• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspektasi pengusaha kecil dan menengah di kabupaten Bantul terhadap pemulihan ekonomi tahun 2009 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Ekspektasi pengusaha kecil dan menengah di kabupaten Bantul terhadap pemulihan ekonomi tahun 2009 - USD Repository"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

EKSPEKTASI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMULIHAN EKONOMI

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Yuliana Bherta Lidyani NIM: 041324032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii 2010 SKRIPSI

EKSPEKTASI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI

KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMULIHAN EKONOMI

TAHUN 2009

Oleh:

Yuliana Bherta Lidyani NIM: 041324032

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I

Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si tanggal, 5 Maret 2010

Dosen Pembimbing II

(3)

iii SKRIPSI

EKSPEKTASI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMULIHAN EKONOMI

TAHUN 2009

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Yuliana Bherta Lidyani

NIM: 041324032

Telah di pertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 20 Mei 2010

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si ..……… Sekretaris Indra Darmawan, S.E, M.Si ……….. Anggota Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si ...………... Anggota Indra Darmawan, S.E, M.Si ... Anggota Drs. P. A . Rubiyanto ...

Yogyakarta, 20 Mei 2010 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Dekan,

(4)

iv

HALAMAN MOTTO

Pujilah Tuhan setiap waktu dan mohonlah daripada-Nya supaya jalan

dan lorong-lorongmu terarah, dan rencana-rencanamu diatur dengan

baik. (Tob 4:19a)

Allah itu perlindungan dan kekuatan kita, pertolongan-Nya terbukti

dalam kesesakan kita.(Mz 46:1)

Karena itu hendaklah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya

kamu ditinggikan pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiran

kepada-Nya, sebab Ia memelihara kami (1 Pet : 6-7)

Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan, yang hidup menurut

jalan yang ditunjukan-Nya! Apabila engkau memakan jerih payah

tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu (Mz128 :1-3)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua

(Aristoteles)

Kemenangan yang seindah- indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh

direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri (RA Kartini).

Jadilah kamu manusia yang pada saat kelahiranmu semua orang

tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada

saat kematianmu semua orang menagis sedih , tetapi hanya kamu

(5)

v

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Mei 2010 Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Yuliana Bherta Lidyani

Nomor Mahasiswa : 041324032

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

EKSPEKTASI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2009

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 20 Mei 2010

Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

EKSPEKTASI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2009

Oleh

Yuliana Bherta Lidyani

Universitas Sanata DharmaYogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mencari informasi serta memberikan gambaran mengenai ekspektasi para pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul terhadap beberapa aspek perekonomian pada masa pemulihan ekonomi tahun 2009, yang meliputi: 1) Ekspektasi pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul terhadap kondisi perekonomian internasional, 2) Ekspektasi pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul terhadap kondisi perekonomian nasional, dan 3) Ekspektasi pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul terhadap kondisi perekonomian lokal ( Kabupaten Bantul ).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian diperoleh melalui proses wawancara, dokumentasi, serta observasi langsung ke tempat penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah 98 pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul.

(9)

ix ABSTRACT

EXPECTATIONS OF SMALL AND MEDIUM ENTREPRENEURS IN BANTUL REGENCY IN ECONOMIC RECOVERY IN 2009,

By

Yuliana Bherta Lidyani

Sanata Dharma University Yogyakarta 2010

This study aims to seek information and give a description of expectations of small and medium entrepreneurs in Bantul regency with several economic aspects during the economic recovery in 2009, which include the expectations of small and medium entrepreneurs toward (1) international economic conditions, (2) the national economy, (3) local economic conditions in Bantul Regency.

This study is a descriptive and qualitative research. the data collected by applying interview, documentation and direct observation. The respondent were 98 of small and medium entrepreneurs in Bantul regency.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “EKSPEKTASI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2009” dengan baik dan lancar.

Laporan penelitian ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai ekspektasi pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul mengenai kondisi perekonomian pada masa pemulihan ekonomi tahun 2009. Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat terutama bagi pihak pemerintah sebagai pembuat kebijakan, selain itu juga bagi pengembangan penelitian lebih lanjut.

Penulis menyadari dalam pelaksanaan penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada peran serta, dukungan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas segala dukungan, batuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.

Ucapan terima kasih tersebut penulis berikan sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

(11)

xi

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial yang telah banyak memberikan bantuan berupa kemudahan administrasi bagi penulis.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis hingga terselesaikannya penyusunan tugas akhir ini. Tanpa bimbingan bapak saya bukanlah apa-apa.

4. Bapak Indra Darmawan, S.E, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar membimbing dan memberi masukan sehingga tersusunnya skripsi ini.

5. Bapak Drs, P.A. Rubiyanto yang telah membimbing dan menjadi seorang bijaksana dalam membimbing mahasiswa.

6. Bapak dan ibu dosen yang telah banyak membantu mahasiswa selama kuliah.

7. Staf sekretariat, Mbak Titin, yang telah banyak membantu dan melayani penulis selama di bangku kuliah.

8. Para pengusaha industri kecil dan menengah gerabah di Panjangrejo, Pundong, Bantul, pengusaha kulit di Pucung, Wukirsari, Imogiri, Bantul, dan pengusaha batik di Cengkehan, Imogiri, Bantul, yang telah berkenan memberikan informasi dan data kepada penulis.

9. Bapak F.X. Dalwanto dan ibu yang tercinta telah memberikan kesempatan dalam menyelesaikan studi.

(12)

xii

11. Mas Carolus makasih atas dukungannya dan pinjaman laptopnya.

12. Teman-teman seperjuangan di PE angkatan 2004 (Yanti, Neni, Leni, Iis, Vrida, Kristin, Ina, Santi, Imel, Icak, Rico, Titus, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu).

13. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang penulis tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Besar harapan penulis semoga hasil penelitian ini dapat menambah khasanah wawasan dan pertimbangan para pelaku usaha kecil dan menengah khususnya di sentra industri gerabah Panjangrejo, sentra industri kulit Pucung, dan sentra industri batik Wukirsari, Kabupaten Bantul untuk lebih meningkatkan kualitas dan mutu industri pada masa yang akan datang.

Penulis yakin dalam laporan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangatlah terbuka terhadap adanya kritik dan saran dari siapapun demi kesempurnaan penulisan ini.

Yogyakarta, Mei 2010

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Kelompok Identitas Umur Responden ... 39

Tabel 2: Kelompok Jenis Usaha Responden ... 39

Tabel 3: Domisili Usaha Perajin Kulit ... 40

Tabel 4: Domisili Usaha Perajin Gerabah ... 41

Tabel 5: Domisili Usaha Perajin Batik ... 42

Tabel 6: Data Penjualan Kelompok Usaha Kerajinan Kulit ” JAYA MATARAM”... 44

Tabel 7: Data Penjualan Kelompok Usaha Kerajinan Gerabah “ MAKMUR”………... 45

Tabel 8: Data Penjualan Kelompok Usaha Kerajian Batik “SUKA MAJU”………. ... 46

Tabel 9: Ekspektasi Pegusaha Terhadap Pemulihan Ekonomi Internasional... 48

Tabel 10: Ekspektasi Pengusaha Terhadap Pemulihan Ekonomi Nasional... ... 62

(15)

xv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

(16)

xvi

2. Asumsi Dasar Ekspektasi Rasional………. 14

3. Implementasi Ekspektasi Rasional……….. 16

C.Ekspektasi Dalam Perekonomian……….. 19

D.Katagori Usaha Kecil dan Menengah………... 20

1. Pengertian Pengusaha………. 20

2. Pengusaha Kecil dan Menengah………... 22

E. Penelitian Terdahulu………... 27

BAB IV METODE PENELITIAN………. 31

A.Pendekatan Penelitian……….. 31

B.Tempat dan Waktu Penelitian……… 31

C.Subyek Penelitian………... 32

D.Variabel Penelitian……….. 34

E. Metode Pengumpulan Data……… 35

F. Analisis Data……….. 36

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 38

A. Deskripsi Umum Tentang Responden………... 38

1. Identitas Respoden……….... 38

2. Kondisi Usaha Responden……… 43

B. Hasil Analisis Data dan Pembahasan……….. 48

(17)

xvii

Pemulihan Perekonomian Nasional untuk Menggairahkan

UKM sebagai Pondasi Perekonomian... 62

3. Ekspektasi Pengusaha Kecil dan Menengah terhadap Pemulihan Perekonomian Lokal (Kabupaten Bantul) agar UKM sebagai Tulang Punggung Perekonomian bisa Menunjukan Perannya Kembali... 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……….. 82

A.Kesimpulan……….. 82

B.Saran………. 84

DAFTAR PUSTAKA……… 86

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Negara-negara di dunia dapat mempertahankan dan mengembangkan perekonomian nasionalnya dengan adanya kegiatan sektor riil. Berbagai kegiatan usaha berjalan dengan kondisi dan potensi masing-masing perubahan dan bisa dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu perusahaan/bisnis skala besar atau raksasa, skala menengah, dan skala kecil. Pengelompokkan-pengelompokkan tersebut di negara yang satu berbeda dengan negara lain karena kelompok usaha tersebut bergerak di semua bidang kegiatan ekonomi (pertambangan, pertanian, perhotelan, perbankan, dan sebagainya juga manufaktur, perdagangan dan seterusnya). Perkembangan yang ideal ialah apabila unsur-unsur dalam kelompok kelompok tersebut saling menghidupi secara makro ekonomi serta terjaminnya lapangan kerja (Hasbulloh, 2009).

(19)

perekonomian tak lagi digerakkan oleh faktor-faktor fundamental, tetapi didominasi oleh faktor spekulatif. Hal itu menyebabkan resesi lebih cepat datang dan lebih dalam dari perkiraan. Namun, bisa saja terjadi apabila nanti perekonomian juga pulih lebih cepat dari dugaan, karena semua itu terjadi karena faktor spekulasi.

Dampak krisis global pada perekonomian Indonesia makin terasa. Sektor-sektor industri yang terpukul karena mandeknya permintaan yang semakin hari semakin bertambah, akibatnya pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi tak terelakkan. Pertumbuhan industri kecil yang memegang peranan penting pada perekonomian negara pun mengalami keterpurukan. industri kecil pasca krisis di Yogyakarta khususnya Bantul mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan melonjaknya harga bahan haku dan harga bahan bakar. Kenaikan harga-harga tersebut tanpa diimbangi dengan harga jual produk. dengan demikian banyak pengusaha yang mengurangi jumlah produksi dan tenaga kerja, karena terus menerus merugi. Akibatnya semakin banyak pengangguran dan industri yang gulung tikar. Sebagai contoh nyata pada perajin gerabah modifikasi di Desa Panjangrejo, Pundong, Bantul, DI Yogyakarta, mulai terganggu oleh krisis ekonomi global. Sejumlah langganan mereka mulai menunda order, padahal pasar internasional menjadi andalan utama para perajin.

(20)

(PDB) sebesar 56,7 persen atau senilai Rp. 1,013 trilliun (TEMPO Interaktif 23/09/2004).

Di Kabupaten Bantul terdapat banyak pengusaha kecil dan menengah yang berkembang pesat dari tahun ke tahun. Para pengusaha, terutama usaha kecil dan menengah (UKM) tentunya pemulihan ekonomi tahun 2009 akan segera tercapai. Meski demikian, kecemasan-kecemasan terhadap harapan tersebut tetap ada dan ini tentunya sangat logis terutama dikaitkan pemulihan ekonomi tahun 2009. Oleh karena itu, para pelaku usaha kecil maupun menengah pada berbagai bidang usaha di Kabupaten Bantul tentunya memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap prospek ekonomi pada masa-masa tersebut. Industri dimana usaha kecil menengah berada secara langsung mempengaruhi masa depannya, bahkan saham yang paling baik pun dapat menghasilkan pengembalian yang pas-pasan jika mereka berada dalam industri yang sedang lesu.

(21)

menghasilkan ekspektasi yang terbentuk. Gerakan sigap dari pemerintah merupakan sebuah syarat untuk mengatasi kelimbungan. Sebuah peranan institusional yang kemudian dicukupkan dengan komunikasi dan kerja sama yang efektif dengan para stakeholder lainnya, seperti Bank Indonesia, DPR, dan juga pelaku pasar (Hastiadi, 2008).

Dengan kondisi tersebut, maka diperlukan adanya berbagai kebijakan baik fiskal maupun moneter dari pemerintah. Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta peningkatan pajak akan dapat mengurangi permintaan total sehingga laju inflasi dapat ditekan. Sementara itu, kebijaksanaan moneter merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang yang beredar. Dengan adanya pengaturan jumlah uang beredar secara efektif diharapkan laju inflasi dapat ditekan. Selain itu, juga diperlukan ekspektasi positif dari masyarakat. Sebab ekspektasi yang positif dari masyarakat akan mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah, yang tentunya diharapkan dapat menstabilkan kondisi perekonomian Negara.

(22)

1972; Briault, 1995; Shafir, Diamond, and Tversky, 1997), seperti diungkapkan juga oleh Mishkin (2008). Kenapa bisa begitu? Inflasi yang tinggi akan lebih menimbulkan ketidakpastian akan harga di mata masyarakat dan ketidakpastian ini akan mendistorsi keputusan masyarakat. Misal: seharusnya A akan optimal ketika melakukan investasi di misalkan sektor C, tapi A akhirnya memilih untuk berdiam diri dulu karena tingginya angka inflasi. Akibatnya terjadi realokasi sumber daya yang tidak efisien. Lebih jauh, keberadaan inflasi bisa mempengaruhi kegiatan produksi. Dalam sebuah penelitiannya Briault (1995) menunjukkan adanya pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan produktivitas di UK dan US. Ketika inflasi meningkat, produktivitas akan menurun.

(23)

teori-teori yang membahas tentang inflasi. Dampak ekspektasi bagi masyarakat adalah sangat penting karena dengan adanya ekspektasi maka masyarakat tahu tentang informasi masa lalu ataupun yang baru dan akan dilakukan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “EKSPEKTASI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2009”. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk memberikan gambaran mengenai ekspektasi para pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul terhadap beberapa aspek perekonomian pada masa pemulihan ekonomi tahun 2009.

B.Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana ekspektasi pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul terhadap kondisi perekonomian internasional?

2. Bagaimana ekspektasi pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul terhadap kondisi perekonomian nasional?

3. Bagaimana ekspektasi pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul terhadap kondisi perekonomian lokal (Kabupaten Bantul )?

C.Tujuan Penelitian

(24)

pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul mengenai kondisi perekonomian pada masa pemulihan ekonomi tahun 2009. Dalam hal ini, aspek yang ditinjau yaitu ekspektasi terhadap kondisi perekonomian Internasional, ekspektasi terhadap kondisi perekonomian Nasional, dan ekspektasi terhadap kondisi perekonomian lokal ( Kabupaten Bantul).

D.Pembatasan Masalah

Dalam melakukan penelitian, suatu batasan penelitian perlu ditentukan agar penelitian lebih terarah pada tujuan penelitian. Adapun batasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengenai variabel yang digunakan yaitu 3 bentuk ekspektasi para pengusaha kecil dan ekspektasi para pengusaha menengah terhadap pemulihan ekonomi tahun 2009.

2. Mengenai setting waktu penelitian, yaitu pada bulan Agustus sampai dengan September tahun 2009.

3. Mengenai obyek penelitian, yaitu para pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul.

E.Manfaat Penelitian

(25)

1. Bagi pembuat kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran ekspektasi para pengusaha, khususnya pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul terhadap pemulihan ekonomi tahun 2009. 2. Memberikan pengalaman penelitian dan sebagai bahan informasi tertulis

(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Krisis Ekonomi Tahun 2008

Pada tahun 2008, kemungkinan krisis ekonomi disebabkan oleh beberapa indikator penting penurunan ekonomi di seluruh dunia. Indikator tersebut adalah tingginya harga minyak dunia, yang menyebabkan krisis pangan dunia (karena ketergantungan produksi makanan terhadap minyak, dan juga penggunaan makanan sebagai alternatif minyak bumi), inflasi tinggi, krisis kredit macet yang menyebabkan bankrutnya beberapa bank besar, meningkatnya pengangguran dan kemungkinan resesi global (http//:wikipedia.co.id/krisisglobal2008).

Dampak krisis global pada perekonomian Indonesia makin terasa. Pertama, krisis likuiditas (credit crunch) sektor perbankan makin terasa tingkat kegawatannya. Meski pada bulan maret 2009 BI Rate sudah diturunkan ke level 7,75 persen, bunga kredit masih pada kisaran 14-16 persen. Memang benar pada saat krisis instrumen suku bunga tak akan efektif. Bank ketakutan menyalurkan kredit karena tidak yakin terhadap kondisi keuangan para peminjam. Bahkan, pasar uang antarbank (PUAB) juga seret sehingga memerlukan jaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). (http//:cetak,kompas.com/read/xml/2009).

(27)

persen. Sementara tambahan dana stimulus juga mengundang persoalan, siapa yang berhak mendapatkan talangan dan dengan cara apa. Sudah jamak di negeri ini, setiap pengucuran dana disertai “kutipan” dalam persentase tertentu. Jika begitu, muara pada politik uang terkait pemilu tak terhindarkan.

Malaysia dan Korea Selatan mengalami guncangan lebih besar karena perekonomian mereka sangat bergantung pada pasar ekspor. Kita masih beruntung karena dua hal, perekonomian lebih ditopang permintaan domestik dan pasar finansial belum terlalu maju. Namun, kita juga punya resiko lebih besar karena krisis sangat mungkin akan berlangsung lebih lama. Ada kekhawatiran, Indonesia bersama Filipina, Pakistan, dan negara-negara Eropa Timur akan mengalami fase krisis lebih lama dari yang lain.

(28)

Menurut Wahid (2009) yang dikutip dalam Tempo interaktif 2009, menyatakan bahwa Indonesia sudah mengalami resesi ekonomi memasuki kuartal pertama 2009 ini. Chief Economist Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai menurun sejak Juni 2008 lalu. Indonesia sudah memasuki resesi ekonomi. Namun kedalamannya masih bisa dicegah. Menurutnya, sejak Juni 2008, coincident economic index (CEI) cenderung menurun. Hal ini mengindikasikan adanya perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi global diprediksikan akan mengalami penurunan pada kuartal ketiga nanti. Menurut Yudhi, jika Indonesia tidak bisa memperbaiki, maka ekonomi Indonesia akan ikut anjlok juga. Namun ada peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik.

Data dari Danareksa Reserach Institut, Leading Economic Index (LEI) turun dari Februari hingga April 2008 lalu. Namun, LEI naik pada November dan Desember 2008. Ini menunjukkan ada peluang perbaikan ekonomi Indonesia menjelang akhir 2009. Peluang tersebut dapat diperoleh dengan penggunaan produk domestik, bunga bank yang diturunkan, kebijakan fiskal dan moneter yang mendukung pertumbuhan ekonomi.

B.Ekspektasi Rasional

1. Konsep Dasar Ekspektasi Rasional

(29)

variabel-variabel yang relevan, namun penuh dengan ketidakpastian, harus diperhitungkan secara cermat. Ekspektasi rasional pada mulanya diperkenalkan oleh John Muth pada tahun 1961 melalui paper klasiknya yang berjudul “Rational Expectations Hypothesis”. Namun demikian keberadaan ekspektasi rasional ini semakin berkembang dengan adanya studi oleh Lucas (1973) dan dua paper seri dari Barro (1977a,1978b).

Landasan dari ekspektasi rasional adalah asumsi bahwa perilaku individu sebagai pelaku ekonomi akan melakukan hal yang terbaik dengan menggunakan apa yang mereka miliki. Prinsip ini merupakan dasar bagi teori konsumsi, teori produksi dan teori sumber daya manusia. Pada dasarnya, para ekonom Ekspektasi Rasional berpendapat bahwa asumsi tersebut juga berlaku dalam membuat ekspektasi. Sehingga ekspektasi rasional dapat didefinisikan sebagai perilaku yang menggunakan prinsip rasional dalam menyerap dan memproses informasi dan dalam membuat ekspektasi. Pelaku ekonomi individu mengumpulkan dan menggunakan informasi secara efisien, sehingga biaya marginal dalam mengumpulkan dan menggunakan informasi akan sama dengan keuntungan marginalnya.

(30)

menentukan lama bekerja dalam satu periode, pekerja akan mempertimbangkan atau berekspektasi tentang upah masa depan dan bukan hanya mempertimbangkan upah saat ini saja. Secara umum dapat dikatakan bahwa lama bekerja pada suatu periode, atau disebut penawaran tenaga kerja, akan tergantung bukan hanya dari upah riil saat ini, tetapi juga ekspektasi tentang upah riil pada masa datang. Ekspektasi rasional dari upah riil akan mempertimbangkan semua informasi yang tersedia termasuk dampak adanya kebijakan pemerintah.

Dalam artikel tersebut konsep tentang ekspektasi adaptif belum disinggung sama sekali. Dengan mengetahui perbedaan dasar konsep antara ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional maka akan lebih mudah untuk memahami ide pemikiran Ekspektasi Rasional. Suatu ekspektasi disebut adaptif bila berdasarkan keadaan atau pengalaman pada masa lalu. Dalam analisis ekonomi makro, teori Friedman mengenai reaksi pekerja akibat kenaikan permintaan agregat dinamakan ekspektasi adaptif. Sedangkan konsep ekspektasi rasional setingkat lebih maju dari konsep ekspektasi adaptif. Secara ringkas ekspektasi rasional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Ekspektasi berdasarkan informasi yang relatif lengkap mengenai sesuatu persoalan. Ekspektasi tidak hanya berdasarkan pengalaman masa lalu saja tetapi juga berdasarkan pada keyakinannya tentang kemungkinan yang terjadi di masa depan.

(31)

dengan biaya yang paling rendah. Perilaku rasional ini sesuai dengan perilaku konsumen dan produsen dalam analisis ekonomi mikro. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori Ekspektasi Rasional berlandaskan pada teori ekonomi mikro untuk membangun teori ekonomi makro. Pelaku ekonomi mengetahui dengan baik implikasi dari berbagai kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintah. Pengetahuan ini terutama didapat dari pengalaman di masa lalu. Dari pengalaman ini mereka dapat mengestimasi akibat yang akan terjadi dari adanya kebijakan pemerintah. Sebagai contoh apabila pemerintah melakukan ekspansi moneter untuk meningkatkan permintaan agregat, maka diestimasi akan timbul inflasi.

Sehingga ketika kebijakan itu diberlakukan, para pelaku ekonomi akan bertindak melindungi kepentingan mereka. Para pekerja akan secepatnya menuntut kenaikan upah untuk mempertahankan pendapatan riil. Para pengusaha akan secepatnya menaikkan harga barang yang dijualnya. Dengan demikian inflasi dan kenaikan upah nominal yang akan menjamin upah riil tidak akan merosot, akan berjalan secara serentak.

(32)

2. Asumsi Dasar Ekspektasi Rasional

Asumsi dasar bagi bekerjanya model ekspektasi rasional ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Ekspektasi ini didasarkan kepada informasi yang lengkap yang dimiliki oleh semua pelaku ekonomi, baik itu konsumen, produsen (simetris). Informasi yang lengkap ini bukan hanya meliputi informasi masa lalu, atau yang baru dialami tetapi juga informasi tentang masa yang akan datang.

b. Berdasarkan informasi-informasi tersebut, pelaku ekonomi akan melakukan tindakan yang rasional. Tindakan rasional yang dimaksudkan disini adalah : produsen cenderung untuk memaksimumkan profit dengan kendala faktor-faktor produksi, sedangkan konsumen cenderung memaksimalkan utility dengan kendala income. Pelaku ekonomi yang rasional akan senantiasa berpegang pada prinsip tersebut terutama dalam menghadapi berbagai perubahan yang timbul dari aspek makro ekonomi, seperti inflasi dan pengangguran.

(33)

memungkinkan pelaku-pelaku ekonomi melakukan tindakan untuk melindungi diri dari dampak buruk kebijakan pemerintah tersebut di masa depan.

Dalam kesempatan lain, Case dan Fair (1999) mengatakan bahwa hipotesis ekspektasi rasional mengasumsikan bahwa orang mengetahui tentang “model ekonomi secara benar”. Sebagai contoh model tentang inflasi. Variabel-variabel yang mempengaruhi terjadinya inflasi, diketahui secara pasti oleh semua pelaku ekonomi secara simetris. Apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap parameter dari variabel-variabel tersebut, maka secara cepat para pelaku ekonomi dapat mengekspektasi perubahan inflasi.

3. Implementasi Ekspektasi Rasional

(34)

doing nothing atau tidak membuat kebijakan dan membiarkan mekanisme pasar bekerja. Seperti pendapat Friedman bahwa inflasi hanya merupakan fenomena moneter dan kebijakan ekonomi makro tidak dapat menggeser kesempatan kerja ke tingkat yang lebih tinggi. Implikasi dari pendapat ini adalah bentuk Kurva Phillips untuk jangka panjang adalah vertikal, yang berarti ada tingkat pengangguran alamiah.

Kebijakan pemerintah hanya berpengaruh sedikit dan untuk jangka pendek dan kepada orang yang bodoh. Tetapi kebijakan tersebut tidak dapat membodohi semua orang sepanjang waktu, sehingga menjadikan kebijakan tersebut tidak efektif. Orang akan mengantisipasi efek dari kebijakan baru dari pemerintah.

Gambar 2.1.

Model Ekonomi Makro dari Ekspektasi Rasional

Untuk menerangkan lebih jelas tentang implikasi ekspektasi rasional terhadap kebijakan, dibuat model ekonomi makro seperti pada Gambar 2.1. Tingkat output dan harga ditentukan dari perpotongan fungsi permintaan agregat (S) dan penawaran agregat (Do). Kurva penawaran agregat berupa kurva yang vertikal sehingga output (Yn) tidak dapat ditentukan dari

s

D1 Do

P

Pn

(35)

perubahan tingkat permintaan agregat, sehingga kebijakan yang berusaha untuk mengubah tingkat permintaan agregat tidak akan efektif.

Tingkat output (Yn) berada dalam keadaan keseimbangan pada pasar tenaga kerja dan tingkat pengangguran alamiah, sehingga dapat dikatakan Yn adalah tingkat alamiah dari output atau pendapatan dalam perekonomian. Jika dianggap ada kemungkinan bahwa pemerintah akan mengambil tindakan yang akan meningkatkan output, misalnya dengan meningkatkan pendapatan nominal melalui peningkatan permintaan uang agregat. Tingkat upah uang akan naik, dan jika pekerja menerima hal ini untuk meningkatkan upah riil, kesempatan kerja akan meningkat dan output akan meningkat sesaat ke tingkat di atas Yn. Tetapi jika produksi tenaga kerja bersifat diminishing return maka harga akan relatif naik dari pada upah nominal sehingga upah riil menjadi turun. Jika pekerja menerima keadaan ini, kesempatan kerja akan turun kembali ke keadaan semula dan output kembali turun ke Yn. Pada keseimbangan yang baru, tingkat upah nominal dan harga meningkat, tetapi output dan kesempatan kerja tetap seperti semula. Karena kurva penawaran agregat tidak menggeser, kemungkinan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan output hanya terjadi jika orang bingung tentang perbedaan perubahan upah nominal dengan upah riil. Ini berarti bahwa kebijakan pemerintah akan dapat meningkatkan tingkat upah riil hanya terjadi jika dapat membodohi orang sehingga bingung antara perubahan nominal dan riil.

(36)

berhubungan dengan penyimpangan harga aktual dari harga ekspektasi. Karena orang berperilaku ekspektasi rasional maka tidak membuat kesalahan dalam mengantisipasi kebijakan dan kebijakan tidak bisa menyesatkan mereka, sehingga output tidak menyimpang dari tingkat alamiahnya.

Kebijakan yang tidak efektif di sini adalah kebijakan yang sistematis. Pemerintah dianggap selalu membuat kebijakan yang sistematis karena bermaksud untuk membuat stabil, atau bersifat mengantisipasi. Meskipun kebijakan dapat bersifat random, tetapi kebijakan ini dianggap tidak terjadi. Bila pemerintah menerapkan kebijakan random atau tidak terduga maka dapat berdampak negatif yaitu kepercayaan masyarakat akan menurut. Sehingga pelaku ekonomi akan lebih baik melakukan bisnisnya di negara yang lebih transparan kebijakan ekonominya.

C.Ekspektasi Dalam Perekonomian

Teori ekspektasi rasional (rational expectations) diajukan pertama kali oleh John F. Muth pada tahun 1961 pada tulisannya yang berjudul “Rational Expectations and the Theory of Price Movements”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Robert E. Lucas Jr. untuk memodelkan bagaimana agen ekonomi melakukan peramalan di masa yang akan datang.

(37)

yang lengkap mengenai peristiwa-peristiwa dalam perekonomian. Keadaan yang berlaku di masa depan dapat diramalkan, selanjutnya dengan pemikiran rasional dapat menentukan reaksi terbaik terhadap perubahan yang diramalkan akan berlaku. Akibat dari asumsi ini, teori ekspektasi rasional mengembangkan analisis berdasarkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam teori mikro ekonomi yang juga bertitik tolak dari anggapan bahwa pembeli, produsen, dan pemilik faktor produksi bertindak secara rasional dalam menjalankan kegiatannya. Asumsi kedua adalah semua jenis pasar beroperasi secara efisien dan dapat dengan cepat membuat penyesuaian-penyesuaian ke arah perubahan yang berlaku. Asumsi kedua ini sesuai dengan pendapat ahli-ahli ekonomi klasik, dan merupakan salah satu alasan yang menyebabkan teori ini dinamakan new classical economics. Menurut asumsi kedua, tingkat harga dan tingkat upah dapat dengan mudah mengalami perubahan. Kekurangan penawaran barang akan menaikkan harga, dan kelebihan penawaran mengakibatkan harga turun. Buruh yang berkelebihan akan menurunkan upah, sebaliknya kekurangan buruh akan menaikkan upah mereka. Semua pasar bersifat persaingan sempurna, dan informasi yang lengkap akan diketahui oleh semua pelaku kegiatan ekonomi diberbagai pasar.

(38)

dianggap mencerminkan semua informasi yang tersedia mengenai nilai sebuah aset. Harga-harga saham berubah ketika informasi berubah. Kalau ada berita baik mengenai prospek suatu perusahaan, nilai dan harga saham sama-sama naik. Tapi, pada saat kapan pun, harga pasar adalah perkiraan terbaik dari nilai perusahaan yang didasarkan atas semua informasi yang tersedia.

D.Kategori Usaha Kecil dan Menengah 1. Pengertian Pengusaha

Pengertian pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Dengan demikian Pengusaha Kena Pajak bisa terdiri dari orang pribadi atau badan. Dengan kata lain PKP adalah pengusaha yang usahanya adalah memperdagangkan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak. Apabila pengusaha tersebut memperdagangkan atau melakukan penyerahan barang yang tidak kena pajak atau jasa yang tidak kena pajak, maka pengusaha tersebut adalah bukan Pengusaha Kena Pajak.

(39)

Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Demikian definisi PKP berdasarkan Undang-undang KUP (UU Nomor 16 Tahun 2000).

2. Pengusaha Kecil dan Menengah

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan atau dalam satu tahun kurang dari jumlah yang ditetapkan. Batasan omzet pengusaha Kecil ini ditetapkan oleh Menteri Keuangan Nomor 552/KMK.04/2000 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 571/KMK.03/2003.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan ini, Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

(40)

melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, apabila sampai dengan satu bulan dalam tahun buku, jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan brutonya melebihi batas yang ditentukan. Pengusaha tersebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

Dalam hal pengusaha tersebut tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan, maka saat pengukuhan adalah awal bulan berikutnya. Kewajiban untuk memungut, menyetorkan, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang oleh dimulai sejak saat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. (Darusalam, 2009).

Usaha kecil adalah usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia yang berbentuk badan

usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbentuk hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi;

b. Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; dan

(41)

Sedangkan, Usaha menengah adalah usaha produktif yang berskala menengah dan memenuhi kriteria kekayaan bersih lebih besar dari Rp500.000.000,00 sampai dengan Rp10.000.000.000,00 di luar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimum Rp2.500.000.000,00 sampai dengan Rp50.000.000.000,00 per tahun sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No.20 tahun 2008 tentang Usaha Menengah.

Menurut Ritonga (2007), Sensus Ekonomi 2006 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa di luar sektor pertanian terdapat 22,7 juta unit usaha di negara ini. Kategori usaha permanen sekitar 12,8 juta unit (56,4 persen), dan usaha tidak permanen sekitar 9,9 juta unit (43,60 persen). Jika lebih dirinci maka jumlah usaha mikro adalah 18,95 juta (83,3 persen), usaha kecil 3,59 juta (15,8 persen), usaha menengah 120.834 unit (0,05 persen) dan usaha besar 45.554 unit (0,20 persen).

Sejauh ini cukup banyak instansi, badan dan atau lembaga yang secara langsung dan tidak langsung membina UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Hasilnya memang ada, tetapi tidak signifikan mengubah struktur ekonomi Indonesia. Sebagaimana dapat dilihat dalam data resmi, keberadaan UMK yang tidak permanen justru semakin banyak. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan cara pandang dan paradigma pengembangan UMKM.

(42)

disetarakan dengan UMKM di bebagai negara. Bahkan dalam diskusi akademis pun, UMKM Indonesia sering dibandingkan dengan UMKM negara maju seperti Amerika Serikat. Meneg Koperasi & UMKM misalnya, jika berbicara mengenai UMKM selalu terkesan menyamaratakan usaha kategori mikro, kecil dan menengah dimaksud. Padahal kalau dilihat pengertian masing-masing kategori usaha tersebut sesungguhnya terdapat perbedaan nyata.Beberapa instansi terkait di Indonesia membuat pengertian UMKM sesuai kebutuhan lembaga atau instansinya masing-masing. Bank Dunia menggunakan definisi yang dapat diberlakukan secara global.

Sementara pemerintah mendefisinikan UMKM sesuai Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha kecil. berdasarkan UU tersebut, usaha kecil memiliki aset di luar tanah dan bangunan sama atau lebih kecil dari Rp 50 juta dengan omset tahunan hingga Rp 500 juta, dimiliki oleh orang Indonesia dan independen atau tidak terafliasi dengan usaha menengah dan besar, boleh berbadan hukum dan boleh tidak berbadan hukum. Sedangkan pengertian usaha menengah ialah badan usaha resmi yang memiliki aset antara Rp 500 juta sd Rp10 miliar.

(43)

2,2 orang tenaga kerja, masing-masing usaha mikro (1,6 orang), usaha kecil (3,0 orang), usaha menengah (22,2 orang) dan usaha besar (109 orang).

Definisi usaha mikro, kecil dan menengah menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah adalah :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usahaperorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan olehorang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan ataubukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsungmaupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukanoleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaanatau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsungmaupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlahkekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

(44)

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

(45)

E.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dapat disajikan ringkasannya pada bagian di bawah ini:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Gantiah Wuryandani dan Reza Anglingkusumo dengan judul Ekspektasi Inflasi Di Masa Krisis yang telah dimuat dalam Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan Volume 1 Nomor 2, September 1998. Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan bahwa persepsi pelaku ekonomi terhadap perkembangan perekonomian termasuk inflasi cenderung berubah sepanjang krisis moneter. Sehingga proses pembentukan ekpektasi inflasi pelaku ekonomi juga berbeda antara sebelum dan sepanjang krisis. Oleh karena itu, penelitian mengenai perubahan perilaku ekspektasi inflasi masyarakat pada masa krisis, perlu menjadi agenda taktis dalam rangka mengupayakan efektifitas dan efisiensi pengendalian moneter. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh suatu benchmark untuk mengukur ekspektasi inflasi dimasa mendatang sebagai arahan bagi pelaksanaan kebijakan moneter.

(46)

tukar Rp/ USD secara historis, sebagai komponen-komponen pembentuk ekspektasi inflasi backward looking. Sedangkan ekspektasi inflasi forward looking ditentukan oleh variabel yield spread dan forward rate Rp/USD. Taksiran yang diperoleh dengan estimasi linear tersebut selanjutnya di estimasi ulang dengan menggunakan neural network, untuk menangkap dampak bounded rationality para pelaku pasar dalam pembentukan ekspektasi inflasi di masa krisis.

(47)

indicator pemantaunya, sebagai suatu langkah untuk mengendalikan inflasi secara preemptive oleh otoritas moneter. Dalam rangka pengendalian laju inflasi yang lebih disebabkan oleh tekanan struktural dan noise, otoritas moneter perlu melakukan koordinasi dengan departemen terkait

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hatane Semuel dengan judul Ekspektasi Pelanggan Dan Aplikasi Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Toko

Modern Dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Intervening (Studi Kasus

pada Hypermarket Carrefour di Surabaya ) yang telah dimuat dalam Jurnal

Manajemen Pemasaran, Vol 1, No 2 (2006) Universitas kristen Petra.

Dalam penelitian tentang perilaku pelanggan Toko Modern untuk melihat pengaruh langsung antara ekspektasi pelanggan, aplikasi bauran pemasaran eceran, terhadap loyalitas pelanggan di Surabaya. Selain itu melihat pengaruh tidak langsung dengan kepuasan pelanggan sebagai variabel intervening.

Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh langsung secara negatif antara ekspektasi pelanggan terhadap loyalitas maupun kepuasan pelanggan, sedangkan aplikasi bauran pemasaran eceran berpengaruh positip. Aplikasi bauran pemasaran eceran mepunyai pengaruh yang lebih dominan dibandingkan ekspektasi pelanggan. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa kepuasan pelanggan merupakan intervening positif antara ekspektasi pelanggan dan aplikasi bauran pemasaran eceran terhadap loyalitas pelanggan Toko Modern

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

a) Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian dari penulisan skripsi ‘Ekspektasi Pengusaha Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Bantul Terhadap Pemulihan Ekonomi Tahun 2009’ menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Artinya suatu penelitian yang menggambarkan atau melukiskan suatu peristiwa untuk diambil kesimpulan secara umum. Oleh karena itu penelitian ini hanya untuk memfokuskan pada penggambaran dan pemecahan yang dianalisa secara kualitatif.

b)Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi dari penelitian ini, adalah sentra industri kecil dan menengah yang ada di Bantul yaitu:

1. Sentra Industri Kulit di Dusun Pucung, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul.

2. Sentra Industri Gerabah di Desa Panjangrejo, Kabupaten Bantul.

3. Sentra Industri Batik di Dusun Cengkehan, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul.

(49)

c) Subyek Penelitian

Subyek penelitian terdiri dari pengusaha dan karyawan industri kecil yang telah ditentukan di tiga lokasi di atas adalah sentra industri kulit Pucung, sentra industri gerabah Panjangrejo, dan sentra industri batik Imogiri.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pengusaha UKM di 3 sentra industri kecil dan menegah dengan jumlah 98 pengusaha.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada pada populasi, (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu) maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi itu. Untuk sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Bila sampel tidak representatif, maka resiko yang dihadapi peneliti ialah tidak dapat menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau membuat kesimpulan yang salah.

(50)

metode ini, sampel dipilih berdasarkan penyesuaian kemudahan menemukan objek penelitian. Menurut Sutrisno Hadi (1986:82), purposive sampling dilakukan dengan mengambil sejumlah responden yang dianggap representatif untuk menggambarkan seluruh populasi yang menjadi tujuan penelitian sehingga pengambilan sampelnya bersifat non random sampling.

Adapun kriteria-kriteria yang akan dijadikan sampel adalah sebagai berikut :

1. Pengusaha Kecil

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) per tahun.

b. Sudah Menjalankan usahanya minimal 5 tahun. c. Bersedia dijadikan responden.

2. Pengusaha Menengah

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar limaratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) per tahun.

(51)

c. Bersedia dijadikan responden.

Adapun cara mengetahui kriteria-kriteria di atas dilakukan dengan cara melakukan observasi awal ke lokasi penelitian. Peneliti melakukan wawancara secara singkat dengan para pengusaha kecil dan menengah ditiga lokasi lokasi tersebut dan menanyakan tentang kriteria di atas. Setelah peneliti mendapatkan jawaban maka hasil jawaban dari responden inilah yang dijadikan panduan dalam menentukan responden.

Menurut Sugiyono (2001:12-13) memberikan saran ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian adalah 30 s/d 500. Pendapat Arikunto menyatakan bahwa apabila populasi sama dengan atau di bawah 100 maka lebih baik populasi diambil semua sebagai sampel. Berdasarkan pendapat para peneliti yang telah diuraikan tersebut maka penulis mengambil responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 98 responden atau sluruh populasi. Alasan peneliti mengambil sampel 98 adalah agar data yang diperoleh menggambarkan secara tepat kondisi pengusaha kecil dan menengah di tiga lokasi penelitian.

d) Variabel Penelitian

Ekspektasi pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Bantul terhadap pemulihan ekonomi tahun 2009 dapat diukur dengan variabel-variabel berukut ini:

(52)

2. Ekspektasi Pengusaha Kecil dan Menengah dalam menghadapi kondisi ekonomi Nasional.

3. Ekspektasi Pengusaha Kecil dan Menengah dalam menghadapi kondisi ekonomi lokal.

e) Metode Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh dan mengumpulkan data, keterangan, yang aktual dan obyektif. Menurut Nazir (1999 : 211), “Pengumpulan Data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan”. Data-data dalam penelitian diperoleh penulis dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Wawancara

Menurut Nazir (1999:234), “Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau si pewawancara dengan mengunakan alat yang namanya interview guide ( panduan wawancara )”.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pedoman wawancara “semi stuctrured” artinya selain menggunakan panduan wawancara, juga

bebas mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan informan pengusaha kecil dan menengah di tiga lokasi sentra kerajinan kulit, gerabah, dan batik

(53)

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dari buku-buku yang relevan dengan masalah penelitian, dokumen-dokumen, arsip-arsip,

catatan-catatan yang berhubungan obyek penelitian. Menurut pandangan Arikunto (1998 : 263), “Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar “. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan mempelajari sumber informasi yang berupa bahan-bahan tertulis atau tercatat, antara lain berupa data-data dalam bentuk laporan, data atau tabel yang diperoleh dari lokasi penelitian.

3. Observasi

Penulis memperoleh data dengan mengamati secara langsung ke lapangan dimana lokasi penelitian diadakan serta mencatat data-data yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Maksudnya untuk memperoleh data yang aktual dan akurat dan mendapatkan data yang sebenarnya terkait dengan materi yang akan diteliti.

f) Analisis Data

Analisis data merupakan bagian terpenting dalam metode ilmiah karena dengan analisis data dapat berguna dalam pemecahan masalah penelitian. Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif (HB Sutopo 2002 : 95) yang prosesnya meliputi:

1. Reduksi data

(54)

mengatur data sehingga kesimpulan penelitain dapat dilakukan (HB Sutopo, 2002 : 92).

2. Sajian data

Sajian data merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca akan mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data ini mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab permasalahan yang ada.

3. Penarikan simpulan dan verifikasi

Setelah memperoleh data, peneliti mencoba mengambil kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Selama penelitian berlangsung, kesimpulan dapat diverifikasi dengan mengumpulkan data-data baru agar semakin jelas dan kesimpulan yang diambil nantinya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

Gambar 3.1 Analisis Data

Sumber : HB. Sutopo, 2002 Pengumpulan

Data

Penarikan Simpulan/ Verifikasi

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dalam rangka menjawab pertanyaan peneliti supaya tujuan penelitian bisa tercapai. Sesuai dengan tujuannya, maka penelitian ini difokuskan pada tiga hal pokok yaitu mengetahui ekspektasi pengusaha kecil dan menengah terhadap pemulihan perekonomian internasional, nasional dan lokal (Kabupaten Bantul).

A.Deskripsi Umum Tentang Responden 1. Identitas Responden

Responden merupakan subyek yang dimintai keterangan sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan tema penelitian ini. Jumlah keseluruhan responden adalah 98 pengusaha yang terdiri dari para pengusaha kulit di sentra industri Pucung, Wukirsari, Imogiri, Bantul, para pengusaha gerabah di sentra industri Panjangrejo, Bantul dan para pengusaha batik di sentra industri Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul.

Pendeskripsian responden dalam penelitian ini adalah berdasarkan kelompok umur pengusaha, jenis usaha, domisili usaha.

(56)

(a) Identitas Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Dari sisi kelompok usia, sebagian besar responden berusia antara 40 sampai dengan 49 tahun sebanyak 41 pengusaha, sedangkan yang berusia 30 sampai dengan 39 tahun sebanyak 30 pengusaha, dan yang berusia 20 sampai dengan 29 tahun sebanyak 27 orang.

Berdasarkan data identitas, tidak ada informasi mengenai pengusaha yang memiliki usia di atas 50 tahun, karena pada usia tersebut perusahaan sudah diwariskan atau dijalankan oleh penerusnya seperti anak dan kerabat dekat lainnya yang lebih muda.

(b) Identitas Responden Berdasarkan Jenis Usaha Tabel 2

Kelompok Jenis Usaha Responden

No Kelompok Umur Jumlah

1 Usaha kerajinan kulit 36 orang

2 Usaha kerajinan gerabah 27 orang

3 Usaha kerajinan batik 35 orang

Jumlah 98 orang

Sumber: Biodata responden

(57)

pengusaha yang menekuni jenis usaha kerajinan gerabah, dan 35 pengusaha yang menekuni jenis usaha kerajinan batik.

(c) Identitas Domisili Usaha Responden Tabel 3

Domisili Usaha Perajin Kulit

No Nama Pengusaha Alamat

(58)

33 Paryati RT 01 Pucung (Karangasem ) Wukirsari, Imogiri Bantul 34 Sukarman RT 01 Pucung (Karangasem ) Wukirsari, Imogiri Bantul 35 Turaji RT 01 Pucung (Karangasem ) Wukirsari, Imogiri Bantul 36 Ririn RT 01 Pucung (Karangasem ) Wukirsari, Imogiri Bantul Sumber: Biodata responden

Berdasarkan tabel 3, keseluruhan pengusaha kerajinan kulit tersebut berdomisili dalam satu RT dan satu pedusunan. Menurut informasi yang didapat bahwa para pengusaha tersebut tergabung dalam satu wadah kelompok usaha bersama.

Tabel 4

Domisili Usaha Perajin Gerabah

No Nama Pengusaha Alamat

1 Lancar Jum Watu, Panjangrejo, Pundong ,Bantul 2 Rio Keramik Watu, Panjangrejo, Pundong ,Bantul 3 Mitro Watu, Panjangrejo, Pundong ,Bantul

(59)

26 Kasiyahwati RT 04 Krapyak Kulon, Panjangrejo, Pundong, Bantul 27 Giyarto RT 04 Krapyak Kulon, Panjangrejo, Pundong, Bantul Sumber: Biodata responden

Berdasarkan tabel 4, sebagian besar atau 24 pengusaha kerajinan gerabah tersebut berdomisili di Dusun Krapyak Kulon, Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Ke 24 pengusaha tersebut tergabung dalam satu kelompok usaha. Sedangkan ada 3 pengusaha berdomisili di Dusun Watu, Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul.

Tabel 5

Domisili Usaha Perajin Batik

No Nama Pengusaha Alamat

(60)

24 Nuqoyah RT. 03 Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul 25 Sri Jubaidah RT. 03 Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul 26 Haryanti RT. 03 Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul 27 Iromatun RT. 03 Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul 28 Marmiatun RT. 03 Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul 29 Wasikhatun RT. 03 Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul 30 Siti Ma'rifah RT. 03 Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul 31 Zuyyinah RT. 03 Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul 32 Anik Nuryani RT. 03 Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul 33 Haryanah RT. 03 Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul 34 Hayati RT. 03 Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul 35 Khotimah RT. 03 Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul Sumber: Biodata responden

Berdasarkan tabel 5, secara keseluruhan atau 35 pengusaha kerajinan batik berdomisili di Dusun Cengkehan yang tersebar di 3 RT. Para pengusaha tersebut tergabung dalam satu kelompok usaha bersama.

(2) Kondisi Usaha Responden

(a) Kondisi Penjualan Produk Kerajinan

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang kondisi usaha dari 98 responden. Maka informasi yang didapat oleh peneliti adalah dalam bentuk data penjualan. Data penjualan tersebut bersumber dari kelompok usaha yang merupakan gabungan angka penjualan masing-masing anggotanya.

Tabel 6

Data Penjualan Kelompok Usaha Kerajinan Kulit ”JAYA MATARAM”

No Periode Jumlah Penjualan

1 Januari - Desember 2008 453 buah

2 Januari 2009 43 buah

3 Februari 2009 40 buah

(61)

5 April 2009 41 buah

Total Penjualan Januari s/d September 2009 430 buah Sumber: Laporan penjualan tahun 2009

Berdasarkan tabel 6, pada tahun 2008 angka penjualan produk kerajinan kulit adalah 453 buah. Pada tahun 2009 angka penjualan sampai dengan bulan September 2009 mencapai 430 buah. Hal ini menunjukan adanya kenaikan angka penjualan, terbukti dengan sampai dengan bulan September angka penjualan tersebut hampir mendekati total penjualan pada akhir 2008. Melihat kondisi ini, menurut informasi dari pengurus kelompok usaha “Jaya Mataram” bahwa sampai dengan akhir tahun 2009 nanti target penjualan bisa mencapai 530 buah.

Tabel 7

Data Penjualan Kelompok Usaha Kerajinan Gerabah “MAKMUR”

No Periode Jumlah Penjualan

1 Januari sampai Desember 2008 8000 buah

2 Januari 2009 532 buah

(62)

Berdasarkan data penjualan produk kerajinan gerabah di kelompok usaha kerajinan gerabah “MAKMUR” di Panjangrejo, Bantul. Pada tahun 2008 angka penjualan produk kerajinan kulit adalah 8000 buah. Pada tahun 2009 angka penjualan sampai dengan bulan September 2009 mencapai 6000 buah. Target sampai dengan akhir 2009 mencapai 12000 buah dirasakan belum dapat tercapai. Dari kondisi ini disebabkan karena masih jenuhnya pasar internasional dengan model produk yang telah beredar sebelumnya, selain itu adanya persaingan dari negara lain yang mampu menawarkan produk kerajinan gerabah dengan harga yang lebih rendah. Kondisi ini juga dialami pasar dalam negeri, karena minat dan daya beli konsumen dalam negeri belum mengalami peningkatan.

Tabel 8

Data Penjualan Kelompok Usaha Kerajian Batik “SUKA MAJU”

No Periode Jumlah Penjualan

1 Januari sampai Desember 2008 700 lembar

2 Januari 2009 52 lembar

Total Penjualan Januari s/d September 2009 600 lembar Sumber: Laporan penjualan tahun 2009

(63)

mencapai 600 lembar. Menurut informasi data penjualan tersebut pada akhir tahun 2009 ditargetkan angka penjualan mencapai 850 lembar. (b) Pengamatan Langsung di Lokasi Penelitian

Selama peneliti mengadakan pengamatan langsung di lokasi penelitian, kondisi kegiatan produksi dari seluruh perusahaan sebagian besar masih menggunakan tenaga manusia. Artinya apabila angka penjualan pada masing-masing industri tersebut mengalami peningkatan, maka akan menambah jumlah tenaga kerja.

Selama melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian, juga ditemukan adanya hambatan-hambatan para pengusaha dalam menjalani kegiatan usahanya. Hambatan-hambatan tersebut antara lain:

1) Kurangnya tenaga terampil yang memiliki keahlian mendesain untuk menciptakan ide-ide baru yang bisa diterima konsumen.

2) Kurangnya permodalan untuk penyediaan bahan baku dan peralatan produksi.

3) Masih rendahnya penghasilan para pengrajin. 4) Masih sedikit pengetahuan tentang pemasaran.

Untuk memecahkan masalah yang di hadapi para pengusaha tersebut adalah:

1) Diadakannya kegiatan pelatihan.

2) Menjalin kerjasama dengan pihak lain seperti perbankan atau koperasi dalam hal penyediaan modal.

3) Selalu ikut serta di setiap pameran.

(64)

5) Meningkatkan kerja sama dengan pengecer. 6) Memperluas jaringan pemasaran.

B.Hasil Analisis Data dan Pembahasan

Dalam penelitian ini di lakukan kegiatan wawancara kepada 98 pengusaha atau responden yang terdiri 36 pengusaha kerajinan kulit di sentra industri Pucung, wukirsari, Bantul, 27 pengusaha kerajinan gerabah di sentra industri Panjangrejo, Bantul dan 35 pengusaha batik di sentra industri Cengkehan, Wukirsari, Bantul. Adapun analisa yang dilakukan dari hasil wawancara adalah sebagai berikut:

1. Ekspektasi Pengusaha Kecil dan Menengah terhadap Pemulihan Perekonomian Internasional Untuk Meningkatkan Peran UKM dalam Perekonomian Global

Tabel 9

Ekspektasi Pegusaha Terhadap Pemulihan Ekonomi Internasional

NO Aspek Ekspektasi

Positif Netral Negatif

1 Ekspektasi pengusaha kecil dan menengah terhadap pertumbuhan ekonomi 2 Ekspektasi pengusaha kecil dan menengah

terhadap stabiitas ekonomi internasional pada masa-masa datang. 3 Ekspektasi pengusaha kecil dan menengah

(65)

terhadap komitmen organisasi internasional

Sumber: Hasil wawancara dengan 98 pengusaha

Berdasarkan tabel 9, ekspektasi 98 pengusaha kecil dan menengah di 3 sentra industri Kabupaten Bantul terhadap pemulihan ekonomi internasional, rata-rata 70% merupakan bentuk ekspektasi yang positif, 19% merupakan bentuk ekspektasi yang netral, dan 11% rata-rata merupakan bentuk ekspektasi yang negatif. Sedangkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan untuk mengetahui bentuk ekspektasi 98 pengusaha secara jelas terhadap pemulihan ekonomi internasional adalah sebagai berikut:

a. Mengenai Ekspektasi Pengusaha Kecil dan Menengah terhadap Pertumbuhan Perekonomian Internasional pada masa yang akan datang

Tabel 9 di atas mengambarkan bentuk ekspektasi pengusaha terhadap pertumbuhan ekonomi internasional pada masa yang akan datang. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 98 pengusaha, ada 73% pengusaha memberikan pernyataan positif, ini menunjukan adanya harapan dan keyakinan para pengusaha terhadap pertumbuhan ekonomi internasional pada masa yang akan datang. Bentuk keyakinan dan harapan dari pengusaha tersebut dapat dibuktikan dari pernyataan pengusaha tersebut.

(66)

internasional yang mulai mengalami peningkatan. Kondisi ekonomi internasional telah mengalami pertumbuhan juga bisa dibuktikan dengan adanya peningkatan kembali kesejahteraan ekonomi masyarakat dunia yang ditandai dengan mulai membaiknya daya beli mereka selaku konsumen. Seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat atau konsumen tersebut, maka permintaan barang di pasar internasional kembali membaik, angka penjualan ikut meningkat, dan kegiatan usaha disektor industri dapat kembali berjalan dengan lancar. Kondisi di atas sebagai dasar keyakinan pengusaha bahwa pada masa yang akan datang pertumbuhan ekonomi internasional akan meningkat dengan cepat.

Harapan pengusaha pada masa yang akan datang tidak terjadi lagi kenaikan harga minyak dunia, sehingga harga-harga barang dan bahan baku bisa terus dalam kondisi normal. Apabila harga barang terutama bahan baku tidak mengalami peningkatan, maka akan memperlancar kegiatan produksi disektor industri. Selain itu harapan pengusaha pada masa yang akan datang seiring dengan adanya peningkatan kembali kegiatan usaha khususnya disektor industri kecil dan menengah, dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi internasional sesuai yang ditargetkan.

Gambar

Gambar 3.1: Analisis Data    ……………………………………………...        37
Gambar 2.1.
Gambar  3.1 Analisis Data
Tabel 2 Kelompok Jenis Usaha Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut, dimohon bantuannya untuk dapat menginformasikan kepada seluruh Pegawai Negeri Sipil pada Lingkungan keija Saudara yang memenuhi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi yang menggunakan analisa regresi linier berganda sebagai alat analisa untuk mengetahui pengaruh

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa di dalam meningkatkan produktivitas memerlukan sikap mental yang baik dari pegawai, disamping itu peningkatan produktivitas

Pada gambar 5 kita dapat melihat tampilan puzzle dari Pahlawan Maria Walanda Maramis, diatas kotak puzzle terdapat beberapa tombol yaitu Reset untuk mengatur

Mukhsin K, Yodi Mahendradhata, Riris Andono Ahmad, 2006, Faktor-faktor yang Mempengaruhi keterataturan Minum Obat pada Penderita TBC Paru Yang Mengalami Konversi di Kota

Hasil penelitian ini sudah sesuai berdasarkan penelitian University Of California San Diego Experience mengatakan bahwa dari 294 pasien terdiri dari 148 wanita

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Bagaimanakah koordinasi mata kaki terhadap kemampuan ketepatan shooting

Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan dibawah titik