• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Program Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Program Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh Rahmi Nurmadinisia

108101000040

Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta , Januari 2013

(3)

ii

Efektifitas Program Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok

xviii + 108 halaman, 9 tabel, 2 bagan, 13 lampiran.

ABSTRAK

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil adalah program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Program tersebut bertujuan untuk menanggulangi masalah KEK ibu hamil serta tercapainya peningkatan status gizi yang baik pada ibu hamil dan mengurangi prevalensi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Program PMT untuk ibu hamil KEK merupakan salah satu program rutin di bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Depok. Program PMT untuk Ibu Hamil KEK ini sudah berjalan sejak tahun 2009. Namun, hingga saat ini belum diketahui seberapa besar dampak yang dihasilkan dari program PMT terhadap ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah program PMT yang dilakukan sudah efektif dilakukan dalam mencegah terjadinya BBLR yang dilihat berdasarkan input, proses maupun output dari program PMT.

(4)

iii

Hasil penelitian menunjukkan dari segi input, semua komponen yang dibutuhkan untuk program ini sudah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Komponen yang berpengaruh terhadap efektifitas program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok adalah data, sumber daya dan sasaran. Sedangkan dari segi proses, seluruh komponen baik dari pelaksanaan maupun pengawasan telah sesuai dengan apa yang direncanakan. Namun, konsep perencanaan masih belum memasukkan komponen-komponen penting untuk dapat melihat keefektifan program secara spesifik. Prosentase efektifitas program PMT ibu hamil KEK penambahan berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan adalah sebesar 65 % hamil KEK yang mendapatkan PMT berat badannya bertambah sesuai dengan usia kehamilan bayi yang dikandungnya, 32% pertambahan berat badan kurang dari usia kehamilan.

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan bagi Dinas Kesehatan Kota Depok mencantumkan penambahan karakteristik ibu yang dicantumkan dalam laporan program PMT ibu hamil KEK yang terkait dengan penambahan berat badan ibu hamil maupun berat bayi ketika lahir selain itu juga diperlukan pengawasan dan penilaian output secara rutin setiap program PMT telah selesai dilaksanakan. Untuk puskesmas yang ada di Kota Depok format laporan yang digunakan sebaiknya selalu mengacu pada format yang telah ditetapkan. Serta untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar penelitian lebih lanjut dapat melihat kaitan antara program PMT dengan berat bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT tersebut dan juga penelitian sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan sehingga dapat tergambar secara lebih aktual program PMT ibu hamil KEK yang terjadi di lapangan.

(5)

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

SPECIALISATION NUTRITION SOCIETY Thesis, January 2013

Rahmi Nurmadinisia, NIM: 108101000040

Effectiveness of Supplementary Feeding Programme In Chronic Energy Deficiency Pregnant in Depok

xix, 108 pages, 9 tables, 2 scetch, 13 appendices

ABSTRACT

One effort to exceed the problem of chronic energy deficiency (CED) in pregnant women is a supplementary feeding activities. These activities aim to address the problem of cronically malnourished and to achieve of improvements in maternal nutritional status in both pregnant women and reduce the prevalence of low birth weight (LBW). Supplementary feeding activities for pregnant women CED is one routine Programme in the Chapter of Community Health Services Family Health and Nutrition Section located in Depok City Health Department. Supplementary feeding programme for pregnant CED has been running since 2009. However, until now unknown how much impact resulting from the activities of supplementary feeding to pregnant women who suffer from malnutrition. So we need to investigate whether the activities undertaken supplementary feeding has been effectively done in preventing LBW are seen by the input, process and output of supplementary feeding Programme.

This research is a qualitative study are enriched with quantitative research. For qualitative research instrument used was a tape recorder, interview and observation sheet. As for the quantitative research instruments used in the form of monitoring reports supplementary feeding for pregnancy and maternity cohort data. Key informants in this study is the staff nutritionist in charge of activities PMT in Depok and Pregnant cronically malnourished derived from programme monitoring reports. While supporters of informants in this study is nutrition staff who work in the area of Depok City Health Center.

(6)

v

maternal in Depok is data, resources and goals. In terms of supplementary feeding Programme for cronically malnourished process, all components of both the implementation and supervision in accordance with what is planned. However, the concept is still planning to enter the critical components to be able to see the effectiveness of specific activities. Percentage effectiveness of Programme for pregnant CED to weight gain according to the gestational age is 65% women who get supplementary feeding for cronically malnourished maternal gaining weight according to gestational age fetuses, 32% less than the weight gain of pregnancy.

Based on these results it is advisable for Depok City Health Department include the addition of maternal characteristics listed in the report of activities supplementary feeding for pregnant croncally malnourished associated with maternal weight gain and birth weight of the baby when it is also necessary monitoring and regular assessment of the output of each programme supplementary feeding has completed. For health centers in the city of Depok report format used should always refer to the pre-defined format. And to further research it is expected that further research could look at the link between the activities of programme for weight infants born to pregnant women who get that supplementary feeding and also research should be conducted in conjunction with the implementation so that it can be better reflected actual events supplementary feeding for pregnant cronically malnourished happened field.

(7)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul

EFEKTIFITAS PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS DI KOTA DEPOK Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Program

Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(8)

vii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(9)

viii DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap : Rahmi Nurmadinisia

Tempat Tanggal Lahir : Depok, 06 April 1989

Alamat :Jl. H. Usman, Rt. 05/003 No. 66. Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok 16431

Telepon : 0857-15709760

0821-10098848

Email : rahminurmadinisia@gmail.com

mimie_file@yahoo.co.id

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Status pernikahan : Belum menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Riwayat Pendidikan :

a. 1995 – 2001 : SDN Depok IV b. 2001 – 2004 : SMPN 2 Depok

c. 2004 – 2008 : SMAKBo ( Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor )

(10)

ix Pengalaman Organisasi :

a. Intra :

- Dokter Kecil SDN Depok IV Depok - Pengurus PMR SMPN 2 Depok

- Koordinator Acara dalam Seminar Profesi Gizi Kesehatan Masyarakat b. Ekstra :

- Pengurus MZS Nur Assyabaab Kampung Sawah Depok

Pengalaman Bekerja:

a. Praktek Kerja Lapangan di Perusahaan Kalbe Farma, Tbk. Cikarang

b. Guru privat dan Pengajar di Bimbingan Belajar GAMA 88 Nusantara Depok c. Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) menentukan masalah dan akar

masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung, Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2010.

d. Pengalaman Belajar Lapangan II (PBL II) menentukan solusi masalah yaitu berupa “Kehamilan Sehat untuk Generasi Masa Depan” di Kelurahan Pondok Jagung, Kecamatan Pondok Jagung, Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2011.

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Saya yang Bersangkutan

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis, berupa nikmat kesehatan dan kemudahan dalam menjalankan segala urusan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat beserta salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam, keluarga, sahabat dan pengikut mereka

dalam kebajikan hingga akhir zaman.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta, Bapak Riswandi dan Mama Nurlis. Orang tua penulis atas cinta kasih yang tidak terhingga yang telah mendidik dan membesarkan penulis hingga saat ini serta Kakakku Rahmadia Mirza dan Adikku tersayang Riyandi Rahmat Kurnia yang senantiasa membantu dan memberikan semangat dalam pelaksanaan magang ini.

2. Prof.Dr.dr.H.M.K.Tadjudin,Sp.And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(12)

xi

4. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM. MMA. selaku pembimbing pertama skripsi yang telah memberikan tuntunan dan bimbingan ilmu pengetahuan dengan penuh kesabaran selama pembuatan laporan hasil penelitian ini.

5. Ibu Ir. Febrianti M.Si selaku pembimbing kedua skripsi sekaligus dosen penanggung jawab peminatan gizi yang telah memberikan tuntunan dan bimbingan ilmu pengetahuan dengan penuh kesabaran selama pembuatan laporan hasil penelitian ini.

6. dr. Hj. Dewi Damayanti, selaku pembimbing lapangan dan juga Kepala Bidang Yankesmas di Dinkes Kota Depok, atas arahan dan bimbingannya selama penulis melakukan penelitian di lapangan.

7. Ibu Aisyah sebagai staf gizi penanggung jawab program PMT ibu hamil KEK di Dinkes Kota Depok.

8. Seluruh staf gizi yang ada di Puskesmas Kota Depok yang telah bekerjasama dengan baik dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini, khususnya Ibu Zahro dan Ibu Lastri.

9. Niswah Afifah, selaku teman terbaik seperjuangan kuliah, terima kasih karena dengan penuh kesabaran mendengar dan memahami semua keluh-kesah yang dialami selama masa perkuliahan.

(13)

xii

11.Sahabat Civitas Kesehatan Masyarakat 2008 baik Gizi maupun K3, khususnya Aresh, Dhea, Rini, Farha, Titi, Via, Nadya, Astri dan Linda semoga keberkahan selalu menyertai langkah kita.

12.Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitian ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan hasil laporan penelitian ini. Semoga laporan ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Fastabikhul khairat.

Jakarta, November 2012

(14)
(15)

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Efektifitas Program ... 12

B. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ... 15

1. Tujuan Pemberian Makanan Tambahan... 15

2. Persyaratan Pemberian Makanan Tambahan ... 16

3. Pengelolaan PMT Ibu Hamil ... 18

C. KEK (Kekurangan Energi Kronis) ... 22

1. Pengertian KEK ... 22

2. Indikator KEK ... 22

3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan KEK Ibu Hamil ... 23

4. Pengumpulan Data Bumil KEK ... 24

5. Pencatatan, Pengolahan dan Pelaporan Data Bumil KEK ... 24

6. Analisis dan Penyajian Data Bumil KEK ... 25

7. Penentuan Status Prevalensi Bumil KEK ... 26

8. Tindak Lanjut ... 27

9. Dampak KEK ... 27

10. Pencegahan dan Penanganan Bumil KEK 27 D. BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) ... 28

E. Kaitan antara Ibu hamil yang mengalami KEK dengan BBLR ... 29

F. Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan ... 30

G. Kerangka Teori ... 33

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ... 34

A. Kerangka Pikir... 34

B. Definisi Istilah ... 39

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... 41

A. Desain Penelitian ... 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

(16)

xv

2. Waktu Peneltian ... 42

C. Informan Penelitian (Pendekatan Kualitatif) ... 48

1. Informan Utama ... 42

2. Informan Pendukung ... 42

D. Populasi dan Sampel Penelitian (Pendekatan Kuantitatif) ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 44

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian... 52

1. Batas-Batas Wilayah ... 52

2. Demografi Dinkes Kota Depok ... 53

B. Gambaran Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok ... 57

(17)

xvi

c. Pengawasan dan Penilaian Program PMT... 77

3. Output ... 80

C. Gambaran Prosentase Efektifitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok... 82

BAB VI PEMBAHASAN ... 83

A.Gambaran Input Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok ... 83

1. Data ... 83

2. Sumber Daya ... 85

3. Sasaran ... 85

B. Gambaran Proses Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok ... 87

1. Perencanaan Program ... 88

2. Pelaksanaan Program ... 90

3. Pengawasan dan Penilaian Program... 91

C. Gambaran Efektifitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok ... 93

D. Gambaran Alur Pendekatan Sistem agar Program PMT Dapat Efektif ... 97

E. Keterbatasan Penelitian ... 99

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

A.Kesimpulan... 101

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1

3.1

Pengumpulan Data KEK pada Ibu Hamil tiap Tingkatan Administrasi

Definisi Istilah

24

39 5.1 Persebaran Tenaga Kesehatan menurut Unit Kerja di Kota Depok 55

5.2 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan 56

5.3 Spesifikasi Produk Susu Untuk Ibu Hamil 64

5.4 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia di Kota Depok

68

5.5 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan paritas di Kota Depok

Contoh Format Laporan Monitoring Program PMT pada Ibu Hamil KEK di Kota Depok

69

81

(19)

xviii

DAFTAR BAGAN

Nomor Halaman

2.1 Kerangka Teori 33

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat izin Dinas Kesehatan Kota Depok

2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Depok 3. Puskesmas di Kota Depok Tahun 2011

4. Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 5. Contoh Laporan PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Puskesmas

6. Monitoring PMT untuk Ibu Hamil KEK Gakin Kota Depok 7. Daftar Distribusi PMT Ibu Hamil Kota Depok Tahun 2011

8. Dokumen KAK Pengadaan PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Kota Depok 9. Foto Produk PMT Pabrikan

10.Hasil Analisis Deskriptif Pengumpulan Data Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok Menggunakan Program SPSS

11.Pedoman Wawancara dengan Staf Gizi di Dinas Kesehatan dan di Puskesmas Kota Depok

12.Lembar Observasi

(21)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu program yang dicanangkan pemerintah dalam dunia kesehatan di bidang gizi adalah Gizi 1000 Hari”. Program ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya penerapan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Kemenkes, 2012).

Program ini dimulai dengan memperhatikan status gizi pada ibu hamil, karena kehidupan anak dimulai sejak dalam kandungan seorang ibu. Asupan gizi yang tidak kuat pada ibu hamil selain membahayakan kesehatan ibu, juga akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin. Kekurangan gizi dalam waktu yang lama pada ibu hamil akan menyebabkan ibu hamil mengalami kondisi yang dinamakan Kekurangan Energi Kronis (KEK).

Kondisi KEK pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Tidak jarang kondisi KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu (Sirojudin, 2007).

(22)

kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya seperti memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK menurut hasil penelitian Albugis (2008) yaitu jumlah konsumsi energi dan jarak kehamilan. Angka prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS, Riset Kesehatan Dasar, 2007) di Indonesia sebesar 13,6%. Sedangkan berdasarkan peta kesehatan Indonesia, prevalensi ibu hamil KEK adalah sebesar 16,8%.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, salah satu dampak dari KEK adalah BBLR. Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2010 menunjukkan angka kematian bayi yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama angka kematian bayi karena BBLR. Data BBLR menurut Riskesdas tahun 2010 yaitu sebesar 11,1 %. Persentase tersebut masih belum memenuhi target pemerintah dalam program Indonesia sehat 2010 yaitu hanya sebesar 7%.

(23)

penurunan angka balita pendek menjadi 32% yang merupakan manifestasi dari ibu hamil KEK (Depkes, 2010).

BBLR adalah salah satu dampak dari ibu hamil yang menderita KEK dan akan mempunyai status gizi yang buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Intellegence Question (IQ)). Menurut WHO dan BPN (2007), setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ 10-15 poin (Albulgis, 2008).

BBLR berpengaruh terhadap pertumbuhan masa balita maupun pertumbuhan selanjutnya pada masa remaja. Remaja dengan berat dan tinggi yang kurang berakibat pada calon ibu dengan tubuh kecil. Remaja dengan keadaan tersebut juga menikah pada usia muda. Dengan keadaan tubuh yang belum siap maupun ibu dengan tubuh kecil akan mempunyai resiko terhadap BBLR. Peningkatan status gizi perlu dilakukan pada setiap titik sehingga mampu memberikan dampak pada periode selanjutnya (Mason, dalam Ichwanuddin 1997).

Penelitian Naeye di Amerika Serikat mengungkapkan status gizi diukur berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil, didapatkan bahwa berat badan lahir mempunyai korelasi positif dengan kenaikan berat badan ibu selama hamil. Makin besar kenaikan berat badan ibu, makin besar berat badan bayi yang

dilahirkan, tetapi korelasi ini tampaknya pada ibu yang berbadan kurus “under

(24)

Ountsted bersama Scott juga meneliti di Inggris bahwa status gizi di ukur berdasarkan tinggi badan, berat badan, indeks berat badan dan tinggi badan serta penambahan berat badan selama hamil. Didapatkan bahwa ibu-ibu yang pendek dan ringan melahirkan bayi-bayi yang lebih kecil dibandingkan dengan ibu-ibu yang tinggi dan berat ibu-ibu yang tergolong tidak gemuk dengan pertambahan berat badan selama hamil rendah, atau tidak naik atau turun, melahirkan bayi-bayi dengan berat badan lahir paling rendah (Marsianto, 1997).

Perbaikan gizi di semua point dapat menurunkan kejadian BBLR, termasuk peningkatan gizi pada ibu hamil, ibu hamil dengan gizi yang baik, proses persalinan pun akan lancar dan BBLR akan kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, ibu yang sehat akan dapat merawat serta memberikan makan bayinya dengan lebih baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi ibu hamil yaitu dengan memberikan makanan tambahan. Program PMT bagi ibu hamil bertujuan untuk menambah asupan gizi ibu hamil sehingga kebutuhan gizi ibu hamil dapat terpenuhi.

(25)

Berdasarkan studi pendahuluan sebelumnya yang dilakukan peneliti di Kota Depok pada tahun 2012, KEK pada ibu hamil merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian utama di Kota Depok. Prevalensi ibu hamil KEK berjumlah sekitar 15,89% dan masih menjadi masalah untuk Kesehatan Masyarakat yang mempunyai ambang batas diatas 10%. Prevalensi ibu hamil yang masih melebihi ambang batas tersebut menjadi latar belakang dilakukannya program penanganan Ibu Hamil KEK di Kota Depok.

Upaya untuk meningkatkan status gizi ibu selama hamil dalam menangani masalah KEK adalah PMT. Bentuk PMT dapat berupa PMT pabrikan maupun PMT berbasis pangan lokal. Pada tahun 2010 Kementrian Kesehatan RI mendistribusikan program PMT dalam bentuk PMT pabrikan. Program ini diprioritaskan pada ibu hamil KEK dari terutama di wilayah kabupaten/kota yang mengalami rawan gizi (Kemenkes, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab di Dinas Kesehatan Kota Depok, program PMT untuk ibu hamil sudah dilakukan sejak tahun 2009. Dana dari program PMT ini berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Depok. Program PMT dilaksanakan di semua Puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinkes Kota Depok dan dilakukan selama 90 hari secara terus menerus dan tidak terputus dengan prioritas sasaran ibu hamil KEK dengan indikator Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm.

(26)

kemajuan program dan hasil yang dicapai dalam upaya peningkatan gizi masyarakat yang dilakukan oleh masing-masing wilayah/daerah (Depkes RI, 2008). Tujuan evaluasi secara umum untuk mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program/program dapat dinilai. Dalam hal ini, dikatakan sebagai efektivitas dan untuk mempelajari guna perbaikan pelaksanaan program/program di masa yang akan datang.

Program PMT untuk ibu hamil di Dinkes Kota Depok belum dapat dilihat efektivitas program PMT apakah sudah sesuai dengan kriteria agar dapat mencegah resiko terjadinya BBLR hal ini diakibatkan belum adanya data berat bayi lahir yang dicantumkan pada laporan program PMT. Pada saat ini Dinkes Kota Depok hanya sebatas melihat proses pendistribusian dari PMT. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan data sekunder yang telah dilaporkan di Dinkes Kota Depok. Dalam hal ini efektivitas program PMT diukur berdasarkan pendekatan sistem berupa input, proses, dan output. Output dari program PMT dilihat berdasarkan pertambahan kenaikan berat badan ibu selama diberikan PMT.

Oleh karena latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok.

B. Rumusan Masalah

(27)

prevalensi BBLR. Program PMT untuk ibu hamil KEK merupakan salah satu program rutin di bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Depok. Program PMT untuk Ibu Hamil KEK ini sudah berjalan sejak tahun 2009. Prevalensi KEK di Kota Depok pada tahun 2010 meningkat menjadi 15,89% dibanding tahun 2009 yaitu sebesar 14,85%. Hingga saat ini, Dinkes belum melakukan evaluasi dampak untuk dapat diketahui apakah program PMT yang dilakukan telah memberikan perubahan pada prevalensi BBLR dan juga bayi kurang gizi.

Untuk memperkirakan apakah bayi mengalami BBLR atau tidak dapat dilihat berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa berat badan bayi lahir mempunyai korelasi positif dengan kenaikan berat badan ibu selama hamil. Data pertambahan berat badan yang digunakan diambil dari laporan monitoring program PMT pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan format laporan yang berbeda pada dua tahun sebelumnya dan format yang cukup lengkap untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang terkait dengan pertambahan berat badan yang berkorelasi positif dengan BBLR.

Oleh karena itu, perlu diketahui apakah program PMT yang dilakukan sudah efektif dilakukan dalam mencegah terjadinya BBLR yang dilihat berdasarkan input, proses maupun output dari program PMT, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu

(28)

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok ? 2. Bagaimanakah gambaran input yang dibutuhkan dari program PMT untuk ibu

hamil KEK di Kota Depok?

3. Bagaimanakah gambaran proses yang terjadi dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok?

4. Bagaimanakah gambaran output dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok?

5. Berapakah prosentase efektivitas program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan Energi di Kota Depok.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok.

b. Untuk mengetahui gambaran input yang dibutuhkan dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok.

(29)

d. Untuk mengetahui gambaran output dari program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok.

e. Untuk mengetahui gambaran prosentase efektivitas program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mengatasi masalah KEK dan juga BBLR bagi pihak yang terkait antara lain:

1. Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Kota Depok)

a. Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektivitas program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok.

b. Diharapkan dapat menjadi bahan perencanaan untuk pembinaan kesehatan sebagai upaya untuk mengatasi KEK pada ibu hamil dan BBLR di Kota Depok.

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

a. Sebagai referensi keilmuan mengenai gizi, khususnya gambaran program PMT pada Ibu Hamil KEK.

b. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi referensi tambahan bagi penelitian serupa.

c. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan di bidang gizi. 3. Bagi Peneliti

(30)

efektivitas program pemberian makanan tambahan pada ibu hamil kekurangan energi kronis dan juga dapat menerapkan dan mengimplementasikan ilmu yang didapat selama kuliah.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data pembanding bagi penelitian pada ibu hamil KEK yang berhubungan dengan status BBLR di masa mendatang sehingga dapat menjadi pusat informasi bagi penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan gizi program studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian memiliki beberapa pertimbangan bahwa belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya di tempat tersebut mengenai program PMT pada ibu hamil KEK dengan status BBLR yang dilihat dari kenaikan BB ibu hamil.

(31)
(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Program

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Harbani Pasolong

(2007:4), efektivitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan istilah ini

sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses program.

Program pada dasarnya merupakan kumpulan program yang dihimpun dalam satu kelompok yang sama secara sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk mencapai tujuan dan sasaran. Program yang baik akan menuntun pada hasil-hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, penetapan program dilakukan dengan melihat kebijakan yang telah ditetapkan, tujuan dan sasaran serta visi dan misi.

Efektivitas program adalah penyelesaian dalam kaitannya dengan kebutuhan dalam kasus manapun penting untuk membedakan penyelesaian program dari yang dapat dicapai tanpa program.

Efektivitas harus diukur menurut salah satu di antara tiga cara, yaitu :

(33)

2. Dengan membandingkan tambahan yang ingin dicapai dari yang ditargetkan (yang dilayani program dengan pelayanan biasa).

3. Perbandingan tambahan pencapaian hasil dengan tambahan hasil yang diinginkan untuk dicapai (Ningrum, 2006).

Apabila suatu program telah tercapai dan telah sesuai dengan yang direncanakan bisa dikatakan efektif. Efektivitas sering disebut sebagai evaluasi dari outcome dalam hubungannya dengan tujuan dan objektif.

Penilaian efektivitas ditujukan untuk memperbaiki perumusan program atau fungsi dan struktur dinas-dinas dan lembaga-lembaga kesehatan melalui analisis terhadap sampai berapa jauh mereka dapat mencapai tujuan-tujuannya. Kalau mungkin, tujuan yang telah dicapai harus diukur. Kalau tidak mungkin, harus dilakukan analisis kualitatif mengenai relevansi dan kegunaan hasil-hasil tersebut, betapapun subjektif dan impresionistik analisis itu, sampai suatu cara pengukuran yang lebih tepat dapat dibuat. Penilaian efektivitas seharusnya juga harus mencakup penilaian terhadap kepuasan atau kekecewaan yang dinyatakan oleh masyarakat yang bersangkutan mengenai efek dari program, dinas atau lembaga (Ningrum, 2006).

(34)

Lebih lanjut, Hari Lubis dan Martani Huseini (1987:55), menyebutkan 3 (tiga) pendekatan utama dalam pengukuran efektivitas organisasi atau program, yaitu :

1. Pendekatan sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dimensi input adalah terdiri dari 6 M yaitu: Men, Money, Material, Machine, Methode, Market. Dalam bidang administrasi publik, market disini adalah masyarakat (Azwar, 1996).

2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua program proses internal atau mekanisme organisasi. Dimensi proses adalah berkenaan dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen kesehatan. Fungsi-fungsi manajemen kesehatan menurut Reinke (manajemen operasional kesehatan) dikenal dengan singkatan PIE, yaitu: Perencanaan/Planning, Pelaksanaan/Implementing, dan Evaluasi/Evaluation (Reinke, 1994).

3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana.

(35)

B. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Salah satu program perbaikan gizi masyarakat yang dilakukan adalah program penanganan KEK pada ibu hamil yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi pada ibu hamil. Salah satu upaya yang dilakukan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dilakukan dinas kesehatan di tingkat kabupaten / kota untuk penanggulangan ibu hamil KEK adalah PMT pada ibu hamil. Tambahan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama hamil adalah 300 kkal dan 17 g protein setiap harinya (Kemenkes, 2010).

1. Tujuan PMT

Tujuan PMT pada ibu hamil adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama kehamilan sehingga dapat mencegah kekurangan gizi dan akibat yang ditimbulkan.

Strategi pemberian makanan bagi ibu hamil adalah : a. Cukup kandungan gizi

b. Gizi seimbang dan (aneka ragam makanan) c. Porsi kecil namun sering

d. Cukup asupan lemak esensial e. Cukup kandungan serat

f. Pilih makanan sesuai dengan selera dan daya beli g. Cukup cairan

(36)

2. Persyaratan PMT a. Dapat diterima

Makanan tambahan untuk ibu hamil sebaiknya dapat diterima dalam hal bentuk, rasa, dan biasa dikonsumsi sehari-hari. Salah satu sifat ibu hamil adalah cepat bosan dengan makanan yang sama bila disajikan berulangkali. Ibu hamil mempunyai kecendrungan mencoba sesuatu yang baru. Oleh karena itu, bentuk dan rasa makanan hendaknya dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan selera ibu hamil, sehingga tidak menimbulkan kebosanan.

b. Mudah dibuat

Makanan tambahan untuk ibu hamil hendaknya mudah dibuat/dikerjakan dengan menggunakan peralatan masak yang tersedia di rumah tangga atau yang tersedia di masyarakat dan pembuatannya tidak memerlukan waktu lama.

c. Memenuhi kebutuhan zat gizi

Makanan tambahan ibu hamil seyogyanya memenuhi kebutuhan zat gizi ibu hamil. Kebutuhan zat gizi ibu hamil lebih besar dibandingkan dengan kelompok sasaran lainnya. Disamping jumlah zat gizi yang cukup, makanan tambahan ibu hamil juga harus memiliki daya cerna yang baik. Daya cerna yang baik dapat dicapai dengan teknik pengolahan makanan yang benar. d. Terjangkau

(37)

selera. Untuk itu, sebaiknya bahan baku yang digunakan dapat dan mudah dibeli didaerah setempat agar harganya tidak terlalu mahal.

e. Mudah didapat

Bahan makanan yang digunakan sebagai makanan tambahan untuk ibu hamil hendaknya mudah didapat, dengan demikian tentu menu disesuaikan dengan bahan makanan yang tersedia di lokasi ibu hamil berada. Dengan menggunakan bahan baku setempat diharapkan akan mendorong perekonomian di pedesaan melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi pertanian. Bahan baku hasil pertanian setempat lebih murah harganya dan relatif lebih mudah untuk diperoleh sehingga dengan biaya yang terbatas dapat memenuhi kandungan gizi yang dibutuhkan.

f. Aman

(38)

3. Pengelolaan PMT Ibu Hamil

Pengadaan makanan tambahan ibu hamil dilakukan oleh pusat atau provinsi/kabupaten/kota atau sumber dana lain yang memungkinkan. Pengelolaan PMT ibu hamil meliputi persiapan, pelaksanaan, mekanisme distribusi, spesifikasi, cara pemberian, cara pengangkutan dan cara penyimpanan.

Langkah pelaksanaan yang dilakukan di Dinkes kabupaten/kota adalah: 1. Persiapan

a. Menyiapkan gudang penyimpanan makanan tambahan.

b. Menyiapkan data ibu hamil (Gakin dan non Gakin) berdasarkan data dari Puskesmas kecamatan.

2. Pelaksanaan

a. Mensosialisasikan dan memantau program PMT ibu hamil kepada lintas program dan sektor.

b. Menerima dan menyimpan makanan tambahan ibu hamil.

c. Mendistribusikan makanan tambahan ibu hamil Gakin ke Puskesmas. 3. Mekanisme Distribusi

a. Produsen mengirimkan makanan tambahan ke gudang yang telah disiapkan oleh Dinkes kabupaten/kota. Frekuensi pengiriman dilakukan sesuai jadwal yang disepakati antara Dinkes provinsi, Dinkes kabupaten/kota dan produsen dengan memperhatikan berbagai hal antara lain: kondisi lapangan, transportasi dan jarak antara provinsi dan kabupaten/kota.

(39)

penanggung jawab gudang sesuai dengan rencana distribusi yang telah dibuat Puskesmas.

c. Dinkes kabupaten/kota berkoordinasi dengan tim koordinasi kabupaten/kota untuk menentukan rencana distribusi ke masing-masing Puskesmas berdasarkan usulan yang disampaikan oleh Puskesmas Dinkes kabupaten/kota melalui gudang kabupaten/kota harus segera mendistribusikan makanan tambahan tersebut ke Puskesmas dengan segera sesuai kebutuhan masing-masing.

d. Petugas gudang melakukan pencatatan dan pelaporan administrasi gudang dengan membuat Surat Bukti Barang Masuk (SBBM), Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), Kartu Persediaan Barang (KPB), dan Buku Agenda Ekspedisi (BAE).

e. Puskesmas menyiapkan tempat penyimpanan sesuai petunjuk yang terdapat pada kemasan kardus.

f. Makanan tambahan dikirim oleh Puskesmas ke Poskesdes atau Pustu sesuai dengan kebutuhan yang diajukan oleh bidan desa/kelurahan atau petugas kesehatan yang ditunjuk.

g. Di Puskesmas/Poskesdes/Pustu, bidan atau petugas yang ditunjuk bersama kader memberikan biskuit lapis kepada sasaran berdasarkan rujukan dari Posyandu dengan kriteria :

(40)

2) Apabila persediaan makanan tambahan tidak mencukupi, sasaran PMT diprioritaskan pada Ibu hamil KEK dari keluarga miskin dan ibu hamil KEK.

h. Biaya distribusi makanan tambahan dari Puskesmas sampai dengan sasaran akan dibebankan antara lain pada dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan dana operasional Puskesmas dan dana Bansos.

4. Cara Pengangkutan

a. Mengangkut makanan tambahan tidak bersamaan dengan barang-barang non pangan yang berbau tajam dan bahan berbahaya (pestisida, bahan kimia, minyak tanah dan bahan jenis lainnya).

b. Makanan tambahan harus terhindar dari kerusakan dan kotoran yang menyebabkan kontaminasi.

5. Cara Penyimpanan

a. Gudang penyimpanan harus selalu higienis, tidak berdebu, dan bebas dari tikus, kecoa dan binatang pengerat lainnya.

b. Ruang gudang tidak bocor dan lembab, ruangan mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang baik.

c. Bangunan dan pekarangan sekitar gudang harus selalu bersih, bebas kotoran dan sampah.

d. Pintu gudang dapat dibuka dan ditutup dengan rapat pada saat keluar masuk makanan tambahan.

(41)

f. Penyusunan/peletakan/penumpukan makanan tambahan sedemikian rupa sehingga barang tetap dalam kondisi baik. Susunan maksimum tumpukan adalah 12 karton.

g. Menyusun karton makanan tambahan dalam gudang harus menggunakan alas/rak/palet dan dilarang menginjak tumpukan karton lainnya.

h. Makanan tambahan yang masuk ke gudang yang lebih awal dikeluarkan terlebih dahulu (First In First Out = FIFO).

i. Penyimpanan makanan tambahan tidak dicampurkan dengan bahan lain dan bahan bukan pangan.

j. Makanan tambahan yang rusak selama penyimpanan di gudang, diambil, dipisahkan dari makanan tambahan yang masih baik.

k. Makanan tambahan yang telah dinyatakan rusak perlu dibuatkan berita acara penghapusan oleh tim yang ditunjuk oleh kepala Dinkes kabupaten/kota setempat.

l. Makanan tambahan dinyatakan rusak apabila kemasan berlubang, robek, pecah, kempes dan teksturnya berubah.

m.Pada waktu melakukan bongkar muat makanan tambahan dilarang menggunakan ganco atau dibanting.

6. Pemantauan dan evaluasi meliputi aspek-aspek: a. Pendistribusian makanan tambahan.

b. Penyimpanan makanan tambahan.

(42)

e. Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan Dinkes kabupaten/kota: 1) Memantau penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pemberian

makanan tambahan kepada ibu hamil dengan menggunakan formulir 7. 2) Merekapitulasi laporan pendistribusian makanan tambahan dengan

menggunakan formulir 5 yang dibuat rangkap 3 (masing-masing 1 lembar untuk arsip, provinsi, dan pusat). Masalah yang ditemui dan alternatif pemecahan dicatat dalam formulir 8.

3) Mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Sub. Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

C. Kekurangan Energi Kronis (KEK)

1. Pengertian

Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan.

2. Indikator

(43)

Jumlah bumil KEK di hitung setiap bulan untuk intervensi, sedangkan prevelensi dihitung setiap tahun.

Cara menghitung :

Bumil KEK dianggap sebagai masalah kesehatan bila prevelensi ≥ 10% (Depkes, 2008).

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK pada Ibu hamil

Secara umum, kurang gizi pada ibu dikaitkan dengan kemiskinan, ketidakadilan gender, serta hambatan terhadap akses berbagai kesempatan pendidikan. KEK juga dikaitkan dengan kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan yang adekuat, tingginya fertilitas dan beban kerja yang tinggi.

Secara spesifik, penyebab KEK adalah akibat ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. Yang sering terjadi adalah adanya ketidaktersediaan pangan secara musiman atau secara kronis di tingkat rumah tangga, distribusi didalam rumah tangga yang tidak proporsional dan beratnya beban kerja ibu hamil.

Beberapa hal yang berkaitan dengan status gizi seorang ibu : a. Kehamilan yang terlalu muda (dibawah 20 tahun).

b. Kehamilan yang terlalu tua (dibatas 35 tahun).

(44)

d. Kehamilan yang terlalu jauh jarak dengan jarak kehamilan sebelumnya (lebih dari 5 tahun), kehamilan yang terlalu jarang.

4. Pengumpulan Data Bumil KEK

Pengumpulan data bumil KEK pada tiap tingkatan administrasi, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Pengumpulan Data KEK

pada Ibu Hamil ditiap Tingkatan Administrasi

Indikator Tingkat Sumber Data Lokasi Pengumpul

Data

Sumber : Depkes RI, Dirjen Bina Kesmas, Dit. Bina Gizi Masyarakat. Pedoman PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) – Gizi. 2008.

5. Pencatatan, Pengolahan, dan PelaporanData Bumil KEK Pencatatan dilakukan setiap bulan sebagai berikut:

a. Data bumil KEK di desa dan Puskesmas dicatat setiap bulan oleh bidan di desa atau bidan di puskesmas pada kohort ibu dan buku KIA.

(45)

c. Bidan desa dan di puskesmas menjumlah kasus bumil KEK setiap bulan pada formulir FIII-Gizi/LB3 Gizi/LB-3 KIA.

d. Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan bidan Puskesmas membuat distribusi kasus bumil KEK berdasarkan wilayah kerja untuk mengetahui sebaran kasus. e. Menghitung prevelensi bumil KEK berdasarkan wilayah kerja.

f. TPG Puskesmas dan bidan petugas KIA membuat grafik PWS GIZI bumil KEK, melakukan interpretasi data kemudian ditetapkan prioritas wilayah binaan.

g. Data direkap setiap bulan oleh TPG Puskesmas dan bidan petugas KIA untuk dilaporkan ke tingkat kabupaten dengan menggunakan formulir PWS, Selanjutnya kabupaten/kota merekap kemudian membuat grafik PWS-Gizi Bumil KEK dan mengintrepetasikannya serta memberikan umpan balik ke puskesmas untuk setiap laporan yang disampaikan.

h. Selanjutnya laporan disampaikan ke tingkat proprinsi dan pusat.

i. Laporan direkap ulang dan dianalisa untuk melihat kondisi setiap wilayah (kabupaten/provinsi) kemudian ditetapkan upaya tindak lanjut berupa intervensi langsung, bimbingan teknis maupun pendampingan.

6. Analisis dan Penyajian Data Bumil KEK

Data yang sudah diolah dianalisis secara sederhana dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan peta menurut wilayah dan waktu atau berdasarkan faktor resiko tertentu sesuai kebutuhan program. Analisis sederhana sudah mulai dilakukan di tingkat kecamatan (Depkes, 2008).

(46)

Analisis dalam bentuk peta dapat dilakukan setiap bulan maupun setiap tahun untuk mengetahui wilayah prioritas, analisis dapat menggunakan warna dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Status Baik (hijau)

Desa dengan prevalensi dibawah ambang batas dan mempunyai kecendrungan prevalensi tahunan menurun atau tetap jika dibandingkan dengan prevalensi tahun lalu.

b. Status Cukup (kuning)

Desa dengan prevalensi dibawah ambang batas, namun mempunyai kecendrungan prevalensi yang meningkat jika dibandingkan dengan prevalensi tahun lalu.

c. Status Kurang (merah)

Desa dengan prevalensi diatas ambang batas, namun mempunyai kecendrungan prevalensi yang menurun jika dibandingkan dengan prevalensi tahun lalu.

d. Status Buruk (hitam)

Desa dengan prevalensi diatas ambang batas dan mempunyai kecendrungan prevalensi yang meningkat jika dibandingkan dengan prevalensi tahun lalu (Depkes, 2008).

8. Tindak Lanjut

(47)

perencanaan program perbaikan gizi bumil KEK pada wilayah tersebut (Depkes, 2008).

9. DampakKEK

Wanita Usia Subur (WUS) yang berumur 19 tahun berisiko untuk mengalami KEK. WUS yang KEK berisiko untuk melahirkan bayi BBLR dan akan menyebabkan anak tersebut dikemudian hari akan terkena malnutrisi atau stunting. Diperkirakan disejumlah negara berkembang, mengalami malnutrisi dengan indikator TB menurut umur yang rendah atau stunting sehingga menyebabkan meningkatnya resiko gangguan kesehatan anak . Akibat dari kapasitas mental anak menurun dan tampilan fisik yang buruk adalah meningkatnya prevalensi infeksi pada dewasa. Sehingga dewasa yang terinfeksi akan berdampak pada kehamilannya bahkan risiko kematian ibu atau janin yang dilahirkan akan cacat dan BBLR.

10. Pencegahan dan Penanganan Bumil KEK

(48)

D. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

BBLR adalah bayi yang baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gr (sampai dengan 2499 gr). Keadaan bayi BBLR ditentukan oleh BB ibu, masa usia kehamilan (gestation), gejala primaturitas (Syofianti, 2007).

Menurut Baker dan Tower berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dibedakan menjadi :

1. BBLR  berat lahir 1500-2500 g.

2. BBLSR (Berat Bayi Lahir Sangat Rendah)  < 1500 g. 3. BBLER (Berat Bayi Lahir Ekstrim Rendah)  < 1000 g.

Baker dan Tower (2005) memodifikasi beberapa faktor risiko dan determinan kejadian BBLR, dari hasil modifikasi tersebut dihasilkan klasifikasi yang dibedakan menurut faktor dari bayi ( jenis kelamin, genetik, ras, dan keadaan plasenta), dan faktor dari ibu (umur ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan, berat badan sebelum hamil, dan penambahan berat badan selama hamil), serta faktor lingkungan (status sosial ekonomi, nutrisi/IMT, infeksi/penyakit ibu, ANC (antenatal care), pemanfaatan pelayanan, merokok/alkohol, dan tingkat pengetahuan ibu) (Syofianti, 2007).

(49)

E. Kaitan antara Ibu Hamil yang Mengalami KEK dengan BBLR

Perubahan fisiologis pada kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pembesaran organ kandugan (uterus dan payudara), perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. KEK merupakan masalah gizi yang sering terjadi pada ibu hamil di Indonesia selain terjadi pada ibu hamil di Indonesia selain defisiensi kalsium dan zat besi (Depkes RI, 2005, Brown, 2005).

(50)

pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester ketiga energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Untuk menentukan kebutuhan tersebut, WHO merekomendasikan tambahan sebesar 150 kkal sehari, 350 kkal pada trimester kedua dan ketiga (Geissler, 2005). Kebutuhan nutrisi atau kalori yang tidak terpenuhi berpengaruh pada kesehatan ibu hamil dan gangguan pertumbuhan / perkembangan janin.

F. Penambahan Berat Badan selama Kehamilan

Berat lahir merupakan penggabungan antara durasi kehamilan dengan laju pertumbuhan janin. Penambahan berat badan selama kehamilan adalah sebuah fenomena biologis yang unik dan kompleks yang mendukung fungsi pertumbuhan dan perkembangan janin. Penambahan berat badan tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan fisiologi ibu dan metabolisme, tetapi juga oleh metabolisme plasenta. Fungsi plasenta sebagai organ endokrin, penghalang dan pengangkut zat antara sirkulasi ibu dan janin. Perubahan dalam homeostasis ibu dapat memodifikasi strukutur dan fungsi plasenta dan dengan demikian berdampak pada laju pertumbuhan janin. Sebaliknya fungsi plasenta dapat mempengaruhi metabolisme ibu melalui perubahan sensitivitas insulin, inflamasi sistemik, dan demikian pengaruh penambahan berat badan.

(51)

selain itu pedoman baru lebih spesifik dan rekomendasi penambahan berat badan relatif menguntungkan bagi ibu yang obesitas. Dari beberapa penelitian menemukan bahwa untuk setiap kenaikan 1 kg BB ibu, berat lahir akan bertambah 16,7-22,6 gram.

Berdasarkan hasil dari 2 penelitian di Inggris (>3800 ibu hamil), Hytten dan Leicth (1971) mencoba menetapkan batasan total dan rata-rata pertambahan BB ibu hamil primigravida adalah 0-10 minggu (0,065 kg/minggu), 10-20 minggu (0,335 kg/minggu), 20-30 minggu (0,45 kg/minggu), dan 30-4- minggu (0,335 kg/minggu) (Rasmussen dan Yaktine, 2009). Proporsi pertambahan BB untuk janin 25-27%, plasenta 5%, cairan amnion 6%, ekspansi volume darah 6%, pertumbuhan uterus dan payudara 11%, peningkatan cairan ekstra seluler 13 % dan peningkatan lemak tubuh 25-27%.

Kenaikan berat badan adakalanya sulit diamati sampai akhir kehamilan, sehingga Achadi et al (1995) merumuskan estimasi kenaikan BB selama hamil dengan menggunakaen dan pola kenaikan BB ibu hamil dari Hytten dan Leicht yang menganggap pola kenaikan setiap ibu hamil dianggap sama yaitu 0-10 minggu (0,065 kg/minggu), 10-20 minggu (0,335 kg/minggu), 20-30 minggu (0,45 kg/minggu), dan 30-4- minggu (0,335 kg/minggu) sehingga total kenaikan BB selama hamil adalah 11,85 kg. Estimasi ini memerlukan 2 kali pengukuran BB ibu hamil selang waktu minimal 11 minggu.

(52)

dengan 47 kg/minggu dan penambahan BB < 21 gr/minggu akan memberikan resiko melahirkan bayi BBLR 1,85 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang penambahan BB > dengan 21 gram/minggu.

(53)

G. Kerangka Teori

(54)

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai

efektivitas program PMT Ibu Hamil KEK terhadap status BBLR di Kota Depok.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disusunlah kerangka berpikir dalam

penelitian ini dengan mengadopsi teori dari Terry dan Siagian tentang analisis

keberhasilan program PMT serta Baker dan Tower untuk melihat risiko BBLR

berdasarkan prediksi pertambahan berat badan ibu.

Efektivitas program PMT dinilai berdasarkan pendekatan sistem kesehatan

baik dari input yang dibutuhkan pada program PMT, proses yang terjadi pada

program PMT serta output yang dinilai berdasarkan pertambahan berat badan ibu

yang didapat dari Laporan Monitoring Program PMT Ibu Hamil KEK. Karakteristik

Ibu yang didapat dari laporan output dari program PMT ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT adalah usia ibu, umur kehamilan, paritas, jarak kelahiran, dan berat badan selama kehamilan. Untuk melihat efektivitas dari pendekatan sasaran (goals approach) dilakukan dengan analisis deskriptif data sekunder dengan pendekatan kuantitatif.

(55)

kesehatan ibu dan janin. Pada ibu yang menderita kekurangan energi dan protein (status gizi kurang) maka akan menyebabkan ukuran plasenta lebih kecil dan suplai nutrisi dari ibu ke janin berkurang, sehingga terjadi retardasi perkembangan janin intera utera dan bayi dengan berat bayi lahir rendah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2011) mengenai hubungan antara kenaikan berat badan pada ibu hamil terhadap berat bayi lahir, didapatkan hubungan yang signifikan dengan nilai p value (0,000) dengan derajat kepercayaan 95%. Selain itu, Pudjiadi (2002) juga mengungkapkan terdapat asosiasi yang positif antara berat badan lahir bayi dengan berat badan ibu. Mengacu pada penelitian sebelumnya, variabel penambahan berat badan dapat menjadi salah satu prediktor untuk mengetahui apakah bayi tersebut mengalami BBLR atau tidak. Sehingga dalam penelitian ini, untuk mengukur keefektifan program PMT ibu hamil KEK yang dilihat berdasarkan pendekatan sasaran, dilakukan dengan melihat penambahan berat badan ibu hamil KEK yang mendapat PMT apakah sudah sesuai dengan usia kehamilan atau tidak.

Variabel lain yang menunjang dalam pengukuran efektivitas program PMT ibu hamil ini adalah :

1. Umur Ibu

(56)

fisiologinya belum optimal. Semakin muda umur ibu hamil, maka anak yang akan dilahirkan akan semakin ringan.

Meski kehamilan di bawah umur sangat beresiko tetapi kehamilan diatas umur 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Dalam proses persalinan, kehamilan diatas usia 35 tahun akan timbul menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah. Faktor umur memegang peranan penting terhadap kesejahteraan ibu hamil serta bayi (Syofianti, 2007).

2. Usia Kehamilan

Pertumbuhan janin dalam kandungan sesuai dengan perjalanan waktu yang dibutuhkan janin untuk tumbuh dan berkembang secara normal yaitu 37-40 minggu. Pertumbuhan dan perkembangan janin dari waktu ke waktu diperkirakan mengakibatkan pertumbuhan berat janin sebesar 5 gram sehari pada minggu ke 14-15 dan menjadi 10 gram pada minggu ke 20. Kecepatan tumbuh sebesar 30-35 gram sehari berlangsung pada minggu ke 32-34, dan berubah menjadi 230 gram seminggu pada minggu ke 33-36. Memasuki minggu 41-42 pertambahan berat badan tidak terjadi lagi (Arisman, 2004).

3. Paritas

(57)

seorang ibu melahirkan anak ke empat atau lebih. Tingkat pertumbuhan janin meningkat dengan meningkatnya paritas. Hal ini terkait dengan perubahan jaringan epitel pada arteri spiral sehingga memudahkan gizi dapat ditransfer melalui pembuluh darah uterus pada kehamilan berikutnya (Syofianti, 2007). 4. Jarak Kelahiran

(58)

Bagan 3.1 Kerangka Pikir

Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis

(59)

39

Atribut yang dibutuhkan agar program PMT untuk Ibu Hamil KEK Gakin dapat berjalan

Penetapan pengarahan yang resmi dan penetapan berbagai hambatan yang diperkirakan ada dalam menjalankan program PMT guna dipakai sebagai

Bentuk implementasi dari perencanaan program PMT untuk mencapai tujuan yang

Bentuk program untuk menemukan, menilai hasil yang dicapai dari perencanaan program PMT

Wawancara Mendalam Informasi mengenai hasil yang dicapai dari program

Upaya memelihara program agar sesuai dengan tujuan program dan rencana yang telah ditetapkan

Wawancara Mendalam Informasi mengenai kesesuaian antara yang

(60)
(61)

41

METODE PENELITIAN

A. Disain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk dapat menggambarkan secara lebih dalam mengenai program PMT. Dalam hal ini juga digambarkan dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu input, proses, maupun output dari program PMT Ibu Hamil KEK yang ada di Kota Depok.

Untuk mendapatkan gambaran dari data output digunakan penelitian deskriptif data sekunder yang bersifat kuantitatif dengan pendekatan potong-lintang (cross sectional), dimana seluruh variabel diukur sekaligus pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama di sini bukan berarti pada satu saat observasi dilakukan pada semua subyek atau semua variabel, tetapi tiap subyek hanya diobservasi satu kali saja menurut keadaan atau status waktu diobservasi (Notoatmodjo, 1997).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

(62)

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga September pada tahun 2012.

C. Informan Penelitian (Pendekatan Kualitatif)

Didalam penelitian ini, informan penelitian terbagi menjadi dua kelompok informan, yaitu informan utama dan informan pendukung. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kelompok informan:

1. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini merupakan staf gizi di Dinkes yang berjumlah satu orang dengan latar belakang S1 Epidemiologi Gizi. Beliau bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program PMT pada Ibu Hamil KEK di Kota Depok. Informasi yang didapatkan oleh staf gizi tersebut bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok baik dari sisi input, proses, maupun output.

2. Informan Pendukung

(63)

D. Populasi dan Sampel Data Sekunder (Pendekatan Kuantitatif)

Selain informan penelitian, peneliti juga menggunakan data sasaran yang berasal dari laporan program PMT ibu hamil KEK. Pengolahan data sasaran menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar prosentase ibu hamil KEK yang bertambah berat badannya sesuai umur kehamilan setelah mendapatkan PMT.

Menurut Notoatmodjo (1997) : “populasi adalah keseluruhan objek penelitian

atau objek yang diteliti”. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mendapatkan PMT di Kota Depok.

Dalam pengambilan sampelnya digunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 88). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang pernah mendapatkan PMT dengan ditetapkan beberapa kriteria inklusi (karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target dan populasi terjangkau). Yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Ukuran LILA Ibu hamil yang mendapatkan PMT kurang dari sama dengan 23,5

cm.

2) Umur kehamilan Ibu tidak kurang dari 12 minggu.

(64)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2002). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat perekam, pedoman wawancara dan lembar observasi.

Sedangkan untuk penelitian data sekunder yang menunjang penelitian ini, instrumen penelitian berupa laporan monitoring PMT Ibu Hamil KEK serta data kohort Ibu Hamil.

F. Pengumpulan Data

1. Pendekatan Kualitatif

Salah satu data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah data primer yang didapat langsung dari hasil wawancara mendalam, observasi peneliti dan studi dokumen mengenai proses manajemen yang terdiri dari input, proses dan output dalam program PMT dari staf gizi yang ada di Dinas Kesehatan Kota Depok.

a. Wawancara Mendalam

(65)

dimana teknik ini digunakan untuk menggali lebih dalam gambaran program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok. Wawancara dilakukan kepada tiga orang informan. Satu orang informan utama, yaitu staf gizi di Dinkes Kota Depok yang bertanggung jawab terhadap program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok.

b. Observasi Peneliti (Participant Observation)

Menurut Sugiyono (2011), participant observation adalah suatu teknik dimana peneliti terlibat dalam program sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dalam penelitian ini, participant observation dilakukan untuk gambaran input dari program PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok.

c. Studi Dokumen

(66)

2. Pendekatan Kuantitatif

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data yang digunakan berupa laporan program PMT Ibu Hamil KEK serta buku data kohort Ibu hamil.

Pengumpulan data dilakukan di Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang ada di Kota Depok adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan surat ijin permohonan penelitian dari Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat, lalu meminta ijin kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok.

b. Kepala Dinas memberikan rujukan ke Kantor Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik) dan Linmas (Perlindungan Masyarakat) Kota Depok, untuk mendokumentasikan biodata peneliti dan kemudian diserahkan kembali ke institusi terkait yaitu Dinas Kesehatan Kota Depok.

c. Dinas Kesehatan Kota Depok memberikan surat pengantar ke puskesmas-puskesmas yang ada di Kota Depok

d. Data-data Ibu Hamil yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan sebelumnya.

(67)

f. Data variabel jarak kelahiran didapat dari buku kohort ibu hamil yang ada di Puskesmas

G. Validasi Data

Pengujian keabsahan data (kredibilitas) pada penelitian kali ini adalah menggunakan triangulasi. Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Triangulasi Sumber dan Triangulasi teknik atau metode. Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dari beberapa sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskriptifkan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama dan yang berbeda. Sedangkan triangulasi teknik atau metode digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang sama namun teknik yang berbeda. Bila dengan beberapa teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

(68)

H. Pengolahan Data

1. Pendekatan Kualitatif

Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011), analisis data pada penelitian kualitatif terdiri dari tiga tahapan, tiga tahapan tersebut dalam penelitian ini diantaranya adalah :

a. Tahap Reduksi Data

Pada tahap ini peneliti mereduksi segala data yang dirasa tidak dibutuhkan dan memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan baru dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini didapatkan dari staf gizi di Dinas Kesehatan mengenai program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok. Data diperoleh dengan cara wawacara, observasi dan studi dokumen.

b. Tahap Penyajian Data

Pada tahap ini, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Tujuan penyajian data ini adalah untuk memudahkan, memahami apa yang terjadi serta merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam penelitian ini, penyajian data digunakan dalam bentuk teks yang bersifat naratif dan matriks.

(69)

c. Tahap Penarikan Kesimpulan

Setelah mendapatkan data dari kedua tahapan sebelumnya, pada tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk mendukung dalam menjawab pertanyaan penelitian. 2. Pendekatan Kuantitatif

a. Editing, program yang dilakukan dalam editing adalah pengecekan data laporan monitoring program PMT dari sisi kelengkapan data, kejelasan data, relevansi data dan konsistensi data.

b. Koding, merupakan program merubah bentuk data dari huruf menjadi bentuk bilangan (angka) dengan maksud untuk mempermudah analisis dan mengentry data. Pengkodean data ini didasarkan pada kategori :

1) Variabel usia ibu kode 0 “beresiko” jika usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun

dan kode 1 “tidak beresiko” jika usia ibu 20-35 tahun (usia reproduksi).

2) Variabel paritas kode 0 “beresiko” jika multipara (jumlah anak lebih dari 4)

dan kode 1 “tidak beresiko” jika primipara (jumlah anak kurang dari 4)

3) Variabel jarak kelahiran kode 0 “beresiko” jika kurang dari 2 tahun atau

lebih dari 5 tahun dan kode 1 “tidak beresiko” jika jarak kelahiran antara 2-5

tahun.

4) Variabel penambahan berat badan selama kehamilan kode 0 “beresiko” jika

penambahan berat badan kurang jika disesuaikan dengan umur kehamilan dan kode 1 “Tidak beresiko ” jika penambahan berat badan sesuai dengan

(70)

5) Variabel efektifitas program PMT ibu hamil KEK dengan kode 0 ”Kurang Efektif (prosentase penambahan BB ibu hamil sesuai kehamilan < 50% )”

dan kode 1 ”Efektif ( prosentase penambahan BB ibu hamil sesuai

kehamilan lebih dari sama dengan 50%)”.

c. Entry data, setelah pengecekan dan pengkodean dataselesai, langkah selanjutnya adalah memproses data dengan cara mengentry data dari laporan monitoring program PMT ke program statistik komputer (software) yang digunakan.

d. Cleaning, pembersihan data adalah pengecekan kembali data yang sudah dientry, apakah terdapat kesalahan dalam entry, koding atau kesalahan membaca kode, dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis.

I. Analisis Data

1. Pendekatan Kualitatif

(71)

Analisis dalam penelitian ini diorganisasikan dan dijabarkan ke dalam unit-unit sesuai dengan kerangka berfikir penelitian yaitu data mengenai input (data, SDM, dana, sarana dan prasarana, materi, dan sasaran) , proses (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian) dan permasalahan-permasalahan yang menyertai program tersebut, output serta penjabaran mengenai efektifitas program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok. Data-data tersebut selanjutnya disintesa dan disusun kedalam pola serta dibuat kesimpulan dari solusi permasalahan-permasalahan yang ada.

2. Pendekatan Kuantitatif

Gambar

Tabel 2.1 Pengumpulan Data KEK
Tabel 5.1 Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit kerja
 Tabel 5.2
Tabel. 5.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penulisan Ilmiah ini menjelaskan tentang berbagai macam informasi yang terdapat dalam CD Interaktif Informasi Perguruan Tinggi Negeri di Pulau Jawa dengan menggunakan

Dalam hal hasil evaluasi pemegang persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan/penerima dispensasi/pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dipahami bahwa nepotisme sesuai dengan pengertiannya, bertujuan &#34;mengawetkan&#34; atau dalam batas-batas tertentu

pelanggan / pasien terhadap kinerja yang diberikan rumah sakit yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA), dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan cukup tentang kekurangan energi kronis (KEK) sebanyak 15 orang (50%), sebagian besar responden

Dari hasil pengamatan ukuran panjang cucut lanjaman di 4 lokasi pendaratan ikan (Pelabuhan ratu, Cilacap, Kedonganan, dan Tanjung Luar) dalam tahun 2001 sampai dengan 2004,

Program Dinas Kesehatan Kota Pekalongan untuk mengatasi masalah ibu hamil KEK adalah dengan Program seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK), dengan pemberian makanan

Pada konteks dinamika permasalahan putusan yang dihasilkan oleh Mahkamah Konstitusi yang berkaitan dengan hasil putusan yang bersifat Possitive Legislature dan