• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengumpulan Data

Dalam dokumen METODE PENELITIAN KUALITATIF DALAM ILMU (Halaman 31-36)

IV PRAKTEK PENELITIAN KUALITATIF DALAM PENELITIAN SOSIAL

4.3 Pengumpulan Data

a. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah sebuah proses pengumpulan data primer dalam penelitian dengan melakukan percakapan verbal dengan pihak yang mengalami langsung kejadian yang akan diteliti/dikaji, atau kepada orang yang memiliki keahlian (ekspertise) dalam bidang ilmu secara khusus yang akan kita teliti.

Metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam atau in-depth interview menjadi salah satu metode yang digunakan di hampir semua penelitian kualitatif. Ada 4 bentuk wawancara mendalam (May 1999: 113), yaitu:

1) Wawancara berstruktur (structured interview) melalui questioner: dimana responden hanya sedit memiliki ruang untuk mengekspresikan pendapatnya atas keinginan mereka:

2) wawancara semi-terstruktur (semi-structured interview) pewancara lebih memiliki kebebasan untuk memperoleh jawaban yang standar, termasuk mengklarifikasi dan mengelaborasi atas jawaban yang diberikan.

3) wawancara tak berstrukur (unstructured or unfocused interview) sifatnya lebih terbuka (open–ended character) kadang-kadang wawancara tak berstuktur itu disebut perkapan “informal” atau (”a conversation with a purpose”) atau juga disebut sebagai “the informal conversational interview, the general interview guide approach, and the standardized open-ended interview”.

4) wawancara kelompok (group interview) merupakan alat investigasi yang berharga dengan dengan fokus disekiktar masalah yang ingin diketahui.

Bagi pewancara sebaiknya tetap membawa dan memegang pedoman wawancara, yakni susunan pertanyaan yang harus diajukan, meskipun fungsinya sekedar untuk pengingat, dan bukan untuk dilihat secara terus-menerus. Pedoman wawancara ini hanyalah panduan umum, yang hanya memuat point-point yang akan ditanyakan pewancara (May 1999: 184). Dengan demikian keberhasilan wawancara sangat amat tergantung pada kemahiran peneliti untuk mengarahkan pertanyaan yang diajukan seefisien mungkin, terfokus dan yang tak kalah penting bentuk pertanyaan tidak monoton. Seni bertanya yang didasarkan pengetahuan yang luas atas masalah yang akan ditanyakan sangat penting untuk memperoleh kualitas data yang baik. Sebaliknya jika pengetahuan peneliti atas masalah yang akan ditanyakan sangat minim, sudah hampir dipastikan kualitas data yang diperoleh juga rendah. Padahal

kekuatan metode seperti ini peneliti memiliki kesempatan secara terbuka untuk melakukan improvisasi dalam upaya memperoleh jawaban yang diinginkan.

Dalam melakukan wawancara mendalam, ada beberapa cara melakukan wawancara, yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah bentuk pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak mengarahkan jawaban narasumber. Berikut ini contoh pertanyaan dalam wawancara mendalam yang mengarahkan dan yang tidak mengarahkan.

Tabel : Contoh Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam

Pertanyaan yang Mengarahkan Pertanyaan yang Tidak Mengarahkan Apakah menurut Anda

b. Life Histories

Bagi peneliti kualitatif, sejarah hidup merupakan sarana penelitian yang penting dan absah dengan standar interpretative dan metodologis yang semakin memadai maka semakin banyak aktor yang menceritakan pengalaman hidup mereka, semakin leluasalah peneliti pembangun model-model atau konsep-konsep mengenai rumitnya perilaku manusia, lembaga sosial, dan sebagainya.

Sementara itu Jones (1993) menawarkan lima kriteria dalam life histories: Pertama, seseorang harus dipandang bagian dari kebudayaan; sejarah kehidupan menjelaskan dan menafsirkan nilai pelaku dalam perkembangannya di masyarakat. Kedua, metode ini harus menangkap peran penting yang dimainkan orang lain didalam ”pengiriman secara sosial menetapkan persediaan pengetahuan”. Ketiga, anggapan pasti (taken for granted) tentang kebudayaan dunia tertentu dalam studi harus dijelaskan dan dianalisa. Anggapan-anggapan itu muncul dalam peraturan dan kode pada kelakukan seperti dalam mitos dan ritual. Keempat, sejarah kehidupan harus tertuju pada pengalaman masing-masing individu selama hal itu untuk menangkap ”proses perkembangan manusia:. Kelima, kebudayaan dunia dalam pembelajaran harus dihubungkan dengan perkembangan hidup individu secara terus-menerus.

Sementara menurut Plummer, penelitian secara hidup paling tidak memiliki empat kreteria. Pertama, metode itu harus menghargai subyektifitas dan kreativitas aktor— menunjukkan bagaimana aktor menrespon kendala sosial dan secara kreatif menghadapi dunia sosial; kedua, tindakan—melalui organisasi sosial dan terutama organisasi ekonomi; ketiga, harus menunjukkan familiaritas yang intim dengan pengalaman-pengalaman ayng ada; dan keempat, harus ada kesadaran pihak peneliti mengenai peran dasar yang bersifat moral dan politik dalam bergerak menuju struktur sosial yang memungkinkan pengurangan eksploitasi, penindasan, ketidakadilan dan memungkinkan lebih banyak kreativitas, keragamaan dan kesederajatan. Singkatnya, sebagaimana dikatakan McCall dan Wittners (dalam Mulyana, 1999: 195) metode sejarah hidup menjadi alat penting untuk merekontruksi pengetahuan bukan saja tentang kaum tersubordinasi, tetapi juga tentang masyarakat yang melindungi mereka.

Dengan metode life history sebagian dari kita pada dasarnya menjadi peneliti sejarah, yakni sejarah kehidupan social. Penafsiran orang atas pengalamannya haruslah obyektif, yakni penafsiran actor sendiri, bukan penafsiran peneliti.Disinilah sebenarnya makna obyektif dalam penelitian kualitatif. Maka jelas bahwa pengukuran makna “obyektif” dalam penelitian kualitatif berbeda dengan makna “obyektif” dalam penelitian kuantitatif yang menekankan keseragamaan cara pandang peneliti terhadap fenomena yang mereka teliti. Bahan lain untuk melengkapi wawancara sejarah hidup adalah wawancara dengan orang lain yang punya hubungan dekat dengan subyek penelitian (significant others).

Wawancara sejarah hidup dilakukan dengan meminta orang-orang sebagai subyek penelitian untuk menceritakan riwayat hidup mereka.Oleh karena konsep diri adalah inti dari interaksionik simbolik, konsep diri seseorang dapat dilacak dengan menelaah sejarah hidup mereka, maka tujuan penelitian sejarah hidup adalah mengungkapkan subyektifitas ini (khususnya untuk mengetahui motivasi tindakan aktor).

c. Observasi

Observasi merupakan satu metode pengumpulan data kualitatif dimana peneliti melakukan pengamatan atas subyek atau realitas sosial yang ditelitinya. Metode ini digunakan karena seringkali dalam penelitian sosial apa yang dikatakan oleh subyek penelitian yang dalam hal ini adalah manusia seringkali berbeda dengan apa yang dilakukannya. Observasi dilakukan guna melihat kesenjangan tersebut.

Gambar : Macam-macam observasi

d. Focus Group Discussion

Focus Group Discussion atau diskusi grup terfokus merupakan satu metode penelitian kualitatif yang digunakan untuk membantu peneliti dalam mempelajari norma sosial dalam sebuah komunitas atau sub-grup; atau juga untuk mencari pemahaman dari berbagai subyek penelitian yang berbeda mengenai satu isu atau topik tertentu dalam penelitian.

Beberapa Hal yang Harus diperhatikan dalam Focus Group Discussion (FGD)

• Jumlah peserta antara 8-10 orang, untuk menjaga setiap orang mendapat waktu berbicara dan tidak ada yang mendominasi diskusi.

• Moderator harus dapat menjaga keterbukaan dalam diskusi.

• Waktu ideal untuk satu sesi diskusi terfokus adalah 45 – 90 menit.

• FGD merupakan diskusi terstruktur dengan sebuah set pertanyaan atau isu pokok yang akan didiskusikan telah dirancang sebelumnya.

o Pertanyaan harus singkat dan to the point

o Difokuskan pada satu isu atau dimensi dalam setiap pertanyaan

o Mudah dipahami

o Tidak mengancam atau membahayakan peserta

o Sebaiknya dirancang untuk jawaban bukan sekedar “ya” atau “tidak”

• Biasanya membutuhkan lebih dari satu kali FGD untuk

mendapatkan hasil yang lebih valid, biasanya dilakukan antara 3 – 4 kali FGD.

Mempersiapkan, memilih dan mengundang calon peserta Focus Group Discussion: 1. Peserta FGD dipilih berdasarkan:

a. Pemilihan dengan nominasi khusus, biasanya dilakukan pada peserta yang merupakan informan kunci atas isu tertentu, calon peserta adalah orang yang memahami isu atau permasalahan atau topik FGD, dikenal karena kemampuannya dan dapat berbagi pengalaman dan ekspertise nya dengan peserta lain.

b. Seleksi acak, dapat dilakukan dalam penelitian dimana peserta berasal dari grup yang besar, misalnya anak usia 16-18 tahun di suatu SMA. c. Anggota dari suatu kelompok khusus atau kelompok yang sama

d. Orang-orang yang memiliki kualifikasi pekerjaan atau identitas lainnya yang sama;

e. Sukarelawan.

2. Dalam FGD yang ideal, para peserta meskipun tidak saling mengenal dapat merasa nyaman berada di dalam grup, tidak ada satu peserta yang mendominasi atau yang dirasakan dapat mengancam peserta yang lain. Misalnya tidak menyatukan staf dengan atasan dari tempat yang sama, karena staf atau bawahan tidak akan berani mengungkapkan permasalahan sesungguhnya jika atasannya berada dalam forum diskusi yang sama.

3. Biasanya diberikan insentif tertentu bagi peserta FGD. 4. Kemampuan yang harus dimiliki moderator FGD:

a. Mendengarkan dengan penuh perhatian setiap masukan dari setiap peserta diskusi

b. Mendengar sekaligus berpikir dalam waktu yang sama, sehingga proses analisis atas jawaban para peserta dapat langsung dilakukan untuk langsung mendapatkan feedback dari peserta

c. Percaya bahwa setiap peserta memiliki informasi yang berharga bagi penelitian

d. Memiliki pengetahuan yang mencukupi tentang topik yang didiskusikan e. Dapat menahan pandangan dan bias pribadi dalam memfasilitasi diskusi f. Dapat mengatur jalannya diskusi dengan tertib, tapi tidak terlalu kaku

dan ketat sehingga fleksibilitas dan kenyamanan peserta dapat dijaga. g. Memastikan setiap peserta mendapatkan waktu untuk berbicara, jika ada

yang dirasa belum mengungkapkan pendapatnya sebaiknya diberikan waktu khusus untuk mengungkapkan pendapatnya.

5. Sebaiknya ada anggota tim lain yang memastikan peralatan seperti alat perekam, alat untuk presentasi, mikrophone, dll berjalan dengan baik.

e. Data Literatur

Data literatur merupakan metode pengumpulan data dengan mengumpulkan literatur yang berkaitan dengan topik penelitian yang kita teliti. Literatur dapat menjadi sumber data primer atau sekunder tergantung jenis penelitian yang akan kita lakukan. Penelitian desk research misalnya, membutuhkan langkah-langkah yang juga selengkap penelitian yang proses pengumpulan datanya dilakukan di lapangan. Data literatur yang dapat dijadikan sumber data primer misalnya dalam penelitian media untuk melakukan analisis wacana, penelitian sejarah melalui analisis dokumen sejarah, penelitian ekonomi dengan analisis informasi dokumenter, atau penelitian hukum normatif yang menganalisis dokumen hukum sepeti peraturan perundang- undangan dan putusan hakim di pengadilan.

h. Data Media Massa dan Internet

Pengumpulan data melalui bentuk-bentuk media lain, seperti media massa, publikasi koran, internet menjadi salah satu cara untuk melakukan pengumpulan data dalam penelitian ilmu sosial. Perkembangan teknologi yang memungkinkan subyek manusia berinteraksi melalui media-media baru seperti internet juga menjadi ajang bagi penelitian-penelitian sosial. Penelitian-penelitian media baru saat ini cukup berkembang misalnya penelitian mengenai analisis gerakan media sosial dalam mendorong isu hukum dan keadilan. Pasti masih ingat dengan Kasus Prita Mulyasari dengan Dukungan Facebook Koin untuk Prita, atau Dukung KPK dalam kasus Cicak vs Buaya. Gerakan sosial melalui media baru seperti internet dan media sosial di dalamnya menjadi bahan penelitian yang juga menarik. Penelitian lain tentang chirpstory dalam twitter misalnya mengaitkan hubungan antara kesadaran politik pengguna media sosial twitter dalam pemilihan umum kepala daerah, contoh terbaik bisa dilihat dari pengerahan media sosial untuk mendukung salah satu calon gubernur DKI Jakarta.

Dalam dokumen METODE PENELITIAN KUALITATIF DALAM ILMU (Halaman 31-36)

Dokumen terkait