• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI …

D. Katagori Usaha Kecil dan Menengah

2. Pengusaha Kecil dan Menengah

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan atau dalam satu tahun kurang dari jumlah yang ditetapkan. Batasan omzet pengusaha Kecil ini ditetapkan oleh Menteri Keuangan Nomor 552/KMK.04/2000 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 571/KMK.03/2003.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan ini, Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Atas penyerahan BKP atau JKP yang dilakukan pengusaha kecil tidak dikenakan PPN kecuali jika pengusaha kecil ini menghendaki untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Hal-hal lain yang berkaitan dengan pengusaha kecil ini adalah bahwa pengusaha kecil wajib

melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, apabila sampai dengan satu bulan dalam tahun buku, jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan brutonya melebihi batas yang ditentukan. Pengusaha tersebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

Dalam hal pengusaha tersebut tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan, maka saat pengukuhan adalah awal bulan berikutnya. Kewajiban untuk memungut, menyetorkan, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang oleh dimulai sejak saat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. (Darusalam, 2009).

Usaha kecil adalah usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia yang berbentuk badan

usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbentuk hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi;

b. Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; dan

c. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 sampai dengan Rp500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan maksimum Rp300.000.000,00 sampai dengan Rp2.500.000.000,00 Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No.20 tahun 2008 tentang usaha kecil.

Sedangkan, Usaha menengah adalah usaha produktif yang berskala menengah dan memenuhi kriteria kekayaan bersih lebih besar dari Rp500.000.000,00 sampai dengan Rp10.000.000.000,00 di luar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimum Rp2.500.000.000,00 sampai dengan Rp50.000.000.000,00 per tahun sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No.20 tahun 2008 tentang Usaha Menengah.

Menurut Ritonga (2007), Sensus Ekonomi 2006 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa di luar sektor pertanian terdapat 22,7 juta unit usaha di negara ini. Kategori usaha permanen sekitar 12,8 juta unit (56,4 persen), dan usaha tidak permanen sekitar 9,9 juta unit (43,60 persen). Jika lebih dirinci maka jumlah usaha mikro adalah 18,95 juta (83,3 persen), usaha kecil 3,59 juta (15,8 persen), usaha menengah 120.834 unit (0,05 persen) dan usaha besar 45.554 unit (0,20 persen).

Sejauh ini cukup banyak instansi, badan dan atau lembaga yang secara langsung dan tidak langsung membina UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Hasilnya memang ada, tetapi tidak signifikan mengubah struktur ekonomi Indonesia. Sebagaimana dapat dilihat dalam data resmi, keberadaan UMK yang tidak permanen justru semakin banyak. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan cara pandang dan paradigma pengembangan UMKM.

Pengertian UMKM di Indonesia tidak sama dengan pengertian UMKM di negara lain. Namun dalam forum global, UMKM di Indonesia sering

disetarakan dengan UMKM di bebagai negara. Bahkan dalam diskusi akademis pun, UMKM Indonesia sering dibandingkan dengan UMKM negara maju seperti Amerika Serikat. Meneg Koperasi & UMKM misalnya, jika berbicara mengenai UMKM selalu terkesan menyamaratakan usaha kategori mikro, kecil dan menengah dimaksud. Padahal kalau dilihat pengertian masing-masing kategori usaha tersebut sesungguhnya terdapat perbedaan nyata.Beberapa instansi terkait di Indonesia membuat pengertian UMKM sesuai kebutuhan lembaga atau instansinya masing-masing. Bank Dunia menggunakan definisi yang dapat diberlakukan secara global.

Sementara pemerintah mendefisinikan UMKM sesuai Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha kecil. berdasarkan UU tersebut, usaha kecil memiliki aset di luar tanah dan bangunan sama atau lebih kecil dari Rp 50 juta dengan omset tahunan hingga Rp 500 juta, dimiliki oleh orang Indonesia dan independen atau tidak terafliasi dengan usaha menengah dan besar, boleh berbadan hukum dan boleh tidak berbadan hukum. Sedangkan pengertian usaha menengah ialah badan usaha resmi yang memiliki aset antara Rp 500 juta sd Rp10 miliar.

Badan Pusat Statistik menggunakan tiga kategori dengan ukuran ketenagakerjaan. Usaha mikro mempekerjakan lima orang termasuk pekerjan keluarga yang tidak dibayar. Usaha kecil 5-19 orang, dan usaha menengah 20-99 orang. Berdasarkan Sensus Ekonomi 2006 jumlah unit usaha di luar sektor pertanian adalah 22.727.441 unit dengan tenaga kerja 49.990.420 orang. Dengan demikian tiap unit usaha rata-rata mempunyai

2,2 orang tenaga kerja, masing-masing usaha mikro (1,6 orang), usaha kecil (3,0 orang), usaha menengah (22,2 orang) dan usaha besar (109 orang).

Definisi usaha mikro, kecil dan menengah menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah adalah :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usahaperorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan olehorang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan ataubukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsungmaupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukanoleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaanatau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsungmaupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlahkekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

d. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia Sedangkan kriterianya adalah sebagai berikut :

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). (http://pkbl.bumn.go.id/file/UU_2008_20)

Dokumen terkait