• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2. Pengungkapan (Disclosure) laporan keuangan

Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Jika dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha (Chariri dan Ghozali 2003:235). Sudarmadji dan Sularto (2007) mengatakan secara sederhana, pengungkapan dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi.

Informasi yang diungkap harus jelas, lengkap, berguna dan tidak membingungkan pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi serta dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut. Di Indonesia, pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan oleh emiten atau perusahaan publik ditetapkan oleh Ketua Bapepam dan LK dalam surat edaran dengan Nomor: SE-02/BL/2008. Surat edaran tersebut merupakan kelanjutan dari surat edaran sebelumnya yaitu, surat edaran Nomor: SE-02/PM/2002.

Hendriksen (2000), menyatakan bahwa dalam pengertian terluas, pengungkapan berarti penyampaian (realease) informasi keuangan tentang suatu perusahaan didalam laporan keuangan, biasanya laporan tahunan. Lebih lanjut, Hendriksen (2000) menyatakan pengungkapan dalam pengertian tersempitnya mencakup hal-hal seperti pembahasan dan analisis manajemen, catatan kaki, dan laporan pelengkap. Informasi ini memberikan penjelasan posisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Informasi penjelasan yang berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan dapat juga diungkapkan dalam laporan pemeriksaan. Segala sesuatu yang bersifat material harus diungkapkan dalam laporan, termasuk informasi kuantitatif (seperti komponen rupiah dalam persediaan) dan kualitatif (seperti tuntutan hukum) yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Pengungkapan yang memadai tersebut penting untuk menghindari adanya kesalahan interpretasi bagi yang membacanya.

Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yag dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Beikaoui (2006) mengklasifikasikan tujuan pengungkapan berdasarkan penekanan atau orientasi badan pengawas menjadi tiga, yaitu:

1) Tujuan melindungi, tujuan ini dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup paham atau mengerti seluk beluk akuntans. Bagi mereka yang awam, perlu dilindungi kepentingannya, yaitu dengan mengungkapkan informasi dengan sejelas mungkin, sehingga pihak ekstern ini dapat menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatupos statemen keuangan.

2) Tujuan informatif, tujuan ini dilandasi oleh gagasan bahwa semua pemakai dianggap sudah memahami seluk-beluk akuntansi. Pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan tersebut. Tujuan ini biasanya melandasi penyusun standar akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan.

3) Tujuan kebutuhan khusus, tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif. Pengungkapan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju. Untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan peraturan melalui formulir-folmulir yang menuntut pengungkapan secara rinci.

Perusahaan harus memperhatikan pengugkapan yang dilakukannya, karena hal itu berpengaruh terhadap hubungan jangka panjang dengan para pengguna laporan keuangan. Perusahaan harus mengetahui pula bagaimana pengungkapan dilakukan didalam laporan keuangan atau harus memahami konsep-konsep pengungkapanyang ada. Emiten sering kali menyembunyikan berbagai informasi penting yang sebenarnya dibutuhkan investor demi kepentingan perusahaan, padahal seharusnya emiten menyadari bahwa sebenarnya setelah perusahaan go

publik mereka harus lebih terbuka. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh banyak

factor diantaranya kurangnya pengetahuan emiten tentang kebutuhan para investor atau karena tingginya biaya pelaporan.

Menurut Chariri dan Ghozali (2003:235) Konsep dari luas pengungkapan

dibagi menjadi tiga Yaitu, pengungkapan cukup (adequate disclosure), pengungkapan wajib (fair disclosure), pengungkapan lengkap (full disclosure). Konsep yang paling dipraktekkan adalah pengungkapan yang cukup (adequate

disclosure), yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang

berlaku, dimana pada tingkat pengungkapan ini investor dapat menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan dengan benar sehingga laporan tidak menyesatkan.

Pengungkapan yang wajar (fair disclosure) mengandung sasaran etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. Pengungkapan yang penuh (full disclosure) merupakan pengungkapan atas semua informasi yang relevan. Pengungkapan penuh (full

disclosure) memiliki kesan mengajukan informasi secara melimpah, sehingga disclosure menjadi tidak tepat. Informasi yang terlalu melimpah akan

menyembunyikan informasi penting dan membuat laporan keuangan sulit diinte-pretasikan.

Menurut Suripto (1999) informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Pengungkapan wajib (mandatory disclosure)

Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan cukup yang dipaksakan kepada perusahaan sebagai bentuk intervensi pemerintah untuk mengatasi adanya adanya potensi kegagalan pasar (Chariri dan Ghazali 2003). Pengungkapan wajib ini dimuat dalam laporan tahunan perusahaan publik.

Kebutuhan akan informasi, diperlukan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan pada suatu perusahaan. Tuntutan terhadap informasi tidak hanya dari internal perusahaan. Tetapi juga dari kalangan masyarakat yang lebih luas, khususnya pihak investor yang yang melakukan investasi. Pengungkapan informasi yang memadai bertujuan untuk mencegah kejutan yang mungik dapat mengubah secara total masa depan perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan yang ingin mengungkapkan informasi secara memadai disebabkan argument-argumen yang mengatakan bahwa pengungkapan yang terlalu luas akan membantu pesaing dalam merugikan peran pemegang saham. Namun, argument ini kurang mendasar karena para pesaing pada umumnya memperoleh informasi dari suumberlain.

2) Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)

Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan keputusan oleh para pemakai laporan tahunannya (Meek dkk 1995 dalam Suripto 1999). Pengungkapan sukarela merupakan cara untuk meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan (Hely dan Palepu, 1993 dalam Yularto dan Chariri, 2003). Standar-standar akuntansi biasanya menghendaki pengungkapan minimum, tetapi tidak menghalangi manajemen untuk memberikan tambahan pengungkapan dengan sukarela.

Pengungkapan-pengungkapan ini meliputi gambaran strategi perusahaan dalam jangka panjang, indikator-indikator non keuangan penting, yang bermanfaat untuk keefektivitasan implementasi strategi perusahaan dan berguna dalam membahas hubungan antar indikator-indikator non keuangan penting tersebut dengan laba yang akan datang (Wallance et.al, 1994 dalam Yularto dan Chariri, 2003)

Selama ini, kebijakan luas pengungkapan sukarela dapat berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perbedaan luas pengungkapan tersebut dapat dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan seperti: budaya perusahaan, bidang usaha, proses produksi, pasar, sumber daya dan sebagainya. Menurut Lang dan Ludolm (1993) dalam Yularto dan Chariri (2003) dilihat dari aspek laporan keuangan karakteristik perusahaan ditentikan berdasarkan tiga pendekatan yaitu: karakteristik yang berkaitan dengan struktur, kinerja (performance), dan pasar (market). Struktur meliputi ukuran (size) perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka panjang. Kinerja (performance) meliputi likuiditas perusahaan dan laba (profit). Sedangkan dari pendekatan pasar meliputi factor-faktor kualitatif seperti tipe industri, tipe auditor, dan status perusahaan. Menurut Zarzeski (1996) dalam Yularto dan Chariri (2003) pendekatan pasar dapat juga dilihat secara kuantitatif yang meliputi jumlah ekspor, size perusahaan, dan total kewajiban. Termasuk juga di dalamnya porsi pemegang saham dan umur perusahaan.

Perusahaan akan selalu mempertimbangkan biaya dan manfaat yang diperolehnya dalam melakukan disclosure terutama voluntary disclosure. Menurut Suripto (1999), biaya pengungkapan yang harus dipertimbangkan adalah biaya

pengungkapan langsung dan tidak langsung. Adapun biaya-biaya tersebut adalah sebagai berikut:

a. Biaya langsung meliputi, biaya pengumpulan data, biaya pemrosesan informasi, biaya pengauditan, dan biaya penyebaran informasi.

b. Biaya tidak langsung meliputi, biaya litigasi atau biaya hukum, biaya kerugian persaingan, dan biaya politik. Biaya litigasi timbul akibat pengungkapan informasi yang tidak memadai dan informasi yang menyesatkan. Biaya kerugian pesaing terjadi apabila informasi yang diungkapkan melemahkan daya saing perusahaan karena informasi tersebut digunakan untuk memperkuat daya saing mereka. Biaya politik terjadi ketika praktik pengungkapan memicu regulasi pemerintah.

Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah seputar pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Pembatasan ini dilakukan mengingat alasan-alasan: (1) pemerintah Indonesia sudah menetapkan aturan mengenai laporan tahunan, (2) pemerintah Indonesia sudah menunjuk Bapepam sebagai badan yang bertugas untuk mengawasi kepatuhan perusahaan terhadap aturan tersebut dan (3) semakin meningkatnya kesadaran bagi manajemen perusahaan untuk membuka diri dalam melakukan disclosure pada laporan tahunan, guna mendukung strategi perusahaan.

Laporan keuangan merupakan mekanisme yang penting bagi manajer untuk berkomunikasi dengan investor luar, yaitu investor publik di luar lingkup manajemen serta tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan (Bambang irwan 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan laporan keuangan

yang dilakukan oleh manajemena adalah ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas.

Dokumen terkait