• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran kinerja PPP Labuhan Lombok menggunakan beberapa parameter yaitu parameter produksi, frekuensi kunjungan kapal, penyediaan perbekalan melaut, pemasaran dan kepuasan nelayan. Seluruh parameter tersebut masing-masing memiliki beberapa subparameter. Seluruh parameter dan subparameter tersebut memiliki bobot masing-masing yang sangat menentukan dalam pengukuran kinerja.

Nilai keberhasilan merupakan faktor penentu selanjutnya dalam pengukuran kinerja. Maka dengan menggunakan rumus yang ada, diperoleh nilai keberhasilan dari masing-masing subparameter. Adapun hasil perhitung dari nilai keberhasilan untuk masing-masing parameter dan subparameter dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini:

Tabel 15 Hasil perhitungan kinerja PPP Labuhan Lombok No. Parameter Bobot

parameter (%) (A) Subparameter Bobot subparameter (%) (B) Nilai Keberhasilan (%) (C) Nilai 1 (D) Nilai 2 (AxBxD)

1 Produksi 30 Jumlah produksi ikan (ton/hari) 100 63,79 4 1,20 2 Frekuensi

kunjungan kapal

17,8 Jumlah kunjungan kapal rata-rata perhari (unit) 100 43,33 3 0,53 3 Penyediaan perbekalan melaut 18,9 BBM 46 21,17 2 0,17 Es 25 16,81 1 0,05 Air bersih 29 20 2 0,11 4 Pemasaran 18,9 Lokal 46 36,75 2 0,17 Luar kota 54 63,25 4 0.41 5 Kepuasan nelayan 14,4

Penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan

23 100 5 0,17

Penyediaan dan pelayanan fasilitas perbaikan

15 13,90 1 0,02 Penyediaan dan pelayanan

fasilitas pendaratan dan pembongkaran

37 100 5 0,27

Penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran

25 100 5 0,18

Jumlah 100 3,28

Berdasarkan hasil perhitungan kinerja diketahui bahwa nilai riil jumlah skor untuk kinerja operasional PPP Labuhan Lombok adalah 3,28 yang artinya bahwa kinerja operasional di PPP Labuhan Lombok pada tahun 2008 cukup baik. Nilai tersebut muncul karena didukung oleh nilai skor untuk beberapa subparameter mencapai angka 4 dan 5 yang menunjukkan bahwa subparameter tersebut baik dan sangat baik bila dibandingkan dengan nilai indikator yang ditetapkan oleh DKP. Namun, terdapat pula beberapa subparameter yang memiliki nilai skor 1, 2 dan 3 karena subparameter tersebut memiliki jumlah realitas yang kurang baik dibandingkan nilai indikator yang digunakan dalam perhitungan.

Subparameter yang memiliki nilai skor 4 berdasarkan perhitungan nilai keberhasilan yaitu jumlah produksi ikan dimana subparameter ini juga memiliki bobot yang paling besar dibandingkan bobot subparameter yang lain. Sehingga sangat wajar apabila nilai riil skor pada subparameter ini mencapai 1,20. Hal ini menggambarkan bahwa pendaratan ikan di PPP Labuhan Lombok tidak terlalu buruk meskipun pada kenyataannya jumlah realitas ikan yang didaratkan tersebut belum mencapai batas indikator yang ditetapkan oleh DKP untuk pelabuhan perikanan tipe C atau Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP).

Pendaratan ikan di PPP Labuhan Lombok mencapai 6,38 ton/hari sedangkan indikator dari DKP menetapkan bahwa untuk pelabuhan perikanan tipe C (PPP) seharusnya terdapat 10 ton/hari ikan yang didaratkan. Masih rendahnya tingkat pendaratan ikan tersebut disebabkan oleh frekuensi kunjungan kapal yang rendah di PPP Labuhan Lombok. Selain itu, ukuran kapal dan jenis alat tangkap yang digunakan pun memberikan pengaruh terhadap rendahnya jumlah produksi hasil tangkapan tersebut.

Ukuran kapal yang mendaratkan hasil tangkapan di PPP Labuhan Lombok sangat kecil yaitu antara 2 – 10 GT sehingga hasil tangkapan yang dapat ditampung pada kapal tersebut sangat sedikit. Adapun alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh hampir seluruh nelayan di PPP Labuhan Lombok adalah alat tangkap pancing ulur sedangkan alat tangkap pancing tonda hanya digunakan untuk musim-musim ikan tuna saja. Terdapat pula nelayan PPP Labuhan Lombok yang menggunakan purse seine mini untuk menangkap hasil tangkapan, tetapi jumlah kapal yang menggunakan alat tangkap tersebut hingga saat ini hanya 4

kapal. Oleh karena itu, tidak heran bila jumlah produksi hasil tangkapan tersebut pun tidak mencapai nilai indikator yang telah ditetapkan oleh DKP.

Subparameter untuk jumlah kunjungan kapal di PPP Labuhan Lombok hanya mendapatkan nilai skor 3. Hal ini terjadi karena jumlah kunjungan kapal tersebut hanya mencapai angka 13 kapal perhari sedangkan pada indikator yang ada, untuk pelabuhan perikanan tipe C (PPP) seharusnya mendapatkan kunjungan kapal minimal 30 kapal perhari. Rendahnya frekuensi kunjungan kapal tersebut diindikasi karena di TPI PPP Labuhan Lombok tidak terdapat kegiatan pelelangan hasil tangkapan sehingga kapal-kapal yang masuk ke PPP Labuhan Lombok tidak mendapatkan harga jual yang sesuai. Selain itu, kapal-kapal yang masuk ke PPP Labuhan Lombok adalah kapal-kapal yang telah bekerjasama dengan salah satu dari dua perusahaan ikan yang terdapat di sekitar PPP Labuhan Lombok (UD Baura dan UD Versace) sehingga kapal-kapal selain itu akan kesulitan menjual ikan-ikan hasil tangkapannya.

Pihak PPP Labuhan Lombok menyediakan kebutuhan perbekalan melaut untuk nelayan. Namun, berdasarkan jumlah realitas yang ada diketahui bahwa kebutuhan perbekalan melaut yang disalurkan oleh pihak PPP Labuhan Lombok tidak mencapai nilai indikator yang ditetapkan DKP yaitu sebesar 100 ton/hari untuk penyaluran air bersih, 20 ton/hari untuk penyaluran es dan 10 ton/hari untuk penyaluran BBM. Kenyataannya, pihak PPP Labuhan Lombok hanya berhasil menyalurkan 20 ton/hari untuk air bersih, 3,36 ton/hari untuk es dan 2,12 ton/hari untuk BBM.

Pihak PPP Labuhan Lombok telah menyediakan tempat khusus untuk penyediaan BBM, terutama solar, di dalam wilayah pelabuhan perikanan agar para nelayan lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan BBM. Namun pada kenyataannya, tidak sedikit nelayan yang tidak memanfaatkannya. Banyak nelayan yang membeli kebutuhan BBM-nya dari luar pelabuhan perikanan sehingga tidak heran bahwa jumlah BBM yang disalurkan oleh pihak PPP Labuhan Lombok mengalami penurunan sejak tahun 2006 hingga tahun 2008. Selain itu, harga BBM yang naik menyebabkan beberapa nelayan mengurangi kegiatan melaut sehingga penyaluran BBM oleh pihak PPP Labuhan Lombok tidak maksimal. Begitu pula dengan penyediaan perbekalan es dan air bersih,

padahal pihak PPP Labuhan Lombok telah menyediakan pabrik es dan memiliki sumber air bersih sendiri agar dapat digunakan semaksimal mungkin oleh nelayan. Terdapat faktor utama yang menyebabkan penyaluran kebutuhan perbekalan melaut di PPP Labuhan Lombok tidak optimal yaitu adanya dua perusahaan perikanan di sekitar PPP Labuhan Lombok yang masing-masing telah memiliki nelayan (pekerja). Nelayan-nelayan tersebut diberikan biaya operasional dan diberikan kebutuhan melaut setiap akan melakukan kegiatan melaut oleh perusahaan perikanan tersebut sehingga seluruh hasil tangkapan dari para nelayan tersebut akan langsung dimiliki oleh perusahaan perikanan tersebut. Pihak perusahaan perikanan tersebut yaitu UD Baura dan UD Versace dimana kedua perusahaan tersebut telah memiliki pabrik es sendiri sehingga tidak jarang nelayan yang bekerja pada perusahaan perikanan tersebut tidak perlu membeli es lagi di PPP Labuhan Lombok.

Pemasaran hasil tangkapan di PPP Labuhan Lombok tidak dilakukan langsung oleh pihak PPP Labuhan Lombok. Terdapat dua perusahaan ikan yang melakukan pemasaran yaitu UD Baura dan UD Versace. Kedua perusahaan perikanan tersebut memasarkan hasil tangkapan secara lokal dan ke luar kota. Ikan-ikan yang dipasarkan oleh kedua perusahan perikanan tersebut berupa ikan beku. Adapun jumlah hasil tangkapan yang dipasarkan secara lokal lebih sedikit dibandingkan jumlah hasil tangkapan yang dipasarkan ke luar kota. Oleh sebab itu, nilai skor untuk ikan yang dipasarkan ke luar kota jauh lebih tinggi dibandingkan nilai skor untuk ikan yang dipasarkan secara lokal. Hal ini telah sesuai dengan salah satu fungsi pelabuhan perikanan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006.

Parameter kepuasan nelayan merupakan hasil dari wawancara dengan nelayan. Nelayan hanya cukup menyatakan perasaan sangat puas/puas/cukup puas/kurang puas/tidak puas mereka terhadap persediaan dan pelayanan fasilitas operasional di PPP Labuhan Lombok. Kemudian nelayan yang menyatakan puas dan sangat puas terhadap pelayanan yang diberikan pihak PPP Labuhan Lombok akan menjadi penentu besarnya nilai keberhasilan pada parameter dan subparameter dari kepuasan nelayan. Hampir seluruh nelayan yang menjadi responden di PPP Labuhan Lombok menyatakan puas terhadap persediaan dan

pelayanan fasilitas perbekalan, pendaratan dan pembongkaran, serta pemasaran yang diberikan oleh pihak PPP Labuhan Lombok karena semua fasilitas tersebut dirasakan telah memenuhi kebutuhan nelayan.

Pihak PPP Labuhan Lombok telah menyediakan pabrik es balok yang rutin berproduksi untuk kebutuhan nelayan. Pabrik es tersebut memiliki alat pencurah es sehingga es balok yang diproduksi tersebut dapat dicurah sesuai kebutuhan nelayan. Harga jual es balok tersebut juga sesuai dengan kemampuan nelayan yaitu Rp 12.000/balok. Terdapat 70,27% nelayan responden merasa puas terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas kebutuhan es di PPP Labuhan Lombok. Untuk penyediaan air bersih, pihak PPP Labuhan Lombok tidak pernah kekurangan dalam pemasokan air bersih sehingga 67,57% nelayan responden merasa sangat puas terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas kebutuhan air bersih di PPP Labuhan Lombok. Hal ini dikarenakan pihak PPP Labuhan Lombok memiliki sumber air bersih sendiri. Sedangkan untuk penyediaan BBM, meskipun dikelola oleh pihak swasta, nelayan responden merasa puas terhadap penyediaan BBM tersebut karena nelayan tersebut tidak pernah kekurangan atau harus mengantri lama untuk mendapatkan BBM. Selain itu, harga jual dari BBM tersebut sesuai dengan harga jual standar BBM dari pemerintah. Maka 57,66% nelayan responden menyatakan puas terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas kebutuhan BBM.

Sejumlah nelayan responden menyatakan puas dengan penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran di PPP Labuhan Lombok. Fasilitas pendaratan dan pembongkaran di PPP Labuhan Lombok terdiri dari dermaga dan kolam pelabuhan. Sampai saat ini, dermaga tersebut masih dapat menampung kapal-kapal yang berkunjung di PPP Labuhan Lombok dan belum pernah terjadi antrian kapal karena daya tampung dermaga yang masih mencukupi. Sedangkan untuk kolam pelabuhan, nelayan yang melakukan tambat labuh/pendaratan ikan di PPP Labuhan Lombok belum pernah bermasalah dengan dalamnya kolam pelabuhan di PPP Labuhan Lombok.

Fasilitas pemasaran berupa TPI yang disediakan oleh pihak PPP Labuhan Lombok memberikan kepuasan kepada nelayan yang menggunakannya. Hal ini dikarenakan luas TPI yang mencapai 250 m2 telah dapat menampung ikan-ikan

yang akan dan atau telah ditimbang di TPI sehingga 70,27% nelayan menyatakan kepuasannya. Selain itu, kebersihan TPI yang selalu terjaga pun menjadi faktor kepuasan dari nelayan. Yang paling penting lagi adalah, pelayanan yang diberikan kepada petugas penimbang dan pencatat di TPI memberikan rasa nyaman kepada nelayan untuk memanfaatkan TPI di PPP Labuhan Lombok.

Namun dari semua fasilitas yang tersedia di PPP Labuhan Lombok, 85,81% nelayan responden merasa tidak puas terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan karena menurut mereka pihak PPP Labuhan Lombok hanya menyediakan bengkel saja untuk fasilitas perbaikan dan pemeliharaan. Tetapi, setelah dilakukan pengamatan, diketahui bahwa pihak PPP Labuhan Lombok sebenarnya telah menyediakan fasilitas tempat penjemuran jaring dan lapangan perbaikan jaring, hanya saja para nelayan tidak ingin menggunakannya karena memang alat tangkap yang berupa jaring (purse seini mini) hanya berjumlah 4 unit di PPP Labuhan Lombok dan nelayan tersebut memilih memperbaiki dan menjemur jaringnya di atas dek kapal. Terdapat pula beberapa nelayan yang tidak mengetahui keberadaan tempat penjemuran jaring dan lapangan perbaikan jaring tersebut. Fasilitas perbaikan yang disarankan untuk tersedia di pelabuhan perikanan tetapi tidak tersedia di PPP Labuhan Lombok yaitu docking. Beberapa tahun yang lalu, pihak PPP Labuhan Lombok telah menyediakan fasilitas docking, namun dikarenakan para nelayan tidak pernah memanfaatkan docking tersebut sehingga fasilitas tersebut mengalami kerusakan. Para nelayan lebih senang melakukan perbaikan maupun pembuatan kapalnya di daerah pinggir perairan yang terdapat di dekat dermaga. Hal ini mempermudah mereka pada saat penurunan kapal ke perairan lagi. Untuk fasilitas slipway, vessel lift, gudang jaring dan ruang mesin, pihak PPP Labuhan Lombok memang belum menyediakan fasilitas tersebut untuk nelayan padahal beberapa nelayan menyatakan membutuhkan fasilitas tersebut.

7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Aktivitas operasional yang terdapat di PPP Labuhan Lombok antara lain aktivitas tambat labuh/pendaratan ikan, aktivitas pelelangan hasil tangkapan, aktivitas pelayanan kebutuhan melaut dan aktivitas pemasaran/ pendistribusian hasil tangkapan:

a. Aktivitas tambat labuh/pendaratan ikan di PPP Labuhan Lombok selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2004 hingga tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan.

b. Tidak terjadi aktivitas pelelangan hasil tangkapan di TPI PPP Labuhan Lombok karena hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Labuhan Lombok telah dimiliki oleh dua perusahaan ikan di sekitar wilayah PPP Labuhan Lombok yaitu UD Baura dan UD Versace. Hasil tangkapan tersebut hanya mengalami pendataan saja di TPI PPP Labuhan Lombok.

c. Secara umum aktivitas pelayanan kebutuhan melaut di PPP Labuhan Lombok mengalami peningkatan, namun penyediaan BBM selama tahun 2004 – 2008 mengalami penurunan.

d. Aktivitas pemasaran/pendistribusian hasil tangkapan di PPP Labuhan Lombok dilakukan oleh dua perusahaan perikanan swasta yaitu UD Baura dan UD Versace dimana pemasaran/pendistribusian tersebut dilakukan secara lokal yaitu di daerah Lombok Timur serta pemasaran/ pendistribusian ke luar kota yaitu ke daerah Bali, Surabaya dan Malang. 2. Kinerja operasional PPP Labuhan Lombok dikatakan cukup baik dengan nilai

riil jumlah skor yaitu 3,28. Hal ini ditunjukkan dengan nilai keberhasilan jumlah produksi ikan yang mencapai 63,79%; jumlah kunjungan kapal mencapai 43,33%; penyediaan perbekalan melaut mencapai 57,98%; pemasaran secara lokal mencapai 36,75%; pemasaran ke luar kota mencapai 63,25%; rata-rata kepuasan nelayan responden (yang menyatakan puas dan sangat puas) mencapai 78,48%. Sehingga diketahui bahwa pihak PPP Labuhan Lombok perlu meningkatkan penyaluran perbekalan melaut dan perlu pula memperhatikan persediaan fasilitas perbaikan.

Dokumen terkait