IV. METODE PENELITIAN
4.4. Pengumpulan Data
4.4.1 Tata Niaga Labi-labi
Aktivitas wawancara, pengamatan dan keikutsertaan dalam kegiatan para pelaku tata niaga labi-labi memberikan informasi mengenai karakteristik para pelaku, alur/mekanisme perdagangan yang berlangsung serta harga jual/beli labi- labi yang berlaku di Jambi. Data juga diperoleh melalui wawancara dengan pihak BKSDA Jambi, eksportir di Jakarta, pihak APEKLI selaku asosiasi yang menaungi para eksportir labi-labi, dan perwakilan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) selaku CITES Scientific Authority.
4.4.2 Parameter Demografi Populasi
Parameter demografi populasi panenan labi-labi yang diduga adalah : ukuran populasi, nisbah kelamin, kelas umur dan angka kematian. Ukuran populasi di alam dalam penelitian ini tidak dapat dihitung menggunakan metode CPUE ataupun metode lainnya karena persyaratan yang dibutuhkan untuk dapat menggunakan metode ini tidak dapat dipenuhi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ukuran populasi merupakan jumlah seluruh labi-labi yang ada di pedagang maupun pengumpul penampung pada saat dilakukan pengambilan data. Seluruh hasil tangkapan dari setiap penangkap dicatat sebagai populasi panenan. Angka kehilangan yang mungkin terjadi pada setiap level jalur perdagangan dicatat jumlah dan penyebabnya, sehingga pada akhirnya akan diketahui proporsi populasi panenan yang sampai ke pengumpul besar. Data time series tentang jumlah labi-labi yang diterima pengumpul besar per bulan selama dua tahun (2010 dan 2011) digunakan untuk melihat tren pemanenan serta faktor yang mempengaruhinya. Nisbah kelamin merupakan perbandingan antara jumlah labi-
33 labi jantan dan betina pada populasi tersebut. Kelas umur labi-labi diduga melalui ukuran PLK dengan dasar pembagian kelas mengacu kepada Kusrini et al. (2007).
4.4.3 Peubah Morfometri dan Biologi Reproduksi
Karapas labi-labi diukur menggunakan metode curve-line dengan cara melakukan pengukuran mengikuti lengkung karapas dengan menggunakan pita meter (Gambar 4).
Gambar 4 Pengukuran karapas labi-labi dengan metode curveline (a) panjang lengkung karapas dan (b) lebar lengkung karapas.
Struktur umur labi-labi dikategorikan berdasarkan ukuran panjang lengkung karapas (PLK), dan menurut Kusrini et al. (2007) dibagi ke dalam empat kelas umur (Tabel 1).
Tabel 2. Struktur umur labi-labi berdasarkan hasil pengukuran PLK
Kelas Umur Panjang Lengkung Karapas
(cm)
Struktur Umur
I 5,9 Tukik
II 6,0 cm – 19,9 Remaja
III 20 cm – 24,9 Dewasa Muda
IV 25 Dewasa
Bobot tubuh labi-labi hidup diukur dengan menggunakan timbangan gantung digital, timbangan duduk digital dan timbangan duduk (Gambar 5).
Gambar 5 Pengukuran bobot tubuh labi-labi dengan menggunakan (a) timbangan digital gantung dan (b) timbangan digital duduk
Warna karapas, meskipun tidak termasuk dalam peubah morfometri labi-labi, diamati untuk menduga habitat asal labi-labi. Pengukuran dan pengamatan terhadap peubah morfometri dilakukan terhadap 743 labi-labi di pedagang besar, 48 labi-labi di pengumpul dan 6 labi-labi di penangkap.
Identifikasi minimum breeding age pada labi-labi jantan dan betina dilakukan dengan mengamati, menimbang dan mengukur setiap individu labi-labi yang akan dipotong untuk memperoleh data jenis kelamin, berat tubuh, lebar dan panjang karapas. Proses pemotongan didokumentasikan dan setelah rongga perut terbuka dilakukan identifikasi organ reproduksi seperti dilakukan Shine et al.
(1998) dalam mengamati kondisi reproduksi ular P. reticulatus di Sumatera Utara. Labi-labi betina disebut dewasa kelamin ketika telah ditemukan minimal salah satu ciri : terdapat kelompok telur bercangkang di oviduk, terdapat folikel dalam ovarium (diameter >10 mm), atau dinding oviduk yang menebal sementara labi- labi jantan dikategorikan dewasa ketika testis terlihat menebal dan berwarna kuning telur (Mumpuni 24 Januari 2012, komunikasi pribadi). Pada labi-labi betina kelompok telur oviduktal maupun folikel yang berukuran sama diasumsikan sebagai satu clutch, dan kelompok dengan ukuran diameter yang lebih kecil sebagai clutch selanjutnya. Identifikasi jenis pakan yang dikonsumsi oleh labi-labi dilakukan melalui pembukaan saluran pencernaan labi-labi, terutama bagian lambung dan usus besar, dan dilanjutkan dengan identifikasi sisa pakan yang masih dapat diidentifikasi.
4.4.4 Karakteristik Habitat
Habitat labi-labi yang diamati merupakan habitat perairan berupa sungai dan danau yang terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan jumlah titik pancing yang berbeda untuk setiap sungai dan danau. Sembilan peubah biofisik yang diduga mempengaruhi keberadaan labi-labi di suatu lokasi tertentu diamati dan diukur. Data peubah biofisik habitat terdiri dari data kuantitatif (ketinggian tempat, suhu air, derajat keasaman (pH) air, kedalaman ditemukan, kecepatan arus air, dan kecerahan air,) dan data kualitatif (warna air, jenis substrat dasar dan tipe penutupan lahan).
35 a. Ketinggian tempat
Pengukuran ketinggian tempat di setiap lokasi pemancingan dilakukan sekaligus dengan perekaman titik-titik koordinat menggunakan GPS, kemudian dilakukan validasi ukuran ketinggian dengan cara melakukan overlaying titik- titik koordinat setiap lokasi pemancingan tersebut pada peta kontur Provinsi Jambi. Data yang digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi karakteristik habitat labi-labi adalah data ketinggian tempat hasil validasi terhadap setiap titik koordinat.
b. Suhu air
Diukur menggunakan termometer digital yang dicelupkan sedalam ± 5cm ke dalam air di setiap lokasi pemancingan yang diukur dan diamati.
c. Derajat keasaman (pH) air
Diukur menggunakan kertas pH meter skala 4–7 dengan interval 0,3 yang dicelupkan ke dalam air. Perubahan warna pada indikator kertas pH meter dibandingkan dengan standar indikator nilai derajat keasaman.
d. Kedalaman ditemukan
Dilakukan pengukuran dengan menggunakan tongkat yang ditancapkan di setiap lokasi pemancingan kemudian batas tongkat yang terendam yang menandai kedalaman air ditandai dan diukur dengan pita ukur.
e. Kecepatan arus air
Kecepatan arus air diukur dengan menggunakan bola pingpong yang diikat seutas tali dan dilepaskan mengikuti arus air untuk mencapai jarak 10 meter yang telah ditandai sebelumnya. Penghitungan waktu menggunakan stopwatch. Kecepatan arus air diperoleh dengan cara membagi jarak 10 meter dengan total waktu tempuh.
f. Kecerahan air
Diukur dengan menggunakan alat bernama secchi disk, berupa lempengan yang salah satu permukaannya dibagi menjadi 4 kuadran dan masing-masing dicat berseling dengan warna hitam dan putih lalu diberi pemberat dan digantungkan pada seutas tali. Secchi disk kemudian dimasukkan ke dalam air dan dicatat panjang tali ketika pertama kali secchi disk hilang dari pandangan. Berikutnya secchi disk ditarik kembali ke arah permukaan air dan dicatat
panjang tali ketika secchi disk pertama kali dapat dilihat oleh mata. Penjumlahan kedua ukuran panjang tali tersebut kemudian dibagi dua untuk mendapatkan ukuran yang disebut secchi depth.
g. Warna perairan
Identifikasi warna air dilakukan melalui pengamatan langsung dan dalam penelitian ini warna perairan di habitat labi-labi di Jambi dibagi menjadi 5 kelas yaitu jernih, kehijauan/kebiruan, kekuningan, cokelat dan kehitaman.
h. Jenis substrat dasar perairan
Pengambilan materi yang ada di dasar habitat pada titik kedalaman dimana ada labi-labi yang tertangkap akan dilakukan dengan alat pengeruk rakitan, dan jenis substrat dikelompokkan kedalam 5 kelas yaitu bebatuan, pasir berbatu, pasir, lumpur berpasir dan lumpur. Pengklasifikasian ini dilakukan atas dasar komponen substrat yang dominan.
i. Tipe penutupan lahan
Klasifikasi tipe penutupan lahan diperoleh melalui proses overlaying
titik-titik koordinat setiap lokasi pancing pada peta penggunaan lahan Provinsi Jambi. Berdasarkan peta penggunaan lahan Provinsi Jambi, tipe penutupan lahan dibagi menjadi 5 kelas yaitu : pertanian campuran, perkebunan, pemukiman, semak belukar dan hutan sekunder. Informasi pendukung juga diperoleh dari Balai KSDA Jambi, Forum DAS Provinsi Jambi, Balai Pengelolaan DAS Batanghari Jambi dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi.