• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

F. Pengumpulan Data

11.Pedoman Wawancara dengan Staf Gizi di Dinas Kesehatan dan di Puskesmas Kota Depok

12.Lembar Observasi

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu program yang dicanangkan pemerintah dalam dunia kesehatan di bidang gizi adalah Gizi 1000 Hari”. Program ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya penerapan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Kemenkes, 2012).

Program ini dimulai dengan memperhatikan status gizi pada ibu hamil, karena kehidupan anak dimulai sejak dalam kandungan seorang ibu. Asupan gizi yang tidak kuat pada ibu hamil selain membahayakan kesehatan ibu, juga akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin. Kekurangan gizi dalam waktu yang lama pada ibu hamil akan menyebabkan ibu hamil mengalami kondisi yang dinamakan Kekurangan Energi Kronis (KEK).

Kondisi KEK pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Tidak jarang kondisi KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu (Sirojudin, 2007).

Manifestasi dari masalah KEK pada ibu hamil dapat terjadi karena kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia

kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya seperti memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK menurut hasil penelitian Albugis (2008) yaitu jumlah konsumsi energi dan jarak kehamilan. Angka prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS, Riset Kesehatan Dasar, 2007) di Indonesia sebesar 13,6%. Sedangkan berdasarkan peta kesehatan Indonesia, prevalensi ibu hamil KEK adalah sebesar 16,8%.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, salah satu dampak dari KEK adalah BBLR. Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2010 menunjukkan angka kematian bayi yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama angka kematian bayi karena BBLR. Data BBLR menurut Riskesdas tahun 2010 yaitu sebesar 11,1 %. Persentase tersebut masih belum memenuhi target pemerintah dalam program Indonesia sehat 2010 yaitu hanya sebesar 7%.

Pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 yang berkaitan dengan masalah KEK pada ibu hamil yaitu penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup. Target ini juga sangat terkait dengan status kesehatan dan gizi ibu hamil serta

penurunan angka balita pendek menjadi 32% yang merupakan manifestasi dari ibu hamil KEK (Depkes, 2010).

BBLR adalah salah satu dampak dari ibu hamil yang menderita KEK dan akan mempunyai status gizi yang buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Intellegence Question (IQ)). Menurut WHO dan BPN (2007), setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ 10-15 poin (Albulgis, 2008).

BBLR berpengaruh terhadap pertumbuhan masa balita maupun pertumbuhan selanjutnya pada masa remaja. Remaja dengan berat dan tinggi yang kurang berakibat pada calon ibu dengan tubuh kecil. Remaja dengan keadaan tersebut juga menikah pada usia muda. Dengan keadaan tubuh yang belum siap maupun ibu dengan tubuh kecil akan mempunyai resiko terhadap BBLR. Peningkatan status gizi perlu dilakukan pada setiap titik sehingga mampu memberikan dampak pada periode selanjutnya (Mason, dalam Ichwanuddin 1997).

Penelitian Naeye di Amerika Serikat mengungkapkan status gizi diukur berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil, didapatkan bahwa berat badan lahir mempunyai korelasi positif dengan kenaikan berat badan ibu selama hamil. Makin besar kenaikan berat badan ibu, makin besar berat badan bayi yang

dilahirkan, tetapi korelasi ini tampaknya pada ibu yang berbadan kurus “under

weight”, korelasi menjadi kurang nyata pada ibu yang lebih gemuk (Marsianto, 1997).

Ountsted bersama Scott juga meneliti di Inggris bahwa status gizi di ukur berdasarkan tinggi badan, berat badan, indeks berat badan dan tinggi badan serta penambahan berat badan selama hamil. Didapatkan bahwa ibu-ibu yang pendek dan ringan melahirkan bayi-bayi yang lebih kecil dibandingkan dengan ibu-ibu yang tinggi dan berat ibu-ibu yang tergolong tidak gemuk dengan pertambahan berat badan selama hamil rendah, atau tidak naik atau turun, melahirkan bayi-bayi dengan berat badan lahir paling rendah (Marsianto, 1997).

Perbaikan gizi di semua point dapat menurunkan kejadian BBLR, termasuk peningkatan gizi pada ibu hamil, ibu hamil dengan gizi yang baik, proses persalinan pun akan lancar dan BBLR akan kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, ibu yang sehat akan dapat merawat serta memberikan makan bayinya dengan lebih baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi ibu hamil yaitu dengan memberikan makanan tambahan. Program PMT bagi ibu hamil bertujuan untuk menambah asupan gizi ibu hamil sehingga kebutuhan gizi ibu hamil dapat terpenuhi.

Berdasarkan studi yang dilaporkan di Gambia pada tahun 1983 ibu hamil kurang gizi yang mendapatkan PMT berat lahir bayinya meningkat 224 gram, dan menurunkan prevalensi BBLR dari 19,7-6,4%. Begitu juga dengan studi yang dilakukan di Pakistan pada tahun 1991 ibu hamil dengan status gizi kurang yang mendapatkan PMT mengalami kenaikan berat badan sebanyak 0,44 kg/minggu, dibanding dengan kontrol, hanya sebanyak 0,27 gram per minggu serta berat bayi yang dilahirkan ibu yang mendapatkan PMT yaitu 3566 gram lebih besar dibanding dengan kontrol yaitu hanya sebesar 2506 gram (WHO, 1997).

Berdasarkan studi pendahuluan sebelumnya yang dilakukan peneliti di Kota Depok pada tahun 2012, KEK pada ibu hamil merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian utama di Kota Depok. Prevalensi ibu hamil KEK berjumlah sekitar 15,89% dan masih menjadi masalah untuk Kesehatan Masyarakat yang mempunyai ambang batas diatas 10%. Prevalensi ibu hamil yang masih melebihi ambang batas tersebut menjadi latar belakang dilakukannya program penanganan Ibu Hamil KEK di Kota Depok.

Upaya untuk meningkatkan status gizi ibu selama hamil dalam menangani masalah KEK adalah PMT. Bentuk PMT dapat berupa PMT pabrikan maupun PMT berbasis pangan lokal. Pada tahun 2010 Kementrian Kesehatan RI mendistribusikan program PMT dalam bentuk PMT pabrikan. Program ini diprioritaskan pada ibu hamil KEK dari terutama di wilayah kabupaten/kota yang mengalami rawan gizi (Kemenkes, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab di Dinas Kesehatan Kota Depok, program PMT untuk ibu hamil sudah dilakukan sejak tahun 2009. Dana dari program PMT ini berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Depok. Program PMT dilaksanakan di semua Puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinkes Kota Depok dan dilakukan selama 90 hari secara terus menerus dan tidak terputus dengan prioritas sasaran ibu hamil KEK dengan indikator Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm.

Suatu program dapat dikatakan efektif apabila telah tercapai dan sesuai dengan yang direncanakan. Efektivitas sering disebut sebagai evaluasi dari outcome dalam hubungannya dengan tujuan. Evaluasi program gizi dilakukan untuk menilai

kemajuan program dan hasil yang dicapai dalam upaya peningkatan gizi masyarakat yang dilakukan oleh masing-masing wilayah/daerah (Depkes RI, 2008). Tujuan evaluasi secara umum untuk mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program/program dapat dinilai. Dalam hal ini, dikatakan sebagai efektivitas dan untuk mempelajari guna perbaikan pelaksanaan program/program di masa yang akan datang.

Program PMT untuk ibu hamil di Dinkes Kota Depok belum dapat dilihat efektivitas program PMT apakah sudah sesuai dengan kriteria agar dapat mencegah resiko terjadinya BBLR hal ini diakibatkan belum adanya data berat bayi lahir yang dicantumkan pada laporan program PMT. Pada saat ini Dinkes Kota Depok hanya sebatas melihat proses pendistribusian dari PMT. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan data sekunder yang telah dilaporkan di Dinkes Kota Depok. Dalam hal ini efektivitas program PMT diukur berdasarkan pendekatan sistem berupa input, proses, dan output. Output dari program PMT dilihat berdasarkan pertambahan kenaikan berat badan ibu selama diberikan PMT.

Oleh karena latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok.

B. Rumusan Masalah

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah KEK pada ibu hamil adalah program PMT yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kasus KEK ibu hamil serta tercapainya peningkatan status gizi yang baik pada ibu hamil dan mengurangi

prevalensi BBLR. Program PMT untuk ibu hamil KEK merupakan salah satu program rutin di bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Depok. Program PMT untuk Ibu Hamil KEK ini sudah berjalan sejak tahun 2009. Prevalensi KEK di Kota Depok pada tahun 2010 meningkat menjadi 15,89% dibanding tahun 2009 yaitu sebesar 14,85%. Hingga saat ini, Dinkes belum melakukan evaluasi dampak untuk dapat diketahui apakah program PMT yang dilakukan telah memberikan perubahan pada prevalensi BBLR dan juga bayi kurang gizi.

Untuk memperkirakan apakah bayi mengalami BBLR atau tidak dapat dilihat berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa berat badan bayi lahir mempunyai korelasi positif dengan kenaikan berat badan ibu selama hamil. Data pertambahan berat badan yang digunakan diambil dari laporan monitoring program PMT pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan format laporan yang berbeda pada dua tahun sebelumnya dan format yang cukup lengkap untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang terkait dengan pertambahan berat badan yang berkorelasi positif dengan BBLR.

Oleh karena itu, perlu diketahui apakah program PMT yang dilakukan sudah efektif dilakukan dalam mencegah terjadinya BBLR yang dilihat berdasarkan input, proses maupun output dari program PMT, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok ? 2. Bagaimanakah gambaran input yang dibutuhkan dari program PMT untuk ibu

hamil KEK di Kota Depok?

3. Bagaimanakah gambaran proses yang terjadi dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok?

4. Bagaimanakah gambaran output dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok?

5. Berapakah prosentase efektivitas program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan Energi di Kota Depok.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok.

b. Untuk mengetahui gambaran input yang dibutuhkan dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok.

c. Untuk mengetahui gambaran proses yang yang terjadi program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok.

d. Untuk mengetahui gambaran output dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok.

e. Untuk mengetahui gambaran prosentase efektivitas program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mengatasi masalah KEK dan juga BBLR bagi pihak yang terkait antara lain:

1. Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Kota Depok)

a. Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektivitas program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok.

b. Diharapkan dapat menjadi bahan perencanaan untuk pembinaan kesehatan sebagai upaya untuk mengatasi KEK pada ibu hamil dan BBLR di Kota Depok.

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

a. Sebagai referensi keilmuan mengenai gizi, khususnya gambaran program PMT pada Ibu Hamil KEK.

b. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi referensi tambahan bagi penelitian serupa.

c. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan di bidang gizi. 3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri dalam memahami kaitan serta gambaran

efektivitas program pemberian makanan tambahan pada ibu hamil kekurangan energi kronis dan juga dapat menerapkan dan mengimplementasikan ilmu yang didapat selama kuliah.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data pembanding bagi penelitian pada ibu hamil KEK yang berhubungan dengan status BBLR di masa mendatang sehingga dapat menjadi pusat informasi bagi penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan gizi program studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian memiliki beberapa pertimbangan bahwa belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya di tempat tersebut mengenai program PMT pada ibu hamil KEK dengan status BBLR yang dilihat dari kenaikan BB ibu hamil.

Sasaran penelitian adalah Penanggung Jawab Program PMT Ibu Hamil KEK di dinkes Kota Depok, Petugas Puskesmas yang berperan dalam program PMT ibu Hamil, yaitu Petugas Gizi dan Bidan KIA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peran program PMT untuk ibu hamil KEK terhadap prevalensi status BBLR di Kota Depok yang dilihat berdasarkan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara lebih dalam mengenai efektivitas program pemberian makanan tambahan pada ibu hamil kekurangan energi kronis di kota Depok yang dilihat menggunakan pendekatan sistem komponen input, proses dan

output. Selain itu, dalam pengumpulan dan pengolahan salah satu datanya juga digunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui output dari program PMT tersebut. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari hingga September 2012. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan staf gizi di Dinkes yang bertanggung jawab pada program PMT ibu hamil KEK serta telaah dokumen dan pengumpulan data sekunder. Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah laporan program PMT Ibu hamil KEK di Dinkes Kota Depok dan data sekunder dari kohort Ibu serta lembar status pemeriksaan ibu hamil dari Puskesmas yang ada di Kota Depok.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Program

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Harbani Pasolong

(2007:4), efektivitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan istilah ini

sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses program.

Program pada dasarnya merupakan kumpulan program yang dihimpun dalam satu kelompok yang sama secara sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk mencapai tujuan dan sasaran. Program yang baik akan menuntun pada hasil-hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, penetapan program dilakukan dengan melihat kebijakan yang telah ditetapkan, tujuan dan sasaran serta visi dan misi.

Efektivitas program adalah penyelesaian dalam kaitannya dengan kebutuhan dalam kasus manapun penting untuk membedakan penyelesaian program dari yang dapat dicapai tanpa program.

Efektivitas harus diukur menurut salah satu di antara tiga cara, yaitu :

1. Efektivitas mungkin hanya merupakan perbedaan tingkat pencapaian hasil program yang ada program dengan yang tidak ada program.

2. Dengan membandingkan tambahan yang ingin dicapai dari yang ditargetkan (yang dilayani program dengan pelayanan biasa).

3. Perbandingan tambahan pencapaian hasil dengan tambahan hasil yang diinginkan untuk dicapai (Ningrum, 2006).

Apabila suatu program telah tercapai dan telah sesuai dengan yang direncanakan bisa dikatakan efektif. Efektivitas sering disebut sebagai evaluasi dari outcome dalam hubungannya dengan tujuan dan objektif.

Penilaian efektivitas ditujukan untuk memperbaiki perumusan program atau fungsi dan struktur dinas-dinas dan lembaga-lembaga kesehatan melalui analisis terhadap sampai berapa jauh mereka dapat mencapai tujuan-tujuannya. Kalau mungkin, tujuan yang telah dicapai harus diukur. Kalau tidak mungkin, harus dilakukan analisis kualitatif mengenai relevansi dan kegunaan hasil-hasil tersebut, betapapun subjektif dan impresionistik analisis itu, sampai suatu cara pengukuran yang lebih tepat dapat dibuat. Penilaian efektivitas seharusnya juga harus mencakup penilaian terhadap kepuasan atau kekecewaan yang dinyatakan oleh masyarakat yang bersangkutan mengenai efek dari program, dinas atau lembaga (Ningrum, 2006).

Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun jika usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

Lebih lanjut, Hari Lubis dan Martani Huseini (1987:55), menyebutkan 3 (tiga) pendekatan utama dalam pengukuran efektivitas organisasi atau program, yaitu :

1. Pendekatan sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dimensi input adalah terdiri dari 6 M yaitu: Men, Money, Material, Machine, Methode, Market. Dalam bidang administrasi publik, market disini adalah masyarakat (Azwar, 1996).

2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua program proses internal atau mekanisme organisasi. Dimensi proses adalah berkenaan dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen kesehatan. Fungsi-fungsi manajemen kesehatan menurut Reinke (manajemen operasional kesehatan) dikenal dengan singkatan PIE, yaitu: Perencanaan/Planning, Pelaksanaan/Implementing, dan Evaluasi/Evaluation (Reinke, 1994).

3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana.

Dari ketiga pendekatan tersebut dapat dikemukakan bahwa efektivitas organisasi merupakan suatu konsep yang mampu memberikan gambaran tentang keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya.

B. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Salah satu program perbaikan gizi masyarakat yang dilakukan adalah program penanganan KEK pada ibu hamil yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi pada ibu hamil. Salah satu upaya yang dilakukan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dilakukan dinas kesehatan di tingkat kabupaten / kota untuk penanggulangan ibu hamil KEK adalah PMT pada ibu hamil. Tambahan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama hamil adalah 300 kkal dan 17 g protein setiap harinya (Kemenkes, 2010).

1. Tujuan PMT

Tujuan PMT pada ibu hamil adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama kehamilan sehingga dapat mencegah kekurangan gizi dan akibat yang ditimbulkan.

Strategi pemberian makanan bagi ibu hamil adalah : a. Cukup kandungan gizi

b. Gizi seimbang dan (aneka ragam makanan) c. Porsi kecil namun sering

d. Cukup asupan lemak esensial e. Cukup kandungan serat

f. Pilih makanan sesuai dengan selera dan daya beli g. Cukup cairan

2. Persyaratan PMT a. Dapat diterima

Makanan tambahan untuk ibu hamil sebaiknya dapat diterima dalam hal bentuk, rasa, dan biasa dikonsumsi sehari-hari. Salah satu sifat ibu hamil adalah cepat bosan dengan makanan yang sama bila disajikan berulangkali. Ibu hamil mempunyai kecendrungan mencoba sesuatu yang baru. Oleh karena itu, bentuk dan rasa makanan hendaknya dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan selera ibu hamil, sehingga tidak menimbulkan kebosanan.

b. Mudah dibuat

Makanan tambahan untuk ibu hamil hendaknya mudah dibuat/dikerjakan dengan menggunakan peralatan masak yang tersedia di rumah tangga atau yang tersedia di masyarakat dan pembuatannya tidak memerlukan waktu lama.

c. Memenuhi kebutuhan zat gizi

Makanan tambahan ibu hamil seyogyanya memenuhi kebutuhan zat gizi ibu hamil. Kebutuhan zat gizi ibu hamil lebih besar dibandingkan dengan kelompok sasaran lainnya. Disamping jumlah zat gizi yang cukup, makanan tambahan ibu hamil juga harus memiliki daya cerna yang baik. Daya cerna yang baik dapat dicapai dengan teknik pengolahan makanan yang benar. d. Terjangkau

Hendaknya makanan tambahan untuk ibu hamil dapat diolah dari bahan-bahan yang terjangkau oleh masyarakat berkemampuan ekonomi rendah dengan tetap dapat memenuhi kebutuhan gizi, keamanan pangan, dan

selera. Untuk itu, sebaiknya bahan baku yang digunakan dapat dan mudah dibeli didaerah setempat agar harganya tidak terlalu mahal.

e. Mudah didapat

Bahan makanan yang digunakan sebagai makanan tambahan untuk ibu hamil hendaknya mudah didapat, dengan demikian tentu menu disesuaikan dengan bahan makanan yang tersedia di lokasi ibu hamil berada. Dengan menggunakan bahan baku setempat diharapkan akan mendorong perekonomian di pedesaan melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi pertanian. Bahan baku hasil pertanian setempat lebih murah harganya dan relatif lebih mudah untuk diperoleh sehingga dengan biaya yang terbatas dapat memenuhi kandungan gizi yang dibutuhkan.

f. Aman

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan masih adanya cemaran mikroorganisme pada makanan olahan sehingga terdapat kasus keracunan makanan yang masih tinggi di masyarakat. Oleh karena itu, perlu

Dokumen terkait