• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Waktu Kerja dengan Stopwatch Time Study

LANDASAN TEOR

3.2. Studi Waktu

3.2.1. Pengukuran Waktu Kerja dengan Stopwatch Time Study

1. Definisikan pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor yang ada.

Cara pengukuran kerja dengan Stopwatch Time Study, yaitu:

2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti layout, karakteristik/spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan.

3. Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetil-detilnya tapi masih dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.

9

Wignjosoebroto, S., Ergonomi, Studi Gerak, dan Waktu : Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Surabaya: Guna Widya, 2008), h. 171 – 173.

4. Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.

5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak, tes pula keseragaman data yang diperoleh.

6. Tetapkan rating factor operator. Rating factor ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performansioperator. Untuk elemen kerja yang sepenuhnya dilakukan oleh mesin maka performansi dianggap normal (100%).

7. Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performansi kerja yang ditunjukkan oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal. 8. Tetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas.

Waktu longgar yang diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi seperti kebutuhan yang bersifat personal, kelelahan, dan keterlambatan material. 9. Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu

normal dan waktu longgar. 10

Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh menyebar seragam atau tidak. Rumus untuk menghitung keseragaman data yaitu:

10

Sutalaksana, Iftikar Z., dkk, Teknik Perancangan Sistem Kerja (Bandung: ITB, 2005), h. 131 – 137.

Keterangan:

: waktu rata-rata : simpangan baku

: Batas Kontrol Atas : Batas Kontrol Bawah : Tingkat ketelitian

Setelah mengetahui keseragaman data maka harus diuji kecukupan datanya. Dengan menggunakan teori statistik tentang sampling data diperoleh formulasi untuk mengetahui berapa jumlah pengamatan/pengukuran yang sebaiknya digunakan. Adapun formulasinya sebagai berikut:

( )

2 2 2 . / '           =

t t t N s z N Keterangan:

t = waktu pengamatan dari setiap elemen kerja untuk masing-masing siklus yang diukur

z = angka deviasi standar untuk t yang besarnya tergantung pada tingkat keyakinan (confidence level) yang diambil, di mana:

1. 90% confidence level : z = 1,65 2. 95% confidence level : z = 2,00 3. 99,7% confidence level : z = 3,00

s = derajat dari data t yang dikehendaki, yang menunjukkan maksimum prosentasi penyimpangan yang bisa diterima dari nilai yang sebenarnya. Nilai k/s dikenal sebagai Confidence-Precision Ratio dari time study yang dilaksanakan.

N = jumlah pengamatan/pengukuran awal yang telah dilakukan untuk elemen kegiatan tertentu yang dipilih.

N’= Jumlah siklus pengamatan/pengukuran yang seharusnya dilaksanakan agar dapat diperoleh presentase kesalahan (error) minimum dalam mengestimasi t yaitu sebesar S.

Apabila N’ > N maka diperlukan pengukuran tambahan hingga memenuhi jumlah yang diperlukan. Apabila N’ < N maka data pengukuran pendahuluan sudah mencukupi.

Setelah uji keseragaman data dan uji kecukupan data dipenuhi maka dilakukan perhitungan waktu siklus, waktu normal dan waktu standar. Waktu siklus diperoleh dari harga rata-rata data yang telah seragam dan cukup. Waktu normal diperoleh dengan mempertimbangkan rating factor operator. Rumus:

Waktu standar diperoleh dengan mempertimbangkan allowance operator.

) % 100 ( % 100 WN WS Allowance − × =

Keterangan: Rf = Rating Factor All = Allowance Wt = Waktu Siklus WN = Waktu Normal WS = Waktu Baku 3.2.2. Rating Factor11

Rating factor adalah perbandingan performansi seorang pekerja dengan konsep normalnya. Cara menentukan rating factor (Rf) ini antara lain sebagai berikut:

1. Cara Persentase

Besarnya rating factor sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya selama melakukan pengukuran.

2. Cara Shumard

Cara yang memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas

performance kerja di mana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri. 3. Cara Objektif

Cara yang memperhatikan 2 faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan.

4. Cara Westinghouse

11

Cara penilaian di mana performansi kerja operator dipengaruhi oleh 4 hal, yaitu keterampilan (skill), usaha (effort), kondisi kerja, dan konsistensi pekerja yang disebut dengan westinghouse factor. Formulasi yang digunakan dalam menghitung rating factor ditunjukkan sebagai berikut:

Rf = 1 + westinghouse factor

Adapun penjelasan dari westinghouse factor, yaitu: a. Keterampilan (Skill)

Keterampilan didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai tingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan oleh pekerja yang bersangkutan. Secara psikologis keterampilan merupakan aptitude untuk pekerjaan yang bersangkutan. b. Usaha (Effort)

Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Usaha mempunyai korelasi yang kuat dengan keterampilan.

c. Kondisi Kerja (Condition)

Yang dimaksud dengan kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja merupakan faktor di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan mengubahnya. Oleh sebab itu,

faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah atau memperbaikinya.

d. Konsistensi (Consistency)

Faktor ini merupakan konsistensi pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya dari suatu kerja ke kerja yang lain tanpa mengalami banyak perubahan yang berarti.

3.2.3. Allowance12

Kelonggaran (Allowance) diberikan berkenaan dengan adanya sejumlah kebutuhan di luar kerja, yang terjadi selama pekerjaan berlangsung.

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu: 1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (personal)

Kelonggaran yang termasuk di dalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap- cakap dengan teman sekedarnya untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam sewaktu bekerja

2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique

Fatique merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat dari melakukan suatu pekerjaan.

3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan (delay)

Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar kekuasaan/kendali pekerja, seperti mesin macet, listrik padam, dan lain-lain.

12

Dokumen terkait