 until April 19, 2012 by distributing questionnaires and conducting in-depth interviews with the respondents that comprised of the sixth grade students (72 students from Adiwiyata schools and 64 students from non-Adiwiyata schools), teachers (11 teachers from Adiwiyata schools and eight teachers from non-Adiwiyata schools), employees (five employees from Adiwiyata schools and two employees from non-Adiwiyata schools), school principals and head of UPT Tk/SD of the Education Service, Medan Barat Subdistrict. The data were then processed and analyzed, and the conclusion was that knowledge (cognitive), attitude (affective), and skill (psychomotoric) of the sixth grade students of Adiwiyata schools were higher than the students of non-Adiwiyata schools, and there was positive influence of Adiwiyata program on the students’ cognitive, affective, and psychomotoric environment.

(17)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harus kita akui bahwa sampai dengan saat ini kepedulian terhadap

lingkungan baru dimiliki segelintir individu. Ada banyak diantara kita yang

belum peduli dengan permasalahan lingkungan secara sungguh-sungguh. Cukup

banyak ditemukan penanganan masalahan lingkungan masih sebatas retorika dan

administratif sehingga belum terwujud dalam tindakan nyata yang

memadai. Kalaupun ada aksi yang dilaksanakan, terkadang masih sebatas

seremonial yang dilakukan dalam kegiatan dan acara tertentu.

Bilamana kondisi kekurangpedulian seperti ini terus berlanjut, tidak

ubahnya kita seperti memelihara bom waktu yang pada saatnya akan muncul

dalam bentuk bencana lingkungan. Hal ini sekaligus juga bermakna bahwa

sesungguhnya kita tengah bunuh diri pelan-pelan secara ekologis. Beragam

bencana lingkungan telah kita alami, namun bencana demi bencana tersebut

ternyata hanya mampu mengingatkan kita sesaat saja. Kita sering terlalu cepat

melupakan bencana lingkungan yang baru dihadapi bahkan tak jarang bencana

tersebut dianggap sebagai peristiwa rutin tahunan seperti bencana banjir dan tanah

longsor. Upaya mencegah seakan tak pernah tersentuh oleh banyak individu.

Perencanaan pencegahan lebih banyak terlupakan, kalaupun ada, terkesan

dilakukan seadanya. Program yang disiapkan lebih terkonsentrasi pada

penanggulangan dampak bencana, bukan tindakan preventif terhadap

kemungkinan terjadinya bencana. Ironisnya, masalah pencegahan ini pada banyak

(18)

itu melanda. Seharusnya, upaya pencegahan telah dilakukan sejak dini. Studi

terhadap kemungkinan terjadinya bencana dan langkah-langkah pencegahan

munculnya permasalahan lingkungan seharusnya telah dilakukan sebelum

bencana tersebut benar-benar melanda kehidupan kita (Hamzah, 2010).

Permasalahan lingkungan hidup dapat diselesaikan melalui pendidikan.

Hal ini sesuai dengan ungkapan bijakasana dari Nelson Mandela “pendidikan

adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia” (Harian Wawasan,

19 Maret 2011). Dapat kita selaraskan bahwa pendidikan adalah senjata paling

ampuh untuk menjaga keseimbangan lingkungan.

Kondisi di Indonesia secara umum sudah mengalami pencemaran yang

tinggi. Tentunya hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam

pelestarian fungsi lingkungan hidup. Keadaan ini mengajak kita berfikir,

bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat

dalam melestarikan fungsi linkungannya. Jawabannya mungkin tepat yaitu dengan

pendidikan lingkungan hidup, dengan pendidikan lingkungan yang di mulai dari

sekolah dasar diharapkan kesadaran tentang pelestarian lingkungan hidup juga

mendasar ketika siswa ini suatu saat menjadi pembuat keputusan di Negara ini,

maka akan membuat keputusan dengan mempertimbangkan keseimbangan

lingkungan.

Pendidikan lingkungan hidup memberikan latihan kepada anak didik

berfikir secara serbacakup (comprehensif) mengenai segala gatra kehidupan

manusia (Notohadiprawiro, 2006). Sehingga dengan mempelajari pendidikan

lingkungan, anak didik akan semakin menyatu dengan alam, dan semakin

memahami fungsi alam tersebut dan bagaimana merawatnya demi menjaga

(19)

Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO (1997) dalam

Sudaryanti (2009), merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan

suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan

masalah-masalah yang terkait didalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi,

komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara perorangan maupun

kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan

lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya

masalah-masalah lingkungan hidup yang baru. Dari penjelasan tersebut dapat kita tarik

pengertian bahwasanya pendidikan lingkungan hidup selayaknya didapatkan oleh

setiap lapisan masyarakat, sehingga akan timbul pemahaman yang baik seterusnya

akan tumbuh kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup disekitarnya.

Menurut Notohadiprawiro (2006) sadar lingkungan hanya dapat dibentuk

dan dikembangkan dalam diri orang masing-masing dengan jalan :

1) Menghadapkan seseorang pada persoalan lingkungan sehari-hari secara

terus-menerus berupa kenyataan yang mudah masuk akal dan mudah dialami

sendiri.

2) Menumbuhkan peradaban malu.

Banyak yang menjadi penyebab menurunya kualitas lingkungan,

diantaranya yaitu rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat

tentang lingkungan, sehingga mereka kurang respon untuk dapat menerima

informasi yang bermanfaat bagi dirinya (Hermawan, 2000).

Selanjutnya Neolaka (2007) menambahkan ada 4 faktor yang mempengaruhi

kesadaran lingkungan, yaitu faktor ketidaktahuan, faktor kemiskinan, faktor

(20)

Dengan alasan tersebutlah, dapat kita benarkan bahwasanya pendidikan

lingkungan merupakan salah satu cara yang sangat potensial untuk menjaga

kelestarian lingkungan, dimana dengan pendidikan tersebut, akan muncul

pemahaman, kebiasaan, dan pelaksanaan. Hal ini ditegaskan juga oleh ahli yang

menyatakan sikap seseorang terhadap sesuatu hal akan positif apabila didukung

dengan pengetahuan atau pemahaman yang baik tentang hal tersebut

(Kusmawati dkk, 2006).

Sebenarnya pendidikan lingkungan hidup direalisasikan di Indonesia

sejak Tahun 1991 diseluruh jenjang pendidikan di Indonesia (Yustina, 2006).

Walaupun sudah dimulai sejak tahun 1991, dampak dan hasil pendidikan

lingkungan hidup yang telah dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan belum

banyak terlihat, baik pada masyarakat maupun lingkungan (Hamzah, 2004). Hal

ini mengindikasikan bahwa konsepsi pendidikan lingkungan hidup disekolah lebih

banyak pada tatanan ide dan instrumental, belum pada tatanan praktis dan

pelaksanaan. Kelemahan selama ini adalah pendidikan lingkungan hidup terlalu

berat pada ekologi namun tidak memasukkan hal-hal yang praktis dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut Soeriatmadja (1997) pendidikan lingkungan hidup adalah suatu

proses yang bertujuan untuk mengembangkan kesadaran umat manusia akan

lingkungan hidup dengan seluruh permasalahan yang terdapat didalamnya. Hal

tersebut menegaskan bahwa pendidikan lingkungan hidup ada untuk menciptakan

manusia-manusia yang sadar akan pentingnya pelestarian fungsi lingkungan.

Adiwiyata merupakan program sekolah berwawasan lingkungan, program

Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup

(21)

dalam upaya pelesatarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap

warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat

serta menghindari dampak lingkungan yang negatif (KNLH, 2010).

Program Adiwiyata diharapkan dapat mengubah pola pikir generasi

terhadap pentingnya keseimbangan lingkungan, sehingga apabila generasi sudah

memahami dan mengerti tentang konsep keseimbangan lingkungan, maka besar

kemungkinan akan dihasilkan calon–calon pemimpin yang mengerti dan

melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan.

Program ini sudah berjalan di beberapa sekolah di Sumatera Utara, namun

yang menjadi persoalan apakah ada manfaatnya terkhusus bagi siswa, dan

bagaimana siswa itu dalam keseharianya terhadap lingkungan. Jika memang

bermanfaat dan dapat menciptakan generasi pelestari lingkungan, mengapa tidak

segera seluruh sekolah mendapatkan dan melaksanakan program tersebut. Hal

inilah yang belum pernah diteliti dan menurut penulis perlu diteliti lebih

mendalam untuk mendapatkan jawaban dalam menciptakan calon-calon

pemimpin yang berbudaya lingkungan. Penelitian ini juga dikuatkan dalam Jurnal

Penelitian dari BAPPEDA Kota Yogjakarta yang merekomendasikan bahwa

belajar lingkungan harus “mengalami” apa yang dipelajari bukan “mengetahui”

dalam artian studi kasus dan studi lapangan harus diperbanyak

(Bappeda Yogjakarta, 2007).

Hasil yang hampir sama juga disebutkan oleh Hiswari, dimana dalam

salah satu kesimpulan Tesisnya menyatakan, tingkat pemahaman pengetahuan

materi lingkungan hidup hasil proses belajar mengajar lingkungan hidup

memberikan kontribusi berarti dengan sikap siswa terhadap lingkungan hidup

(22)

cukup bermakna antara tingkat pengetahuan materi lingkungan hidup dengan

sikap siswa terhadap pelesatarian lingkungan (Wantania, 1998). Dengan alasan

itulah peneliti mencoba menindaklanjuti penelitian sebelumnya dengan mencari

pengaruh program Adiwiyata yang sedang dan telah diikutinya apakah

benar-benar bermanfaat bagi siswa tersebut dalam melestarikan lingkungan sekitarnya.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah perbandingan kognitif, afektif dan psikomotorik

lingkungan hidup siswa SD pada SD yang telah mengikuti program

Adiwiyata dengan SD yang belum mengikuti program Adiwiyata.

2. Apakah ada pengaruh penerapan program Adiwiyata terhadap kognitif,

afektif dan psikomotorik siswa SD pada pelestarian fungsi lingkungan

hidup.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Membandingkan kognitif, afektif dan psikomtorik lingkungan hidup siswa

SD pada sekolah yang telah mengikuti program Adiwiyata dengan sekolah

(23)

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan program Adiwiyata

terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa SD pada pelestarian

(24)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Lingkungan Hidup

2.1.1 Sejarah Pendidikan Lingkungan Hidup

KNLH (2010) mengemukakan bahwa pendidikan lingkungan hidup (PLH)

secara implisit sudah dimulai sejak penggunaan kurikulum 1975 pada program

sekolah dengan jalan mengintegrasikanya pada mata pelajaran yang relevan,

mulai sejak SD sampai tingkat SLTA berdasarkan S.K. Menteri P dan K No.

008/U/1975, perkembangan penyelenggaraan pendidikan lingkungan hidup (PLH)

di Indonesia dilaksanakan oleh Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta

pada tahun 1975. Pada tahun 1977/1978 rintisan Garis-Garis Besar Program

Pengajaran Lingkungan Hidup diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta. Pada

tahun 1979 di bawah koordinasi Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg PPLH) dibentuk Pusat Studi

Lingkungan (PSL) diberbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, dimana

pendidikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) mulai

dikembangkan. Sampai tahun 2010, jumlah PSL yang menjadi anggota Badan

Koordinasi Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) telah berkembang menjadi

101 PSL.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen

Pendidikan Nasional (Ditjen Dikdasmen, Depdiknas), menetapkan bahwa

penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup

secara terintegrasi dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan

memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam

(25)

Tahun 1989/1990 hingga 2007, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, melalui proyek

Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, sedangkan Sekolah

Berbudaya Lingkungan (SBL) mulai dikembangkan pada tahun 2003 di 120

sekolah. Sampai dengan berakhirnya tahun 2007, proyek PKLH telah berhasil

mengembangkan SBL di 470 sekolah, 4 Lembaga Penjamin Mutu (LPMP) dan 2

Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG).

Prakarsa Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup juga dilakukan

oleh LSM. Pada tahun 1996/1997 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan

yang beranggotakan LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap

Pendidikan Lingkungan Hidup. Hingga tahun 2010, tercatat 150 anggota JPL

(perorangan dan lembaga) yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan

Pendidikan Lingkungan Hidup. Sedangkan tahun 1998 – 2000 Proyek Swiss

Contact berpusat di VEDC (Vocational Education Development Center) Malang

mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup pada Sekolah Menengah

Kejuruan melalui 6 PPPG lingkup kejuruan dengan melakukan pengembangan

materi ajar PLH dan berbagai pelatihan lingkungan hidup bagi Guru-Guru SD,

SMP dan SMA termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (KLH, 2011).

2.1.2 Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup

Beberapa pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup

1) Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO (1997) di

Tbilisi dalam Sudaryanti (2009) merupakan suatu proses yang bertujuan

untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian

terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait didalamnya serta

(26)

bekerja baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif

atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada

sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan

hidup yang baru.

2) Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) pada dasarnya bertujuan untuk

merubah perilaku individu menjadi perilaku yang positif terhadap

lingkungan (perilaku ramah lingkungan). Kenyataannya upaya

pelaksanaan PLH di sekolah-sekolah secara umum baru sampai pada tahap

peningkatan pengetahuan, belum mampu mendorong terjadinya perubahan

perilaku siswa menjadi lebih ramah lingkungan (Meilani, 2011).

3) Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses yang bertujuan untuk

mengembangkan kesadaran umat manusia akan lingkungan hidup dengan

seluruh permasalahan yang terdapat didalamnya (Soeriatmadja, 1997).

4) Pendidikan Lingkungan Hidup adalah proses pengembangan apresiasi

akan saling ketergantungan antara manusia dengan biofisik dan binaannya

sehingga terbina sikap dan nilai mau memelihra keselarasan hubungan

antara komponen-komponen lingkungan hidup (Yusuf, 1994).

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah : proses

pembentukan karakter dan perilaku dalam memahami, mengembangkan serta

(27)

2.2 Adiwiyata

2.2.1 Sejarah Adiwiyata

Pada tahun 1996 disepakati kerjasama pertama antara Departemen

Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, yang

diperbaharui pada tahun 2005 dan tahun 2010. Sebagai tindak lanjut dari

kesepakatan pada tahun 2005, pada tahun 2006 Kementerian Lingkungan Hidup

mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah melalui program Adiwiyata, dimulai dilaksanakan di wilayah

Pulau Jawa dengan melibatkan instansi pemerintah, perguruan tinggi dan LSM

yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan hidup (KLH, 2011).

Pelaksanaan program Adiwiyata merupakan amanah UU No. 23 Tahun

1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, tepatnya pada Pasal 65 butir

(2) setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses

informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas

lingkungan hidup yang baik dan sehat. Tindak lanjut dari UU No. 32 Tahun 2009

adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2009 tentang

pedoman pelaksanaan program Adiwiyata. Secara aturan atau dasar hukum

pelaksanaan, program Adiwiyata sudah seharusnya berjalan di semua Sekolah

(28)

2.2.2 Pengertian Program Adiwiyata

Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara

Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan

kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam

program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah

menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang

negatif.

Dalam pelaksanaanya Kementerian Negara Lingkungan Hidup bekerja

sama dengan para stakeholders, menggulirkan program Adiwiyata ini dengan

harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar

materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta menjaga

lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya.

Kata Adiwiyata berasal dari 2 kata sansekerta “ADI” dan “WIYATA”.

ADI mempunyai makna: Besar, agung, baik, ideal atau sempurna. Wiyata

mempunyai makna: tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan,

norma dan etika dalam berkehidupan sosial. Bila kedua kata tersebut digabung,

secara keseluruhan ADIWIYATA mempunyai makna atau pengertian : tempat

yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai

norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya

kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan yang

berkelanjutan (KLH, 2011).

Menurut Permen LH No 02 Tahun 2009, Adiwiyata adalah sekolah yang

(29)

norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya

kesejahteraan hidup dan cita-cita pembangunan berkelanjutan.

Tujuan program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi

sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah,

sehingga dikemudian hari, warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab

dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan

berkelanjutan.

Kegiatan utama program Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan

sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah

di Indonesia. Dengan program ini diharapkan dalam setiap perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi selalu dikaji juga bagaimana Teknologi tersebut dapat

menyeimbangkan daya dukung lingkungan (KLH, 2011).

2.2.3 Norma Dasar Program Adiwiyata

Program dan kegiatan yang dikembangkan harus berdasarkan

norma-norma dasar dan berkehidupan yang meliputi antara lain : kebersamaan,

keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan

sumberdaya alam (KLH, 2011).

2.2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Program Adiwiyata

1) Partisipatif : komunitas sekolah terlibat dalam manejemen sekolah yang

meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai

tanggung jawab dan peran.

2) Berkelanjutan : seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan

(30)

2.2.5 Keuntungan Mengikuti Program Adiwiyata

Keuntungan yang diperoleh sekolah dalam mengikuti program Adiwiyata

adalah :

1) Meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah dan

penggunaan berbagai sumberdaya.

2) Meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan konsumsi

berbagai sumberdaya dan energi.

3) Meningkatkan kondisi belajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi semua

warga sekolah.

4) Menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah.

5) Meningkatkan upaya menghindari berbagai resiko dampak lingkungan negatif

di masa yang akan datang.

6) Menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai-nilai

pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar.

7) Mendapat penghargaan Adiwiyata (KLH, 2011).

Selain ke tujuh point di atas, ketika sebuah sekolah sudah mengikuti

program Adiwiyata maka sekolah tersebut akan mendapatkan bantuan dana

pendampingan, sesuia dengan kebutuhan yang diajukan oleh sekolah dan disetujui

oleh Kementrian Lingkungan Hidup (Arjuna dan Salmonsius, 2011).

2.2.6 Indikator dan Kriteria Program Adiwiyata

Dalam mewujudkan program Adiwiyata telah ditentukan beberapa

(31)

1. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan

Untuk mewujudkan Sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka

diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung dilaksanakanya kegiatan

pendidikan liingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan

prinsip-prinsip dasar program Adiwiyata yaitu partisipatif dan berkelanjutan.

Pengembangan kebijakan sekolah yang diperlukan untuk mewujudkan sekolah

peduli dan berbudaya lingkungan tersebut adalah:

a) Visi dan Misi Sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.

b) Kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan

lingkungan hidup.

c) Kebijakan peningkatan SDM (tenaga kependidikan dan non kependidikan)

di bidang pendidikan lingkungan hidup.

d) Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumberdaya alam.

e) Kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih

dan sehat.

f) Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi

kegiatan yang terkait dengan lingkungan hidup.

2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Pendidikan

Penyampaian materi lingkungan hidup kepada siswa dapat dilakukan

secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan materi, model pembelajaran dan

metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada

siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan

(32)

mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan dapat dicapai dengan

melakukan hal-hal berikut:

a) Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran.

b) Penggalian dan pengembangan materi serta persoalan lingkungan hidup

yang ada di masyarakat sekitar.

c) Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.

d) Pengembangan kegiatan kurikuler untuk peningkatan pengetahuan dan

kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.

3. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif

Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga

sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup.

Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya dalam

melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah,

masyarakat maupun lingkunganya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh

warga sekolah dalam mengembangkan kegiatan berbasis partisipatif adalah :

a) Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler dibidang lingkungan

hidup berbasis partisipatif disekolah.

b) Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar.

c) Membangun kegiatan kemitraan dalam pengembangan pendidikan

lingkungan hidup di sekolah.

4. Pengelolaan dan/atau Pengembangan Sarana Pendukung Sekolah

Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu

didukung sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan

hidup. Pengelolaan dan pengembangan sarana tersebut meliputi:

a) Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk

(33)

b) Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar sekolah.

c) Penghematan sumberdaya alam (air, listrik) dan ATK.

d) Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat.

e) Pengembangan sistem pengelolaan sampah (KLH, 2011).

2.3 Taksonomi Pengetahuan

Menurut Bloom dkk (1956) dalam Sukardi (2008), tujuan intruksional

dalam proses pembelajaran pada prinsipnya dapat dikelempokkan menjadi tiga

domain atau ranah yaitu, kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Popham dan

Baker (2011), Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru

untuk mengevaluasi mutu tujuanya. Adakah guru-guru tanpa sengaja terlalu

menekankan segi kognitif sehingga lupa akan segi afektif? Tidak ada salahnya

menentukan tujuan dalam segi kognitif saja, asal memang itulah pilihan guru yang

dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi yang menjadi masalah ialah tanpa sengaja

banyak guru terlalu menekankan segi kognitif tanpa menyadarinya. Salah satu

manfaat taksonomi ialah guru didorong untuk bertanya adakah ia menekankan

segi tertentu atau tidak.

Menurut Nasution (2011), taksonomi besar manfaatnya antara lain;

a) Memperlihatkan luas dan macam tujuan pendidikan yakni yang bersifat

kognitif, afektif dan psikomotor yang selanjutnya dapat diuraikan menjadi

tujuan-tujuan yang lebih terperinci. Pendidikan itu menjadi sempit bila

hanya mementingkan aspek kognitif saja. Aspek afektif dan psikomotor

yang tak kurang pentingnya juga harus mendapat perhatian yang wajar.

b) Mewujudkan tingkatan dalam tujuan tiap kategori atau pengajaran yang

(34)

mengembangkan kemampuan mental bertaraf tinggi pada anak didik.

Mutu pendidikan serupa itu rendah dan merugikan anak dalam

perkembanganya. Pengetahuan itu penting dan membantu perkembangan

mental yang lebih tinggi tingkatanya seperti pemahaman, analisis, sintesis

sampai kemampuan menilai sesuatu berdasarkan kriteria. Dalam bidang

afektif anak tidak hanya dididik mengenal yang baik dan yang buruk, akan

tetapi harus mewujudkan nilai-nilai itu alam pribadinya dan dengan

demikian membentuk wataknya. Juga tidak boleh diabaikan aspek

psikomotor yang antara lain mengandung pekerjaan dengan tangan yang

selama ini dipandang rendah.

c) Memberi pedoman untuk mengklasifikasikan pertanyaan atau soal-soal

test, sehingga meliputi seluruh bidang dari tarif rendah sampai tinggi.

Menurut Sukardi (2008) taksonomi pengetahuan yaitu :

1) Domain Kognitif

Domain kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak

didasarkan perkembangannya dari persepsi, instrospeksi, atau memori siswa.

Tujuan pembelajaran kognitif ini dikembangkan oleh Bloom (1956) Tujuan

kognitif ini dibedakan menjadi enam tingkatan : a) Knowledge,

b) Comprehension, c) application, d) analysis, e) syntesis, f) evaluation. Dalam

menyusun tujuan intruksional, keenam tingkatan ini pada umumnya ditunjukkan

dengan beberapa kata kerja. Guru dapat menggunakan dan mengembangkan

kata-kata kerja tersebut sesuai dengan tingkat materi pembelajaran yang hendak

diberikan kepada para siswa. Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini

diberikan tabel tingkatan kognitif dan contoh-contoh kata kerja yang sesuai.

(35)

dengan rencana guru, kata-kata kerja sejenis masih dapat dikembangkan oleh para

guru kelas. Berikut kata kerja yang berorientasi perilaku pada setiap domain dapat

dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Domain Kognitif ( Bloom’s Taxonomy)

Tingkatan Verb (kata kerja)

Knowledge (pengetahuan) Identifikasi, spesifikasi, menyatakan

Comprehension (pemahaman) Menerangkan, menyatakan kembali,

menerjemahkan

Application (penerapan) Menggunakan, memecahkan, menggunakan

Analysisis (analisis) Menganalisis,membandingkan,

mengkontraskan

Synthesis (sintesis) Merancang, mengembangkan, merencanakan

Evaluation (evaluasi) Menilai, mengukur, memutuskan

Dalam konteks evaluasi pembelajaran, penggunaan kata kerja ini juga

dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat item-item pertanyaan sesuai

dengan tingkat pengetahuan para siswa.

2) Domain Afektif

Domain afektif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak

didasarkan pada pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi oleh Good

(1973) dalam Sukardi (2008). Dalam pengembanganya pendidikan afektif yang

semula hanya mencakup perasaan dan emosi, telah berkembang lebih luas, yakni

menyangkut moral, nilai-nilai, budaya dan keagamaan. Tujuan pembelajaran yang

diklasifikasikan pada domain afektif, dikembangkan oleh Kratwohl dkk (1964)

dalam Sukardi (2008).

Kratwohl, dkk merencanakan tujuan pembelajaran afektif dengan

membedakanya menjadi lima tingkatan dari yang sederhana sampai pada

tingkatan kompleks, yaitu a) receiving, b) responding, c) valuing, d) organizing,

(36)

intruksional domain kognitif, dalam menyusun tujuan intruksional, kelima

tingkatan ini juga ditunjukkan dengan beberapa kata kerja. Kata kerja yang

berorientasi perilaku pada domain afektif dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1. 2. Domain Afektif (Kratwohl Taxonomy)

Tingkatan Verb(kata kerja)

Receiving (menerima) Menerima, peduli, mendengar

Responding (menjawab) Melengkapi, melibatkan, sukarela

Valuing (menilai) Menunjukkan lebih senang,

menghargai, menyatakan peduli

Organization (mengorganisasi) Berpartisipasi, mempertahankan,

menyatukan (sintesis)

Charakterization by value or value complex (mengkarakterisasi atas dasar

nilai kompleks)

Menunjukkan empati, menunjukkan harapan, mengubah tingkah laku

Dalam konteks pembelajaran, penggunaan kata kerja pada setiap tingkatan

ranah afektif, juga dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat item-item

pertanyaan tes sesuai dengan tingkatan pengetahuan siswa.

3) Domain Psikomotorik

Domain psikomotorik merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak

didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan

membentuk keterampilan siswa. Dalam pengembanganya pendidikan

psikomotorik disamping proses yang menggerakkan otot, juga telah berkembang

dengan pengetahuan yang berkaitan dengan keterampilan hidup. Tujuan

pembelajaran psikomotorik dikembangkan oleh Simpson dkk (1972) dalam

Sukardi (2008). Tujuan intruksional dalam psikomotorik ini secara garis besar

dibedakan menjadi tujuh tingkatan, a) perception, b) set, c) guided response, d)

mechanism, e) complex over respons, f) adaptation, g) origination, yang uraian

(37)

Tabel 1.3. Domain Psikomotorik (Simpson Taxonomy)

Tingkatan Verb (kata kerja)

Perception (persepsi) Membedakan, mengidentifikasi,

memilih

Mechanism (mekanisme) Membiasakan, memparaktikkan,

mengulang

Complex Overt response (reaksi terbuka

dengan kesulitan kompleks)

Menghasilkan, mengoperasikan, menampilkan

Adaptation (adaptasi) Mengadaptasi, mengubah, merevisi

Origination (asli) Menciptakan (create) desain,

membuat asli (originate)

2.4 Hubungan Perilaku dengan Lingkungan

Menurut Haryadi dan Setiawan (2010), Secara konseptual, pendekatan

perilaku menekankan bahwa manusia merupakan mahluk berfikir yang

mempunyai persepsi dan keputusan dalam interaksinya dengan lingkungan.

Konsep ini dengan demikian meyakini bahwa interaksi antara manusia dan

lingkungan tidak dapat diinterpretasikan secara sederhana dan mekanistik,

melainkan kompleks yang cenderung dilihat sebagai sesuatu yang “probabilistik”.

Di dalam interaksi yang kompleks ini, pendekatan perilaku memperkenalkan apa

yang disebut sebagai cognitive process (kognitif proses) yakni proses mental

tempat orang mendapatkan, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuanya

untuk memberi arti dan makna terhadap ruang yang digunakanya. Sebagaimana

pendekatan yang digunakan psikologi lingkungan, hubungan antara lingkungan

dan perilaku merupakan sesuatu yang kompleks dan tidak cukup dijelaskan

(38)

Menurut Haryadi dan Setiawan (2010), dimensi lingkungan dapat

dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan

lingkungan kultural.

Hal ini kemudian dipertegas Julian H. Steward dalam Susilo (2009)

dalam teori Ekologi budaya, inti dari teori ini adalah lingkungan dan budaya tidak

bisa dilihat terpisah, tetapi merupakan hasil campuran (mixed product) yang

berproses lewat dialektika. Dengan kalimat lain, proses-proses ekologi memiliki

hukum timbal balik. Budaya dan lingkungan bukan entitas yang masing-masing

berdiri sendiri atau bukan barang jadi yang bersifat statis. Keduanya memiliki

peran besar dan saling mempengaruhi. Tidak dinafikan bahwa lingkungan

memang memiliki pengaruh atas budaya dan perilaku manusia, tetapi pada waktu

yang sama manusia juga mempengaruhi perubahan-perubahan lingkungan.

2.5 Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pengelolaan

lingkungan

2.5.1 Kebutuhan Iptek Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menurut Sughandhy dan Rustam (2007) lingkungan global sedang

mengalami perubahan lebih cepat dari pada yang pernah terjadi sebelumnya.

Konsumsi energi, air, dan sumberdaya alam tidak terbaharui meningkat boleh jadi

menyebabkan kelangkaan di beberapa bagian wilayah Indonesia, jika upaya

pengelolaan lingkungan tetap tidak berubah.

Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendukung pola pengelolaan

lingkungan yang tepat dalam pembangunan saat ini dan yang akan datang.

Pengetahuan yang makin meningkat terhadap sejumlah isu seperti perubahan

(39)

lingkungan, harus dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi dan bahan

perumusan strategi jangka panjang pembangunan berkelanjutan.

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu terus ditingkatkan

untuk menaikkan tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup bangsa, yang harus

selaras dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya,

dan lingkungan hidup. Pengembangan berbagai disiplin ilmu, yang

diperhitungkan akan memiliki peluang untuk unggul dalam mempercepat harus

dikenali dan diberikan perhatian khusus, antara lain meliputi teknologi

perlindungan lingkungan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan adalah berupa

pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dalam hal pemilihan teknologi

pengelolaan lingkungan, yang merupakan keterpaduan dalam pemanfaatan

sumberdaya alam dan manusia untuk pemantauan, pengendalian, pemulihan, dan

pengawasan pengembangan lingkungan hidup.

Dalam pengembangan berbagai disiplin ilmu, yang perlu diperhitungkan

adalah peluang unggulan dalam mempercepat laju pembangunan, disamping perlu

diketahui dan perlu diberi perhatian khusus dalam pengembangan teknologi

pelestarian lingkungan dan kerusakan serta pencemaran lingkungan.

2.5.2 Tujuan dan Sasaran IPTEK Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Tujuan

a) Terciptanya keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan,

sebagai tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya

b) Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana

(40)

d) Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan

generasi sekarang dan mendatang

e) Terhindarnya negara terhadap dampak kegiatan diluar wilayah negara

yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

2. Sasaran

a) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan

yang sesuai, agar perkembangan teknologi yang berorientasi kepada

mekanisme pasar, dapat mengendalikan dimensi lingkungan dan

kepentingan masyarakat luas dan generasi yang akan datang.

b) Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, dalam pemilihan dan

penggunaan teknologi untuk mengurangi dampak negara terhadap

lingkungan hidup.

2.5.3 Strategi dan Kegiatan

Strategi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan

lingkungan mencakup :

a) Untuk membangun secara berlanjut, semua pihak membutuhkan akses

kepada dan peningkatan kemampuan, dalam penggunaan teknologi yang

lebih bersih dan sedikit menghasilkan limbah.

b) Teknologi berwawasan lingkungan mencakup tidak hanya perangkat

keras, tetapi pengetahuan, pelayanan, peralatan, dan keahlian-keahlian

organisasi dan manajerial. Teknologi baru dan efisien perlu dikembangkan

untuk menggantikan sejumlah teknologi yang saat ini masih digunakan.

c) Pengenalan teknologi baru harus disertai informasi tentang risiko

(41)

teknologi yang tepat. Teknologi tersebut juga harus kompatibel (selaras)

dengan prioritas-prioritas sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan. Dalam

kasus-kasus tertentu, teknologi yang diperkenalkan dapat dikombinasikan

dengan inovasi setempat untuk mendapatkan inovasi teknologi tepat guna.

d) Mempromosikan dan mendesimenasikan teknologi baru berwawasan

lingkungan, tanpa perlindungan hak paten. Pemerintah harus membeli hak

paten dan lisensi secara komersial dan mentransfer kepada masyarakat luas

secara nonkomersial, sebagai bagian dari bantuan teknis untuk

pembangunan berkelanjutan.

Kegiatan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan

mencakup :

a) Perumusan dan pengembangan kebijakan untuk mengantisipasi dampak

pencemaran lingkungan, dengan pengetahuan dan teknik pengelolaan

lingkungan yang tepat untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan yang

diakibatkan oleh aktivitas manusia.

b) Merumuskan dan mengembangkan prinsip-prinsip pemerataan dan

keadilan serta tanggung jawab pemerintah, swasta dan masyarakat yang

merupakan dasar untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan.

c) Meningkatkan kerjasama antara instansi yang terkait untuk perumusan

kebijaksanaan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan.

d) Penggunaan teknologi berwawasan lingkungan memerlukan training yang

sistematis kepada para teknisi, engineer, manejer, ilmuawan, dan para

pendidik. Paket training harus mencakup penilaian terhadap dampak dan

(42)

e) Pengembangan pusat-pusat pengkajian teknologi berwawasan lingkungan,

terutama untuk sejumlah sektor utama, seperti pertanian, industri, dan energi.

Pusat-pusat tersebut diharapkan dapat membantu pengembangan,

pengelolaan, dan pengalihan teknologi kepada masyarakat luas termasuk

dunia usaha.

f) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sebagai tenaga ahli bidang

lingkungan, terutama dibidang lingkungan hidup sosial, yang menguasai

konsep indikator masalah keserasian manusia dengan lingkungan.

g) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan,

yang sesuai dengan kondisi Indonesia.

2.5.4 Tata Cara Pengelolaan

1. Pengorganisasian

a) Memperkuat fungsi dan peranan kantor MENLH dalam mengkordinasikan

penyelenggaraan program pengelolaan lingkungan hidup, terutama

berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan

lingkungan.

b) Perlunya penanganan yang terpadu antara sektoral, daerah, serta akan

memberikan implikasi terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan

hidup yang menyeluruh, dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan

teknologi pengelolaan lingkungan yang tepat.

2. Tugas dan tanggung jawab

Kementerian yang bertanggungjawab dalam pengelolaan lingkungan hidup

perlu:

a) Mengoordinasikan strategi yang telah dirumuskan dalam dua upaya pokok,

(43)

b) Mengalokasikan dana yang tersedia bagi pengembangan ilmu dan

teknologi untuk pengembangan kegiatan perlindungan lingkungan hidup

(perumusan, pembuatan, pengembangan peraturan perundang-undangan,

kegiatan pengendalian kerusakan, dan pencemaran).

3. Keterlibatan Masyarakat

Keterlibatan masyarakat dalam merencanakan pemanfaatan sumberdaya

alam dan lingkungan hidup, mendorong partisipasi aktifnya dalam proses

pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ilmu dan teknologi

pengelolaan lingkungan dalam melestarikan tatanan lingkungan dan

fungsinya.

4. Pemantauan dan Pengendalian

Untuk menjaga tatanan lingkungan dan fungsinya tetap lestari, telah diatur

peraturan perundang-undangan PP. No. 29/1986, PP. No. 20/1990, dan

penataan secara serasi dan seimbang antara aspek pelestarian, konvensi,

dan pemanfatan sumberdaya ruang (UU. No. 24/1992). Namun,

kelengkapan perangkat peraturan perundang-undangan untuk

melaksanakan secara operasional pengelolaan lingkungan hidup, sebagai

mana dianut oleh UU No. 4 Tahun 1982 jo. UU No. 23 Tahun 1997 UU

No. 32 Tahun 2009, masih perlu diupayakan untuk mengantisipasi era

industrialisasi dan urbanisasi.

5. Oleh karena itu, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi

(44)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Survei yaitu dengan pengamatan

langsung di lapangan. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel

dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data

yang pokok (Singarimbun dan Sofian, 1989).

Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan penyebaran kuisioner,

pengamatan langsung kelapangan dengan menggunakan wawancara. Penyebaran

kuisioner mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang akan

dijawab oleh responden, pengamatan langsung untuk mengetahui keadaan

lapangan secara langsung dan memperoleh data secara lisan dan tulisan dari

responden (Sudjana, 1992).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kotamadya Medan, di Kecamatan Medan

Barat, di SD Swasta Pertiwi Medan, Jl. Budi Pembangunan No 1, dan di SD

Negeri 060843 Jl. Yos Sudarso, Kecamatan Medan Barat.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga sekolah di dua lokasi

penelitian yang terdiri dari :

1. Siswa Kelas VI SD Pertiwi (241 Siswa) dan Siswa Kelas VI SD Negeri

080643 Medan (161 Siswa)

(45)

3.3.2 Sampel

Sampel untuk penelitian ini tidak jauh berbeda dengan populasi, kecuali

siswa, dimana penentuan pengambilan sampel berasal dari jumlah siswa setiap

kelas, dengan menggunakan purposive sample didapatkan besarnya sampel

sebesar (Rakhmat,1997)

n =

dimana;

n = Sampel

N = Populasi

D = Presesi ( 10 persen )

Sehingga diperolehlah sampel penelitian sebagai berikut :

1. Siswa kelas VI SD Pertiwi 72 Orang

2. Siswa Kelas VI SD 060843 64 Orang

3. Guru Kelas VI SD Pertiwi Medan terdiri dari 11 Orang

4. Guru Kelas VI SD 060843 Kecamatan Medan Barat terdiri dari 8 Orang

Untuk mendapatkan informasi yang mendukung hasil kuisioner dari

sampel diatas, maka diadakan wawancara dengan pihak sekolah yang selanjutnya

disebut sebagai informan yang terdiri dari :

1. Kepala Sekolah SD Pertiwi Medan

2. Kepala Sekolah SD 060843 Kecamatan Medan Barat

3. Kepala UPT TK-SD Kecamatan Medan Barat

4. Pegawai SD Pertiwi 5 Orang

(46)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan kuisioner,

pengamatan langsung dan wawancara yang akan menghasilkan data sebagai

berikut :

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari Siswa dan Guru yang menjadi responden

dengan kuisioner (lampiran 2)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder ini diperoleh dari Kepala UPT Tk/SD Dinas Pendidikan

Kecamatan Medan Barat, Kepala Sekolah dan Pegawai Sekolah. Data sekunder

diperoleh melalui wawancara sehingga didapatkan data berupa informasi tentang

kondisi program yang sedang berjalan di SD lokasi penelitian.

3.5 Instrumen Penilaian

3.5.1 Pengukuran Pengetahuan (kognitif) Responden

Instrumen pengetahuan lingkungan hidup responden diukur melalui

kuisioner yang berisikan 10 pertanyaan yang telah disediakan, kuisioner ini

diberikan langsung kepada siswa, setiap pertanyaan mempunyai dua pilihan

jawaban yaitu ya dan tidak. Setiap jawaban diberikan nilai 1 untuk yang

menjawab benar/positif terhadap lingkungan hidup, dan nilai 0 untuk yang

(47)

3.5.2 Pengukuran Sikap (Afektif) Responden

Instrumen sikap terhadap lingkungan hidup diukur melalui kuisioner yang

berisikan 10 pertanyaan yang telah disediakan, dimana pertanyaan ini diberikan

kepada Guru sebagai unsur yang paling mengetahui sikap dari siswa. Setiap

pertanyaan mempunyai dua pilihan jawaban yaitu ya dan tidak. Penelian diberikan

nilai 1 untuk yang menjawab benar/positif terhadap lingkungan hidup, dan nilai 0

untuk yang menjawab salah/negatif terhadap lingkungan hidup.

3.5.3 Pengukuran Keterampilan (Psikomotorik) Responden

Instrumen keterampilan lingkungan hidup dari responden diukur melalui

kuisioner yang berisikan 10 pertanyaan yang telah disediakan, dimana pertanyaan

ini diberikan kepada Guru sebagai unsur yang paling mengetahui keterampilan

dari siswa. Setiap pertanyaan mempunyai dua pilihan jawaban yaitu ya dan tidak,

dan setiap jawaban diberikan nilai 1 untuk yang menjawab benar/positif terhadap

lingkungan hidup, dan nilai 0 untuk yang salah/negatif terhadap lingkungan hidup.

3.5.4 Wawancara Langsung

Wawancara langsung juga dilakukan untuk mendapatkan informasi yang

akurat tentang program dan aktivitas yang sedang berjalan di sekolah penelitian,

terkhusus juga untuk mengetahui kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, dimana

warga sekolah (kecuali siswa) adalah unsur yang mengetahui perkembangan siswa

di sekolah. Adapun unsur yang diwawancarai langsung adalah :

1) Kepala Sekolah

2) Kepala UPT Dinas Kecamatan Medan Barat

3) Guru

(48)

3.6 Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian

Berdasarkan alur pelaksanaan penelitian, penelitian diawali dengan

mengetahui masalah dan merumuskannya. Kemudian dilakukan penyusunan

instrumen, dilakukan uji coba untuk menentukan validitas dan reliabilitasnya. Jika

instrumen belum valid dan reliabel, maka dilakukan revisi dan uji coba kembali.

Setelah itu dikumpulkan data melalui kuesioner untuk mengetahui pengaruh

program adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Kemudian

data tersebut diolah secara statistik dan dianalisis, lalu dilakukan interpretasi

untuk merumuskan dan memperoleh kesimpulan.

Perumusan Masalah

Penarikan Kesimpulan Uji Validitas/

Reliabilitas Valid /Reliabel ?

Pengolahan data dan Analysis Penyusunan

Instrumen

Pengumpulan Data Tidak

(49)

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan sudah

terkumpul. Analisis data dilakukan sesuai dengan permasalahan yang pada

awalnya sudah ditentukan, dan tahapan analisis data adalah sebagai berikut :

1) Membuat perbandingan kognitif lingkungan hidup SD Pertiwi dengan

kognitif lingkungan hidup SD Negeri 060843

2) Membuat perbandingan afektif lingkungan hidup SD Pertiwi dengan afektif

lingkungan hidup SD Negeri 060843.

3) Membuat perbandingan psikomotorik lingkungan hidup SD Pertiwi dengan

pisikomotorik lingkungan hidup SD Negeri 060843.

4) Mendapatkan pengaruh program adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan

(50)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitan adalah Kota Medan tepatnya Daerah Kecamatan Medan

Barat dengan luas wilayah 6,82 Km2 atau 682 Ha yang merupakan satu dari 21

Wilayah Kecamatan yang ada di Kota Medan. Daftar Sekolah Dasar di Dinas

Pendidikan Kecamatan Medan Barat terdiri dari 10 Sekolah Dasar Negeri dan 17

Sekolah Dasar Swasta, dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1. Jumlah SD Negeri Di Kecamatan Medan Barat Tahun 2012

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SD Negeri 060835 66

Tabel 4.2. SD Swasta di Kecamatan Medan Barat Tahun 2012

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SD Swasta Karya Bahkti 382 2 SD Swasta Nasrani 4 161 3 SD Swasta Alwasliyah 37 82 4 SD Swasta Muhamadiyah 11 260 5 SD Swasta Surya Bahagia 107 6 SD Swasta Laks. Martadinata 645

(51)

Sesuai dengan Judul tesis ini Pengaruh Penerapan Program Adiwiyata

terhadap Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Lingkungan Hidup Siswa Sekolah

Dasar di Kecamatan Medan Barat, maka diambillah sekolah yang sudah

berpredikat Adiwiyata, yaitu SD Swasta Pertiwi Medan (karena hanya satu

sekolah yang sudah berpredikat Adiwiyata), dan sebagai pembanding diambillah

SD Negeri 060843, yang merupakan SD Negeri paling berprestasi di Kecamatan

Medan Barat. Sehingga didapatlah dua sekolah dasar yang menjadi populasi

penelitian, yaitu SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kecamatan Medan

Barat, Kota Medan.

4.2. Gambaran Umum Responeden

Responden dalam penelitian ini adalah sejumlah warga sekolah dari SD

Pertiwi dan SD 080643 Medan. Responden adalah Siswa, Guru, Pegawai, Kepala

Sekolah dan Kepala Unit Pelaksana Teknhis Dinas Pendidikan Kecamatan Medan

Barat.

Adapun komposisi responden adalah sebagai berikut :

1. Siswa

Tabel 4.3. Responden Siswa

No Nama Sekolah Jumlah

1 SD Swasta Pertiwi 72 2 SD Negeri 080643 64 2. Guru

Tabel. 4.4 Responden Guru

No Nama Sekolah Jumlah Guru

(52)

3. Pegawai

Tabel. 4.5 Responden Pegawai Sekolah

No Nama Sekolah Jumlah Pegawai

1 SD Swasta Pertiwi 5 2 SD Negeri 060843 2

4. Kepala Sekolah

Kepala sekolah juga menjadi responden dalam penelitian ini, hal ini

dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi guru, pegawai dan siswa

di sekolah tersebut.

5. Kepala UPT Tk/SD Kecamatan Medan Barat

Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan mengenai

sekolah SD Pertiwi dan SD Negeri 060843, maka Kepala UPT Tk/SD Kecamatan

Medan Barat juga ikut menjadi responden dalam penelitian ini.

4.2 Tanggapan Responden

Tanggapan responden terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa

merupakan hal yang harus dikaji untuk mengetahui pengaruh progam Adiwiyata,

(53)

Gambar

Tabel 1. 2. Domain Afektif (Kratwohl Taxonomy)
Tabel 1.3. Domain Psikomotorik (Simpson Taxonomy)
Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian
Tabel  4.6.  Tanggapan Responden Terhadap Kognitif Siswa Kelas VI  SD A                     (SD  Pertiwi Medan) dan SD B (SD N 060843)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat pengaruh program Adiwiyata terhadap pengetahuan lingkungan hidup siswa di SMA Negeri Kota Medan; (2) Terdapat pengaruh

Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk mengembangkan instrumen penilaian yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dan diharapkan dapat membantu para guru

Tujuan sekolah Adiwiyata secara umum bertujuan untuk mewujudkan masyarakat sekolah yang peduli dan berbudaya lingkupan dengan menciptakan kondisi yang lebih baik

Penggambaran proses yang terjadi dalam pembuatan aplikasi penilaian sekolah adiwiyata pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bengkulu secara umum dapat

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2010) program Adiwiyata bertujuan untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perindungan dan

berpartisipasi dalam Program Adiwiyata Mandiri di Jawa Timur baru mencapai 108 sekolah (Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur, 2015). Program Adiwiyata Mandiri bertujuan

Implementasi program Adiwiyata di SD N Giwangan dilakukan dengan: menetapkan beberapa kebijakan terkait upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

267 9 Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar Samsul Adianto, Muhammad Ikhsan, Selvi Oye 2020 JINOTEP Jurnal Inovasi Teknologi