• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Pengungkapan dan Penjelasan Data

Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 berfungsi sebagai tempat penampungan dan pelayanan sementara bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial seperti gelandangan, pengemis, pengamen, pemulung, wanita tuna susila, jompo terlantar, anak jalanan, psikotik terlantar, penyandang cacat terlantar, waria, jockey three in one, parkir liar, Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK), Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), pengedar kotak amal, pedagang asongan dan lain-lain.

Kegiatan yang diadakan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ini bermacam-macam, salah satunya ialah bimbingan rohani islam

termasuk didalamnya ialah do’a dan dzikir, dilaksanakan pada tiap hari Senin, Rabu, dan Kamis yang diadakan pada pagi hari pukul 07.00 s/d

selesai. Kegiatan bimbingan rohani islam do’a dan dzikir ini merupakan

kegiatan yang wajib diikuti oleh Warga Binaan Sosial (WBS) karena begitu banyak manfaatnya, selain kita memahami arti juga bentuk do’a dan dzikir, kita pun bisa merasakan betapa besarnya faidah do’a dan dzikir bagi diri kita, yang mana dengan do’a dan dzikir dapat membuat hati kita

menjadi lebih tenang dan lebih dekat dengan Allah SWT.

5

71

Adapun stres yang akan peneliti sampaikan disini yaitu stres yang masih mudah untuk di atasi (stres ringan dan sedang), yang mana orang yang mengalami stres ini masih bisa untuk diajak ngobrol, masih ingat siapa dirinya juga lingkungan sekitarnya, dan dapat mengungkapkan isi hatinya terhadap masalah-maslah yang sedang dihadapinya sehingga tidak menyulitkan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini.

Sehubungan dengan populasi PMKS jalanan begitu banyak tentu tidaklah mungkin mereka dijadikan sebagai responden, mengingat semua Warga Binaan Sosial yang ada di Panti menjadi bagian dari populasi, terdapat sejumlah orang yang tidak memungkinkan untuk diwawancarai karena mereka sebagian termasuk pada Warga Binaan Sosial yang mengalami stres berat. Adapun mengenai jumlah Warga Binaan Sosial di Panti tidak bisa dihitung secara keseluruhan, dikarenakan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ini merupakan tempat sementara bagi Para Penyandang Masalah Kesejahteraan (PMKS), terkadang ada sebagian warga binaan yang dipulangkan atau disalurkan ke Panti lain sesuai klasifikasinya masing-masing.

Dalam rangka pengungkapan hasil penelitian ini penulis telah menentukan jumlah responden yang akan menjadi objek penelitian, responden yang dimaksud tersebut diantaranya: 1 orang sebagai informan (Pembimbing Rohani Islam) dan 5 orang sebagai responden (Warga Binaan Sosial yang mengalami stres). Klasifikasi ini diambil berdasarkan pertimbangan dan hasil dari pengamatan penulis selama observasi dilapangan karena dengan klasifikasi lainnya tidak dapat dijadikan sebagai

72

objek penelitian dengan alasan keterbatasan waktu atau mental dari warga binaan itu sendiri. Berikut adalah identitas dari responden yang akan peneliti paparkan.

1. Identitas Informan (Pembimbing) a. Muhammad Kurniawan, S.Sos.

Nama pembimbing bernama Muhammad Kurniawan S.Sos ia sering dipanggil dengan sebutan pak Kur. Ia adalah salah satu staff di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang menjabat sebagai bagian Bimbingan dan Penyaluran. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 14 Januari 1979 dan kini sedang melanjutkan studi di Universitas Indraprasta jurusan Bimbingan dan Konseling. Dari kepribadiannya dpat kita lihat ia sangat ramah terhadap orang-orang yang berada di sekitarnya bahkan kepada Warga Binaan Sosial yang ada di Panti, sehingga memudahkan beliau untuk selalu berkomunikasi dan bersosialisasi dengan siapapun.

Dalam kesehariannya selaku pembimbing ia selalu memberikan

bimbingan berupa bimbingan do’a dan dzikirpada setiap hari Senin, Rabu dan Kamis pada pukul 07.00 sampai selesai. Ia sangat bertanggung jawab sekali terhadap tugasnya, tak kenal lelah ia terus membimbing Warga Binaan Sosial dalam memberikan ilmu agamanya terutama dalam bimbingan do’a dan dzikir yang selalu ia ajarkan.Dia mengatakan bahwa:

“Semua ini saya lakukan agar Warga Binaan Sosial selalu mengingat Allah SWT, berharap hatinya menjadi tenang, dan juga mereka bisa ingat siapa dirinya, dan mereka bisa bertemu kembali

73

dengan keluarganya, saya ingin mereka tidak lagi menopang hidup

dijalanan”.6

2. Identitas Informan (Warga Binaan Sosial)

Adapun yang menjadi sampel terbimbing berjumlah 5 orang, diantaranya 4 orang wanita dan 1 orang laki-laki. Mereka ialah yang aktif

dalam mengikuti bimbingan do’a dan dzikir.

Berikut wawancara mengenai identitas dan kisah hidup warga binaan yang yang akan peneliti sampaikan:

a. Neneng Heni

Neneng lahir di Surabaya pada tanggal 4 Mei 1989, orang tuanya bernama Rumini dan Abudin mereka tinggal di Cianjur, Neneng beragama Islam, ia mempunyai seorang suami, dan seorang anak. Pendidikan terakhir Neneng hanya sampai kelas 2 Sekolah Dasar (SD). Dalam hal pekerjaan dia sempat ditawari untuk menjadi tenaga kerja di Malaysia, akan tetapi ia tidak beruntung, ia tidak sampai di tempat tujuan yang akan menjadi tempat kerjanya (malaysia), disebabkan ia dibohongi dan ditinggalkan begitu saja oleh seseorang yang mengaku sebagai utusan dari malaysia. Setelah dibohongi Neneng kini tinggal di Jakarta, ia terpaksa melamar untuk bekerja sebagai buruh pabrik, Neneng tidak berani untuk pulang lagi ke kampung halamannya dikarenakan malu oleh keluarga dan tetangganya, hal ini yang sangat membuatnya tertekan dan jiwanya terguncang.7

6

Wawancara pribadi dengan bapak Kurniawan selaku staff bimbingan dan penyaluran, Jakarta, pada hari senin 8 september 2014.

7

Wawancara pribadi dengan Neneng Heni di Panti, Jakarta,pada hari jum’at 12

74

Setelah 4 tahun lamanya bu neneng bekerja menjadi buruh pabrik ia akhirnya keluar dan tidak melanjutkan lagi pekerjaannya itu, Neneng sekarang lebih memilih untuk menjadi pengemis dijalanan, karena ia berfikir penghasilannya jauh lebih besar dari pada menjadi buruh pabrik. Pendapatan yang dia dapatka pada saat mengemis sebesar 400 ribu dalam sehari, pendapatan dengan cara mengemis ini lebih besar dari pada bekerja sebagai buruh pabrik. Sesuai dengan pekerjaannya mengemis ia kini tinggal dikolong jembatan bersama teman sekampung halamannya yang sempat ditawari untuk menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di malaysia.

Kini mereka bersama-sama melakukan pekerjaan yang sama sebagai pengemis, dan mereka lebih senang, semangat dan menikmati pekerjaannya itu. Ia bekerja dijalanan mulai dari pagi jam 04.00 subuh sampai pulang pagi lagi jam 24.00 malam. Neneng tidak merasa lelah dan ia merasa lebih semangat dalam melakukan pekerjaannya itu, dalam hal kesehatan ia mempunyai keluhan penyakit berupa sakit lambung, pinggang dan juga sakit kepala, ia pun selalu merasakan gemetar pada tubuhnya pada saat bekerja. Adapun kisah saat ia tertangkap oleh Satpol PP sebelum di masukan ke Panti yaitu sedang mengemis diwarung bersama temannya.8 b. Suaidah

Nama Suaidah lahir pada tanggal 25 April 1995 di Tegal. Ia mempunyai seorang suami dan seorang anak, Suaidah masih mempunyai orang tua yang bernama Watmi dan Sanat, yang kini mereka bertempat tinggal di Bojong Gede. Suaidah mengontrak rumah di Jakarta, pendidikan

8

Hasil wawancara dengan ibu Neneng,Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan

75

terakhirnya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Tegal. Dia kini bekerja sebagai pengemis, juga mempunyai sampingan pekerjaan sebagai Pembantu Rumah Tangga untuk cuci dan gosok pakaian. Pendapatan yang ia dapatkan dari mengemi sebesar Rp. 150.000 dalam sehari, suaminya bekerja dibengkel dekat Balai Kota yang berpenghasilan tidak menentu.

Pada saat suaidah sedang bekerja terkadang ia merasakan semangat dan lelah yang berlebihan. Jika peneliti lihat dalam kondisi kesehatannya ia mempunyai sakit di kepala, kepalanya sering terasa pusing dan kemanapun ia pergi selalu membawa balsem untuk mengurangi sakit dikepalanya, Suaidah mempunyai beban pikiran terhadap anaknya, karena ia merasa biaya kehidupannya sehari-hari belum bisa terpenuhi, yang kini membuat Suaidah terpaksa bekerja dijalanan sebagai pengemis dan bekerja sampingan sebagai Pembantu Rumah Tangga, itupun jika diperlukan. Suaidah tertangkap oleh SatPol PP sebelum di masukkan ke Panti pada saat ia sedang mengemis dijalanan.9

c. Siti Nurfarida

Nama Siti Nurfarida ia lahir pada tanggal 8 Juni 1969 di Sukabumi. Kini ia bertempat tinggal di Bekasi Timur, pendidikan terakhirnya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sukabumi. Siti ditinggalkan cerai oleh suaminya, sampai saat ini ia merasakan kehilangan karena ditinggal oleh suaminya. Siti mempunyai seorang anak, orang tua dari Siti sudah meninggal dan keluarga lainnya tinggal di Bekasi, ia sempat bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita di Malaysia selama 3 tahun, siti pun tidak

9

Hasil wawancara dengan ibu Suaidah,Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014.

76

bisa bertahan untuk tinggal di Malaysia, dikarenakan kondisi disana ia tidak mempunyai tempat tinggal yang menetap.

Akhirnya Siti terpaksa kembali pulang ke Indonesia dan bekerja sebagai pengemis diJakarta. Siti merasakan tekanan dalam hidupnya yang semakin besar, ia berfikir hidup dijakarta sangat besar resikonya untuk hidup sehari-hari, pendapatan yang ia dapatkan selama ia bekerja sebagai pengemis yaitu sebesar Rp.350.000 dalam sehari. Ia kini merasa senang dengan pekerjaannya dan sangat menikmatinya. Sebelum Siti masuk ke Panti, ia tertangkap oleh Satpol PP pada saat istirahat (tidur) disamping jalan tepatnya didepan toko.10

d. Masna

Nama Masna lahir di Bogor tanggal 15 April tahun 1960, ia mempunyai seorang suami dan mempunyai dua orang anak, Masna ditinggalkan pergi begitu saja oleh suaminya, dan suaminya membawa pergi kedua anaknya. Pendidikan terakhir Masna yaitu Sekolah Dasar (SD) di Bogor. Setelah ia ditinggalkan oleh keluarga kecilnya ia kini memutuskan untuk pergi bekerja sebagai pengemis diJakarta karena ia merasa bahwa ia tidak akan lagi berguna jika masih tinggal dikampungnya, masna tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap diJakarta, ia hanya tinggal dijalanan tanpa mempunyai rumah atau kontrakan yang bisa ia tempati.11

10

Hasil wawancara dengan ibu Siti Nurfarida,Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014.

11

Hasil wawancara dengan ibu Masna,Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014

77

Pada akhirnya Masna memutuskan untuk tidur dijalanan tepatnya didepan toko, jika pemilik toko itu menegurnya, ia pindah tidur dikolong jembatan. Masna sangat merindukan sekali anaknya, sampai saat ini ia tidak dapat bertemu dengan anaknya yang dibawa pergi oleh suaminya, masalah keluarga yang menjadi penyebab masna tertekan. Dalam kesehatannya Masna mempunyai sakit dilambung, juga sering sakit dikepala. Sebelum ia masuk kepanti ia tertangkap oleh Satpol PP sedang duduk ditrotoar untuk mengemis.12

e. Habib Surya

Nama Habib Surya, ia lahir di Pandeglang pada tanggal 14 Juli 1944, pendidikan terakhirnya yaitu Sarjana Muda Tekhnik Sipil. Pekerjaan sehari-hari nya sebelum pensiunan yaitu sebagai guru di SMA Pandeglang. Surya mempunyai seorang istri dan dua orang anak yang kini tinggal di Pulo Gadung. Setelah ia pensiun dari pekerjaannya, ia memutuskan untuk sementara waktu pergi meninggalkan keluarga untuk menambah penghasilannya demi terpenuhinya kebutuhan sehari-hari dengan meminta sumbangan mesjid. Sebelum dimasukan ke panti Surya tertangkap oleh Satpol PP saat sedang berjalan ditol.13

12

Hasil wawancara dengan ibu Masna,Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014.

13

Hasil wawancara dengan bapak Habib Surya, Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta 12 september 2014.

78

Berikut ini adalah tabel dari beberapa kasus stres yang dialami oleh Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.

TABEL 3

Sressor Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sumber penyebab stressor sosial pada warga binaan sosial di atas, di antaranya berupa:

1. Keluarga

Faktor Keluarga dapat menjadi sumber stres manakala keluarga tersebut tidak dapat memberikan suasana kondusif. Contohnya seperti, keluarga yang mengalami perpecahan baik diakibatkan oleh perceraian, keluarga yang tidak lagi harmonis, pertengkaran antara orang tua dan anak, otoriter, kekerasan dan lain sebagainya. Seperti kisah hidupnya Masna yang ditinggalkan pergi begitu saja oleh suaminya, dan suaminya membawa pergi kedua anaknya.14

2. Pekerjaan

Stressor pekerjaan seperti tugas yang terlalu banyak, kurangnya penghasilan, kehilangan pekerjaan, atau terlalu lama menganggur, dapat menyebabkan seseorang mengalami stres. Seperti kisah dari kehidupannya

14

Hasil Wawancara dengan Masna, di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.

No Nama Stressor Sosial

1. Neneng Heni Faktor pekerjaan

2. Suaidah Faktor ekonomi

3. Siti Nur Farida Faktor ekonomi

dan pekerjaan

4. Masna Faktor keluarga

79

Neneng yang kehilangan pekerjaan karena dia dibohongi untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita di Malaysia dan ia tidak ingin kembali kekampung halamannya dikarenakan malu.15

Begitupun kisahnya Siti yang sempat bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia selama 3 tahun, ia tidak bisa bertahan untuk tinggal di Malaysia, dikarenakan kondisi disana ia tidak mempunyai tempat tinggal yang menetap.16

3. Ekonomi atau Keuangan

Masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari merupkan faktor utama stres, kondisi ekonomi atau keuangan yang tidak sehat, misalnya pendapatan lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha. Seperti kisah hidupnya Suaidah, Siti dan Surya yang merasa kebutuhan hidupnya sehari-hari masih sangat kurang.17

4. Lingkungan hidup

Faktor dari lingkungan hidup ini yang lebih dominan terjadi pada Warga Binaan Sosial, sehingga mereka sangat rentan sekali mengalami stres, selain itu situasi lingkungan yang buruk sangat besar pengaruhnya kepada warga binaan, misalnya tempat tinggal pindah, penggusuran, hidup dalam lingkungan kriminalitas, polusi, dan lain sebagainya.

Keberhasilan Warga Binaan Sosial agar terhindar dari stres yang

mereka alami, tidak akan terlepas dari substansi isi dari do’a dan dzikir

yang dapat di jelaskan sebagai berikut.

15

Hasil Wawancara dengan Neneng , di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. 16

Hasil Wawancara dengan Siti, di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. 17

Hasil Wawancara dengan Suaidah, Siti, dan Suryadi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2

80

a) Bacaan do’a dan dzikir

Bacaan yang dibacakan pada saat pelaksanaan bimbingan do’a dan dzikir diantaranya: membaca “Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir”, lalu diikuti dengan terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Techniq), membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, an-Nass, syahadat, shalawat, asmaul husna,juga membaca do’a. contohnya seperti do’a orang tua, do’a makan, do’a kesehatan, do’a selamat dunia akhirat, dan lain sebagainya.

b) Proses ingatnya manusia kepada Allah SWT

Hal ini akan membantu manusia dalam mnemukan ketenangan jiwanya, sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an, sebagai berikut:

ð= >

?



@

A

Bð C

D



D



EFGD



H



I



J

H



K

I



J

H





E

G

L





Artinya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dalam mengingat Allah, ingatlah hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram.”(QS. Ar Ra’d ayat 28).

Dari ayat ini sudah sangat jelas bahwasanya dengan mengingat Allah SWT faktor utama terbentuknya ketenangan dalam jiwa. Adapun

do’a yang kita panjatkan kepada Allah SWT akan dikabulkan,

sebagaimana dalam QS. Al.Baqarah:186

M

 

N

O

P



Q



R

S



S



T

 

U

V



I

V



W

K



S

Q

X



Y





M

N



S

Q



R



Z[

 

\



U







]



^



_

`

I



Artinya: ”Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasannya aku adalah dekat, Aku

mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon

81

hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam kebenaran. (QS. Al.Baqarah:186).

3. Analisis Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Melalui Metode Do’a

dan Dzikir Bagi Penderita Stres di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.

Bimbingan rohani islam yaitu sebagai sumber yang memberikan pemahaman, sebagai upaya memelihara dan membantu mengembangkan hidup manusia, sebagai tuntunan yang memberikan arahan sesuai dengan ajaran Islam menurut al-Qur’an dan Hadist dalam memelihara diri

sehingga terhindar dari berbagai masalah, serta sebagai sumber yang dapat memberikan pengetahuan mengenai hubungan manusia dengan Tuhan.18 Bimbingan Rohani Islam merupakan sumber pemberian pemahaman untuk

mengembangkan hidup manusia agar sesuai dengan aturan Al Qur’an dan

Hadist, agar kita senantiasa terhindar dari berbagai masalah, bahkan tekanan hidup yang akan dapat memicu terjadinya stres (suatu keadaan tertekan) yang merupakan salah satu penyakit umum dan banyak dialami oleh setiap manusia, apalagi dengan zaman sekarang yang serba modern, yang dapat menyebabkan kelupaan manusia dari mengingat Allah SWT.

Dengan mengingat, memohon, juga meminta kepada Allah SWT, akan menjadikan hati tenang, karena dengan hati yang tenang senantiasa akan terhindar dari stres yang sedang dihadapi. Khususnya bagi Warga Binaan Sosial yang mana mereka senantiasa sangat rentan sekali terkena stres, dengan kondisi mereka yang sehari-harinya hidup bebas di jalanan, dengan faktor lingkungan, faktor ekonomi, pekerjaan, keluarga dan lain

18

Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Pustaka Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul dan Terjemahan, h. 601

82

sebagainya. Selain itu warga binaan sangat kurang sekali ilmu

pengetahuan Agama, terutama mengenai do’a dan dzikir. Oleh karena itu

sangatlah penting untuk mereka di berikan pemahaman terlebih dahulu mengenai bimbingan rohani do’a dan dzikiroleh pembimbing. Berikut ini hasil kutipan wawancaranya;

Pemahaman mengenai do’a dan dzikir, menurut informan

(kurniawan) selaku pembimbing rohani do’a dan dzikir mengungkapkan bahwa do’a itu permohonan, permintaan kepada Allah SWT, yang mana dengan berdo’a memohon kepada Allah SWT akan memberikan

ketenangan, keberkahan, keselamatan, hidayah, juga petunjuk. Hanya

dengan berdo’a senantiasa permohonan akan dikabulkan Allah SWT.

Adapun dzikir menurutnya yaitu mengingat Allah SWT, dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang, segala permasalahan yang dihadapi menjadi mudah, sembuh dari rasa tertekan yang menjadi faktor pencetus stres. Berikut ini kutipan wawancaranya :

Do a itu permohonan, permintaan sebagaimana firman Allah SWT.,

Ud uni astajib lakum yang artinya: Berdo alah kepadaKu niscaya akan Aku kabulkan do a mu . Dengan berdo a Allah akan memberikan kesembuhan, keberkahan, keselamatan, hidayah, petunjuk, juga semoga bagi Warga Binaan Sosial yang merasa kehilangan keluarganya ia dapat kembali bertemu dengan keluarganya, jika ia sedang mempunyai masalah yang sedang membebaninya sehingga ia merasa tertekan dan dirinya merasakan stres semoga Allah SWT, mempermudah segala urusannya dan disembuhkan dari stres yang sedang dihadapinya. Adapun dzikir artinya mengingat Allah SWT agar hati menjadi tenang.19

Adapun pendapat yang sama dari informan lainnya mengungkapkan bahwa do’a itu ialah permohonan, permintaan kepada

19

Pada saat meneliti langsung di lapangan dan wawancara pribadi dengan bapak Kurniawan selaku staffbimbingan dan penyaluran, Jakarta, pada hari senin 8 september 2014.

83

Allah SWT berupa meminta keselamatan, keberkahan, kesehatan, ketenangan, sesuai dengan tujuannya masing-masing.

Selain itu adapun pengertian dari dzikir, para responden mengungkapkan bahwa, dzikir itu ialah mengingat Allah SWT, akan tetapi maksud dari masing-masing responden berbeda, ada yang mengungkapkan bahwa dzikir itu hanya lafad Subhanallah, Alhamdulillah, Astaghfirullah, dan Allahu Akbar.seperti yang diungkapkan oleh Neneng, berikut kutipan hasil wawancaranya:

“Kalau dzikir itu kayaIstighfar, Allahhu Akbar, Subhanallah.”20

Hal ini sama seperti pengungkapan Suaidah juga Masna, yang mana mereka memahami dzikir itu hanya suatu lafad saja tanpa mengetahui makna dari dzikir tersebut. Berbeda dengan pengungkapan Siti Nurfarida bahwa dzikir yang maksudkannya, yaitu mengingat dalam arti ingat apa yang ada dipikirannya, jika ia sedang mengingat Allah maka ia artikan dzikir itu mengingat Allah, begitupun ia artikan dzikir itu ingat segala apa yang ada dipikirannya.

Berikut kutipan hasil wawancaranya:

“Dzikir yaitu kita mengingat, mengingat apapun yang ada dipikiran, paling utama mengingat Allah SWT.21

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, peran dari pembimbing rohani islam sangat penting bagi mereka khususnya Warga Binaan Sosial yang pada umumnya mereka hidup kesehariannya dijalanan, tanpa di dasari dengan ilmu pengetahuan agama.

20

Wawancara pribadi dengan Neneng selaku Warga Binaan, Jum’at 12 September 2014.

21

Wawancara dengan Siti Nurfarida selaku Warga Binaan Sosial diPanti, Jum’at 12

84

Mengingat dari hasil wawancara ini sebagian besar warga binaan masih belum memahami betul pengetahuan agama, termasuk pengetahuan

mengenai do’a dan dzikir yang sehari-harinya sering kali kita laksanakan, baik saat kita sedang beribadah, bekerja ataupun sedang beristirahat.

Berdasarkan hasil observasi dapat dilihat bahwa menurut pembimbing rohani pemahaman Warga Binaan Sosial di Panti mengenai

do’a dan dzikir sangat kurang sekali, karena dengan kehidupan mereka

yang sehari-harinya hidup dijalanan, menjadi kewajiban untuk mengajarkan kembali, mengingatkan kembali. Setelah mereka ingat dan mengenal do’a dan dzikir, kita dapat melanjutkan pada bimbingan yang

akan kita berikan selanjutnya.

Berikut kutipan hasil wawancara pembimbing rohani (pak kurniawan):

“Pemahaman Warga Binaan Sosial mengenai do’a dan dzikir,

mereka harus diajarkan juga diingatkan kembali, kita bimbing lagi mulai

dari pengertian do’a dan dzikir, apakah mereka tahu dan ingat, setelah mereka mengenal arti do’a dan dzikir baru kita lanjutkan kepada bacaan dari do’a dan dzikir itu sendiri, juga kita tambahkan artinya agar mereka

bisa memahami betul, mengingat mereka itu kesehariannya tinggal di

Dokumen terkait