• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dengan pendekatan Balanced Scorecard

METODE PENELITIAN

A. Gambaran Umum

3. Pengukuran Kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dengan pendekatan Balanced Scorecard

a. Perspektif Pelanggan dan Stakeholder Karakteristik Responden

Dari hasil penyebaran kuesioner secara acak pada Obyek Wisata Kota Surakarta, yaitu Kebun Binatang Jurug dan Taman Wisata Balekambang, didapat sebanyak 47 responden, yang mana terdiri dari 33 responden wanita dan 14 responden pria . Mayoritas responden sebanyak 32 responden berasal dari luar kota, yaitu dari Karanganyar, Sukoharjo, Magelang, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan operasionalnya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta juga berhubungan dengan lembaga-lembaga kepariwisataan. Lembaga-lembaga-lembaga tersebut adalah Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies Surakarta (ASITA Surakarta), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kota Surakarta (PHRI Surakarta), dan Badan Promosi Pariwisata Indonesia Surakarta (BPPI Surakarta). Dalam penelitian ini, lembaga-lembaga yang dijadikan responden adalah ASITA Kota Surakarta dan BPPI Kota Surakarta.

Kepuasan Pelanggan

Hasil kuesioner yang menyatakan kepuasan pelanggan melalui direct question adalah memiliki skor sebesar 3.47, indikator pemenuhan harapan pelanggan memiliki skor 3.34, dan indikator Daya Tarik Wisata Kota Surakarta yang mengesankan memiliki skor 3.49. Sehingga, skor variabel kepuasan pelanggan secara keseluruhan adalah sebesar 3.43 (Lampiran 6), yang mana termasuk ke dalam kategori Baik.

Kota Surakarta memiliki Daya Tarik Wisata yang mengesankan karena banyaknya tempat wisata dan pagelaran yang

22

menarik wisatawan untuk menikmatinya, Kota Surakarta adalah kota yang berbeda karena mengangkat kebudayaan lokal karena jarang daerah yang mau mengangkat kebudayaan lokal. Selain itu, Kota Surakarta merupakan kota yang bersih dan nyaman untuk dikunjungi, dan juga tidak hanya obyek wisata yang dimiliki Kota Surakarta, akan tetapi terdapat wisata alam, wisata budaya, wisata belanja, dan wisata kuliner.

Pelanggan yang menyatakan bahwa Daya Tarik Wisata Kota Surakarta kurang mengesankan memiliki beberapa pendapat seperti event yang diadakan dari tahun ke tahun tidak ada perbedaan yang mencolok sehingga dapat membuat wisatawan yang sering datang dan menikmati event tersebut menjadi bosan, pengelolaan Daya Tarik Wisata Kota Surakarta kurang optimal, dan banyak tempat wisata yang tersembunyi karena kurang di-explore sehingga wisatawan kurang mengetahui tempat tersebut.

Dan juga, perbandingan antara kota Surakarta dengan kota lain seperti Yogyakarta yang tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

Minat Penggunaan Kembali

Minat penggunaan kembali dinilai dari bagaimana perbandingan antara cost dengan benefit yang dirasakan oleh responden, apakah sudah sebanding atau belum, selain itu penilaian seberapa sering menikmati Daya Tarik Wisata Kota Surakarta.

Indikator yang lain adalah mengenai responden yang kembali menikmati Daya Tarik Wisata Kota Surakarta karena promosi Kota Surakarta atau dikarenakan Daya Tarik Wisata Kota Surakarta itu sendiri.

Indikator perbandingan antara cost dan benefit yang dirasakan responden memiliki skor sebesar 3.53, indikator pengaruh promosi memiliki skor 3.19, dan indikator pengaruh Daya Tarik Wisata Kota Surakarta memiliki skor 3.38. Sehingga,

23

variable minat penggunaan kembali secara keseleruhan memiliki skor sebesar 3.37 (Lampiran 6), yang mana merupakan kategori baik.

Kesediaan untuk merekomendasi

Kesediaan pelanggan untuk merekomendasi dapat dilihat melalui pertanyaan secara langsung atau direct question, yang mana memiliki skor sebesar 3.72. Selain itu, kesediaan merekomendasi tersebut diukur apakah dikarenakan responden merasa puas terhadap Daya Tarik Wisata Kota Surakarta atau bukan. Indikator pengaruh kepuasan tersebut memiliki skor sebesar 3.51. Sehingga, total skor kesediaan pelanggan untuk merekomendasi secara keseluruhan adalah sebesar 3.62 (Lampiran 6), yang mana termasuk dalam kategori baik.

Pelaksanaan Program dan Kegiatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder kepariwisataan, yaitu BPPI dan ASITA Kota Surakarta pada Lampiran 7 dan Lampiran 8, Program dan Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta telah baik dan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Surakarta, akan tetapi Dinas Kebudayaan dan Pariwiata perlu tanggap dan perlu mengetahui target pasar.

Contohnya adalah perubahan atas metode promosi yang mana metode promosi saat ini lebih baik menggunakan media sosial dan berbasis internet serta target yang menjadi tujuan promosi.

Selain itu, adanya destinasi baru memunculkan peluang bagi Pemerintah Kota Surakarta untuk mengembangkan objek dan atraksi wisata Kota Surakarta. Saat ini, fokus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta adalah hanya pada event Kota Surakarta. Isu yang terjadi adalah dalam kurun waktu lima tahun

24

terakhir, Kota Surakarta mengalami stagnasi produk sehingga berdampak pada menurunnya kunjungan dan lama tinggal wisatawan

Kebijakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder kepariwisataan, yaitu BPPI dan ASITA Kota Surakarta pada Lampiran 7 dan Lampiran 8, Kebijakan yang telah sesuai dengan lembaga-lembaga kepariwisataan adalah kebijakan mengenai kerjasama dengan asosiasi dan dunia usaha sehingga adanya pelatihan mengenai pelakasanaan event pariwisata, fasilitasi dukungan atas program dan kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha melalui program dan hibah yang memberi dampak pada operasional lembaga khususnya penyediaan kajian terkait pasar dan promosi, fasilitasi promosi ke pasar potensial agar menyadarkan pelanggan mengenai keberadaan destinasi Kota Surakarta sehingga dapat mendatangkan wisatawan.

Kebijakan yang masih dianggap lemah adalah kebijakan mengenai promosi kegiatan, Sumber Daya Manusia Pariwisata yang masih lemah karena pelatihan bagi pelaku usaha, seperti tour guide, travel agent, dan sebagainya. Hal tersebut berbeda dengan dukungan terhadap event wisata Kota Surakarta karena dukungan terhadap event yang jumlahnya relatif banyak dan rutin diberikan.

Koordinasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder kepariwisataan, yaitu BPPI dan ASITA Kota Surakarta pada Lampiran 7 dan Lampiran 8, Koordinasi yang dilakukan antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dengan lembaga kepariwisataan telah berjalan dengan baik, akan tetapi yang perlu ditingkatkan adalah implementasi hasil koordinasi mengenai siapa

25

saja yang bertanggungjawab dan kapan pelaksanaan implementasi tersebut. Selain itu, lembaga kepariwisataan berharap adanya koordinasi dilakukan secara rutin, seperti tiga bulan sekali dilaksanakan koordinasi rutin dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta menjadi pimpinan koordinasi.

b. Perspektif Keuangan

Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah dan Efisiensi Anggaran Belanja

Rasio Efektivitas 2013 = Realisasi Penerimaan PAD

x 100%

Target Penerimaan PAD

Rasio Efektivitas 2013 = Rp 1.113.483.815

x 100%

Rp 1.215.000.000 Rasio Efektivitas 2013 = 91.64%

Rasio Efektivitas 2014 = Realisasi Penerimaan PAD

x 100%

Target Penerimaan PAD Rasio Efektivitas 2014 = Rp 1.233.063.400

x 100%

Rp 1.200.000.000 Rasio Efektivitas 2014 = 102.76%

Rasio Efektivitas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2013 adalah sebesar 91.64% dan berdasarkan Tabel Efektivitas Pendapatan Asli Daerah dapat dinyatakan bahwa pada tahun 2013, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berkinerja cukup efektif. Rasio Efektivitas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2014 adalah sebesar 102.76% dan berdasarkan Tabel Efektivitas Pendapatan Asli Daerah dapat dinyatakan bahwa pada

26

tahun 2013 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berkinerja sangat efektif.

Tabel 5

Kategori dan Nilai Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Kategori Nilai Efektivitas

Sangat Efektif Diatas 100%

Efektif 100%

Cukup Efektif 90% hingga 99%

Kurang Efektif 75% hingga 89%

Tidak Efektif Dibawah 75%

Sumber: Mahmudi, 2011

Jika dibandingkan antara tingkat keefektifan pada tahun 2013 dan 2014, maka kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengenai keefektifan Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan yang sangat signifikan, yang mana pada tahun 2013 dinyatakan “cukup efektif” menjadi “sangat efektif” pada tahun 2014.

Rasio Efisiensi 2013 = Realisasi Belanja Daerah

x 100%

Anggaran Belanja Daerah Rasio Efisiensi 2013 = Rp 10,908,947,187

x 100%

Rp 12,024,870,500 Rasio Efisensi 2013 = 90.71%

Rasio Efisiensi 2014 = Realisasi Belanja Daerah

x 100%

Anggaran Belanja Daerah Rasio Efisiensi 2014 = Rp 12,246,744,030

x 100%

Rp 13,638,560,975 Rasio Efisensi 2014 = 89.79%

27

Rasio Efisiensi mengenai anggaran belanja dan realisasi belanja yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2013 adalah 90.71% dan pada tahun 2014 adalah sebesar 89.79%. Berdasarkan Tabel Efisiensi Anggaran Belanja (Tabel 4), maka dinyatakan bahwa pada tahun 2013, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta berkinerja secara kurang efisien dan pada tahun 2014, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta berkinerja secara cukup efisien.

Tabel 6

Kategori dan Nilai Efisiensi Anggaran Belanja

Kategori Nilai Efisiensi Anggaran Belanja

Tidak Efisien Diatas 100%

Kurang Efisien 90% hingga 100%

Cukup Efisien 80% hingga 90%

Efisien 60% hingga 80%

Sangat Efisien Dibawah 60%

Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 690.900-327 tahun 1996 dalam Sumenge (2013)

Efisiensi atau Efektivitas Anggaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta juga diukur melalui kuesioner yang disebar di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, yang mana memiliki skor sebesar 3.07 (Lampiran 4), yang mana dikategorikan baik atau terjadi efisiensi dan efektivitas atas keuangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta. Hal tersebut didukung dengan pernyataan beberapa pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dalam kuesioner terbuka yaitu adanya efisiensi anggaran. Selain itu, kategori dalam kinerja perspektif keuangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta masih belum maksimal khususnya dalam hal efisiensi belanja karena penetapan anggaran diluar standarisasi harga, kurangnya perencanaan yang matang serta adanya perubahan anggaran sehingga memakan waktu.

28

Pelaporan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Pengajuan Anggaran dan pelaporan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dinilai kurang baik, yaitu dengan skor 2.89 (Lampiran 4). Hal tersebut didukung dengan pernyataan beberapa pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta yaitu aturan yang sangat ketat sehingga proses pertanggungjawaban tersendat yang dapat mengakibatkan pencairan anggaran terlambat, akan tetapi kegiatan harus terlaksana.

c. Perspektif Proses Internal

Kegiatan-kegiatan & Jumlah Destinasi/Tujuan Wisata

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta pada tahun 2014 dan 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 7 Events Kota Surakarta

Bulan Tahun 2014 Tahun 2015

Januari Sekaten, Grebeg Mulud, Peringatan Maulud Nabi

Muhammad SAW, Grebeg Sudiro

Grebeg Mulud, Sekaten, Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW Februari Konser Gamelan Akbar, Festival

Jenang, Solo Carnaval, Haul Festival Jenang Solo, Grebeg Sudiro, Solo Carnaval

Maret Bengawan Solo Getek Festival, Solo Indonesia Kuliner Festival

Kontes Reptil Nasional, Kejuaraan Karate Antar Mahasiswa se-Asia Tenggara, Earth Hour

April Konkur Nasional Seni Suara Alam Burung Perkutut “Bengawan Solo Cup”, Bengawan Solo Travel Mart, Solo Menari

Solo Indonesia Culinary Festival, Festival Bengawan Solo, Solo 24 Jam Menari

Mei Festival Film Solo,

Mangkunegaran Performing Art, Java Expo 2014, Wayang Orang Plataran, Solo Blues Festival

Karaton Surakarta Festival, Mangkunegaran Performing Art, Festival Parade Hadrah, Solo Blues Festival, Hari Ulang Tahun Car Free Day

29

Tabel 7 (Lanjutan) Events Kota Surakarta

Bulan Tahun 2014 Tahun 2015

Juni Vastenburg Carnival, Festival Kethoprak, Mangkunegaran Art Festival, Indonesia Mask Festival, Solo Batik Carnival, Napak Budaya Samanhoedi,

Festival Gamelan Akbar, Festival Ketoprak, Java Expo 2015 ke 10, Solo Micro Expo, Solo Investmet Trade and Tourism Expo, Semarak Budaya Indonesia, Solo Batik Carnival

Juli Malam Selikuran, Maleman Sriwedari & Expo, Bakdan Ing Balekambang, Pekan Syawalan Jurug

Maleman Selikuran, Pentas Wayang Orang Gabungan ke-105, Bakdan Ing Balekambang, Syawalan Jurug, Sendratari Ramayana

Agustus Wayang Bocah, Grand Final Putra-Putri Solo 2014

Festival Wayang Bocah, Apresiasi Musik Kebangsaan, Pawai Pembangunan, Napak Budaya Samahoedi, Wayang Orang Plataran, Grand Final Putra-Putri Solo

September Bamboo Biennale 2014, Solo Batik Fashion, Solo International Performing Art, The 38th CISM Word Military Parachutting Championship 2014, Solo City Jazz, Solo Keroncong Festival

Indonesia International Mask Festival, Solo International Performing Art, Festival Payung Indonesia, Solo City Jazz, Grebeg Besar, Solo Keroncong Festival

Oktober Apresiasi Musik Kebangsaan, Srawung Seni Sakral 1 Sura, Jambore Insan Muda Nusantara

Solo Batik Fashion, Rock In Solo, Suro Bulan Budaya, Kirab Malam 1 Suro, Festival Suro, 1 Sura Jimawal 1949, Srawung Seni Sakral Internasional, Swara Deling Festival, Pasar Seni Balekambang, Festival Semarak Singo Barong Purnomo Suro, World Meditation Gathering, Pengajian Tahun Baru Hijriyah November Rock in Solo, Festival singo

barong purnomo suro, Kirab Apem Sewu, Javanese Theatrical, Frame of Solo

Javanese Theatrical, Frame of Solo, Kirab Apem Sewu, Solo Gerr Seri

Desember - Grebeg Mulud, Sekaten

Sumber: Solo Calendar of Event 2015 dan www.sinergievent.com

Jumlah Obyek Wisata yang dimiliki oleh Kota Surakarta pada tahun 2011 hingga 2014 adalah berjumlah 10 buah (BPS Jawa Tengah, 2014). Sehingga, dapat dikatakan bahwa jumlah Daya

30

Tarik Wisata Kota Surakarta tidak berubah dari tahun 2011 hingga tahun 2014.

Kota Surakarta memiliki sangat banyak event yang diadakan selama satu tahun dan beberapa Obyek Wisata. Cukup banyak event yang diadakan yang bertemakan Internasional, hal ini ditujukan untuk menarik para wisatawan asing maupun domestik, sehingga terjadi peningkatan jumlah wisatawan yang tentunya juga akan menambah pemasukan bagi Provinsi Jawa Tengah, khususnya Kota Surakarta.

Jumlah Fasilitas Pendukung Wisata

Pada tahun 2013 dan 2014, perubahan jumlah unit hotel non-bintang hanya bertambah 1 unit saja, akan tetapi jumlah kamar bertambah sebanyak 145 kamar. Perubahan jumlah unit hotel bintang cukup banyak, yaitu bertambah sebanyak 7 unit hotel dan jumlah kamar bertambah sebanyak 763 kamar.

Tabel 8

Jumlah Unit dan Kamar Hotel Bintang dan Non-Bintang

Tahun Hotel Bintang Hotel Non-Bintang

Unit Kamar Unit Kamar

2013 26 2.144 113 2.234

2014 33 2.907 114 2.379

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

31 Tingkat Kunjungan Wisatawan

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Gambar 2

Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara tahun 2013-2014

Berdasarkan gambar 2 diatas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Kota Surakarta.

Apabila dijabarkan, mengenai jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, jumlah masing-masing wisatawan adalah sebagai berikut:

Tabel 9

Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara Tahun 2013-2014

Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Total

2013 23,466 2,339,061 2,362,527

2014 28,621 3,236,516 3,265,137

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan Gambar 2 diatas, maka dapat dilihat bahwa baik Wisatawan Mancanegara maupun Wisatawan Nusantara mengalami peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Kota Surakarta. Persentase peningkatan wisatawan mancanegara adalah 21.96% dan persentase peningkatan wisatawan nusantara adalah 38.36%.

32

Kualitas Obyek Wisata dan Event

Kualitas kegiatan yang dibawahi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta adalah sebesar 3.49 (Lampiran 4) yang mana termasuk kategori Baik atau kualitas tempat wisata dan event adalah baik. Kualitas tersebut dilihat dari tujuan adanya tempat wisata dan event telah berkualitas, waktu pelaksanaan yang tepat waktu, setiap event telah terlaksana seluruhnya, serta upaya promosi yang dilakukan telah optimal. Kualitas yang perlu ditingkatkan pada event adalah pertunjukan Wayang Orang, karena tidak mencapai target kuantitas, Ting Selikuran dan Kirab Budaya karena kurang mengacu pada tema pengangkatan budaya lokal, serta Solo Batik Carnival, karena kurang mengangkat pembatik lokal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ASITA dan BPPI, terdapat beberapa kendala pada Obyek Wisata dan event yaitu tempat parkir yang terbatas, objek wisata dan fasilitas objek wisata kurang terpelihara dengan baik, SDM kurang cakap, manajemen atraksi masih lemah, pengembangan atraksi yang masih rendah, kualitas event dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan tidak ada sinergi dalam promosi event.

Promosi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta telah dilaksanakan secara optimal dan telah melibatkan lembaga kepariwisataan, akan tetapi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta masih kurang tanggap dalam menghadapi perubahan tren pasar dan perkembangan teknologi informasi yang telah mengubah pola distribusi informasi dengan menggunakan media sosial dan internet. Promosi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dengan menggunakan alat promosi cetak, direct promotion ke pasar potensial dengan road show serta mengundang travel agent dan

33

travel media. Selain itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kurang baik dalam melakukan follow up hasil promosi dan pemasaran yang mengakibatkan hasil kegiatan promosi belum dapat terukur dengan baik.

Pembangunan Keunggulan Pariwisata Kota Surakarta

Pembangunan Keunggulan Pariwisata Kota Surakarta memiliki skor sebesar 3.31 (Lampiran 4) yaitu pembangunan keunggulan pariwisata Kota Surakarta adalah baik. Mayoritas responden menyatakan bahwa keunggulan pariwisata Kota Surakarta dibangun melalui event. Hal itu ditunjukkan dari event Kota Surakarta yang bertambah dari tahun 2014 ke tahun 2015.

Dalam membangun keunggulan, organisasi memerlukan data dan informasi yang lengkap. Berdasarkan kuesioner yang disebar, responden menyatakan bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki data serta informasi yang lengkap. Berdasarkan kuesioner terbuka, peningkatan keunggulan pariwisata Kota Surakarta masih perlu dikembangkan dan dikemas lebih menarik serta didukung promosi yang menunjang, penataan wisata Kota Surakarta masih kurang baik, Obyek Wisata masih perlu ditingkatkan serta event perlu dibuat lebih menarik dan didasarkan pada visi historis yang berakar pada budaya lokal dan kearifan lokal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ASITA Kota Surakarta dan BPPI Kota Surakarta pada Lampiran 7 dan Lampiran 8, pada tahun 2012, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta merumuskan 3 indikator kinerja utama untuk pembangunan pariwisata, yaitu jumlah wisatawan yang menginap di akomodasi komersiil (number of tourist), lama tinggal (length of stay), dan pengeluaran wisatawan (tourist spending). Indikator kinerja utama pembangunan pariwisata Kota Surakarta tahun 2014 tertuang pada tabel berikut:

34

Tabel 10

Indikator Kinerja Pembangunan Keunggulan Pariwisata Kota Surakarta

Uraian Target 2014 Realisasi 2014

Jumlah Wisatawan Mancanegara yang

menginap di

akomodasi komersiil

30.000 orang 16.301 orang

Jumlah Wisatawan Nusantara yang

menginap di

akomodasi komersiil

1.470.000 orang 950.725 orang

Lama Tinggal 1,8 hari 1,68 hari

Pengeluaran Wisatawan Mancanegara (Penerimaan Devisa)

US$ 9.054.030 US$ 4.919.658,1

Pengeluaran

Wisatawan Nusantara

Rp 1.029.000.000.000 Rp 665.507.500.000

Sumber: Hasil wawancara dengan Kepala BPPI Surakarta

Perkembangan pariwisata Kota Surakarta dinilai telah sangat baik oleh lembaga kepariwisataan dan bergerak secara dinamis dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2015). Pada kurun waktu 2010 hingga 2013, terjadi excess supply karena penawaran kamar hotel tumbuh lebih cepat dibandingkan permintaannya.

Jumlah wisatawan, baik wisatawan nasional maupun wisatawan nusantara yang menginap di hotel bintang dan non bintang Kota Surakarta tumbuh sebesar 36%, akan tetapi jumlah hotel bintang tumbuh sebesar 79%, hotel non bintang tumbuh sebesar 6%, jumlah kamar hotel bintang tumbuh sebesar 190%, dan jumlah kamar hotel non bintang tumbuh secara negatif yaitu sebesar -19%.

Selama 5 tahun terakhir, objek wisata dan event wisata Kota Surakarta tidak mengalami perkembangan yang signifikan dan belum ada inovasi tertentu. Objek Wisata didominasi oleh objek wisata peninggalan sejarah dan objek wisata belanja. Event tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun, hanya perubahan tema dan pemainnya saja dan manajemen event dipandang mengalami penurunan kualitas

35

Keunggulan pariwisata Kota Surakarta adalah Kota Surakarta merupakan tempat strategis, harga produk wisata Kota Surakarta relatif lebih rendah dibandingkan destinasi lain, lalu lintas yang belum macet, serta memiliki keragaman kulier dan produk budaya.

Kelemahan pariwisata Kota Surakarta adalah kualitas objek sangat rendah, pemeliharaan destinasi masih kurang, belum ada destinasi yang baru, informasi di lokasi wisata masih kurang, dan aksesibilitas (dilihat dari penerbangan langsung ke Surakarta) masih terbatas.

d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Susunan Kepegawaian dan Sarana dan Prasarana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta

Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014, Sumber daya aparatur yang dimiliki Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sesuai dengan Peraturan Walikota No.

16 Tahun 2008 adalah 91 pegawai yang terdiri dari 86 PNS dan 5 orang THL. Bidang Seni, Budaya, Sejarah, dan Purbakala memiliki jumlah pegawai terbesar karena membawahi pegawai yang bermain sebagai Wayang Orang di Sriwedari, yaitu sebanyak 33 orang pegawai.

Sarana dan Prasarana yang dimiliki Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah sebuah gedung kantor di Jl. Brig. Jend. Slamet Riyadi No. 275, 10 unit komputer, 7 unit laptop, 7 unit printer, 4 unit scanner, 11 buah Filling Cabinet, 4 unit mesin tik, 1 unit faximile, 7 unit pesawat telepon, 2 unit kamera, 1 unit handycam, 2 unit kendaraan roda empat dan 6 unit kendaraan roda 2.

Kepuasan Pegawai

36

Kepuasan pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta adalah kurang puas, dengan skor 3.00 (Lampiran 4).

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran adalah persepktif yang perlu diperhatikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, karena masih terdapat beberapa hal yang membuat beberapa pegawai merasa kurang puas bekerja di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta. Dalam operasional Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, dirasa masih kurangnya koordinasi antar bidang, sistem kerja masih kurang optimal, tidak diberi kesempatannya pegawai untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan, dan belum menghargai prestasi yang telah dicapai.

Peningkatan Kapasitas SDM

Peningkatan kapasitas SDM dianggap kurang baik, yaitu dengan skor 2.94 (Lampiran 4). Dalam kegiatan peningkatan kapasitas SDM, terdapat beberapa pegawai yang belum melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, sarana dan prasarana masih termasuk ke dalam kategori cukup mendukung, sehingga perlu diadakan sarana dan prasarana yang lebih mendukung kinerja pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Selain itu, terdapat perbedaan antara pendelegasian tugas dengan Tupoksi. Dalam pertimbangan keputusan, masih perlu mempertimbangkan ide-ide dari setiap pegawai serta masih perlunya pelatihan agar kompetensi setiap pegawai dapat menjadi lebih baik. Sistem kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata masih perlu dibenahi di beberapa bagian agar visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dapat tercapai. Dalam pengembangan kapasitas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah melakukan pelatihan seperti bimbingan teknis, pembekalan duta wisata dan kapasitas perhotelan, workshop seni, diklat administrasi umum,

37

diklat keuangan, pelatihan teknis permuseuman, kearsipan, bendaharawan, dan pengelolaan kepegawaian.

38 C. Pembahasan

Hasil Pengukuran Kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan menggunakan LAKIP

Pada tahun 2014, pendapatan lebih dari target yang telah ditetapkan, yaitu sebanyak Rp 1.233.063.300 dan target yang ditetapkan adalah Rp 1.200.000.000. Realisasi anggaran belanja terserap sebanyak 87,85% yang mana terdiri dari anggaran belanja tidak langsung (belanja pegawai) dan belanja langsung.

Total anggaran belanja adalah sebesar Rp 13.638.560.975 yang

Total anggaran belanja adalah sebesar Rp 13.638.560.975 yang

Dokumen terkait