BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Pengumpulan Data dan Karakteristik Sampel
Penelitian dilakukan di kandang hewan dan laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dari bulan Maret sampai Mei 2018. Tiga puluh ekor Mus musculus betina dengan karakteristik homogen dari segi usia, berat badan, dan belum pernah hamil sebelumnya. Kemudian dilakukan randomisasi, lebeling, sinkronisasi birahi dan perkawinan monomating (satu jantan dengan satu betina). Seluruh hewan coba didapatkan dari LPT (Laboratorium Pengujian Terpadu) UGM. Penelitian ini telah melalui uji kelaikan etik di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya.
Tiga puluh ekor mencit Mus musculus betina dengan ciri homogen dari segi usia, berat badan rata – rata dan belum pernah hamil sebelumnya, dilakukan sinkronisasi birahi dan perkawinan monomating (satu jantan dengan satu betina). Tiga puluh ekor Mus musculus betina yang berhasil bunting kemudian dibagi menjadi 3 kelompok. 10 Mus musculus kelompok pertama sebagai kelompok kontrol, 10 kelompok kedua mendapat perlakukan menjadi model preeklampsia,
52 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
dan 10 kelompok ketiga mencit model preeklampsia yang diberikan injeksi VEGF 121.
Hari pertama kehamilan mencit dibagi menjadi tiga kelompok dengan jumlah yang sama, pada kelompok dua dan tiga untuk membuat mencit bunting model preeklampsia diberikan injeksi anti Qa-2 sebanyak 10 ng ip pada hari pertama sampai dengan hari keempat. Pada penelitian ini saat membuat mencit model preeklampsia pada hari ke 13-14 didapatkan mencit yang mati sebanyak 5 tikus oleh karena peningkatan tekanan darah sampai dengan sistolik 190 mmhg. Mencit yang mati masuk sebagi kriteria dropout dan digantikan oleh mencit lain, oleh karena tiap kelompok mencit mempunyai cadangan mencit sebanyak 10 ekor. Setelah menjadi model preeklampsia pada hari ke 11-14 kebuntingan, salah satu kelompok diberikan injeksi rekombinan VEGF 121 180 ng/kgbb.
Tabel 5.1 Perbandingan tekanan darah sistolik – diastolik antara kelompok mencit bunting model preeklampsia dan kelompok mencit bunting model preeklampsia yang di injeksi VEGF
Kelompok Tekanan darah sistolik/ diastolik (Mean + SD)
Hari-1 Hari-5 Hari-15
Preeklampsia 99,4 + 18 61,8 + 12,3 178,9 + 19,1 162 + 23,5 176,5 + 25,3 161,1 + 31,4 Preeklampsia di injeksi VEGF 111,7 + 8,5
75,2 + 14,7
147,4 + 35,6 111,2 + 31,9
129,2 + 28,9 102,6 + 29,5
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
Untuk melihat proses preeklampsia pada mencit selama penelitian dilakukan pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan di laboratorim fisiologi Universitas Nahdatul Ulama Surabaya pada kelompok mencit bunting model preeklampsi dan kelompok mencit bunting model preeklampsia yang diberikan VEGF 121, pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan mencit ke alat sistem MRBP (Mouse Rat Blood Pressure) dalam posisi nyaman dan dilanjutkan dengan memasang sensor ke ekor mencit dan dilakukan perekaman dan pengukuran selama 5-15 menit.
Dilakukan analisis menggunakan statistik diskriptif dari data pengukuran tekanan darah didapatkan peningkatan nilai rata-rata tekanan darah pada mencit bunting preeklampsia dari hari perawatan pertama sampai dengan hari ke sebelas, sedangkan pada mencit bunting preeklampsia yang diberikan VEGF 121 didapatkan tekanan darah lebih rendah saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah saat hari ke-15 (Tabel 5.1).
Seluruh kelompok Mus musculus menjalani aktivitas normal dan tidak sakit sampai dengan pembedahan. Pembedahan dilakukan pada ketiga kelompok pada saat usia kehamilan 16 hari. Sampel darah dan plasenta diambil sebagai sampel penelitian. Sampel plasenta dilakukan biopsi pada plasental bed untuk dievaluasi ekspresi plasenta endoglin dan diameter arteri spiralis.
54 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z 5.2 Pemeriksaan Ekpresi Plasenta Endoglin (Eng)
Pemeriksaan ekspresi Endoglin (Eng) pada plasenta mencit Mus musculus dilakukan melalui pemeriksaan imunohistokimia, ekspresi plasenta endoglin pada setiap sampel dinilai secara semikuantitatif menurut metode Remmele yang sudah dimodifikasi (Novak et al., 2007). Sampel ini diamati menggunakan mikroskop cahaya biasa merk Nikon H600L yang dilengkapi dengan digital camera DS Fi2 300 megapixel dan software micrometer pengolah gambar yang terkalibrasi Nikon Image System. Pengukuran menggunakan tehnik IRS (Immuno Reactive Score), yang mana merupakan hasil perkalian antara skor presentase sel immunoreaktif dengan skor intensitas warna pada sel immunoreaktif. Data setiap sampel merupakan nilai rata – rata IRS yang teramati pada 5 (lima) Lapang Pandang (LP) berbeda pada pembesaran 100x dan 400 x.
Gambar 5.1 Hasil penelitian di FKH Universita Airlangga. Ekpresi plasenta endoglin (CD 105) pada sel – sel trofoblast plasenta mencit model preeklampsia dan model preeklampsia setelah pemberian VEGF 121. Sel trofoblast ditandai dengan adanya warna coklat chromogen (tanda panah).
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
Pengamatan Immunohistokimia (IHC) dengan menggunakan pembesaran 400x didapatkan sel trofoblat berwarna coklat chromogen. Pengamatan ekspresi plasenta endoglin (Eng) dengan melihat adanya sel trofoblast berwarna coklat chorogen pada setiap kelompok perlakuan yang kemudian dihitung dengan menggunakan metode IRS (Immuno Reactive Score). Pada penelitian ini nilai ekspresi plasenta Eng didapat dari masing – masing kelompok penelitian dapat dilihat pada gambar 5.2.
Gambar 5.2 Ekspresi plasenta endoglin antar kelompok. K1 = kelompok mencit bunting normal, K2 = kelompok mencit bunting model preeklampsia, K3 = Kelompok mencit buntig model Preeklampsia yang mendapatkan injeksi VEGF 121. 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 K1 K2 K3 0,40 1,44 0,54 K1 K2 K3
56 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
a. Uji Normalitas
Dilakukan uji normalitas data ekspresi plasenta Endoglin (Eng) pada setiap kelompok menggunakan Shapiro – Wilk, pemilihan menggunakan uji ini karena jumlah sampel tiap kelompok kurang < 30.
Tabel 5.2 Uji Normalitas Ekspresi Endoglin
Kelompok Shapiro – Wilk
Statistic Df Sig
Normal .751 10 .004
Model Preeklampsia .890 10 .172
Model Preklampsia + VEGF .745 10 .003
Uji normalitas dengan uji Shapiro Wilk pada tabel 5.1 didapatkan dua kelompok (kelompok 1 dan kelompok 3) tidak normal yaitu didapatkan nilai p < 0,05, sehingga penyajian data deskriptif menggunakan median (maks-min) dan uji statistiknya menggunakan uji non parametrik yaitu uji Kurskal - Wallis. Pada Uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai p=0,019, yang berarti secara statistik paling tidak terdapat perbedaan ekspresi plasenta Eng antara 2 kelompok perlakuan. Untuk mengetahui antara kelompok mana yang berbeda, dilakukan uji post hoc, dengan menggunakan uji Mann Whitney.
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
Hasil uji beda ekspresi plasenta Eng menggunakan uji post hoc Mann Whitney, antara satu kelompok dengan kelompok lain dalam penelitian ini didapatkan hasil seperti pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Perbandingan ekspresi Endoglin plasenta
n Ekspresi Eng
Median (Min-Maks)
Nilai p
Mencit Bunting Normal 10 0,05 (0,0-1,7) 0,019*
Model Preeklampsia 10 1,2 (0,4-3,5) 0,008*^ 0,038*# Model Preeklampsia +
VEGF
10 0,0 (0,0-3,5) 0,934#^
Keterangan: *Uji Kruskal wallis. Uji post hoc Mann Whitney: *^normal vs model Preeklampsia; *#
Model preeklampsia vs Model Preeklampsia + VEGF; #^Normal vs Model Preeklampsia + VEGF. Data disajikan dalam Median (minimum-maksimum). Pada tabel diatas kelompok mencit bunting normal dibandingkan dengan mencit bunting model preeklampsia, diperoleh nilai p= 0,008, sehingga secara statistik terdapat perbedaan ekspresi plasenta Eng antara kelompok mencit bunting normal dan kelompok mencit model preeklampsia. Dengan rerata ranking ekspresi plasenta Eng kelompok mencit bunting normal 7 dan kelompok mencit bunting model preeklampsia 14.
Pada kelompok mencit bunting model preeklampsia dibandingkan dengan mencit bunting model preeklampsia yang diberi VEGF, diperoleh nilai p= 0,038, sehingga secara statistik terdapat perbedaan ekspresi plasenta Eng antara kelompok mencit bunting normal dan kelompok mencit model preeklampsia. Dengan rerata
58 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
ranking ekspresi plasenta Eng kelompok mencit bunting model preeklampsia 13,2 dan kelompok mencit buitng model preeklampsia yang diberi VEGF 7,8.
Pada kelompok mencit bunting model normal dibandingkan dengan mencit bunting model preeklampsia yang diberi VEGF, diperoleh nilai p= 0,934, secara statistik tidak terdapat perbedaan ekspresi plasenta Eng antara kelompok mencit bunting normal dan kelompok mencit model preeklampsia yang diberi VEGF. Rerata ranking ekspresi plasenta Eng kelompok mencit bunting normal 10,4 dan kelompok mencit bunting model preeklampsia yang diberi VEGF 10,6.
5.3 Perbandingan Diameter Lumen Arteri Spiralis Antar Kelompok Mencit
Bunting Normal, Kelompok Mencit Bunting Model Preeklampsia dan
Kelompok Mencit Bunting Model Preeklampsia yang Diberikan VEGF 121
Gambar 5.3 Diameter lumen arteri spiralis. a. diameter arteri spiralis mencit normal, b. diameter arteri spiralis mencit model preeklampsia, c diameter arteri spiralis mencit model preeklampsia yang diberikan VEGF 121
A
A B
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
Sampel plasenta dipisahkan dari uterus dan janin, sedangkan daerah implantasi plasenta di uterus (plasental bed) dilakukan biopsi untuk mendapatkan sampel arteri spiralis di daerah tersebut. Sampel ini diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya merk Nikon H600L yang dilengkapi dengan digital camera DS Fi2 300 megapixel dan software mikrometer pengolah gambar yang terkalibrasi Nikkon Image System. Untuk pemeriksaan diameter lumen arteri spiralis dilakukan pengecatan HE dengan mikroskop cahaya dengan pembesaran 200x dengan satuan µm, pengukuran diameter lumen arteri spiralis dan percabangannya pada plasenta mencit yang diambil rerata diameter dari > 3 pembuluh darah arteri spiralis yang berbeda. Pada penelitian ini nilai diameter lumen arteri spiralis didapat dari masing
– masing kelompok penelitian dapat dilihat pada gambar 5.4.
Gambar 5.4 Perbedaan diameter lumen arteri spiralis antar kelompok. K1 = Kelompok normal, K2 = kelompok model preeklampsia, K3 = Kelompok Model Preeklampsia yang mendapatkan injeksi VEGF 121 0,000 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 K1 K2 K3 35,916 21,669 32,645 K1 K2 K3
60 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
a. Uji Normalitas
Dilakukan uji normalitas data diameter lumen arteri spiralis tiap kelompok menggunakan uji Shapiro - Wilk. Dari tabel 5.4 didapatkan bahwa data tersebut dalam distribusi normal (p > 0,05). Selanjutnya untuk melihat perbedaan antar kelompok dan perbandingannya dilanjutkan uji statistik Anova. Dari hasil uji anova kami dapatkan p = 0,001, oleh karena p < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai varian berbeda. Karena uji oneway anova bermakna dan varian berbeda, dilakukan analisis post hoc LSD untuk mengetahui antar kelompok mana yang mempunyai perbedaan.
Tabel 5.4 Uji Normalitas Diameter Lumen Arteri Spiralis
No Kelompok Shapiro – Wilk
Statistic Df Sig
1 Normal .848 10 .056
2 PE .892 10 .178
3 PE + VEGF .983 10 .978
* Significant Valeu p > 0,05
b. Uji Beda Perbandingan Diamter Lumen Arteri Spiralis
Dari hasil uji post hoc LSD antar satu kelompok dengan kelompok lain dalam penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut.
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
Tabel 5.5 Perbandingan Diameter Lumen Arteri Spiralis Antar Kelompok
n Mean + SD Nilai p Mencit Bunting Normal 10 35,9 + 6,266 0,001* Model Preeklampsia 10 21,6 + 3,709 < 0,001*^ 0,190*# Model Preeklampsia + VEGF 10 32,6 + 5,969 < 0,001#^ Keterangan : *Uji one way anova. Analisis post hoc LSD : *^Normal vs Model Preeklampsia ;
*#
Normal vs Model Preeklampsia + VEGF; #^Model Preeklampsia vs Model Preeklampsia + VEGF.
Rerata diameter lumen arteri spiralis kelompok bunting normal adalah 35,91. Nilai ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan rerata kelompok bunting model preeklampsia. Setelah dilakukan uji Anova didapatkan nilai p = 0,001 (p < 0,05). Ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara diameter lumen arteri spiralis kelompok mencit bunting normal dibandingkan dengan kelompok model preeklampsia.
Pada diameter lumen arteri spiralis pada kelompok bunting normal reratanya adalah 35,91 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mencit model preeklampsia yang diberikan VEGF 121 sebesar 32,64. Dengan menggunakan uji Anova didapatkan hasil p = 0, 190 (p > 0,05). Ini artinya antar kelompok mencit bunting normal dibandingkan kelompok mencit bunting preeklampsia yang mendapatkan terapi VEGF 121 tidak didapatkan perbedaan yang signifikan.
Rerata diameter lumen arteri spiralis pada kelompok bunting model preeklampsia sebesar 21,66. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan rerata
62 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
kelompok bunting model preeklampsia yang diberikan VEGF 121, yaitu sebesar 32,64. Setelah dilakukan uji didapatkan hasil p = 0,001 (p < 0,05). Berdasarkan uji tersebut didapatkan perbedaan signifikan antar kelompok bunting preeklampsia dan kelompok model preeklampsia yang diberikan VEGF 121.
5.4 Korelasi Antara Ekspresi Endoglin Plasenta dengan Diameter Lumen Arteri Spiralis
Pada penelitian ini juga dilakukan analisis untuk melihat korelasi antara ekspresi endoglin plasenta dan diameter lumen arteri spiralis. Dilakukan analisis korelasi dengan uji Spearman Rho oleh karena salah satu variabel tidak normal dan syarat linearitas terpenuhi. Didapatkan hubungan yang bermakna (p= 0,013) dengan korelasi negatif yang kuat (r = - 0,450) antara ekspresi endoglin plasenta dan diameter lumen arteri spiralis (tabel 5.6).
Tabel 5.6 Korelasi antara ekspresi endoglin plasenta dan diameter arteri spiralis
Diameter lumen arteri spiralis
Ekspresi Eng plasenta r = - 0,450
p = 0,013 n = 30
63
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
BAB 6 PEMBAHASAN
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Sampel Sebagai Model Preeklampsia
Manifestasi klinis preeklampsia sangat luas yang ditandai dengan tekanan darah > 140/90 dan pemeriksaan urine didapatkan proteinurin yang positif, yang mana preeklampsia seringkali menimbulkan mortalitas pada ibu maupun janin. Plasentasi abnormal dilaporkan sebagai salah satu penyebab dari patofisiologi preeklampsia, untuk melihat kelianan pada plasenta dilakukan pemeriksaan pada saat timbul gangguan, yaitu pada trimester kedua. Penelitian mengenai kelainan abnormal plasenta yang menyebabkan terjadinya preeklampsia bila dilakukan pada manusia haya bisa dilakukan kasus keguguran, IUFD, atau pada akhir kehamilan saat dilakukan terminasi, sehingga tujuan untuk mengetahui abnormal plasenta pada awal kehamilan sebagai penyebab preeklampsia tidak dapat dilakukan. Pada penelitian ini untuk melihat abnormal plasenta pada preeklampsia dilakukan pada hewan coba karena masalah yang tidak dapat dilakukan pada penelitian di manusia yang terbentur permasalahan etik dapat diketahui.
Penelitian ini menggunakan subyek penelitian menggunakan hewan coba untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada plasenta. Pada penelitian ini kami
64 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
menggunakan hewan coba mencit Mus musculus atau disebut juga sebagai mencit rumah (house mouse), penggunaan hewan coba ini sudah sejak lama digunakan sebagai model penelitian pada manusia dan menjelaskan terjadinya suatu penyakit. Umur kehamilan mencit Mus musculus relatif pendek hanya sekitar 21 hari usia kehamilan, yang mana dapat disesuaikan dengan kehamilan 9 bulan pada manusia (Hartwell et al., 2011). Selain itu pemilihan hewan coba mencit Mus musculus karena mereka mempunyai tingkat adaptasi yang baik dengan lingkungan laboratorium dan secara genetik hampir sama dengan manusia (Comiskey et al., 2013).
Karakteristik mencit pada penelitian kami ini menggunakan sampel yang homogen, yaitu mencit Mus musculus betina umur 3 bulan galur BALB – C, sehat, dan berat badan 20 – 25 gram yang diperoleh dari LPT UGM. Kemudian mencit dilakukan sinkronisasi birahi dan dikawinkan secara monomating, setelah dikawainkan selama 17 jam dilakukan evaluasi kehamilan dengan evaluasi adanya copulatory plug (sumbatan yang menutupi vagina mencit dari serviks sampai vulva) dan pada hari ke 16 kebuntingan dilakukan terminasi kehamilan. Penelitian ini menggunakan single blind study, yang mana pemeriksaan ekpresi endoglin pada plasenta mencit dan diameter lumen arteri spiralis pada plasental bed dilakukan oleh pemeriksa yang berbeda dengan yang melakukan pembuatan mencit model
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
preeklampsia, sehingga pemeriksa tidak mengetahui kelompok mencit penelitian ini.
Menurut konsensus preeklampsia di Jawa Timur kriteria preeklampsia bila didapatkan tekanan darah sistolik > 140 dan diastolik > 90 dan preeklahmpsia berat bila didapatkan tekanan darah sistolik > 160 dan diastolik > 110. Selain itu dari, pemeriksaan urine didapatkan proteinurine > 300 mg selama 24 jam atau pemeriksaan kualitatif > +1, bila didapatkan salah satu positif dari pemeriksaan penunjang lain, yaitu peningkatan fungsi ginjal, trombositopenia, peningkatan fungsi faal hati, dan peningkatan fungsi faal hati.
Untuk membuat mencit model preeklampsia pada penelitian ini menggunakan yang protein Qa-2 yang merupakan homolog dengan HLA G pada manusia. Pemberian anti Qa-2 ini bertujuan untuk membuat mencit menjadi mencit model preeklampsia, dengan diinjeksikan anti Qa-2 akan membuat mencit menjadi hipertensi yang menjadi salah satu kreteria diagnosis preeklampsia. Pemberian injeksi Qa-2 pada mencit membuat tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat bermakna dibandingkan sebelum diberikan injeksi Qa-2.
Dari pemeriksaan tekanan darah mencit melalui ekor didapatkan tekanan darah lebih tinggi pada mencit bunting preeklampsia dari hari pertama perawatan sampai dengan hari ke sebelas, sedangkan pada mencit model preeklampsia yang diberikan VEGF 121 didapatkan tekanan darah lebih rendah dengan rata – rata
66 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
sistolik dan diastolik pada pemeriksaan hari kelima belas. Seluruh kelompok mencit mendapatkan perlakuan yang sama, dengan diberikan makan dan minuman, sanitasi kandang, temperatur, dan kelembaban dari kandang yang sama. Kemudian pada hari ke 16 dilakukan pembedahan, sampel darah diambil dari jantung mencit, organ uterus diambil, dan plasenta dipisahkan dari uterus kemudian dilakukan biopsi untuk dilakukan pemeriksaan.
Hipertensi sebagai salah satu kriteria diagnosis preeklampsia dilakukan pemeriksaan proteinuria sebagai petanda terjadinya preeklampsia. Proteriuria dikatakan positif bila didapatkan nilai lebih dari 300 mg per 24jam atau dengan menggunakan urin dipstik didapatkan > +1 (Wu et al., 2015). Pada penelitian ini kriteria proteinuria menggunakan pemeriksaan secara semikuantitatif di Fakultas Hewan universitas Airlangga pada 10 ekot mencit yang diinjeksikan anti Qa-2 pada mencit normal, didapatkan hasil pada mencit yang diberi anti Qa-2 10% sampel dengan hasil negatif, 20% sampel dengan proteinuria +1, dan 70% dengan proteinuria +2 (Hikmah, Paulus, & Widjiati, 2018).
Vascular Endotelial Growth Factor (VEGF) merupakan suatu protein proangiogenik yang berikatan dengan reseptornya, yaitu VEGFR-1, VEGFR-2, VEGFR-3 dan koreseptor Neurolipin-1 dan Neurolipin 2. VEGF perannya dalam remodeling arteri spiralis berperan utama dalam proses angiogenesis sehingga meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, meningkatkan produksi nitrit oxide
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
(NO), vasodilatasi, dan pertumbuhan sel endotel. Keluarga VEGF antara lain VEGF 121, VEGF 165, VEGF 189, dan VEGF 206, penelitian ini menggunakan VEGF 121 karena lebih muda terekspresi sehingga lebih mudah berikatan dengan reseptor. Pemberian rekombinan VEGF 121 melihat manfaat dari VEGF pada mencit model preeklampsia dibandingkan dengan mencit yang tidak mendapatkan VEGF, yaitu menurunkan tekanan darah pada mencit. Pemberian VEGF 121 dengan dosis 10 ng/ kg melalui infus menurunkan tekanan darah secara signifikan, terapi VEGF 121 pada mencit mempunyai efek menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi albumin dan serum kreatinin, histologi plasenta, dan endotel glomerula (Sulistiyowati et al., 2016).
6.2. Perbandingan Ekspresi Endoglin Plasenta Antara Kelompok Mencit
Bunting Normal, Kelompok Mencit Model Preeklampsia, dan Kelompok
Mencit Model Preeklampsia Yang Diberikan Rekombinan VEGF 121
Pada pengamatan didapatkan ekspresi plasenta endoglin kelompok mencit bunting preeklampsia lebih tinggi dibandingkan kelompok bunting normal dan kelompok model preeklampsia yang mendapatkan VEGF 121 secara bermakna. Pada penelitian mencit Mus musculus model preeklampsia diberikan injeksi anti Qa-2 intraperitoneal. Dengan diberikan injeksi anti Qa-2 menekan kadar Qa-2 mencit yang merupakan homolog HLA-G pada manusia, sehingga akan mengakibatkan gangguan proses invasi dari sel trofoblast terhadap arteri spiralis.
68 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
Beberapa penelitian menyatakan bahwa HLA-G memegang peran penting dalam mengatur toleransi sistem imun dari ibu ke janin. Ekspresi HLA-G memegang peran penting dalam invasi sinsitiotrofoblas dan mengatur adaptasi vaskular di plasental bed sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Ganguan proses implantasi tersebut mengakibatkan terjadi hipoksia dan iskemi pada plasenta. Pada kondisi hipoksia, pada plasenta akan melepasakan produk sflt-1 dan solubel endoglin kedalam sirkulasi maternal dalam jumlah berlebihan (Omar, 2010; Karumanchi, 2007). Endoglin dihasilkan oleh sincitiotrofobalast mulai awal kehamilan dan meningkat dengan semakin besarnya usia kehamilan. Pada kondisi hipoksia endoglin diubah mejadi bentuk lebih larut yaitu solubel endoglin melalui mekanisme oxysterol. Penelitian Nakashima et al., pada kelompok tikus model hipoksia menunjukkan plasenta hipoksia meningkatkan kadar dan ekspresi endoglin di plasenta. Hipoksia plasenta menginisiasi terjadinya preelampsia dan produksi endoglin di plasenta, dengan menekan efek endoglin akan menambah produksi dari TGF-β1. Pengamatan pada penelitian ini menunjukkan kadar endoglin yang tinggi berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan penurunan berat plasenta pada mencit (Nakashima et al., 2013). Pada beberapa penelitian disebutkan didapatkan peningkatan ekspresi endoglin pada plasenta wanita yang mengalami preeklampsia dibandingkan wanita hamil normal (Rios et al., 2015).
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
Ekspresi plasenta endoglin kelompok mencit bunting normal dibandingkan kelompok mencit bunting model preeklampsia yang diberikan terapi VEGF 121 tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05). Sesuai dengan kerangka konsep disebutkan pemberian VEGF 121 akan menghambat ekspresi endoglin di plasenta. Remodeling arteri spiralis diawali oleh proliferasi dan invasi trofoblas kedalam arteri spiralis yang diatur oleh TGF-β1, VEGF, dan PlGF sehingga arteri spiralis menjadi muskuloelastik. Keseimbangan antara PlGF dan VEGF sebagai faktor proangiogenik dengan Sflt-1 dan solubel endoglin sebagai faktor antiangiogenik sangat penting karena mempengaruhi faktor angiogenesis, vaskulogenesis, dan perkembangan plasenta selama kehamilan (Sibai, 2016). Peningkatan kadar solubel endoglin dalam sirkulasi akan menggangu ikatan TGF-
β1 dengan reseptornya di endotel. Penurunan TGF-β1 akan mempengaruhi aktivasi dari nitrit oxide sintase dan vasodilatasi. Produksi berlebihan dari endoglin di plasenta akan mengganggu aktivasi TGF-β1 sehingga mempengaruhi fungsi endotel vaskuler (Karumanchi, 2013). VEGF adalah suatu protein proangiogenik yang berperan dalam proses angiogenesis dan vaskulogenesis, dan mempunyai kemampuan memicu proses proliferasi, migrasi, survival sel endotel dan permeabilitas kapiler. Hubungan antara VEGF dan nitrit oxide dapat dijelaskan melalui jalur VEGF-NO. peningkatan VEGF akan memicu produksi sintase endotelial nitrit oxide (eNOS) dan pelepasan nitrit oxide di sel endotelial. Beberapa
70 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS UJI KLINIK PEMBERIAN... M REZA Z
penelitian menyatakan hubungan VEGF dan nitrit oxide sebagai prevensi atau terapi preeklampsia.
VEGF 121 merupakan eksogenus VEGF yang berperan dalam proses vaskulogenesis dan angiogenesis dengan berikatan dengan VEGF reseptor (VEGFR-1) di dinding endotelial. Mekanisme VEGF 121 melalui inhibisi sVEGFR-1 atau disebut jga sFlt-1 dalam sirkulasi melalui pengikatan VEGF dan PlGF di permukaan reseptornya, yaitu sVEGFR-1 dan sVEGFR-2, yang mempengaruhi efek vasodilatasidari VEGF eksogen (Sondakh, 2016). Penelitian oleh Soetrisno, menyatakan pemberian rekombinan VEGF 121 dapat meningkatkan produksi nitrit oxide yang mana dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki fungsi endotelial dan menurunkan hipoksia plasenta pada preeklampsia (Soetrisno et al., 2017). Beberapa literatur disebutkan polipeptida VEGF 121 efektif dalam terapi vaskular pada kasus defisiensi angiogenesis. VEGF 121 memperbaiki fungsi