BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kabupaten Garut adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Tarogong Kidul. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Tasikmalaya di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung di Barat. Kabupaten Garut terdiri atas 42 kecamatan, yang dibagi lagi atas 424 desa dan 21 kelurahan. Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit.
Wikipedia.hhtp://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Garut.
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian tenggara pada koordinat 6º 56’49 - 7º 45’00” Lintang Selatan dan 107º 25’ 8” - 108º 7’ 30” Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km². Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, Merupakan daerah penyangga dan hinterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung, sekaligus berperan di dalam pengendalian keseimbangan lingkungan.
Wikipedia.hhtp://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Garut.
Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari “klasifikasi iklim koppen”. Berdasarkan studi data sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu pola sirkulasi musiman (monsoonal circulation pattern), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan elevasi tpgrafi di Bandung.
Wikipedia.hhtp://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Garut.
Guntur - G. Haruman – G. Kamojang di sebelah barat, G. Papandayan – G. Cikuray – G. Talagabodas – G, Galunggung di sebelah timur. Bentang alam di sebelah Selatan terdiri dari dataran dan hamparan pesisir pantai dengsn garis pantai sepanjang 80 km.
Wikipedia.hhtp://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Garut.
Pariwisata merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan menjadi salah atau sumber pemasukan bagi daerah. Pengembangan tersebut diharapkan dapat memperbesar devisa, memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat setempat. Berikut ini adalah daftar daya tarik wisata yang ada di setiap kecamatan di Kabupaten Garut. Seperti pada tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1
Tabel Daya Tarik Wisata Kabupaten Garut
DAYA TARIK WISATA ALAM
Nama Kecamatan Nama Destinasi
1. Kecamatan Tarogong a. Cipanas
2. Kecamatan Banyuresmi a. Curug Citiis b. Situ Bagendit 3. Kecamatan Kadungora a. Cimandi Racun 4. Kecamatan Wanaraja a. Kawah Talaga Bodas
5. Kecamatan Cilawu a. Lapang Golf Ngamplang b. Curug Cihanyawar
6. Kecamatan Pasirwangi a. Kawah Drajat b. Air Panas Kamojang 7. Kecamatan Cisurupan a. Gunung Papandayan 8. Kecamatan Cikajang a. Curug Orok
9. Kecamatan Cibalong a. Leuweung Sancang b. Pantai Cijeruk Indah 10. Kecamatan Cisompet a. Air Terjun Neglasari 11. Kecamatan Pameungpeuk a. Pantai Sayang Heulang 12. Kecamatan Cibalong a. Pantai Karang Taraje
13. Kecamatan Cikelet
a. Pantai Santolo
Selain itu pariwisata Kabupaten Garut juga memiliki berbagai wisata yang bersejarah dan menjadi legenda di Kabupaten Garut. Berikut ini adalah daya tarik wisata budaya Kabupaten Garut yang berada di enam kecamatan yang berada di kabupaten Garut yaitu, situs candi cangkuang dan kampong pulo di Kecamatan Leles, makam keramat godog dan makam keramat linggaratu di Kecamatan Karangpawitan, makam keramat cinunuk di Kecamatan Wanaraja, kampung dukuh Kecamatan Cikelet, cagar budaya ci buruy di Kecamatan Bayongbong, makam keramat jafar sidiq di Kecamatan Cibiuk. dapat dilihat seperti pada tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2
Tabel Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Garut DAYA TARIK BUDAYA
Nama Kecamatan Nama Destinasi
1. Kecamatan Leles a.Situs dan Candi Cangkuang b.Kampung Pulo
2. Kecamatan Karangpawitan a.Makam Keramat Godog b.Makam Keramat Linggaratu 3. Kecamatan Wanaraja a.Makam Keramat Cinunuk 4. Kecamatan Cikelet a.Kampung Dukuh
5. Kecamatan Bayongbong a.Cagar Budaya Ciburuy 6. Kecamatan Cibiuk a.Makam Keramat Jafar Sidiq Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, 2015
Tabel 1.3
Tabel Daya Tarik Wisata Minat Khusus Kabupaten Garut DAYA TARIK MINAT KHUSUS
Nama Kecamatan Nama Destinasi
1. Kecamatan Kadungora a. Paraglaiding
Gunung Haruman
2. Kecamatan Tarogong Kaler a. Paraglaiding
Gunung Guntur
3. Kecamatan Cisurupan
a. Hiking di Pegunungan Papandayan 4. Kecamatan Bayongbong, Kecamatan Tarogong kidul,
Kecamatan Banyuresmi, Kecamatan Leuwigoong, Kecamatan Cibatu.
a. Arung Jeram Sungai Cimanuk
5. Kecamatan Pekenjeng, Kecamatan Mekarmukti a. Arung Jeram Sungai Cikandang
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, 2015
Dari tabel diatas dapat dilihat, banyaknya destinasi wisata yang ada di Kabupaten Garut seperti daya tarik wisata alam yang terdapat di tujuh belas kecamatan dan masing-masing kecamatan memiliki daya tarik wisata alam yang berbeda. Daya tarik wisata budaya yang ada di Kabupaten Garut juga menarik wisatawan berkunjung yang terdapat di enam kecamatan di Kabupaten Garut. Selain itu ada juga daya tarik wisata minat khusus untuk para wisatawan yang ingin berwisata minat khusus yang terdapat di sepuluh kecamatan di Kabupaten Garut yang menarik untuk di kunjungi. Dengan adanya berbagai pariwisata yang ada di Kabupaten Garut dapat memberikan suatu pilihan bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke Kabupaten Garut. Hal tersebut berhubungan dengan tingkat kunjungan wisatawan berkunjung ke suatu daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Garut, dapat dilihat seperti pada tabel 1.4 dibawah ini.
Tabel 1.4
Kunjungan wisatawan Kabupaten Garut tahun 2009 s/d 2014
No Tahun Wisnus Wisman Total Target
1. 2009 1.645.354 5.559 1.650.913 1.560.000
2. 2010 1.796.239 6.614 1.802.853 1.792.853
3. 2011 1.981.984 6.631 1.988.615 1.872.853
5. 2013 2.247.939 6.344 2.254.283 2.119.663
6. 2014 2.412.258 6.444 2.418.702 2.329.801
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, 2015
Gambar 1.1.
Grafik Kunjungan Wisatawan Kabupaten Garut tahun 2009 s/d 2014
Dari tabel dan gambar grafik kunjungan wisatawans Kabupaten Garut diatas dapat diketahui bahwa perkembangan pariwisata di Kabupaten Garut meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2009 sampai pada tahun 2014 setiap tahunnya kunjungan wisatawan baik dari wisatwan nusantara maupun dari wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Garut meningkat setiap tahunnya.
Kawasan situ bagendit luas semula 124 ha dengan 85 ha luas eksisting tergenang 85 ha dan 5 ha kawasan arena rekreasi. Obyek Wisata Situ Bagendit merupakan obyek yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi obyek dan daya tarik wisata unggulan sehingga diharapkan dapat menjadi sektor andalan yang mampu menggalakan kegiatan sektor ekonomi termasuk sektor terkait lainnya, terbukanya lapangan kerja baru, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah serta devisa dapat meningkat melalui upaya pengembangan dan pemberdayaan berbagai potensi pariwisata yang ada. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata Situ Bagendit baik dari wisatawan nusantara maupun dari wisatawa mancanegara dengan presentase kunjungan wisatawan setiap tahunnya kunjungan wisatwan ke
0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000
Total Tingkat Kunjungan
2009
2010
2011
2012
2013
daya tarik wisata Situ Bagendit setiap tahunnya fluktuatif dominan meningkat, seperti pada tabel 1.5 dihalaman selanjutnya.
Tabel 1.5
Rekapitulasi Jumlah Kunjungan Wisman dan Wisnus ke Situ Bagendit Tahun 2010-2014
Wisatawan Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Mancanegara 304 374 340 361 372
Nusantara 201.267 255.039 203.352 221.487 234.779
Jumlah 201.571 255.413 203.692 221.848 235.151
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, 2015
Gambar 1.2.
Grafik Rekapitulasi Jumlah Kunjungan Wisman dan Wisnus ke Situ Bagendit Tahun 2010-2014
Dari tabel dan gambar grafik rekapitulasi jumlah kunjungan wisman dan wisnus diatas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke situ bagendit mulai dari tahun 2010 hingga 2014 tiap tahunnya fluktuatif dominan meningkat, baik wisatawan dari mancanegara maupun dari nusantara.
Perkembangan Objek Wisata Situ Bagendit dapat berjalan lebih terarah dan berkesinambungan. Meski demikian perkembangan Objek Wisata Situ Bagendit
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000
Jumlah
2010
2011
2012
2013
masih menghadapi berbagai hambatan di antaranya (Dinas Pariwisata Kabupaten Garut, 2015)
Untuk pembangunan prasarana dan sarana Objek Wisata Situ Bagendit diperlukan modal besar. Modal swasta hanya berperan sebagai pelengkap. Pembangunan prasarana dan sarana yang membutuhkan dana besar diharapkan dilakukan oleh pemerintah.
Dalam pengembangan Objek Wisata Situ Bagendit tenaga terampil dan ahli masih kurang. Masih kurangnya partisipasi memasyarakat dalam pengembangan pariwisata hal ini dapat dilihat dari kurangnya kesadaran masyarakat dan pemahamam tentang sadar wisata serta manfaat yang dapat diperoleh.
Menurut hasil observasi peneliti (Agustus, 2016) aktivitas dan fasilitas wisata yang tersedia di obyek wisata Situ Bagendit baik secara kuantitatif maupun kualitatif, belum mencapai kondisi yang memadai sesuai dengan standar fasilitas obyek wisata. Salah satu aspek yang dirasakan masih kurang adalah fasilitas wisata di obyek wisata, seperti kolam renang yang sudah tidak dapat digunakan, mini train yang juga sudah tidak lagi digunakan.
Kondisi produk wisata yang ada di lokasi daya tarik wisata Situ Bagendit belum di optimalkan dengan baik, salah satu aspek yang dirasakan masih kurang adalah aktivitas dan fasilitas wisata di objek wisata. Seperti kolam renang yang sudah tidak dapat digunakan dan mini train yang sudah tidak lagi digunakan untuk memenuhi kepuasan pengunjung yang berkunjung di lokasi tersebut. Walaupun dengan adanya kondisi produk wisata yang ada di lokasi daya tarik wisata tersebut, tetapi masih banyak wisatawan yang datang ke lokasi daya tarik tersebut. Menimbulkan asumsi bahwa citra Situ Bagendit masih bagus di mata pengunjung walaupun dengan keadaan produk wisata yang masih ada kekurangan dari segi produk wisata yang ada di lokasi daya tarik wisata Situ Bagendit.
dioptimalkan dengan baik dan hal tersebut menjadi kurang menarik wisatawan berkunjung ke situ bagendit.
Berdasarkan uraian diatas dan pengamatan penulis, maka penulis tertarik untuk mengkaji persepsi wisatawan mengenai produk wisata yang ada di Situ Bagendit dan kondisi citra dimata wisatawan. Serta bagaimana pengaruh persepsi produk wisata terhadap citra di Situ Bagendit.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka saya mengambil penelitian untuk skripsi dengan judul “ Pengaruh Persepsi Produk Wisata terhadap Citra di Situ Bagendit Garut “
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Kawasan wisata di Kabupaten Garut memiliki daya tarik wisata yang cukup beragam. Salah satunya adalah daya tarik wisata Situ Bagendit yang berada di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut. Tetapi daya tarik wisata Situ Bagendit tersebut belum memiliki produk wisata yang optimal, untuk dapat memiliki produk wisata yang sesuai dan di optimalkan dengan baik seperti yang diinginkan maka perlu adanya penelitian.
Sehingga Produk wisata yang ada di Situ Bagendit memiliki produk wisata yang dapat dioptimalkan dengan baik sesuai dengan daya tarik wisata yang diingkan. Produk wisata yang baik seharusnya menghasilkan citra yang baik juga terhadap wisatawan berkunjung ke lokasi daya tarik wisata Situ Bagendit, tetapi kenyataannya produk wisata yang ada di Situ Bagendit belum di optimalkan dengan baik, namun sudah menghasilkan citra yang baik juga terhadap wisatawan berkunjung ke lokasi daya tarik wisata Situ Bagendit.
Dari paparan latar belakang di atas, Maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: “ Pengaruh persepsi produk wisata terhadap citra di Situ Bagendit Garut “. Pertanyaan penelitiannya adalah:
1. Bagaimanakah persepsi wisatawan mengenai produk wisata di Situ Bagendit?
2. Bagaimanakah kondisi citra Situ Bagendit di mata wisatawan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi persepsi wisatawatan mengenai produk wisata di Situ Bagendit?
2. Mengidentifikasi kondisi citra Situ Bagendit di mata wisatawan?
3. Menganalisis pengaruh persepsi produk wisata terhadap citra Situ Bagendit di mata wisatawan?
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan beberapa tujuan penelitian yang telah diuraikan, penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pengetahuan serta manfaat yang aplikatif baik secara akademis maupun praktis.
1. Manfaat Akademis
Hasil Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi dan informasi bagi akademisi dan atau peneliti lain yang juga hendak mengkaji permasalahan lebih mendalam pada kawasan wisata alam Situ Bagendit, khususnya pada aspek persepsi produk wisata terhadap citra di Situ Bagendit. Menjadi suatu referensi dalam pengembangan produk wisata di kawasan daya Tarik wisata Situ Bagendit yang semakin baik.
2. Manfaat Praktis
Penulis mengangkat permasalahan ini dengan harapan dapat memberikan sumbangsih untuk mengembangkan pariwisata Garut yang lebih baik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih bermanfaat lagi jika dapat dijadikan sebuah masukan dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan Situ Bagendit. Oleh karena itu, manfaat praktis yang kiranya dapat menjadi masukan dari penelitian “Pengaruh Persepsi Produk Wisata terhadap Citra di Situ Bagendit” ini adalah sebagai berikut.
b. Bagi penulis, sebagai sarana pengembangan wawasan serta sarana untuk memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah, juga sebagai sarana penerapan pengetahuan yang telah diperoleh.
c. Tersedianya fasilitas, sarana dan prasarana pariwisata alam yang unggul dengan memenuhi standar terkait sesuai dengan produk wisata yang baik untuk meningkatkan kenyamanan, keamanan wisatawan di dalam kawasan.
E. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal yang penting dalam penelitian yang memerlukan penjelasan, bersifat spesifik, rinci,, tegas dan pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan hal-hal yang dianggap penting.
Untuk lebih memperjelas dan mempermudah penelitian maka peneliti menjelaskan secara rinci variabel, sehingga dari variabel tersebut melahirkan indikator-indikator yang akan dijabarkan dalam instrument penelitian. Berikut adalah operasional variabel penelitian.
1. Produk Wisata
Middleton (2001:122) memberikan pengertian produk wisata lebih dalam yaitu “The tourist products to be considered as an amalgam of three main components of attraction, facilities at the destination and accessibility of the destination”. Dari pengertian di atas kita dapat melihat bahwa produk wisata secara umum terbentuk disebabkan oleh tiga komponen utama yaitu atraksi wisata, fasilitas di daerah tujuan wisata dan aksesibilitas.
2. Dimensi Citra Destinasi
Citra destinasi tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan dipengaruhi oleh persepsi seseorang. Menurut Harrison (2005) dalam citra destinasi dibentuk oleh tiga komponen yaitu sebagai berikut:
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang digunakan untuk dijalankan di lapangan, diantaranya :
1. Variabel X (Variabel Bebas)
Variabel X dalam penelitian ini adalah Persepsi Produk Wisata. 2. Variabel Y (Variabel Terikat)
Variabel Y dalam penelitian ini adalah Citra.
F. Struktur Organisasi Penulisan
Proposal ini disusun sebagai langkah awal dalam penyusunan skripsi mahasiswa Manajemen Resort & Leisure dengan menginduk kepada sistematika penulisan yang tercantum dalam buku Pedoman Akademik terbitan Universitas Pendidikan Indonesia. Berikut sistematika yang digunakan penulis :
1. BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai penjabaran latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
2. BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Berisi teori-terori para ahli yang mendukung penelitian dan kerangka pemikiran penulis.
3. BAB III: METODE PENELITIAN
Penjabaran mengenai metode yang digunakan dan penjelasan seperti : Lokasi, Populasi, Sampel, Variable, Definisi Operasional, Instrumen penelitian dan Tehnik pengumpulan data.
4. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penjelasan mengenai hasil peneelitian dan pembahasan dari hasil penelitian.
5. BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Hasil dari pembahasan dan rekomendasi yang di rekomendasikan oleh penulis dari hasil pembahasan.
6. DAFTAR PUSTAKA