• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengumpulan Data

Dalam dokumen Laju Erosi Pada Areal Bekas Pemanenan Hutan (Halaman 39-44)

BAB III. BAHAN DAN METODE

3.5. Pengumpulan Data

Pada penelitian ini dilakukan dua metode pengukuran erosi, yaitu metode pengukuran bak erosi dan metode tongkat. Proses pengumpulan data dengan metode pengukuran bak erosi pertama-tama dilakukan dengan cara:

1. Mengaduk air yang tererosi didalam bak penampung jika terdapat air. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar air yang masuk ke dalam bak penampung menjadi homogen dan memiliki konsentrasi yang sama.

2. Air yang telah diaduk dimasukkan ke dalam botol berjumlah 600 ml untuk diketahui konsentrasinya.

3. Untuk mengetahui konsentrasi air tersebut dapat dilakukan proses pengovenan, yaitu dengan cara menimbang berat basah dan mengovennya dan ditimbang lagi berat keringnya.

4. Proses pengumpulan data ini dilakukan setiap minggunya.

Pada pengumpulan data dengan menggunakan metode pengukuran tongkat, kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Mencatat kegiatan penimbunan ataupun kegiatan pergerusan tanah yang diakibatkan oleh hujan dan dapat dilihat pada permukaan tongkat.

2. Kegiatan pencatatan ini dilakukan hingga tongkat ke-12 pada setiap plot pengamatan.

3. Proses pengumpulan data ini dilakukan setiap minggunya.

Untuk pengumpulan data debit dan sedimen sungai, kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Pengukuran penampang sungai. b. Pengukuran kecepatan aliran sungai. c. Pengukuran jumlah sedimen sungai.

Kegiatan pengukuran penampang sungai adalah kegiatan mengukur lebar dari sungai yang diamati dan mengukur kedalaman sungai tersebut. Untuk pengukuran kecepatan aliran sungai dilakukan dengan metode bola pelampung, sedangkan pengukuran jumlah sedimen adalah mengambil sampel air sungai kedalam botol ukuran 600 ml kemudian diukur konsentrasi sedimen.

Kegiatan terakhir adalah menganalisis keterbukaan tegakan dengan metode analisis vegetasi. Setelah analisis vegetasi selesai maka dibuat profil tegakan yang telah diukur.

3.5.1. Pengukuran Erosi

Pada penelitian ini, dilakukan dua pengukuran erosi dilapangan, yaitu dengan menggunakan metode tongkat dan metode bak erosi. Adapun cara pengukurannya sebagai berikut:

a. Metode Tongkat

1. Buat plot erosi berukuran 9 m x 3 m pada lokasi yang dipilih.

2. Setiap 1.5m x 3m tongkat dibenamkan hingga kedalaman tongkat menyentuh titik nol, sehingga dalam setaip plot erosi ada tongkat erosi berjumlah 12 buah.

3. Ukur besarnya perubahan permukaan tanah yang hilang (cm) setiap satu minggu sekali dan lakukan sebanyak 3 kali ulangan.

Gambar 2 Contoh plot pengamatan metode tongkat. b. Metode Bak Erosi

1. Bak erosi terdiri dari dua bagian, bagian pertama papan kayu dengan panjang 22 m x 2 m, tinggi 25 cm, dan lebar 2 meter. Kemudian bak bagian ke dua berukuran panjang 40 cm, tinggi 25 cm, dan lebar 2 m.

2. Pada bagian bawah bak ke dua dilubangi dengan 5 buah lubang sejajar. Pada lubang ke-3 atau lubang tengah disalurkan dengan pipa paralon sepanjang 50 cm dan berujung di bak penampung.

Gambar 3 Contoh plot pengamatan metode bak erosi.

3. Pengukuran erosi di lapangan dapat dilakukan seminggu sekali, atau setelah hujan.

4. Apabila ada air di dalam bak penampung, maka aduk air dan tanah yang ada pada bak penampung secara merata, ukur volume air yang terdapat pada bak penampung.

6. Endapkan larutan selama 24 jam. Setelah itu, saring contoh air tersebut dengan menggunakan kertas saring yang sebelumnya telah dioven selama 2 jam dalam suhu 60ºC dan diketahui beratnya (berat awal).

7. Oven contoh tanah yang disaring tersebut selama 2 jam dalam suhu 100ºC. Setelah dioven, diamkan sesaat, lalu ditimbang dan dicatat beratnya (berat akhir).

8. Pengukuran dengan menggunakan metode bak erosi dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.

3.5.2. Pengukuran Debit dan Sedimen Sungai

Penentuan debit sungai yang dihitung adalah sungai yang dapat dianggap mewakili daerah-daerah yang masuk kegiatan operasional pemanenan kayu, antara lain sungai Mahang, sungai Membung, sungai Pari, sungai Lampanan, sungai Jupoi, dan sungai Sikui. Untuk mengetahui debit sungai, diperlukan dua data terlebih dahulu, yaitu luas penampang sungai dan kecepatan arus sungai.

a. Pengukuran Luas Penampang

1. Ukur lebar sungai dari pinggir sungai ke pinggir sungai seberang.

2. Ukur dan catat kedalaman sungai per segmen dengan menggunakan tongkat ukur/galah (h=meter), untuk sungai dengan lebar relatif kecil dibagi 3 segmen dan untuk sungai dengan lebar relatif besar dibagi 5 segmen.

Gambar 4 Contoh pengukuran luas penampang sungai.

b. Pengukuran Kecepatan Arus Sungai

1. Masih di sungai yang sama, tentukan sebuah titik, lalu titik tersebut ditarik tegak lurus aliran.

2. Kemudian tetapkan jarak dan tentukan titik kedua.

3. Lemparkan pelampung di bagian hulu titik ke-1, set waktu pada 0 detik dan catat lama waktu pelampung ketika sampai titik ke-2.

4. Pengukuran ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.

c. Pengukuran sedimen sungai

Sedimen adalah bagian tanah yang terangkut dari suatu tempat yang tererosi. Sedimen sungai adalah bagian tanah yang tererosi yang masuk ke dalam aliran sungai. Pengukuran Sedimen di lapangan dapat dilakukan dengan cara:

1. Mengambil contoh air sebanyak 600 ml.

2. Kemudian bawa contoh air tersebut ke laboratorium, endapkan selama 24 jam.

3. Setelah 24 jam, saring contoh air tersebut dengan menggunakan kertas saring yang sebelumnya telah dioven selama 2 jam dalam suhu 60°C dan diketahui beratnya (berat awal).

4. Oven contoh tanah yang disaring tersebut selama 2 jam dalam suhu 100°C.

5. Setelah dioven, kertas didiamkan sesaat, lalu ditimbang dan dicatat beratnya (berat akhir).

6. Pengukuran sedimen sungai dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.

3.5.3. Pengukuran Keterbukaan

Cara yang digunakan untuk menganalisis keterbukaan adalah dengan menggunakan metode analisis vegetasi, akan tetapi data yang diambil hanya mengidentifikasi tingkat pancang, tiang dan pohon saja.

Adapun data yang diperlukan antara lain: a. Tinggi bebas cabang dan tinggi total.

b. Posisi tajuk berdasarkan arah utara, timur, selatan, dan barat. c. Posisi pancang, tiang dan pohon.

Kegiatan pengukuran keterbukaan antara lain: a. Menentukan lokasi yang akan dianalisis.

b. Membuat petak pengukuran dengan lebar 20 m x 100 m. Kemudian lebarnya dibagi menjadi dua dan panjangnya dibagi lima.

c. Buat petak kecil ukuran 5 m x 5 m untuk pancang, 10 m x 10 m untuk tiang, dan 20 m x 20 m untuk pohon.

d. Menghitung seluruh pancang yang ada pada petak 5 m x 5 m, kemudian tentukan jenis, tinggi, dan posisi pancang tersebut.

e. Menghitung seluruh tiang yang ada pada petak 10 m x 10 m, kemudian tentukan jenis, tinggi bebas cabang, tinggi total, dan posisi tiang tersebut. f. Menghitung seluruh pohon yang ada pada petak 20 m x 20 m, kemudian

tentukan jenis, tinggi bebas cabang, tinggi total, dan posisi pohon tersebut.

Gambar 5 Contoh plot pengukuran keterbukaan.

Setelah data yang diperlukan telah ada, maka hasilnya dapat di gambarkan pada milimater blok dan kertas kalkir.

Pengukuran keterbukaan juga dapat didukung oleh peta citra landsat tahun 2008. Peta citra landsat dapat mewakili daerah-daerah hutan yang tidak terjangkau untuk dianalisa seperti daerah pedalaman hutan. Pengukuran keterbukaan dapat dilakukan dengan cara analisis deskriptif peta citra landsat tahun 2008.

3.5.4. Pengukuran Curah Hujan

Pengukuran curah hujan dilakukan pada tiga stasiun pengamatan curah hujan, antara lain stasiun pengamatan curah hujan Sikui, Jupoi, dan Mahang. Masing-masing stasiun pengamatan mewakili daerah-daerah kegiatan. Stasiun pengamatan curah hujan Sikui mewakili basecamp, stasiun pengamatan curah hujan Jupoi mewakili TPTII dan kawasan lindung, dan stasiun pengamatan curah hujan Mahang mewakili RKT 2007 dan 2008 TPTI.

Pengukuran curah hujan dimaksudkan untuk mengetahui curah hujan yang ada di berbagai lokasi pengamatan sehingga hujan dapat dijadikan salah satu parameter laju erosi. Pengukuran curah hujan dilakukan setiap jam 7 pagi pada hari berikutnya setelah hujan.

3.6. Pengolahan Data

Dalam dokumen Laju Erosi Pada Areal Bekas Pemanenan Hutan (Halaman 39-44)

Dokumen terkait