• Tidak ada hasil yang ditemukan

TotalPiutang HTI

D. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN OPERASIONAL 1 Pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak

F.5 PENGUNGKAPAN LAIN-LAIN

1. Pengungkapan atas pinjaman kepada Konsorsium Mitra Penyelenggara Sea Games

a. Sesuai dengan Keputusan Presiden RI No. 01/IHHT/1997 tanggal 8 Oktober 1997 tentang Pinjaman Dana Kepada Konsorsium Penyelenggaran Sea Games XIX Tahun 1997, di Jakarta, maka berdasarkan persetujuan Presiden RI, Menteri Sekretaris Negara melalui surat No. R.160/M.Sesneg/10/1997 tanggal 6 Oktober 1997 meminta kepada menteri Kehutanan untuk menyalurkan dana reboisasi (DR) Rp35.000.000.000,00 ke Rekening Sekretariat Negara dalam bentuk pinjaman, dengan tingkat bunga 15%.

b. Berdasarkan surat dari Menteri Sekretaris Negara tersebut, Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan melalui surat No. 2387/II-Keu/1997 dan surat No. 2387/II-Keu/1997 tanggal 8 Oktober 1997, telah meminta kepada Pimpinan Bank Pembangunan Indonesia Cabang Jaya S. Parman Jakarta dan pimpinan Bank Bumi daya Cabang Khusus Imam Bonjol Jakarta, untuk memindahbukukan uang atas beban rekening Menteri Kehutanan masing-masing sejumlah Rp11 milyar dan Rp24 milyar kepada rekening Sekretariat Negara/Asisten Menteri Sekretaris Negara Urusan Umum No.070.690847.011 pada Bank BNI cabang Harmoni.

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

1089/Setneg/Asum/10/1997, Asisten Menteri Sekretaris Negara Urusan Umum, telah meminta kepada PT. Bank BNI Cabang Harmoni, untuk memindahbukukan beban rekening No.070.690847.011 atas nama Drs. A.J. Bambang Suntanto sejumlah Rp35 milyar kepada Rekening Konsorsium Mitra Penyelenggara Sea Games XIX Tahun 1997 No. rekening 0815219.100 pada Bank Niaga Cabang Thamrin, sebagai pinjaman.

d. Pinjaman Dana Kepada Konsosium Penyelenggaran Sea Games XIX Tahun 1997, telah dituangkan dalam surat perjanjian Utang piutang Nomor Perj-02/setneg/asum/10/1997 tanggal 8 Oktober 1997 antara Asisten Menteri Sekretaris Negara Urusan Umum (Drs. A.J. Bambang Sutanto) yang merupakan Pihak Pertama dan Ketua Konsorsium serta Ketua Harian Konsorsium Penyelenggaran Sea Games XIX Tahun 1997 (Bambang Trihadmodjo dan Bambang Riyadi Soegama) selaku Pihak Kedua.

e. Upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Kehutanan yakni :  Memberi kuasa kepada Kejaksaan Agung untuk melakukan penagihan dengan Surat Kuasa No. 879/Menhut-II/2002 tanggal 19 Juni 2002 yang disampaikan melalui surat No. 878/Menhut-II/2002 tanggal 19 Juni 2002.

 Meminta konfirmasi piutang tersebut kepada Sekretariat Negara melalui surat No. S.446/II-Ren/2006 tanggal 19 April 2006 dan surat No. S.524/II-Ren/2006 tanggal 12 Mei 2006.  Melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan dan

Sekretariat Negara, untuk penyelesaian piutang tersebut, antara lain meliputi:

 Pada tanggal 15 April 2010, telah dieselenggarakan rapat antara Kementerian Kehutanan dan DJKN, yang intinya bahwa Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan akan berkoordinasi dengan Sekretariat Negara terkait proses penyerahan piutang dana Sea Games tersebut.

 Pada tanggal 20 Juli 2010, bersama Kementerian Keuangan dan Sekretariat Negara telah dibahas langkah-langkah penyelesaian atas pinjaman dana kepada Konsorsium Mitra Penyelenggara (KMP) Sea Games disepakati bahwa :

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

piutang mengenai pinjaman kepada KMP Sea Games XIX dengan informasi perkembangan proses penyelesaian.

2) Terus berkoordinasi dengan Sekretariat Negara selaku Institusi yang menyalurkan dan memiliki hak tagih atas pinjaman kepada KMP Sea Games XIX, untuk proses penyelesaian pinjaman.

3) Menyusun dan membuat formulasi penyelesaian pinjaman kepada KMP Sea Games XIX antara Sekretariat Negara, Kementerian Keuangan dan Kementerian Kehutanan.

4) Mendorong Sekretariat Negara untuk melakukan percepatan proses penyelesaian pinjaman kepada KMP Sea Games XIX dengan Direktorat Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan.

f. Pada tanggal 25 Agustus 2010 bersama Kementerian Keuangan dan Sekretariat telah diselenggarakan rapat dengan kesimpulan:  DJKN akan membantu upaya penagihan piutang kepada KMP Sea Games setelah ada penyerahan dari Sekretariat Negara selaku pemilik piutang kepada Kementerian Keuangan Cq. DJKN.

 Sebelum diserahkan oleh Sekretariat Negara, Kementerian Kehutanan agar menarik pemberian Surat Kuasa Menteri Kehutanan kepada Jaksa Agung No. 879/Menhut-II/2002 tanggal 19 Juni 2002 tentang Penagihan Piutang kepada KMP Sea Games XIX tahun 1997 dan melaporkan kepada Sekretariat Negara.

g. Melalui surat No. S.464/Menhut-II/2010 tanggal 14 September 2010, Kementerian Kehutanan secara resmi melakukan penarikan atas Surat Kuasa No. 879/Menhut-II/2002 tanggal 19 Juni 2002 kepada Jaksa Agung RI.

h. Pada tanggal 22 September 2010, melalui surat No.S.86/II.Keu/4/2010 Kementerian Kehutanan telah menyampaikan/melaporkan kepada Sekretariat Negara dan kepada DJKN cq. Direktur Piutang Negara, mengenai penarikan atas Surat Kuasa No. 879/Menhut-II/2002 tanggal 19 Juni 2002 kepada Jaksa Agung RI.

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

KEU/1/2015 Kementerian Kehutanan telah

menyampaikan/melaporkan kepada Sekretariat Negara perihal Penyelesaian Piutang atas Pinjaman kepada Konsorsium Mitra Penyelenggara (KMP) Sea games XIX Tahun 1997 di Jakarta dan telah ditanggapi oleh Sekretariat Negara melalui Surat Nomor R-195/Setpres/D-1/Adm/KU.05.00/03/2015 tanggal 06 Maret 2015 perihal Penyelesaian Dana Bantuan Presiden.

j. Pada tanggal 24 Maret 2015 melalui surat Nomor S.187/II-KEU/2015 Kementerian Kehutanan telah menanggapi surat Sekretariat Negara dengan Nomor R-195/Setpres/D-1/Adm/KU.05.00/03/2015 tanggal 06 Maret 2015 dengan memperhatikan:

1) Surat Kepala Biro Administrasi Kementerian Sekretariat Negara RI Sekretariat Presiden menyampaikan bahwa Menteri Keuangan melalui surat Nomor SR-49/MK.02/2002 tanggal 20 September 2002, hal penyelesaian dan Banpres yang berada di pihak ketiga seyogyanya diselesaikan terlebih dahulu oleh Sekretariat Negara dengan pihak ketiga.

2) Surat Sekretaris Negara No. R.97 tanggal 22 Oktober 2002, yang menegaskan kembali bahwa melalui surat Sekretaris Negara No.R31 tanggal 18 Mei 2002 dimaksud sebenarnya telah menyerahkan seluruh aset BANPRES (termasuk piutang dan penyertaan modal) dan seluruh dana/kekayaan kepada Kementerian Keuangan, dengan demikian menurut hemat kami secara prinsip pengadministrasiannya telah beralih dan menjadi kewenangan Kementerian Keuangan. k. Kronologi Pencatatan pada LK :

 Sejak tahun 2005 Piutang kepada KMP Sea Games dicatat pada Laporan Keuangan kementerian Kehutanan dengan nilai sebesar Rp118.244.559.912,80. Pencatatan tersebut didasarkan atas saran dari Tim Pemeriksa BPKRI.

 Nilai sebesar Rp118.244.559.912,80 merupakan nilai per 31 Desember 2005 dan sejak Januari 2006 perhitungan bunga pinjaman tidak lagi diperhitungkan oleh Kementerian Kehutanan atas saran BPK-RI.

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

perikatan pinjam meminjam antar KMP Sea Games, Sekretariat Negara dan Kementerian Kehutanan, maka pinjaman kepada KMP Sea Games belum dapat dikategorikan/ diakui sebagai piutang. Oleh karena itu pencatatan dalam Neraca dimasukkan sebagai Aset Lain-lain.

Accounting Treatment:

 Berdasarkan Undang-undang PNBP Nomor 20 Tahun 1997 bahwa besarnya nilai bunga yang dapat ditagih/dicatat adalah selama 2 tahun (24 bulan) setelah kewajiban pembayaran angsuran pinjaman ditambah bunga oleh pihak tertagih dinyatakan macet.  Berdasarkan Dokumen Surat Perjanjian Utang Piutang

antara Sekretariat Negara (selaku PIHAK PERTAMA) dengan KMP Sea Games XIX tahun 1997 di Jakarta

(selaku PIHAK KEDUA) Nomor

Perj-02/Setneg/Asum/10/1997 tanggal 8 Oktober 1997, bahwa perhitungan nilai bunga pinjaman yang dapat ditagih dan dicatat dalam Laporan Neraca Sekretariat Negara atau Neraca Kementerian Kehutanan adalah terhitung mulai bulan Oktober 1998 s/d Oktober 2000, dengan total akumulasi sebesar Rp54.738.033.655,46 (Lima puluh empat milyar tujuh ratus tiga puluh delapan juta tiga puluh tiga ribu enam ratus lima puluh lima rupiah empat puluh enam sen), yang terdiri dari Pokok Pinjaman sebesar Rp35.000.000.000,00 dan bunga pinjaman selama 3 (tiga) tahun sebesar Rp19.738.033.655,46.

 Dengan demikian pencatatan dalam neraca yang semula dicatat dalam Neraca pada Laporan Keuangan tahun 2009 dan Laporan Keuangan Tahun 2010 sebesar Rp118.244.559.912,80 dikoreksi menjadi Rp54.738.033.655,46 (Lima puluh empat milyar tujuh ratus tiga puluh delapan juta tiga puluh tiga ribu enam ratus lima puluh lima rupiah empat puluh enam sen).

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

dilaporkan pada neraca Kementerian Kehutanan hanya sebesar Rp35 milyar yang merupakan pokok pinjaman, sedangan sisanya sebesar Rp19.738.033.655,46 yang merupakan bunga pinjaman selama 3 (tiga) tahun seharusnya dicatat oleh Sekretariat Negara, karena Sekretariat Negara yang membuat perikatan pinjam meminjam. Sementara ini Kementerian kehutanan masih mencatat nilai keseluruhan (pokok+bunga).

2. Pengungkapan Penurunan Nilai Klaim Asuransi Helikopter N-Bell

a. Kontrak pengadaan 2 (dua) unit helikopter Bell-412 antara Departemen Kehutanan dengan PT, Dayajasa Transindo Pratama sesuai dokumen kontrak nomor. 15.1/DIK/XI/2000 tanggal 15 Nopember 2000 dengan rincian kontrak sebagai berikut:

 Jenis helikopter pengadaan adalah 1 (satu) buah type Bell-412/PK-MIMI nomor seri 34023 dan 1 (satu) buah type Bell-412/PK-SPT nomor seri 34022.

 Nilai kontrak 2 helikopter sebesar Rp 93.159.000.000,00 (sembilan puluh tiga milyar seratus lima puluh sembilan juta rupiah).

 Asuransi terhadap 2 (dua) helikopter tersebut, pihak PT. Dayajasa Transindo Pratama akan menutup asuransi/ All Risk sedikitnya selama 100 jam terbang atau 4 (empat) bulan masa pengoperasian helikopter. Penutupan asuransi oleh PT. Dayajasa Transindo Pratama adalah terhadap kerugian jiwa dan barang kontrak (helikopter) milik Departemen Kehutanan.

 Sertifikat asuransi dikeluarkan oleh PT. Tugu Pratama Indonesia no: A239/MA/VIII/01 tanggal 21 Agustus 2001, di atas namakan PT. Dayajasa Transindo Pratama. Masa berlaku asuransi mulai tanggal 11 Desember 2000 sampai dengan 11 Desember 2001.

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

mengalami kecelakaan di Gunung Burangrang Jawa Barat. Berdasarkan surat PT. Dayajasa Transindo Pratama no. 092/DTP/II/01 tanggal 27 Pebruari 2001, melaporkan bahwa Tim SAR udara Kalijati menemukan pesawat Bell-412/PK-SPT dalam keadaan rusak total dan 3 (tiga) orang awak meninggal. Peristiwa tersebut dikuatkan dengan surat dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) no. KNKT/321/VIII/KTJ/02 tanggal 27 Agustus 2002.

c. Penyelesaian/penagihan klaim asuransi diawali pertemuan antara Departemen Kehutanan dengan PT. Dayajasa Transindo Pratama pada tanggal 31 Juli 2001 yang menyepakati bahwa PT. Dayajasa Transindo Pratama akan segera menyelesaikan progres Klaim Asuransi.

d. Penagihan terhadap progres klaim asuransi sudah dilakukan beberapa kali kepada PT. Dayajasa Transindo Pratama melalui surat Sekretaris Jenderal, antara lain: 1483/II-UM/2001 tanggal 10 Juli 2001; 984/II/UM-4/2001 tanggal 22 Agustus 2001; 1981/II-UM/2001 tanggal 20 Sptember 2001; 2425/II-UM/2001 tanggal 23 Nopember 2001; 01/II/UM-4/2002 tanggal 2 Januari 2002; 121/II/UM-4/2002 tanggal 31 Januari 2002; 377/II/UM-4/2003 tanggal 24 Maret 2002.

e. Dalam rangka penyelesaian klaim asuransi Departemen Kehutanan menyerahkan penyelesaiannya kepada Badan Arbiterase Nasional Indonesa (BANI) melalui surat Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan atas nama Menteri Kehutanan no. 329/Menhut-II/Kum/03 tanggal 16 April 2003. Sesuai petunjuk Menteri Kehutanan atas Nota Dinas Sekjen no. 63/II/Kum/Rhs/2003 tanggal 24 September 2003, bahwa untuk penghematan anggaran, penyelesaian klaim asuransi tidak melalui BANI.

f. Dalam rangka mengefektifkan penyelesaian klaim asuransi, Departemen Kehutanan membentuk Tim Asistensi Penanganan Perkara klaim asuransi 1 unit helikopter NBell-412 register PK-SPT milik Departemen Kehutanan melalui keputusan Sekjen No. SK.142/II-Um/2004 tanggal 4 Oktober 2004, yang diketuai oleh Kepala Biro Hukum dan Organisasi Departemen Kehutanan. Data dan informasi yang diperoleh Tim Asistensi, bahwa uang klaim asuransi sebesar US $ 3,610,000 telah ditransfer ke PT. Dayajasa Transindo Pratama pada tanggal 24 April 2001 dengan bukti klaim no. AC0001DTP361. Berdasarkan informasi dari PT. Tugu Pratama sebagai (penanggung asuransi), transfer masuk ke rekening

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

nomor rekening 120.031190.002.

g. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan melalui surat no. 1075/II/Kum/2004 tanggal 23 Desember 2004 menanyakan kepada Kapolda Metro Jaya sehubungan dengan dugaan tindak pidana penggelepan dana klaim asuransi pesawat helikopter Nbell-412 PK-SPT milik Departemen Keutanan oleh tersangka Robby Murdiman (Direksi PT. Dayajasa Transindo Pratama). Selaniutnya menanyakan hal yang sama kepada Kapolri melalui surat Menteri kehutanan No. S.120/Menhut-II/2006 tanggal 23 Pebruari 2006; S,355/Menhut-II/2006 tanggal 7 Juni 2006.

h. Berdasarkan surat Kapolda Metro Jaya kepada Kabareskrim Polri No. B/1221/II/2005/Datro, dijelaskan bahwa berkaitan dengan dana klaim asuransi sebesar US $ 3,058,739.66 (± Rp 30.000.000.000,00), saat ini tinggal Rp 24.465.808.800,00. Sisa dana tersebut disita Polda Metro Jaya tanggal 7 Januari 2003 dan dititipkan di Bank Bukopin Pusat Jl. MT Haryono, tanpa bunga.

i. Kapolri menyampaikan jawaban kepada Menteri kehutanan melalui surat no. 1253/VIII/2006 tanggal 12 Juli 2006 yang menyampaikan perkembangan penyidikan kasus dugaan tindak pidana korupsi penggelapan dana klaim asuransi helikopter milik Departemen Kehutanan, antara lain bahwa : j. Berkaitan dengan uang asuransi senilai Rp 24.465.808.800,00

disita sebagai barang bukti dengan penetapan ketua pengadilan Jakarta Timur no. 79/Pen.Pid/2003/PN JKT TIM tanggal 20 Januari 2003 dan uang tersebut dititipkan di Bank Bukopin pusat Jl. MT Haryono (tanpa bunga). Selanjutnya barang bukti yang disita belum dapat dikembalikan kepada yang berhak, karena belum adanya putusan pengadilan.

k. Berdasarkan surat Sekretaris Jenderal kepada Kapolri No. 928/Kum/2006 tanggal 25 Agustus 2006, yang intinya menanyakan adanya barang bukti yang disita belum dapat dikembalikan "kepada yang berhak" dengan maksud untuk mempertegas status kepemilikan asuransi dimaksud. Sampai saat ini belum ada jawaban dari Kapolri.

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

melalui nota dinas No. ND.62/Kum-3/09 tanggal 27 Januari 2009 menginformasikan bahwa :

 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 2062/PID.B/2007/PN.JKT.PST tanggal 19 Maret 2008, Terdakwa (Sdr. Robyanto Murdiman) telah dijatuhi pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan denda Rp.500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah) serta membayar uang pengganti sebesar Rp.32.847.741.200,- dan atas putusan tersebut Terdakwa mengajukan banding.  Pengadilan Tinggi DKI Jakarta melalui putusan No.

117/Pid/2008/PT.DKI tanggal 17 Juli 2008 telah memutuskan permohonan banding a.n. Terpidana RobyantoMurdirnan dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun dan denda sebesar Rp.300.000.000,- (Tiga ratus juta rupiah).

 Perkara pidana penggelapan terkait dengan kontrak pengadaan 2 (dua) unit helikopter tipe Bell 412/SP No. Seri 022 dan Bell 412/SP No. Seri 023 dengan PT. Dayajasa Transindo Pratama No. 15.1/DIK-SKO/DR/XI/2000 a.n. Terpidana Robyarito Murdirnan (selaku Direktur Utama PT. Dayajasa Transindo Pratama) tersebut saat ini masih dalam proses pemeriksaan tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung RI.

m. Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 2062/PID.B/2007/PN JKT PST :

 Pada Bab MENGADILI (Page 36 of 38) pada butir 6 mengenai Menetapkan barang bukti berupa : diantaranya pada angka 55 (Page 37 of 38) bahwa Uang Tunai sebesar Rp.24.465.808.800,- (dua puluh empat milyar empat ratus enam puluh lima juta delapan ratus delapan ribu delapan ratus rupiah), tetap disita untuk dipergunakan dalam perkara SURIPTO, SH dkk.

n. Setelah Putusan Pengadilan sudah mempunyai ketetapan hukum yang tetap (Enrakh) dalam perkara Suripto,SH dkk maka barang bukti uang tunai sebesar Rp. 24.465.808.800,- (dua puluh empat milyar empat ratus enam puluh lima juta delapan ratus delapan ribu delapan ratus rupiah) menjadi milik Departemen Kehutanan.

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

penanganan perkara klaim asuransi kepada Kapolri melalui surat No. S.370/II-Um/2010 tanggal 13 April 2010, sampai saat ini belum ada tanggapan dari Kapolri. Adapun inti dari surat tersebut:

Menurut surat Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. R/1253./VII/2006 tanggal 12 Juli 2006 menjelaskan bahwa dana klaim asuransi helikopter Nbell-412 sebesar Rp. 24.465.808.800,- disita sebagai barang bukti dan dititipkan di Bank Bukopin Pusat.

Meminta informasi posisi dana klaim asuransi yang diperlukan untuk validasi data laporan keuangan Kementerian Kehutanan.

p. Nota Dinas Tenaga Ahli Menteri Bidang Penyelidikan dan Penyidikan Tindak PidanaKehutanan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan Nomor ND.21/TAM/2010 tanggal 6 Agustus 2010, dengan isi:

Meskipun dalam kontrak tidak disuratkan tentang siapa yang berhak menerima klaim asuransi, namun dalam hal apabila terjadi resiko terhadap isi kontrak asuransi, Kementerian Kehutanan tersirat dapat ikut mengurusnya, dan terhadap hal tersebut Sekretaris Jenderal telah mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Tim Asistensi Penanganan Perkara Klaim Asuransi yang diketuai oleh Kepala Biro Hukum dan Organisasi).

Telah terjadi ketidak-jelasan terhadap posisi dana klaim asuransi dengan munculnya surat-surat Nenteri Kehutanan kepada pihak Polri (Kapolri dan Kapolda Metro Jaya), yang mengkonfirmasikan tentang kelanjutan kasus dan posisi dana klaim asuransi yang dijadikan barang bukti perkara.

Masalah perkara pidana yang lain sampai saat ini beium terdapat kejelasan dalam penyelesaian penyidikan/penuntutan/peradilan.

q. Nota Dinas Kepala Biro Umum kepada Kepala Biro Hukum dan Organisasi No.ND.289/UM-4/2010 tanggal 26 Agustus 2010, disampaikan hal-hal sebagai berikut :

Melakukan koordinasi dengan pihak Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk mengetahui secara pasti terhadap kemungkinan "siapa yang berhak" dalam barang bukti berupa dana klaim asuransi.

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

dkk" dengan menanyakan secara tertulis kepada Kapolri/Kejaksaan Agung, sehingga dapat memastikan kapan adanya keputusan pengadilan tentang yang berhak atas dana klaim asuransi.

Sementara tidak memasukan besaran dana klaim asuransi tersebut dalam pembukuan Kementerian Kehutanan sampai adanya ketetapan pegadilan yang menyataka barang bukti dana klaim asuransi dikembaiikan kepada Kementerian Kehutanan.

Perlu diantisipasi adanya ketetapan pengadilan yang tidak menyatakan barang bukti dana klaim asuransi tidak dikembaiikan ke Kementerian Kehutanan dengan upaya-upaya hukum dan komunikasi intensif dengan pihak peradilan.

r. Menindak-lanjuti atas saran - saran di atas, di minta kepada Kepala Biro Hukum dan Organisasi (selaku Ketua Tim Asistensi Penanganan Perkara Klaim Asuransi) untuk mengambil langkah-langkah penyelesaiannya.

Berdasarkan Laporan Keuangan Tahun 2007 dan tahun 2008, Asuransi Helikopter N-Bell sebesar Rp35.486.300.000,00 dan pada Laporan Keuangan tahun 2008 hanya sebesar Rp32.847.741.200,00 atau terjadi perbedaan Rp2.638.558.800,00 hal ini dikarenakan :

a. Berdasarkan Tim pemeriksaan BPK-RI atas Laporan Keuangan tahun 2005 bahwa Klaim Asuransi pesawat N-Belt sebesar Rp35.486.300.000,00

b. Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.2062/PID.B/2007/PN.JKT.PST tanggal 19 Maret 2008 baahwa besar klaim assuransi atas pesawat N-Belt tersebut sebesar Rp32.847.741.200,00

c. Atas hal tersebut maka Departemen Kehutanan melakukan penyesuaian nilai klaim asuransi, dengan mendasarkan putusan pengadilan Negeri Jakarta Pusat dimaksud.

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

a. PT. Benua Indah adalah sebuah perusahaan:

1. HPH/IUPJTHK pada hutan alam berdasarkan SK - Menteri Kehutanan No.847/Kpts-VI/99 tanggal 8 Oktober 1999. 2. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan (IUIPHH)

berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian No.426/DJAI/IUT-6/PMDN/IX/1986 tanggal 6 September 1986 jis No.264/DJAI/ITU-6/PMDN/IX/1991 tanggal 28 Juni 1991 dan No.78/Industri/1992 tanggal 6 Maret 1992. b. Selanjutnya Menteri Kehutanan dengan Keputusan

No.l33/Kpts-II/2003 tanggal 14 April 2003 telah menghentikan sementara IUPHHK an. PT. Benua Indah dengan pertimbangan:

1. Menerima dan mengolah kayu bulat yang berasal dari sumber bahan baku yang tidak sah dan tidak dilengkapi dokumen SKSHH.

2. Melakukan perluasan usaha industri tanpa ijin.

c. Atas penghentian sementara IUPHHK tersebut, PT. Benua Indah telah mengajukan Tata Usaha Negara (TUN) kepada Menteri Kehutanan, dan Pengadilan Tata Usaha Negara-Jakarta dengan Putusan No.63/G.TUN/2003/PTUN-JKT telah mengabulkan gugatan Penggugat, yang intinya menyatakan batal dan memerintahkan Tergugat (Menteri Kehutanan) untuk mencabut SK No.l33/KPts-II/2003 tanggal 14 April 2003 tentang Penghentian Sementara Ijin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) an. PT. Benua Indah.

d. Adapun yang menjadi pertimbangan pengadilan Tata Usaha Negara tersebut adalah: menyangkut penghentian sementara IUPHHK an. PT. Benua Indah sesuai Pasal I Keputusan Menteri Kehutanan No. 1003 l/Kpts-II/2002 bahwa selama menunggu putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, pemegang IUPHHK dikenakan sanksi penghentian sementara usaha industri, bertentangan dengan ketentuan Pasal 95 ayat (1) PP No. 34 Tahun 2002 yang secara limitatif menentukan bahwa pengenaan sanksi administrative penghentian sementara ijin usaha industri, yaitu apabila pemegang ijin tidak menyusun Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) dalam waktu yang ditentukan, atau tidak mempunyai pengukuran dan pengujian hasil hutan.

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

No.230/B72003/PT.TUN telah menguatkan putusan pengadilan tingkat pertama, dan atas putusan tersebut Departemen Kehutanan telah mengajukan upaya hukum kasasi pada tanggal 9 November 2004. Selanjutnya Mahkamah Agung RI melalui Putusan No.450 K/TUN/2004 tanggal 28 Desember 2005 telah menguatkan putusan pengadilan tinggi TUN Jakarta.

f. Pada saat perkara TUN masih dalam pemeriksaan kasasi Mahkamah Agung RI, PT. Benua Indah (Penggugat) telah mengajukan gugatan perdata kepada Menteri Kehutanan RI (Tergugat) dan tercatat dalam Register Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

No.362/Pdt.G/2004/PN.JKT.PST.

g. Proses persidangan telah dilaksanakan selama ± 8 bulan dan pada sidang tanggal 6 Juli 2004, Majelis Hakim dengan putusan No.362/Pdt.G/2004/PN.IKT-PST telah memutus perkara tersebut yang amarnya antara lain menyatakan menghukum Tergugat (Menteri Kehutanan), untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat (PT.Benua Indah) sebesar Rp152,2 Milyar.

h. Adapun yang menjadi pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus perkara tersebut adalah terbukti adanya perbuatan melawan hukum dari Tergugat yang telah memberhentikan sementara IUPHHK milik Penggugat tanpa melalui peringatan 3 (tiga) kali, dan sebagai akibat pemberhentian tersebut Penggugat telah mengalami kerugian berupa pemberian uang pesangon (PHK) terhadap karyawannya yang berjumlah 3.500 orang serta hilangnya keuntungan yang diperoleh Penggugat seandainya perusahaannya beroperasi.

i. Selanjutnya Pengadilan Tinggi Jakarta dengan Putusan No.516/PDT/2005/PT.DKI 21 Desember 2005 telah menguatkan putusan pengadilan tingkat pertama, dan atas putusan tersebut Departemen Kehutanan telah mengajukan upaya hukum kasasi pada tanggal 29 Mei 2006.

j. Sesuai putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 1731 K/PDT/2006 jo Nomor:362/PDT,G/2004/PNJKT.PST, Mahkamah Agung RI telah menolak permohonan kasasi pemohon kasasi (Menteri Kehutanan) dan menghukum Menteri Kehutanan untuk membayar ganti rugi materiil secara tunai sebesar Rp118.153.090.986,00 (seratus delapan belas milyar seratus lima puluh tiga juta sembilan puluh ribu sembilan ratus delapan puluh enam rupiah). (Atas putusan

Catatan Atas Laporan Keuangan Pengungkapan Penting Lainnya

hukum Peninjauan Kembali)

k. Berdasarkan hasil pertemuan Tim Pokja Penyelesaian Tunggakan PSDH dan DR dengan PT. Benua Indah tanggal 3 Maret 2004, atas laporan Dinas Kehutanan Kalimantan Barat dengan surat No.3295/Dishut-IV/Iur/2003 tanggal 7 Oktober 2003 dan No.798/Dishut-IV/Iur/2003 tanggal 11 April 2003, bahwa PT. Benua Indah masih mempunyai tunggakan PSDH dan DR sejumlah:

1. Hak Pengusahaan Hutan (posisi bulan September 2003), yaitu DR sebesar US$ 29.003,18.

2. Industri Pengolahan Kayu Hulu (posisi bulan April 2003), yang meliputi: PSDH sebesar Rp14.225.496,02 dan DR sebesar US$3.848.315,93

l. Atas tunggakan tersebut, Menteri Kehutanan telah memberikan peringatan untuk melunasi tunggakan, sebanyak

Dokumen terkait