• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

4. Tahapan Stres

Gejala- gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik dirumah, tempat kerja ataupun ditempat lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Van Amberg dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut:

1. Stres Tahap 1

Tahap ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:

a) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting). b) Penglihatantajamtidak sebagaimana biasanya.

c) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula.

d) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 25-26

8

2. Stres Tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana yang di uraikan pada bab I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Adapun keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II ialah:

a) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.

b) Merasa mudah lelah sesudah mkan siang. c) Lekas merasa capai menjelang sore hari.

d) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman.

e) Detakan jantung lebih keras dari biasannya (berdebar-debar). f) Otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

g) Tidak bisa santai. 3. Stres Tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa melihat keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II, maka yang bersangkutan akan menunjukan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu:

a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata: misalnya, keluhan “maag”, buang air besar tidak teratur.

9

c) Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.

d) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk memulai masuk tidur, atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, atau bangun terlalu pagi/dini hari dan tidak dapat tidur kembali.

e) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan).

Pada tahapan ini seseorang harus berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh terapi, atau juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh dapat memperoleh kesempatan untuk beristirahat.

4. Stres Tahap IV

Tidak jarang seseorang pada saat memeriksakan dirinya kedokter sehubungan dengan keluhan stres tahap III diatas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul:

a) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit. b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah

diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit. c) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin

d) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.

e) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

f) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

5. Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh kedalam stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut:

a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam.

b) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana.

c) Gangguan sistem pencernaan yang semakin berat.

d) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

6. Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang-ulang kali dibawa ke Unit Gawat Darurat, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah :

a) Debaran jantung teramat keras. b) Susah bernafas.

c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran. d) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan/pingsan.

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.23

Dampak dari stres yang dihadapi oleh individu dapat bermacam-macam diantaranya ada dampak perubahan fisiologis, perubahan psikologis, maupun perubahan psikis. Perubahan fisiologis yang dirasakan oleh individu dapat berupa: keluhan seperti sakit kepala, tekanan dara tinggi, sakit pinggang, diare, sembelit, susah tidur, susah makan, juga kehilangan semangat. Sedangkan perubahan psikis dapat berupa perasaan gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah tersinggung dan depresi. Adapun perubahan psikologis yang diakibatkan stres akan dapat mempengaruhi berupa, sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau.

Adapun tabel yang menjelaskan mengenai perubahan pada individu yang mengalami stres menurut pendapat Terry dan John Newman yaitu, gejala stres dapat dibagi menjadi 3 aspek, yaitu gejala psikologis, gejala psikis, dan perilaku.24

23

Dadang Hawari,Manajemen Stres Cemas dan Depresi, (Jakarta: Gaya Baru, 2001), h 33.

24

Aswi, 50 Cara Ampuh Mengatasi Stres, (Jakarta: Hi-Fest Publishing, 2008), cet-1, h. 110

TABEL 1

PERUBAHAN INDIVIDU TERHADAP STRES No Gejala Psikologi Gejala Fisik Gejala Perilaku 1. Kecemasan,

ketegangan

Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah Menunda atau menghindari pekerjaan/tugas 2. Bingung, marah, sensitif

Mudah lelah secara fisik

Penurunan prestasi dan produktivitas

3. Memendam perasaan Mudah terluka Meningkatnya

penggunaan minuman keras

4. Komunikasi tidak efektif

Gangguan pernafasan Perilaku makan yang tidak normal

5. Mengurung diri Lebih sering berkeringat

Kecenderungan meningkatnya perilaku beresiko tinggi

6. Depresi Kepala pusing, migrain Meningkatnya

kriminalitas

7. Merasa terasing dan mengasingkan diri

Ketegangan otot Kehilangan nafsu makan

8. Lelah mental Problem tidur Penurunan kualitas

hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman

9. Kehilangan daya konsentrasi

Gangguan pada kulit Perilaku sabotase

10. Kehilangan semangat hidup

Kanker Meningkatnya frekuensi

absensi

11. Menurunnya harga diri dan rasa percaya diri

Badan bergetar Kecenderungan bunuh diri

Dokumen terkait