• Tidak ada hasil yang ditemukan

53 pengumuman atau penyebarluasan informasi tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat

diketahui masyarakat di kantor-kantor yang secara fungsional menangani kegiatan penataan ruang atau melalui media massa dan internet (Web Site).

Masyarakat dapat menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya yang dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan, atau pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan ataupun atas hukum adat atau kaidah yang berlaku atas ruang pada masyarakat setempat.

Pasal 131

(1) hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan status semula yang

dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan Penataan Ruang diselenggaraan dengan cara musyawarah antara pihak-pihak yang berkepentingan.

(2) dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), maka penyelesaiannya dilakukan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 132

Dalam pemanfaatan ruang di daerah, peran serta masyarakat dapat dilakukan, antara lain melalui: a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;

b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan

c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 133

(1) tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang di daerah, dilakukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dengan memperhatikan tata nilai, paradigma, dan adat istiadat setempat.

(2) pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dikoordinasikan oleh

Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 134

Dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peran serta masyarakat dapat berbentuk :

a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan, termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang dimaksud;

b. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban pemanfaatan ruang.

Pasal 135

(1) Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang, dapat disampaikan secara lisan

atau tertulis kepada Kepala Daerah dan pejabat yang berwenang.

(2) Apabila terjadi konflik tata ruang antara pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) maka

penyelesaiannya diupayakan melalui musyawarah mufakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan apabila tidak tercapai kesepakatan antara pihak yang berkepentingan, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Pengadilan Negeri setempat.

BAB XII

PENYELESAIAN SENGKETA Pasal 136

(1) penyelesaian sengketa penataan ruang pada tahap pertama diupayakan berdasarkan prinsip

54

(2) dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperoleh kesepakatan,

para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

BAB XIV P E N Y I D I K A N

Pasal 137

(1) penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dapat melakukan penyidikan atas tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini, dan dalam pelaksanaannya dapat koordinasi dengan Penyidik POLRI.

(2) penyidik POLRI melakukan penyidikan kejahatan pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan

daerah ini, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), berwenang:

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan pemeriksaan, penyitaan benda dan atau surat;

e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik POLRI memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka dan keluarganya;

i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(4) penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat berita acara setiap tindakan dalam hal:

a. pemeriksaan tersangka; b. pemasukan rumah; c. penyitaan barang; d. pemeriksaan saksi;

e. pemeriksaan tempat kejadian; f. pemeriksaan surat.

BAB XV

PENGAWASAN PENATAAN RUANG Pasal 138

(1) untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang daerah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5, dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang.

(2) pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan

pelaporan.

(3) pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sesuai

dengan kewenangannya.

(4) pengawasan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan melibatkan

peran masyarakat.

(5) peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan dengan menyampaikan

55

Pasal 139

(1) pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian antara

penyelenggaraan penataan ruang daerah dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) apabila hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti terjadi

penyimpangan administratif dalam penyelenggaraan penataan ruang daerah, Gubernur, dan Bupati/Walikota mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan kewenangannya.

(3) dalam hal Bupati/Walikota tidak melaksanakan langkah penyelesaian sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), Gubernur mengambil langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan Bupati/Walikota.

Pasal 140

Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraan penataan ruang, pihak yang melakukan penyimpangan dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVI

ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Pasal 141

Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

Pasal 142

(1) ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah menurut kewenangan

masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh

Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang

benar, batal demi hukum.

(4) izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak

sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

(5) terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.

(6) izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata ruang wilayah

dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak.

(7) setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang

menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

(8) ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian yang layak

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 143

(1) dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang

wilayah dapat diberikan insentif dan/atau disinsentif oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

(2) insentif, yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan

kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:

a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham; b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

56

d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau Pemerintah Daerah.

(3) disinsentif, yang merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi

kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:

a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau

b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

(4) insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat.

(5) insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:

a. Pemerintah Daerah Provinsi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; b. Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota kepada masyarakat.

(6) ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif oleh

Pemerintah Daerah diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 144

(1) dalam pelaksanaan penataan ruang sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini, Pemerintah

Provinsi melakukan :

a. pengawasan atas pelaksanaan penataan ruang wilayah Provinsi oleh Kabupaten/Kota; b. koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang di Kabupaten/Kota;

c. koordinasi perencanaan pemanfaatan ruang oleh Kabupaten/Kota dalam upaya menciptakan keselarasan/keterpaduan pembangunan dalam wilayah Provinsi;

d. pembinaan dan monitoring pelaksanaan kebijakan penataan ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara oleh Kabupaten/Kota.

(2) pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota secara operasional melakukan kegiatan pengendalian

pemanfaatan ruang sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

BAB XVII

KETENTUAN LAIN – LAIN Pasal 145

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan penataan ruang daerah tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini ini.

Pasal 146

Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara, digunakan sebagai matra ruang dari Rencana Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara jangka menengah dan jangka panjang.

Pasal 147

Materi teknis Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara, dapat ditinjau ulang untuk dimutakhirkan atau disempurnakan setiap 5 (lima) tahun sekali.

Pasal 148

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:

a. semua ketentuan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan penyelenggaraan penataan ruang provinsi dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini; dan b. semua Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini

57