C. Metode Penilaian Persediaan Barang Dagangan (Valuation Merchandise Inventory Method)
2. Penilaian Dengan Pendekatan Selain Arus Harga Pokok
Cara lain dalam penilaian terhadap persediaan barang dagangan adalah dengan pendekatan selain harga pokok. Hal ini ditemukan pada kasus sebagai berikut : Biaya pengganti item-item dalam persediaan dibawah biaya yang telah dicatat, dan persediaan tidak dapat dijual pada
harga normal, karena adanya perubahan selera konsumen, barang cacat atau penyebab yang lain. Dalam pendekatan ini terdapat tiga metode yang dikenal secara luas, yaitu sebagai berikut :
a. Metode Harga Terendah antara Harga Pokok dan Harga Pasar (Lower Of Market)
Metode ini sering disebut dengan COMWIL (cost or market whichever is lower). Metode ini dapat digunakan dalam kondisi persediaan tidak normal. Misalnya : Rusak, Cacat atau Kadaluarsa. Inti metode ini adalah membandingkan nilai yang lebih rendah antara nilai pasar (Replecement Value) dan nilai perolehannya (Cost).
Metode Lower Of Cost or Market memberikan dua keuntungan, yaitu : (1). Laba koto (laba bersih) direduksi ketika penurunan harga terjadi, (2). Laba kotor normal akan direalisasi dalam periode dimana barang terjual. Metode ini dapat diterapkan untuk tiap-tiap item barang dalam persediaan, kategori atau kelompok utama persediaan, dan total nilai persediaan. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
TABEL 2.11
Metode Lower Of Cost Or Market
Barang unit Harga per unit Total Rp.15,070,00) dilaporkan dalam bagian terpisah pada laporan keuangan, atau dapat diperhitungkan dalam harga pokok penjualan, yang keduanya mereduksi laba bersih sejumlah penurunan harga pasar.
b. Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)
Metode penilaian persediaan ini bersifat estimasi. Biasanya diterapkan karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan. Misalnya karena terjadi bencana kebakaran atau banjir. Penilaian persediaan mendasarkan pada persentasi laba kotor perusahaan tahun berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1). Mengestimasi nilai penjualan berjalan
2). Menghitung nilai harga pokok penjualan berdasarkan pada persentase laba kotor yang telah diketahui
3). Menghitung estimasi nilai persediaan akhir dengan menggunakan harga pokok penjualan terhadap penjualan.
Ilustrasi berikut dengan menggunakan metode laba kotor berdasarkan data perusahaan pada tahun 2014 dan diperkirakan laba kotor sebesar 3 % :
Persediaan Barang Dagangan awal 2.000,00
Pembelian 8.600,00
Barang Tersediah Untuk Dijual 10.600,00 Penjualan Bersih 7.950,00 Dikurangi: estimasi laba kotor (7.950 x 30 %) (2.385,00) Estimasi harga pokok penjualan (5.565,00) Estimasi persediaan akhir 5.035,00
Jika disusun dengan baik, Harga pokok penjualan dapat dihitung sebagai berikut :
Persediaan Barang dagangan awal Rp. 2.000,00
Pembelian Bersih Rp. 8.600,00
Persediaan tersedia untuk dijual Rp. 10.600,00 Persediaan barang dagangan akhir Rp. 5.035,00
Harga Pokok Penjualan Rp. 5.565,00
c. Metode Eceran (Retail Method)
Penilaian persediaan dengan menggunakan metode eceran dilakukan dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilai akhir dengan harga pokok akan diketahui dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaan yang tersedia untuk dijual dengan pendekatan harga pokok dibandingankan dengan ritel. Kemudian rasio yang diperoleh dikalikan dengan persediaan akhir yang dinilai dengan pendekatan eceran dapat diformulasikan sebagai berikut.
Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan dagangan eceran seperti toko serba ada. Ditoko serba ada terdapat banyak jenis persediaan yang berbeda. Sehingga sulit untuk menentukan biaya setiap penjualan, mencatat kode biaya pada kartu, mengubah kode untuk mencerminkan penurunan nilai barang dan dagang dan mengalokasikan biaya seperti : Transportsi dan lain sebagainya.
Menurut kieso, dkk, Sebagai solusi adalah menyusun persediaan berdasarkan harga eceran. Di dalam perusahaan eceran terdapat pola hubungan antara biaya (harga pokok) dengan harga penjualan. Dengan demikian, harga eceran dapat dikonversikan menjadi biaya dalam suatu rumus. Metode ini yang dinamakan metode persediaan eceran (retail inventory method), mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas dasar : (1). Total
biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli. (2). Total biaya dan nilai eceran barang yang tersedia untuk dijual. (3). Penjualan periode Berjalan.
Konsep yang mendasari adalah adanya hubungan yang dekat dan konstan antara harga pokok dan harga jual. Oleh karena itu, hubungan antara harga pokok dan harga jual, yang biasanya dinyatakan dalam suatau persentase, harus diterapkan terlebih dahulu. Untuk itu perusahaan perlu mempunyai catatan mengenai harga jual dari semua barang yang ada. Ilustrasi hubungan antara harga jual dan harga pokok di hitung sebagai berikut (Asumsi bahwa harga jual juga berasal dari catatan pada PT. Indomarco Prismatama periode 2013).
Harga Pokok Harga Jual Persediaan awal, 1 Januari 2013 2.000,00 3.500,00 Pembelian Bersih 8.600,00 9.500,00 Persediaan Tersedia Dijual 10.600,00 13.000,00
Persentase harga pokok = Harga pokok persediaan tersedia dijual Terhadap harga jual Harga jual persediaan tersedia dijual
= Rp. 10.600,00 Rp. 13.000,00
= Rp. 81 %
Persentase diatas selanjutnya akan digunakan untuk menaksir harga pokok penjualan persediaan pada akhir suatu periode akuntansi.
Dengan cara ini, maka perhitungan secara fisik tidak perlu dilakukan.
Namun sebelumnya, harus dilakukan perhitungan persediaan akhir pada Desember 2013 sebagai berikut :
Persediaan tersedia untuk dijual, pada harga jual 13.000,00
Penjualan selama tahun 2013 7.750,00 Persediaan pada 30 Desember 2013, Pada harga jual 5.250,00
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa pada persediaan yang terlihat diakhir periode harga jualnya adalah Rp. 5.250,00.
Sebelumnya sudah ditentukan bahwa harga pokok barang adalah 81 % dari harga jualnya. Dengan demikian taksiran harga pokok persediaan Akhir dapat dihitung : 81% x Rp. 2.520,00 = Rp. 4.525,00. Dan harga pokok penjualan (HPP) pada akhir periode dapat dihitung sebagai berikut :
TABEL 2.12
Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Persediaan awal Rp. 2.000,00
Pembelian bersih Rp. 8.600,00
Persediaan tersedia untuk dijual Rp.10.600,00
Persediaan Akhir Rp. 4.252,50
Harga Pokok penjualan (HPP) Rp. 6.347,50
Metode harga eceran juga memperhitungkan jumlah fisik persediaan pada akhir tahun. Barang yang sudah ada di tangan dapat dinilai dengan harga yang sudah ada di pasar. He cost - retail ratio didapat yang sudah ada di tangan sewaktu penjualan untuk mengetahui pembelian pada saat persediaan akhir.