• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengunjung dan Karakteristiknya

Pengunjung atau wisatawan yang melakukan kegiatan wisata di Kabupaten Samosir memiliki karakteristik dalam konteks pariwisata secara umum, orang-orang

yang datang berkunjung disuatu tempat atau negara, biasanya mereka disebut sebagai pengunjung yang terdiri dari beberapa orang dengan bermacam-macam motivasi kunjungan termasuk didalamnya adalah wisatawan, sehingga tidak semua pengunjung termasuk wisatawan.

Wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Samosir, secara sederhana dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yakni wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara. Kedua jenis wisatawan ini memiliki kontribusi terhadap perkembangan kegiatan wisata yang dilakukan di Kabupaten Samosir.

Menurut International Union of Official Travel Organization (IUOTO), pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah.

Pengunjung digolongkan dalam dua kategori, yaitu:

1. Wisatawan (tourist)

Pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya selama 24 jam di negara yang kunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan kedalam klasifikasi sebagai berikut:

a. Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olahraga.

b. Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, misi, dan lain sebagainya.

2. Pelancong (exursionist)

Pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.

Berdasarkan konsepsi tersebut, individu yang berkunjung ke Kabupaten Samosir sebahagian besar adalah wisatawan yang tinggal dan menetap di beragam lokasi wisata yang tersebar di Kabupaten Samosir, dengan tujuan melakukan kegiatan rekreasi dan menyenangkan diri. Dapot Simbolon (51 Tahun) Camat Simanindo menuturkan :

“Pada umumnya yang datang berkunjung ke Samosir adalah wisatawan, setidaknya memerlukan 3 hari untuk dapat mengelilingi seluruh objek wisata yang ada di Kabupaten Samosir, hal ini mengakibatkan wisatawan tinggal di Samosir dan mening katkan kegiatan wisata secara umum, kadang ada juga pelancong yang sekedar melintas namun hal ini juga menjadi perhatian dalam pengembangan wisata dan menarik wisatawan.”

Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan Rolas Naibaho yang mengatakan :

“. . . yang berkunjung ke Samosir banyaknya wisatawan, karena mereka menginap kalau pun dibandingkan dengan pelancong yang melintas jumlahnya sedikit, pelancong biasanya masyarakat yang menggunakan jalur darat dan jalan lintas untuk memotong lewat jalur Samosir menuju Dairi atau Simalungun.”

Karakteristik pengunjung dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu karakteristik sosial-ekonomi dan karakteristik perjalanan wisata Smith (1989:13). Dalam hal ini karakteristik pengunjung memberikan pengaruh yang tidak langsung terhadap pengembangan pariwisata. Tidak dapat diterapkan secara langsung

langkah-langkah yang harus dilakukan hanya dengan melihat karakteristik pengunjung, melainkan perlu melihat keterkaitan dengan maksud tujuan pengunjung.

3.4 Masyarakat

Hal mendasar untuk memberdayakan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata adalah dengan pembangunan pariwisata tersebut. Pengembangan kegiatan wisata ini dapat terwujud sesuai dengan kondisi alam, daerah, serta harapan dan pandangan dari masyarakat apabila dalam pelaksanaannya seluruh lapisan masyarakat turut serta dalam pelaksanaan program pengembangan pariwisata tersebut.

Masyarakat memberi dukungan positif terhadap adanya rencana pengembangan pariwisata dengan beragam cara dan upaya kegiatan serta objek wisata yang beragam, hal ini mengambil bentuk pariwisata yang bersahabat dengan alam dan lingkungan. Hal ini disebabkan karena masyarakat sadar akan keberadaan potensi ekologis yang dimiliki daerah mereka.

Wawancara dengan Dapot Simbolon (51 Tahun) yang menyatakan bahwa : “Sektor pariwisata baik untuk dikembangkan di Kabupaten Samosir, karena wilayah ini memiliki potensi alam yang cocok untuk dijadikan tujuan yang berbasis kelestarian lingkungan. Disamping hal tersebut rencana pengembangan pariwisata ini nantinya diharapkan dapat memberikan pendapatan bagi daerah ini sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Untuk itu guna mewujudkan rencana ini perlu adanya

penyuluhan/sosialisasi tentang pariwisata dan manfaatnya bagi masyarakat oleh inisiator pengembangan rencana ini.”

Berhubungan dengan pengembangan pariwisata di wilayah Kabupaten Samosir, maka perlu untuk melibatkan masyarakat terhadap kepentingan mempertahankan lahan-lahan pertanian dan potensi alam lainnya guna menunjang pengembangan pariwisata di wilayah tersebut. Kenyataan ini diperkuat dari hasil wawancara dengan salah seorang pengetua desa yaitu Ibu R. Samosir (54 Tahun), beliau menyatakan:

“Penduduk ini (Samosir) mempunyai komitmen yang tinggi untuk tidak menjual tanah mereka, penduduk percaya bahwa tanah yang mereka miliki harus dilestarikan dan bukan untuk dijual, jika mempunyai uang mereka akan membeli untuk memperluas tanah mereka sehingga dengan demikian ada kepercayaan bahwa leluhur mereka tidak menjadi marah. Dengan adanya komitmen seperti ini maka sampai saat ini sebagian besar lahan-lahan pertanian di Samosir masih lestari.”

Dalam pengembangan kegiatan wisata, kunci pokok yang harus diperhatikan adalah tetap terjaganya kelestarian lingkungan dan kehidupan masyarakat setempat. Disamping itu, keberadaan tradisi adat-istiadat dan budaya juga memegang peranan penting sebagai penunjang dalam pengembangan pariwisata itu sendiri, sehingga harus tetap dilestarikan keberadaannya.

Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Yudhiantari (2002) yang mengatakan bahwa minat dari wisatawan juga akan berkurang untuk berkunjung pada suatu daerah jika tidak terdapat keunikan adat-istiadat masyarakat tersebut, sehingga

pada akhirnya pengembangan pariwisata tidak akan berjalan secara maksimal dan menyeluruh.

Seperti telah diketahui bahwa dalam usaha pengembangan kegiatan wisata, peran serta masyarakat setempat tidak bisa diabaikan, karena mereka lebih tahu daerah mereka dibanding orang luar, sehingga dengan demikian dalam rangka mengimplementasikan rencana pengembangan pariwisata di Kabupaten Samosir, keterlibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan adalah sangat diperlukan. Menurut Khodyat (1996) menyebutkan bahwa :

“dalam pengembangan suatu kawasan menjadi objek ekowisata harus didasarkan pada kebijakan yang dirumuskan dari hasil musyawarah dan mufakat dengan masyarakat setempat (lokal).”

Gunawan (2008) menyarankan kegiatan pariwisata hendaknya menjamin keikutsertaan masyarakat setempat, dan langkah-langkah perlu dicari agar masyarakat setempat dapat benar-benar terlibat dalam kegiatan ekowisata serta perlunya interaksi ketiga pihak yang ikut terlibat, yaitu sektor pemerintah, swasta dan masyarakat setempat.

Selain keterlibatan masyarakat dalam pengembangan wisata sebagai pemandu wisata dan juga pengetahuan masyarakat terhadap wilayah dan kehidupan budaya di Samosir, masyarakat Samosir sampai saat ini juga terlibat dalam kegiatan wisata berupa penyewaan tempat tinggal (home stay) secara individual yang tidak terikat pada sistem penginapan modern seperti hotel, losmen dan lain sebagainya.

Menurut I Wayan Mongol dalam Yudhiantari (2002) pengoptimalan rumah-rumah penduduk sebagai rumah-rumah tinggal bagi wisatawan yang datang akan berdampak positif pada daya dukung lahan, sehingga tidak perlu dibangun lagi akomodasi yang memerlukan banyak lahan.

Dengan adanya peran serta secara aktif warga masyarakat dalam mengelola usaha pariwisata, maka masyarakat akan bisa menikmati secara langsung pendapatan dari sumber-sumber alam mereka sendiri, dan pada akhirnya secara perlahan-lahan akan timbul perasaaan untuk tetap menjaga dan melestarikan sumber daya alam.

Sesuai Pendapat Lindberg-Hawkins (1995) mengemukakan bahwa partisipasi lokal memberikan peluang efektif dalam kegiatan pembangunan. Hal ini berarti memberi wewenang atau kekuasaan pada masyarakat sebagai pemeran sosial dan bukan subjek pasif untuk mengelola sumberdaya, membuat keputusan serta kontrol pada kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi kehidupan sesuai dengan kemampuannya. Masyarakat di wilayah Kabupaten Samosir pada umunya antusias dengan adanya rencana pengembangan kegiatan pariwisata.

Menurut Sasmaya (2012) keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kegiatan wisata akan memberikan pengaruh positif pada masyarakat, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Secara langsung meliputi masyarakat sebagai pengusaha atau pengelola jasa akomodasi, restoran, atraksi, serta sebagai tenaga pemasaran atau promosi. Sedangkan pengaruh tidak langsung pada masyarakat

adalah masyarakat sebagai suplier bahan kebutuhan pada kegiatan wisata, serta masyarakat sebagai pengelola usaha jasa penunjang kegiatan pariwisata.

Berikut data jumlah hotel dan restoran yang ada: 1. Jumlah hotel 82 unit

2. Jumlah restoran/café 32 unit

Untuk usaha akomodasi/makanan/minuman ada 1.585 usaha, angkutan/pergudangan dan komunikasi ada 585 usaha, jasa kemasyarakatan/social budaya/hiburan dan jasa perorangan 342 unit usaha, usaha persewaan ada 77 unit.

Sehubungan dengan ini, informan penelitian Sitor Silalahi S.Pd (50 Tahun) mengatakan :

“Penumbuhan dan pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Samosir pastinya akan membawa pengaruh positif terhadap masyarakat terutama dalam penyerapan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi terjadinya urbanisasi. Disamping itu apabila yang dikembangkan adalah menjadikan tiap kecamatan di Kabupaten Samosir sebagai tujuan wisata maka saya pastikan bahwa program ini dapat mengisi perut rakyat, sehingga kesejahteraan akan lahir disini.”

Keterlibatan masyarakat Samosir dalam pengelolaan kegiatan wisata di wilayah tersebut juga membutuhkan kesiapan masyarakat sebagai bagian dari penyelenggaran kegiatan wisata dan juga kesiapan wilayah mereka sebagai daerah tujuan wisata, sejalan dengan hal itu Josephine (2010) diperlukan upaya pendekatan kepada masyarakat melalui penyuluhan, pelatihan yang bersifat meningkatkan

keterampilan dan juga meningkatkan pengetahuan arti pentingnya sumber daya alam bagi keberlanjutan kegiatan wisata di Samosir.

Secara umum masyarakat ikut serta dan terlibat dalam usaha kegiatan di Samosir, walaupun masyarakat juga berharap pada keterlibatan dari pihak swasta, namun keberadaan dari masyarakat tetap memiliki otoritas dalam segala aspek kegiatan dan disisi lain peran pihak luar menurut masyarakat memiliki dampak yang besar terhadap pengelolaan kegiatan wisata.

Menurut Manuaba (2008) keterlibatan pihak swasta sangat diperlukan guna mengembangkan suatu objek wisata. Adapun bentuk keterlibatan swasta tersebut meliputi penambahan fasilitas, serta penambahan sarana dan prasarana. Adanya keterlibatan swasta tersebut tidak berarti bahwa seluruh kegiatan dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan objek wisata diserahkan sepenuhnya kepada swasta. Untuk itu proses pengelolaan sangat perlu diperhatikan guna tercapainya keseimbangan ekonomis yang diperoleh oleh masyarat dengan stakeholder.

Keberadaan pihak swasta dalam kegiatan wisata yang turut melibatkan masyarakat Samosir sebagai penyelenggara kegiatan wisata cukup beralasan, hal ini dikarenakan masyarakat Samosir secara umum masih memiliki keterbatasan mengenai tata cara pengelolaan kegiatan wisata yang sesuai dengan kaidah pariwisata yang berlaku secara umum.

Dengan adanya keterlibatan masyarakat sebagai penyelenggara kegiatan wisata di Samosir, masyarakat juga mengharapkan adanya pemasukan ekonomis

sebagai bagian dari mata pencaharian mereka selain bertani dan memanfaatkan hasil danau. Masyarakat Samosir mengharapkan adanya sistem retribusi dalam kegiatan wisata yang dapat mendukung keterlibatan masyarakat secara aktif dan juga mampu memberikan pemasukan kepada masyarakat secara finansial, Pak Manik (40 Tahun) mengatakan bahwa :

“pemungutan retribusi kegiatan pariwisata diakui secara sah oleh negara, selama semua proses pembangunan objek dan daya tarik wisata yang ada disini sepenuhnya ditanggung oleh masyarakat setempat, namun apabila dalam pembangunan objek/daya tarik wisata di desa tersebut ada campur tangan pemerintah maka pemungutan retribusi terhadap kunjungan wisata dilakukan oleh pemerintah.”

Berdasarkan keterangan-keterangan yang didapat dari informan penelitian, keberadaan unsur masyarakat dalam pengelolaan kegiatan wisata memiliki arti penting, sebagai pendukung kegiatan wisata dan juga aspek kebersamaan antara masyarakat, pemerintah, pengelola wisata dan wisatawan dalam menciptakan kegiatan wisata yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat setempat. Pengembangan pariwisata Samosir dengan melibatkan masyarakat tersebut dengan memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan, pelestarian potensi alam serta mempertahankan nilai-nilai sosial budaya yang ada di masyarakat.

Sistem pemungutan retribusi yang baik adalah salah satu faktor pendukung dalam peningkatan pendapatan asli daerah. Berdasarkan Perda No.7 Tahun 2008 Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya adalah mengelola retribusi memasuki tempat rekreasi dengan sistem pemungutan retribusi oleh petugas di setiap posko objek wisata, dengan tarif karcis masuk mulai dari Rp 2.000 s/d Rp 5.000/orang/ objek wisata.

Retribusi yang diperoleh hanya diperoleh dari beberapa objek wisata, dan itu pun tidak semuanya milik Pemerintah Kabupaten tetapi adalah milik masyarakat, seperti air hangat, sukkean pohon besar, pantailagundi, aek sipitu dai, batu sawan, batu hobon, huta bolon Simanindo, dan di Tomok (Arsop) sebenarnya milik masyarakat tetapi Dinas Pariwisata memfasilitasi beberapa objek wisata ini dengan membuat style supaya lebih menarik perhatian wisatawan

BAB IV

Dokumen terkait