• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN NILAI WAJAR (lanjutan) FAIR VALUE MEASUREMENT (continued)

ESTIMATES AND ASSUMPTIONS

34. PENGUKURAN NILAI WAJAR (lanjutan) FAIR VALUE MEASUREMENT (continued)

- Aset keuangan tersedia untuk dijual yang terdiri dari investasi pada saham dengan persentase kepemilikan di bawah 20% dicatat pada biaya perolehan karena investasi pada instrumen ekuitas tersebut tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara handal.

- Available-for-sale financial asset that comprised investments in shares with percentage of ownership interest less than 20% are recognized at cost due to investment in equity instruments have a quoted market price in an active market and their fair value cannot be reliably measureable.

- Estimasi nilai wajar pinjaman bank jangka panjang ditentukan dengan mendiskontokan arus kas masa depan dengan menggunakan tingkat suku bunga pasar untuk instrumen dengan syarat, risiko kredit dan jatuh tempo yang serupa.

- The estimated fair values of long-term bank loans are determined by discounting the future cash flows using market interest rates for instruments with similar terms, credit risk and remaining maturities.

Tabel berikut menyajikan perbandingan jumlah tercatat dengan estimasi nilai wajar instrumen keuangan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian.

The following table presents the comparison between the carrying amounts and the estimated fair values of financial instruments in the consolidated statement of financial position.

31 Desember/ 31 Desember/

December 31, December 31,

2016 2015

Jumlah Estimasi Jumlah Estimasi

tercatat/ nilai wajar/ tercatat/ nilai wajar/

Carrying Estimated Carrying Estimated

amount fair value amount fair value

Aset keuangan Financial assets

Kas dan setara kas 744.387 744.387 934.968 934.968 Cash and cash equivalents

Piutang usaha - neto 713.885 713.885 790.000 790.000 Trade receivables - net

Aset keuangan lancar lainnya - Other current financial

neto 12.997 12.997 10.132 10.132 assets - net

Aset keuangan tidak lancar Other non-current financial

lainnya - neto 179.280 179.280 163.319 163.319 assets - net

Piutang pihak berelasi 46 46 46 46 Due from related parties

Total 1.650.595 1.650.595 1.898.465 1.898.465 Total

Liabilitas keuangan Financial liabilities

Pinjaman bank jangka pendek 486.500 486.500 218.293 218.293 Short-term bank loans

Utang usaha 237.083 237.083 235.937 235.937 Trade payables

Liabilitas jangka pendek lainnya Other current liabilities

Utang lain-lain 11.389 11.389 32.171 32.171 Other payables

Titipan pelanggan 13.825 13.825 6.627 6.627 Customer deposits

Liabilitas imbalan kerja Short-term employee

jangka pendek 28.568 28.568 65.211 65.211 benefits liability

Beban akrual 400.855 400.855 593.549 593.549 Accrued expenses

Pinjaman bank jangka panjang 63.270 63.270 521.435 521.435 Long-term bank loans

Total 1.241.490 1.241.490 1.673.223 1.673.223 Total

Hirarki Nilai Wajar Fair Value Hierarchy

Aset dan liabilitas keuangan diklasifikasikan secara keseluruhan berdasarkan tingkat terendah dari masukan (input) yang signifikan terhadap pengukuran nilai wajar. Penilaian dampak signifikan dari suatu input tertentu terhadap pengukuran nilai wajar membutuhkan pertimbangan dan dapat mempengaruhi penilaian dari aset dan liabilitas yang diukur dan penempatannya dalam hirarki nilai wajar.

Financial assets and liabilities are classified in their entirety based on the lowest level of input that is significant to the fair value measurements. The assessment of the significance of a particular input to the fair value measurements requires judgment, and may affect the valuation of the assets and liabilities being measured and their placement within the fair value hierarchy.

Hirarki Nilai Wajar (lanjutan) Fair Value Hierarchy (continued)

Bukti terbaik dari nilai wajar adalah harga yang dikuotasikan (quoted prices) dalam sebuah pasar yang aktif. Jika pasar untuk sebuah instrumen keuangan tidak aktif, entitas menetapkan nilai wajar dengan menggunakan metode penilaian. Tujuan dari penggunaan metode penilaian adalah untuk menetapkan harga transaksi yang terbentuk pada tanggal pengukuran dalam sebuah transaksi pertukaran yang wajar dengan pertimbangan bisnis normal. Metode penilaian termasuk penggunaan harga dalam transaksi pasar yang wajar (arm’s length) terakhir antara pihak-pihak yang memahami dan berkeinginan, jika tersedia, referensi kepada nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama, analisa arus kas yang didiskontokan dan model harga opsi (option pricing models).

The best evidence of fair value is quoted prices in an active market. If the market for a financial instrument is not active, an entity establishes fair value by using a valuation technique. The objective of using a valuation technique is to establish what the transaction price would have been on the measurement date in an arm's length exchange motivated by normal business considerations. Valuation techniques include using recent arm's length market transactions between knowledgeable and willing parties, if available, reference to the current fair value of another instrument that is substantially the same, discounted cash flow analysis and option pricing models.

Jika terdapat metode penilaian yang biasa digunakan oleh para peserta pasar untuk menentukan harga dari instrumen dan metode tersebut telah didemonstrasikan untuk menyediakan estimasi yang handal atas harga yang diperoleh dari transaksi pasar yang aktual, entitas harus menggunakan metode tersebut. Metode penilaian yang dipilih membuat penggunaan maksimum dari input pasar dan bergantung sedikit mungkin atas input yang spesifik untuk entitas (entity-specific inputs). Metode tersebut memperhitungkan semua faktor yang akan dipertimbangkan oleh peserta pasar dalam menentukan sebuah harga dan selaras dengan metode ekonomis untuk penilaian sebuah instrumen keuangan. Secara berkala, Grup menelaah metode penilaian dan mengujinya untuk validitas dengan menggunakan harga dari transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi untuk instrumen yang sama (yaitu tanpa modifikasi dan pengemasan kembali) atau berdasarkan data pasar yang tersedia dan dapat diobservasi.

If there is a valuation technique commonly used by market participants to price the instrument and that technique has been demonstrated to provide reliable estimates of prices obtained in actual market transactions, the entity uses that technique. The chosen valuation technique makes maximum use of market inputs and relies as little as possible on entity- specific inputs. It incorporates all factors that market participants would consider in setting a price and is consistent with accepted economic methodologies for pricing financial instruments. Periodically, the Group calibrates the valuation technique and tests it for validity using prices from any observable current market transactions in the same instrument (i.e., without modification or repackaging) or based on any available observable market data.

Grup menggunakan hirarki di bawah untuk menentukan dan menyajikan nilai wajar dari instrumen keuangan dalam melakukan pengukuran:

The Group uses the hierarchy to determine and present the fair value of financial instruments to measure:

• Tingkat 1 : Nilai wajar diukur berdasarkan pada harga kuotasi (tidak disesuaikan) dalam pasar aktif untuk aset atau liabilitas sejenis.

Level 1 : Fair value measured based on quoted

prices (unadjusted) in active markets for identical assets or liabilities.

34. PENGUKURAN NILAI WAJAR (lanjutan) 34. FAIR VALUE MEASUREMENT (continued)

Hirarki Nilai Wajar (lanjutan) Fair Value Hierarchy (continued)

• Tingkat 2 : Nilai wajar diukur berdasarkan teknik-teknik valuasi, yaitu untuk seluruh input yang diketahui baik secara langsung ataupun tidak langsung memiliki dampak signifikan atas nilai wajar tercatat.

Level 2 : Fair value measured based on

valuation techniques for which all inputs which have a significant effect on the recorded fair values are

observable, either directly or

indirectly.

• Tingkat 3 : Nilai wajar diukur berdasarkan teknik-teknik valuasi, yaitu untuk seluruh input yang tidak dapat diketahui baik secara langsung ataupun tidak langsung memiliki dampak signifikan atas nilai wajar tercatat.

Level 3 : Fair value measured based on

valuation techniques for which any inputs which have a significant effect on the recorded fair values that are not based on observable market data (unobservable inputs).

Hirarki nilai wajar Grup pada tanggal 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut:

Fair value hierarchy of the Group as of December 31, 2016 is as follows:

31 Desember 2016/December 31, 2016

Total/ Level 1/ Level 2/ Level 3/

Total Level 1 Level 2 Level 3

Assets for which fair value are

Aset yang nilai wajarnya diungkapkan disclosed

Aset tidak lancar Non-current Assets

Aset tetap *) 3.273.086 - 3.273.086 - Fixed assets *)

Properti investasi 360.353 - 360.353 - Investment properties

*) Untuk aset tetap dengan nilai buku sebesar Rp1.385.066/For fixed assets with net book value of Rp1,385,066

Pada tanggal 31 Desember 2016, tidak terdapat pengalihan antara pengukuran nilai wajar level 1 dan level 2.

As of December 31, 2016, there is no transfer between measurement of fair value of level 1 and level 2.

Tidak terdapat aset dan liabilitas lain yang diukur dan diungkapkan selain yang telah dijelaskan diatas.

No other assets and liabilities have been measured and disclosed other than above explained.

35. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN 35. FINANCIAL RISK MANAGEMENT

Risiko utama dari instrumen keuangan Grup adalah risiko tingkat suku bunga, risiko mata uang, risiko kredit dan risiko likuiditas. Penelaahan Direksi dan kebijakan yang disetujui untuk mengelola masing- masing risiko ini dijelaskan secara detail sebagai berikut:

The main risks arising from the Group’s financial instruments are interest rate risk, currency risk, credit risk and liquidity risk. The Directors review and approve policies for managing each of these risks, which are described in more detail as follows:

a. Risiko tingkat suku bunga a. Interest rate risk

Risiko tingkat suku bunga Grup terutama timbul dari pinjaman untuk tujuan modal kerja dan investasi. Pinjaman pada tingkat suku bunga mengambang membuat Grup terekspos terhadap risiko suku bunga atas arus kas.

The Group’s interest rate risk mainly arises from loans for working capital and investment purposes. Loans at floating rates expose the Group to cash flow interest rate risk.

a. Risiko tingkat suku bunga (lanjutan) a. Interest rate risk (continued)

Untuk pinjaman modal kerja dan investasi, Grup berusaha mengurangi risiko tingkat suku bunganya dengan cara mendapatkan struktur pinjaman dengan suku bunga kompetitif.

For working capital and investment loans, the Group may seek to mitigate its interest rate risk by obtaining loans structured with competitive interest rates.

Tabel berikut ini menunjukkan sensitivitas perubahan tingkat suku bunga pinjaman. Dampak perubahan tingkat suku bunga pinjaman terhadap laba sebelum pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

The following table demonstrates the sensitivity to changes in interest rates of the loans. The effect of changes in interest rates of the loans to profit before income tax is as follows:

Tahun yang berakhir pada

tanggal 31 Desember/

Year ended December 31,

2016 2015

Kenaikan 50 basis poin 425 1.452 Increase by 50 basis points

Penurunan 50 basis poin (425) (1.452) Decrease by 50 basis points Penurunan/kenaikan laba sebelum pajak

penghasilan tersebut terutama sebagai akibat kenaikan/penurunan biaya bunga atas pinjaman dengan tingkat bunga mengambang. Analisis mengasumsikan bahwa seluruh variabel lain tetap tidak berubah.

Such decrease/increase in profit before income tax is mainly as a result of higher/lower interest expense on loans with floating interest rates. The analysis assumes that all other variables remain constant.

b. Risiko mata uang asing b. Foreign currency risk

Mata uang fungsional Grup adalah Rupiah. Grup dapat menghadapi risiko nilai tukar mata uang asing karena pinjaman, pendapatan dan biaya beberapa pembelian utamanya dalam mata uang Dolar AS atau harganya secara signifikan dipengaruhi oleh perubahan tolak ukur harganya dalam mata uang asing (terutama Dolar AS). Apabila pendapatan dan pembelian Grup di dalam mata uang selain Rupiah tidak seimbang dalam hal jumlah dan/atau pemilihan waktu, Grup terekspos risiko mata uang asing.

The Group’s functional currency is the Rupiah. The Group faces foreign exchange risk as its borrowings, revenues and the costs of certain key purchases are either denominated in US Dollars or their prices are significantly influenced by their benchmark price movements in foreign currencies (mainly US Dollars). To the extent that the revenue and purchases of the Group are denominated in currencies other than Rupiah, and are not evenly matched in terms of amount and/or timing, the Group has exposure to foreign currency risk.

Grup tidak mempunyai kebijakan lindung nilai yang formal untuk laju pertukaran mata uang asing. Bagaimanapun, terkait dengan hal-hal yang telah didiskusikan pada paragraf di atas, fluktuasi dalam nilai tukar Rupiah dan Dolar AS menghasilkan lindung nilai natural untuk laju nilai tukar Grup.

The Group does not have any formal hedging policy for foreign exchange exposure. However, in relation to the matters discussed in the preceding paragraph, the fluctuations in the exchange rates between the Rupiah and US Dollar provide some degree of natural hedge for the Group’s foreign exchange exposure.