NO. 14 PADA PT. INDOMARCO PRISMATAMA MAKASSAR
Oleh : SRI WAHYUNI
105730 1888 10
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSSAR 2014
NO. 14 PADA PT. INDOMARCO PRISMATAMA MAKASSAR
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
Oleh : SRI WAHYUNI
105730 1888 10
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSSAR 2014
ii
PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN SESUAI DENGAN PSAK NO. 14 PADA PT. INDOMARCO PRISMATAMA MAKASSAR
Nama : SUKARMAN : Sri Wahyuni : EKONOMI Stambuk : 105730 1888 10
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Makassar, Maret 2014 Menyetujui,
Pembimbing I
Dr. Hj. Ruliaty,MM
Pembimbing II
Ishak,SE.M.Si
Mengetahui, Dekan
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Dr. H. Mahmud Nuhung, MA
Ketua Jurusan Akuntansi
Ismail Badollahi, S.E., M.Si., Ak
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Jika kita ingin sukses, Pelajarilah kesuksesan itu Dan berfikirlah seperti orang-orang yang sukses, Jika kita ingin bahagia, Pelajarilah kebahagian itu Dan berfikirlah seperti orang-orang yang bahagia
Sebuah inspirasi indah bagiku Harus aku tetapkan dalam hati Akan keinginan untuk terus menjalani Setiap apa yang menjadi kewajibanku Tanpa terbebani , hanya keikhlasan hati
Tanpa terjatuh kedalam rasa malas dan kelesuan
Kupersembahkan karya sederhana ini Sebagai tanda terima kasihku
Kepada Ayahandaku Dg. Madimeng dan Ibundaku Indo Illang Serta saudaraku tercinta atas dukungan, do’a,
Semangat, pengorbanan, cinta dan kasih sayangnya
Yang tiada terhingga
Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH). Dibawah bimbingan Dr. Hj.
Ruliaty, MM dan Ishak, SE.M.SI
Tekhnik analisis data yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dan jenis penelitian studi kasus. Adapun tekhnik pengumpulan data yang dipakai adalah metode wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini dengan mencatat data hasil wawancara dan dokumentasi, mengorganisasikan data, memilah-milahnya untuk menjaab rumusan masalah kemudian mencari dan menemukan makna yang terkait dengan rumusan masalah.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Indomarco Prismatama Makassar telah menerapkan metode perpetual dalam proses pencatatan persediaan barang dagangan, sehingga harga pokok barang yang terjual langsung dapat diketahui dari kartu persediaan pada sistem tekhnologi informasi (STI) tanpa harus melakukan perhitungan secara fisik. Sedangkan untuk menilai persediaan barang dagangan, di Indomarco Prismatama Makassar menerapkan harga eceran.
Metode ini cocok diaplikasikan di perusahaan dimana yang terdapat beragam jenis barang dagangan yang nilainya relatif kecil. Sehingga tidak perlu memasukkan biaya angkut kedalam per unit barang dagangan yang banyak dan beragam.
Namun biaya-biaya dikeluarkan sudah diestimasikan dalam bentuk persentasi eceran (Retail Percentage) ke dalam harga jual barang.
Jadi kesimpulan dari penelitian diatas, yaitu Indomarco Prismatama menggunakan metode perpetual dalam pencatatan terhadap persediaan barang dagangan metode ini diterapkan supaya memudahkan pihak perusahaan untuk mengetahui stock dan nilai barang dagangan dengan cepat jika sewaktu-waktu dibutuhkan tanpa harus menghitung barang dagangan yang ada di toko/digudang.
Metode pencatatan persediaan barang dagangan yang diaplikasikan di PT.
Indomaco Prismatama Makassar sudah sesuai dengan PSAK no.14. Hal ini merujuk pada isi PSAK no. 14 yang menjelaskan secara eksplisit bahwa metode harga eceran sangat cocok diaplikasikan pada perusahaan ritel seperti di indomarco prismatama yang memiliki beragam jenis barang dagangan.
Kata kunci: penilaian persediaan barang sesuai dengan PSAK No.14.
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia, petunjuk, rahmat, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul:”Analisis Penerapan Metode Pencatatan Dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan Sesusai PSAK no. 14 Pada PT. Indomarco Prismatama Makassar”.Adapun tujuan penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh kelulusan pada program sarjana Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar Skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Teriring ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda dan Ibunda yang tercinta dan sanak saudara atas segala jerih payah, dorongan dan doanya demi mencapai keberhasilan penulis dalam menempuh cita-cita. Dalam penyusunan skripsi ini, berbagai cobaan maupun kesulitan, rintangan dan hambatan yang penulis temui sejak dari awal pembuatan skripsi hingga menjelang penyelesaiannya tetapi dapat teratasi berkat prinsip yang disadari penulis.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan penulissampaikan pula kepada:
1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
iii
2. Bapak Drs. Mahmud Nuhung, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Hj. Ruliaty, MM selaku Dosen Pembimbing 1, terima kasih atas waktu, kesabaran, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ishak, SE. M.Si selaku Dosen Pembimbing 2, terima kasih atas waktu, kesabaran, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Ismail Badollahi SE.,M.Si, Ak..selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Muhammadiyah Makassar.
6. Mama yang tersayang beserta keluarga Terima kasih atas semua yang diberikan padaku, kasih sayangnya, doa restunya, bimbingannya, dan semua nasehat untuk bekal hidupku.
7. Pimpinan PT. Indomarco Prismatama Makassar yang Telah Bersedia Menerima penulis Untuk Melaksanakan Penelitian.
8. Staf Karyawan PT. Indomarco Prismatama Makassar yang telah bersedia memberikan bantuan untuk memperoleh data-data dan informasi terim kasih atas kerjasamanya.
9. Suriyani Ismail dan Risnawati Jahamang yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama menyusun skripsi serta seluruh teman-teman dari Akuntansi 6 “2010”tanpa terkecuali terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
iv
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini berbagai hambatan dan rintangan yang dihadapi, Namun berkat bimbingan, petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan hati terbuka penyusun senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penyusun juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang membutuhkannya.
Aamiin. Billahi FiiSabililhaq, Fastabiqul Khaerat, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, Mei 2014
Penyusun
xi
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persediaan Barang Dagangan... ... 8
1. Pengertian Persediaan Barang Dagangan... 8
2. Jenis -Jenis Persediaan ... 11
3. Faktor-faktor yang menentukan besarnya tingkat Persediaan ... 12
B. Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagangan ... 14
xii
(Valuation Merchandise Inventory Method) ... 37
1. Penilaian Dengan Pendekatan Arus Harga Pokok (Cost basis flow Approach ... 38
2. Penilaian Dengan Pendekatan Selain Harga Arus pokok ... 47
D. Harga Pokok Penjualan ... 53
E. Kerangka Pikir ... 56
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 58
B. Jenis Data Dan Sumber Data... 58
C. Metode Pengumpulan data ... 59
D. Defenisi Operasional ... 59
E. Metode Analisis Data ... 60
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Indomarco Prismatama Makassar ... 61
1. Visi, Budaya, dan Motto Perusahaan ... 62
2. Maksud Dan Tujuan Perusahaan ... 62
3. Struktur Organisasi PT. Indomarco Prismatama Makassar ... 63
xiii
Makassar ... 68 2. Kendala Yang Terjadi Pada PT. Indomarco
Prismatama Makassar Dalam Penerapan Metode Pencatatan Dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan ... 74 3. Kesesuaian Penerapan Metode Penilaian Persediaan
Barang Dagangan Pada PT. Indomarco Prismatama
Makassar Dengan PSAK No. 14 ... 75 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan Metode Pencatatan Dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan Pada PT. Indomarco Prismatama Makassar... 77
1. Penerapan Metode Pencatatan Persediaan Barang
Dagangan ... 77 2. Penerapan Metode Penilaian Persediaan Barang
Dagangan ... 83 B. Kendala Yang Terjadi Pada PT. Indomarco Prismatama
Makassar ... 86 C. Kesesuaian Penerapan Metode Penilaian Persediaan
Barang Dagangan Pada PT. Indomarco Prismatama
Makassar Dengan PSAK no. 14 ... 87
xiv
DAFTAR PUSTAKA ... xiv RIWAYAT HIDUP
1. Penggolongan Persediaan Menurut Jenis Perusahaan ... 9
2. Metode penilaian persediaan barang dagangan ... 37
3. Kerangka Pikir ... 56
4. Bagan Struktur Organisasi PT. Indomarco Prismatama ... 64
xi
2.2 Akuntansi Pembelian Barang Dagangan ... 34
2.3 Akuntansi Penjualan Barang Dagangan ... 35
2.4 Transaksi Penjualan Dan Pembelian Barang Dangan Periode 2013 ... 39
2.5 Barang Tersedia Untuk Dijual ... 40
2.6 Nilai Persediaan Akhir ... 40
2.7 Nilai Persediaan Akhir ... 41
2.8 Penilaian Persediaan Barang Dagangan Dengan Sistem Perpetual Menggunakan Metode FIFO ... 44
2.9 Penilaian Persediaan Barang Dagangan Dengan Sistem Perpetual Dengan Menggunakan Metode LIFO ... 45
2.10 Penilaian Persediaan Barang Dagangan Dengan Sistem Perpetual Dengan Menggunakan Metode Average ... 46
2.11 Metode Lower Of Cost Or Market ... 48
2.12 Perhitungan Harga Pokok Penjualan ... 53
4.1 Daftar Barang Untuk Purchase Order Supplier ... 71
4.2 Daftar Barang Setelah prosese Transfer ... 71
4.3 Daftar Barang Setelah Jadi Penjualan ... 72
4.4 Daftar Barang Setelah Terjadi Penjualan ... 72
5.1 Jurnal Umum ... 81
5.2 Jurnal Umum ... 82
1 1.1 Latar belakang
Semua perusahaan baik yang bergerak dibidang perdagangan maupun jasa perlu melakukan pencatatan akuntansi untuk mengetahui kondisi keuangan usahanya. Karena dari laporan keuangan yang dihasilkan akan dapat menunjukkan keadaan keuangan perusahaan yang sesungguhnya laba atau rugi. Proses transaksi perusahaan dagang umumnya sama dengan perusahaan jasa, akan tetapi pada perusahaan dagang terdapat perhitungan harga pokok penjualan (cost of good sold) karena didalamnya terdapat persediaan barang dagangan. Persediaan merupakan aktiva yang paling penting pada perusahaan dagang, sehingga perusahaan perlu mencatat secara khusus atas setiap transaksi yang berhubungan dengan perusahaan tersebut.
Kegiatan utama perusahaan dagang adalah membeli barang dagangan kepada supplier untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen tanpa harus mengubah bentuk barang tersebut dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Selain itu kegiatan tersebut juga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi manusia dalam kehidupannya sehari-hari.
Biasanya perusahaan dagangan menjual barang dagangannya kepada konsumen dengan cara mengecer .
Didalam siklus operasi perusahaan dagang, yang menjadi pertanyaan penting adalah seberapa besar efektifitas alokasi sumber daya
pemilik dan kreditor ke dalam aktiva sehingga menghasilkan tingkat laba yang diinginkan dan seberapa besar efesien yang telah dilakukan untuk menekan beban yang harus ditanggung perusahaan. Bagaimana kemungkinan dimasa yang akan datang bagi perusahaan dalam memenuhi kewajiban melunasi utangnya kepada kreditor. Untuk itulah peran akuntansi diperlukan.
Didalam kitab Undang-Undang Dagang (KUHD ) pasal 6, berbunyi : “ TIap -Tiap Orang yamg melakukan/Menjalankan perusahaan menyelenggarakan pembukuan perusahaan, sehingga diketahui segala hak dan kewajibannya ”. Tujuan yang akan dicapai adalah untuk memperoleh informasi tentang transaksi keuangan dan transaksi barang agar dapat ditentukan dengan tepat kebijakan perusahaan selanjutnya. Di Indonesia ini menjadi dasar kewajiban pembukuan bagi setiap orang yang menjalankan perusahaan.
Sebagaimana dikatakan oleh libby, dkk, dalam bukunya financial Accounting, sistem akuntansi dalam perusahaan memainkan tiga peran penting dalam proses pengolaan persediaan yaitu :
(1). Sistem akuntansi harus menyediakan yang akurat untuk menyediakan laporan keuangan dan return pajak.
(2). Sistem akuntansi harus menyediakan informasi terkini mengenai jumlah dan biaya persediaan untuk dijadikan bahan pertimbangan pengadaan barang.
(3). Persediaan Barang Dagangan merupakan objek pencurian dan salah penggunaan yang lain, sehingga sistem akuntansi menyediakan informasi yang dapat melindungi asset penting ini.
Dalam merencanakan fungsi akuntansi pada perusahaaan dagang, perusahaan harus terlebih dahulu mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi akuntasi. Selanjutnya perusahaan harus mengetahui informasi apa yang dibutuhkan oleh mereka. Kemudian dirancang struktur organisasi dan sistem informasi akuntansi yang dapat memenuhi kebutuhan informasi pemakai tersebut. Rancangan ini dengan memperhatikan sistem pengendalian intern yang memadai. Sistem pengendalian intern ini penting untuk menjadi terjaganya kekayaan perusahaan, menjaga keandalan informasi akuntansi, dan mendorong terciptanya efesiensi, serta memastikan ditaatinya prosedur di dalam perusahaan.
Salah satu bagian dari proses akuntansi adalah mencatat dan menilai persediaan barang dagangan, sebagaimana diatur pada PSAK no.
14. Persediaan pada umumnya meliputi jenis barang yang jumlahnya cukup banyak dan merupakan salah satu bagian terpenting dari seluruh aktiva perusahaan. Jumlah persediaan barang dagangan harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan agar dapat memenuhi permintaan konsumen namun tetap memperhatikan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan barang tersebut. Perusahaan akan mengalami kerugian jika tidak memperhitungkan tingkat persediaan yang dimiliki.
Disamping itu, transaksi yang berhubungan dengan persediaan barang dagangan merupakan aktivitas yang paling sering terjadi. Sehingga diperlukan pencatatan dan penilaian secara terus menerus dan berkesinambungan. Selain untuk mengetahui kuantitas dan nilai persediaan barang setelah menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan dan transaksi pembelian. Pencatatan dan penilaian inilah yang juga akan menjadi dasar untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh atau kerugian yang harus ditanggung perusahaan.
Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagangan disajikan dineraca maupun dilaporan laba rugi. Persediaan barang dagangan yang tercantum pada neraca mencerminkan nilai barang dagangan pada akhir periode akuntansi, Sedangkan di laporan laba rugi, persediaan barang dagangan muncul dalam harga pokok penjualan.
Ada hubungan antara persediaan barang dagangan pada neraca dengan yang tercantum pada laporan laba rugi. Bahkan, antara persediaan barang dagangan tahun berjalan juga berhubungan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Dengan adanya hubungan tersebut, terlihat betapa pentingnya pos ini dalam menentukan laba (rugi) dan kinerja keuangan perusahaan.
Dalam proses pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan dibutuhkan suatu ketelitian, mengingat persediaan merupakan salah satu komponen aktiva yang paling aktif dan sering terjadi kesalahan didalamnya, terutama dalam penentuan persediaan akhir. Sebuah
kesalahan yang terjadi dalam pencatatan dan penilaian atas persediaan akan berakibat fatal, baik pada neraca maupun laporan laba rugi. Dalam neraca pada perusahaan dagang, nilai persediaan seringkali merupakan komponen yang sangat signifikan (material) dibandingkan dengan nilai keseluruhan aktiva lancar. Sedangkan dalam laporan laba rugi, besarnya harga pokok persediaan (yang dijual) merupakan komponen utama penentu kinerja atau hasil kegiatan operasional perusahaan dagang selama periode tertentu.
Kesalahan penentuan persediaan salah satunya terjadi pada perhitungan fisik persediaan atau penentuan harga perolehan. Kesalahan dalam mencatat besarnya fisik persediaan tersebut akan menyebabkan kesalahan penyajian pada saldo persediaan akhir. Persediaan merupakan aktiva lancar, sehingga besarnya aktiva lancar maupun total aktiva secara keseluruhan juga akan menjadi salah saji di neraca. Disamping itu, kesalahan pencatatan juga mengakibatkan besarnya harga pokok penjualan, laba kotor, dan laba bersih menjadi keliru dalam laporan laba rugi.
PT. Indomarco Prismatama Makassar termasuk jenis perusahaan dagang yang melakukan pembelian barang dagangan dengan pemasok (Supplier) Dan kemudian menjualnya kembali kepada konsumen dengan tujuan untuk mendapatkan Keuntungan. PT. Indomarco Prismatama Makassar ini dalam aktivitas menyediakan berbagai macam jenis komoditi atau Barang Dagangan (Persediaan) dengan Jumlah yang cukup banyak.
Proses pencatatan penilaian terhadap persediaan barang dagangan yang beraneka ragam tersebut tentunya harus dilakukan secara hati - hati agar tidak terjadi sebuah kesalahan.
Dari pembahasan diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul :’’Analisis Penerapan metode Pencatatan Dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan Sesuai Dengan PSAK No. 14 Pada PT. Indomarco Prismatama Makassar”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan metode pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan di PT. Indomarco Prismatama Makassar ?
2. Apa saja kendala dalam penerapan metode pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan di PT. Indomarco Prismatama Makassar ? 3. Apakah pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan yang diterapkan di Prismatama Makassar sesuai Yang berlaku di PSAK no 14 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan penerapan metode pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan di PT. Indomaco Prismatama Makassar 2. Mengidentifikasi berbagai macam kendala dalam penerapan metode
metode pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan di PT.
Indomarco Prismatama ?
3. Mengetahui adanya kesesuaian penerapan metode pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan di PT. Indomarco Prismatama Makassar dengan PSAK NO. 14 yang berlaku.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan untuk memberikan manfaat:
a) Sebagai bahan masukan tambahan pengetahuan penulis mengenai penerapan metode persediaan barang dagangan sesuai dengan PSAK No.14
b) Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen perusahaan
c) Sebagai acuan dan bahan pustaka untuk penelitian lanjutan pada obyek yang sama.
8
1. Pengertian Persediaan Barang Dagangan
Dari segi bahasa Indonesia, istilah “Persediaan” berasal dari kata
“sedia” dan kata kerjanya menyediakan. Penyedia adalah pelaku yang menyediakan. Penyediaan adalah proses menyediakan. Persediaan Artinya hasil menyediakan. Persediaan selama ini diartikan sebagai jenis harta (Aktiva) yang umumnya terdapat pada harga lancar (Current Assets).
Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan berikut. Ikatan Akuntansi Indonesia (2007 : 143) mengemukakan bahwa, Persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Menurut Skousen, Stice, Stice (2004 : 653): Persedian ditujukan untuk barang - barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka
kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi.
Kieso, Weygandt, Warfield (2002 : 443): mengatakan bahwa Persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual.
Persediaan Barang Dagangan (Merchandise Inventory) pada perusahaan dagang dapat disebut persediaan barang dagangan atau sering disebut dengan Persediaan, yang terdiri atas barang-barang yang disediakan untuk dijual kepada konsumen selama periode normal kegiatan perusahaan. Untuk contoh Persediaan Barang Dagangan Misalnya seperti Aneka Makanan Ringan, Soft Drink, dan Sebagainya.
Gambar 1
Penggolongan Persediaan Menurut Jenis Perusahaan
Penggolongan persediaan
Perusahasan Manufaktur Perusahaan Dagangan
Perusahaan Jasa
Bahan Baku( Raw material) Barang jadi
Persediaan Barang Dagangan Tidak mempunyai
Persediaan dalam bentuk fisik
Sedangkan bagi perusahaan manufaktur (Industri), Mula-Mula persediaannya belum siap untuk dijual sehingga perlu diolah terlebih dahulu. Persediaannya diklasifikasikan menjadi tiga, Yaitu: Bahan mentah, Barang setengah jadi (Barang dalam proses), Barang jadi (Produk akhir). Jadi dalam perusahaan manufaktur, perusahaan jenis ini terlebih dahulu akan mengubah input atau bahan mentah (raw material) menjadi output atau barang jadi,baru dijual kepada pelanggang (Distributor).
Persediaan barang mempunyai arti dan fungsi penting bagi perusahaan. Berbagai macam barang yang ada, seperti bahan baku, barang dalam proses, persediaan barang jadi, dimana perusahaan melakukan penyimpanga dengan berbagai macam alasan, yaitu:
1. Penyimpanan barang diperlukan agar perusahaan dapat memenuhi pesanan pelanggan secara cepat dan tepat waktu. Apabila perusahaan tidak memiliki persediaan barang dan tidak dapat memenuhi pesanan pelanggan pada saat yang tepat, maka kemungkinan pelanggang akan berpindah ke toko lainnya.
2. Untuk berjaga-jaga pada saat barang di pasar sukar diperoleh, pengecualian pada saat panen tiba. Apabila kondisi yang ada adalah bahwa persediaan barang sangat tergantung pada siklus musiman, maka perlu bagi perusahaan untuk membuat persediaan dan menyimpannya.
3. Untuk menekan harga pokok per unit barang. Perusahaan sering melakukan produksi atau pembelian barang dalam jumlah barang yang sangat besar untuk memanfaatkan apa yang disebut dengan economics of scale. Dengan economics of scale, biaya per unit dapat ditekan, sebagai konsekuensinya adalah perusahaan akan menyimpan persediaan barang dalam jumlah yang besar.
Kebijakan perusahaan untuk menyimpang dalam barang dalam jumlah yang besar dengan alternatif lain dalam jumlah kecil juga memilki trade off. Disatu sisi perusahaan dapat memenuhi pesanan pelanggan dan menghindarkan terjadinya kehabisan barang (stock out), namun disisi lain perusahaan yang menyimpan persediaan dengan jumlah besar juga akan menaggung biaya penyimpananya.
Apabila perusahaa hanya memiliki persediaan dalam jumlah kecil, biaya penyimpanan akan relatif kecil. Sebaliknya untuk selalu memenuhi permintaan barang, perusahaan harus memesan barang dengan frekuensi yang sering, yang artinya biaya pemesanan akan meningkat.
2. Jenis - Jenis Persediaan
Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan kegiatan bisnisnya. Persediaan diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Persediaan barang dagang
Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagang untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh secara fisik tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya. Dalam bebrapa hal dapat terjadi beberapa komponen yang dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi.
b. Persediaan manufaktur
1) Persediaan bahan baku
Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain (misalnya dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali. Bagian dari suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang.
2) Persediaan barang dalam proses
Barang yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum penyelesaian.
3) Barang jadi
Barang yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual.
c. Persediaan rupa - rupa
Barang seperti perlengkapan kantor kebersihan dan pengiriman, persediaan ini biasanya dicatat sebagai beban penjualan umum.
3. Faktor - Faktor Yang Menentukan Besarnya tingkat Persediaan Manajemen persediaan bertanggung Jawab batas penentuan tingkat persediaan yang akan menghasilkan barang terbaik. Sebelum menetukan kebijakan tingkat persediaan barang yang optimal perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut adalah:
a. Biaya Persediaan Barang (Inventory Cost)
Biaya Yang berkaitan dengan pemilikan barang dapat dibedakan kedalam :
1. Holding atau Carrying Cost, Yaitu biaya yang dikeluarkan karena memelihara barang atau opportunity cost karena melakukan investasi lainnya. Holding cost ini merupakan biaya pemeliharaan yang besarnya tidak saja tergantung dari tingkat persediaan yang disimpan, tetapi juga berapa lama barang disimpan.
2. Ordering cost, yaitu barang yang dikeluarkan untuk memesan barang yang disupplier untuk menggati barng yang telah dijual.
3. Stock - Out Cost, yaitu biaya yang timbul karena kehabisan barang pada saat diperlukan.
b. Sejauh mana permintaan barang oleh pembeli dapat diketahui. Jika Permintaan barang dapat diketahui, maka perusahaan dapat menetukan berapa kebutuhan barang dalam suatau periode.
Kebutuhan barang dalam periode inilah yang harus dapat dipenuhi oleh perusahaan.
c. Lama penyerahan barang antara saat dipesan dengan barang tiba, atau disebut sebagai lead time atau delivery time.
d. Terdapat atau tidak kemungkinan untuk menundah pemenuhan pesanan dari pembeli (backlogging).
e. Kemungkinan diperolehnya diskon untuk pembelian dalam jumlah besar. Dengan menerima diskon untuk pembelian dalam jumlah besar total biaya persediaan barang akan berkurang. Tetapi pembelian dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya penyimpanan atau holding cost.
B. Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagangan
Perusahaan berdasarkan jenis usahanya atau berdasarkan produk yang dihasilkan atau dijual dibagi menjadi tiga Kelompok, yaitu: Perusahaan Jasa, Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur (industri). Ketiga jenis perusahaan tersebut sama-sama menjual produk. Namun perbedaannya, Perusahaan dagang menjual produk berupa barang dagangan, Perusahaan jasa menawarkan produk berupa jasa, sedangkan perusahaan manufaktur menyediakn produk barang dagangan sebagai hasil proses produksi kepada distributor (Perusahaan Dagang).
Menurut Sugiono, dkk : Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatannya melakukan pembelian barang dagangan (Komoditas) untuk dijual lagi tanpa mengubah bentuk dan wujudnya dengan harga yang lebih tinggi.
Proses transaksi perusahaan dagang umumnya sama deangan perusahaan jasa, akan tetapi pada perusahaan dagang terdapat perhitungan harga pokok penjualan (cost of good sold). Aktivitas perusahaan dagang meliputi pembelian barang dagang dari pemasok (Supplier) dan kemudian menjual kembali barang dagangan yang telah dibelinya tersebut kepada konsumen/pelanggan dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.
Ketika barang dagangan dijual, nilai dari transaksi ini akan dilaporkan sebagai hasil pendapatan penjualan (Sales revenue) dan harga pokok dari barang yang dijual akan diakui sebagai beban yang dinamakan harga pokok penjualan (Cost of goods sold). Pendapatan dari hasil penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan akan diperoleh laba kotor (gross profit).
Jumlah tersebut dinamakan laba kotor karena perusahaan belum memperhitungkan beban operasional yang juga dikeluarkan dalam rangka penciptaan dan pembentukan pendapat.
Persediaan yang dimiliki perusahaan pada hari pertama periode akuntasi disebut Persediaan awal, sedangkan yang dimiliki perusahaan pada hari terakhir. Dari suatu periode akuntansi disebut persediaan akhir pada suatu periode akuntansi tentunya akan menjadi persediaan awal pada periode akuntansi berikutnya.
Perusahaan dagang secara sistematis akan selalu melakukan pencatatan terhadap persediaan untuk menentukan berapa besarnya barang dagangan yang tersedia untuk dijual dan juga berapa yang telah terjual.
Terdapat dua metode akuntansi yang lazim dipakai dalam mencatat
persediaan barang dagangan, yaitu metode atau sistem pencatatan perpetual (perpetual inventory system) dan metode atau sistem pencatatan periodik/
fisik (periodic/physical inventory system).
Dari kedua metode tersebut, metode persediaan periodik lebih sederhana dan lebih mudah penyelenggaraannya apabila dibandingkan dengan metode pencatatan perpetual. Namun ditinjau dari segi ketepatan dan kecepatan informasi yang dihasilkan, metode perpetual lebih unggul.
Salah satu kelebihan dari metode pencatatan perpetual adalah perusahaan tidak perlu melakukan perhitungan fisik apabila mengetahui jumlah atau persediaan akhir pada akhir suatu periode akuntansi. Hal ini karena dalam metode pencatatan perpetual tersebut telah mengikutsertakan akun persediaan dalam suatu transaksi.
1. Metode Perpetual
Wiwin dan Ilham dalam bukunya Pengantar Akuntansi mendefenisikan metode pencatatan perpetual sebagai metode pencatatan dimana setiap pembelian dan penjualan barang dagang akan dicatat dalam perkiraan persediaan barang dagangan (merchandise inventory) atau pada kartu-kartu persediaannya, sehingga harga pokok yang terjual (cost of merchandise sold) akan langsung dapat diketahui dari kartu persediaan tanpa harus melakukan perhitungan fisik.
Hal ini senada dengan pendapat Sugiono, dkk, bahwa sistem ini setiap melakukan pembelian barang barang dagangan berarti menambahkan (mendebet) perkiraan persediaan dan sebaliknya mengurangi (mengkredit) apabila terjadi transaksi penjualan.
Perkembangan teknologi saat ini telah banyak banyak membantu dalam penerapan metode pencatatan perpetual. Setiap jenis produk diberi kode
produk dengan bar code (kode bergaris vertikal) yang akan dibaca pemindai optik dan secara otomatis komputer akan membaca secara otomatis akan mencatat setiap transaksi penjualan, dan mengkredit perkiraan persediaan.
Dalam metode perpetual, catatan mengenai harga pokok dari masing-masing barang dagangan yang dibeli maupun yang dijual diselenggarakan secara terperinci. Sistem pencatatan ini akan akan secara terus menerus menunjukkan besarnya saldo persediaan barang dagangan yang ada digudang untuk masing-masing jenis persediaan.
Sehingga harga pokok dari barang yang dijual ditentukan setiap kali terjadi transaksi penjualan. Yang perlu diperhatikan dalam mencatat transaksi barang dagang dengan menggunakan metode perpetual ini adalah bahwa akun pembelian, Retur pembelian, Potongan pembelian, dan akun ongkos akun masuk tidak akan pernah digunakan. Sedangkan akun-akun tersebut digantikan dengan akun persediaan barang dagangan.
a. Pembelian Barang Dagangan
Pembelian barang dagangan dari supplier (pemasok) dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit. Transaksi pada umumnya baru akan dicatat ketika barang sudah diterima dari supplier. Setiap pembelian seharusnya dilengkapi dengan dokumen yang akan memberikan bukti tertulis dari adanya transaksi tersebut.
Pembelian tunai dicatat dengan menaikkan saldo akun persediaan barang dagangan dan mengurangi akun kas, sedangkan pembelian secara kredit tentu saja berpengaruh terhadap bertambahnya saldo hutang usaha bagi perusahaan yang membeli.
Setiap terjadi pembelian secara tunai harus disertai dengan bukti pembayaran atas pembelian tersebut, sedangkan untuk pembelian secara kredit harus didukung dengan faktur pembelian (purchase invoice). Faktur yang dimaksud adalah bukti pembelian secara kredit yang disediakan oleh produsen yang kemudian dikirim kepada konsumen.
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat transaksi pembelian barang dagangan adalah sebagai berikut :
Persediaan Barang Dagangan xxx
Kas xxx
(Apabila pembelian dilakukan secara tunai) Persediaan Barang Dagangan xxx
Utang Usaha xxx
(Apabila Pembelian Dilakukan Secara Kredi)
Pada waktu membeli barang dagang, perusahaan terikat pada suatu syarat jual beli tertentu. Jumlah yang dibebankan kepada perusahaan untuk memperoleh suatu barang, sampai siapa untuk dijual, merupakan harga pokok barang tersebut. Pada syarat jual
beli tertentu, termasuk dalam harga pokok barang, adalah ongkos, angkut, asuransi, dan lain-lain.
b. Return Pembelian Dan Pengurangan Harga
Diwaktu melakukan transaksi pembelian barang dagangan, terkadang barang yang dibeli itu tidak sesuai dengan barang yang dipesan, atau, mengalami kerusakan saat dalam perjalanan.
Sehingga, dalam perjanjian biasanya telah disepakati bahwa pihak pembeli berhak mengembalikan barang yang rusak tersebut kepada penjual.
Dalam hal ini apabila barang dagangan yang dikembalikan itu dibeli secara tunai, maka penjual akan mengembalikan uang tunai kepada pembeli. Sebaliknya apabila pembelian dilakukan secara kredit, maka pembeli akan membuat nota debit sebagai bukti pengurangan utangnya. Pembeli bisa menggunakan salinan dari nota debit tersebut sebagai dasar untuk mencatat retur pembelian, atau menunggu persetujuan dari penjual. Dalam kasus ini pembeli akan mendebit perkiraan utang dagang dan mengkredit perkiraan utang dagang dalam sistem perpetual.
Ayat jurnal yang akan dibuat oleh pembeli untuk mencatat transaksi retur pembelian tersebut adalah sebagai berikut :
Kas xxx
Persediaan Barang Dagangan xxx (Apabila awalnya pembelian dilakukan secara tunai)
Utang Usaha xxx
Persediaan Barang Dagangan xxx (Apabila awalnya pembelian dilakukan secara kredit) c. Biaya Pengangkutan
Dalam setiap melakukan transaksi jual beli barang dagangan, ada biaya lain yang harus dikeluarkan agar barang yang dikeluarkan tersebut benar-benar sampai pada gudang pembeli, ini yang disebut biaya angkut/ongkos angkut. Hal ini tergantung pada kesepakatan antara pembeli dan penjual, siapa diantara kedua belah pihak yang akan menanggung biaya tersebut.
Umumnya ada dua jenis alternatif persyaratan pengangkutan (freight ternis), Yaitu frangko gudang penjualan dan frangko gudang pembelian. Frangko gudang penjual artinya bahwa pihak penjual tidak memiliki kewajiban untuk menanggung ongkos angkut barang dari gudangnya dari gudang pembeli. Sehigga, ongkos angkut barang tersebut harus dicatat oleh pembeli dalam pembukuan sebagai ongkos angkut masuk (freght in).
Ongkos masuk ini tentunya akan menambah harga pokok dari barang yang dibeli. Dalam metode pencatatan perpetual, perkiraan ongkos masuk ini akan digantikan dengan akun persediaan barang dagangan dengan posisi pencatatan disebelah debet. Dengan kata lain, dalam sistem pencatatan ini tidak mengenal perkiraan ongkos angkut. Syarat ini dalam transaksi
biasa ditulis FOB Shipping point. Ayat jurnal yang perlu dibuat oleh pembeli dalam pembukuan adalah sebagai berikut :
Persediaan Barang Dagangan xxx
Kas xxx
Dalam prakteknya, terkadang ongkos angkut masuk yang menjadi beban atau tanggungan pembeli ini ditalangi dulu oleh penjual. Hal ini nantinya akan menambah jumlah tagihan penjual kepada pembeli sebesar ongkos angkut tersebut. Pembeli mencatatnya dalam pembukuan dengan menempatkan akun persediaan barang dagangan posisi sebelah debet dan utang usaha disebelah kredit.
Persediaan Barang Dagangan xxx
Utang Usaha xxx
Sedangkan untuk frangko gudang pembeli, barang yang diperjual belikan akan menjadi hak milik pembeli pada saat barang tersebut sampai digudang pembeli. Sehingga segala bentuk resiko yang timbul selama dalam perjalanan menjadi tanggung jawa pembeli termasuk ongkos angkut barng tersebut.
Dengan demikian dalam pembukuan pembeli tidak ada pencatatan terhadap ongkos angkut barang tersebut. Namun penjual akan mencatat ongkos angkut itu sebagai beban angkut yang akan disajikan dalam laporan laba rugi. Dalam suatu transaksi, syarat ini biasa ditulis dengan FOB destination.
d. Diskon Pembelian
Diskon pembelian dalam akuntansi juga sering disebut potongan harga pembelian. Diskon ini biasanya didapat oleh pembeli apabila ia bisa melunasi pembayaran utang kepada penjual atas pembelian yang dilakukan secara kredit sebelum tanggal jatuh tempo atau dalam jangka waktu diskon. Kebanyakan perusahaan dagang merencanakan sistem akuntansi mereka untuk memanfaatkan diskon. Perusahaan bahkan rela meminjam dana terlebih dahulu kepada pihak lain untuk biasa melakukan pembayaran pada masa diskon.
Dalam metode pencatatan perpetual, diskon yang diterima perusahaan dicatat dengan cara mengurangi persediaan atau harga pokok barang dagangan yang dibeli. Sebagai contoh : PT.
Indomarco Prismatama Makassar membeli barang dagangan dengan nilai faktur Rp. 10.000.000,- tanggal 3 februari dengan syarat pembayaran 2/10, n/30. Ini artinya Faktur tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 3 maret dan diskon sebesar 2 % jika dibayar pada periode diskon yang berakhir tanggal 13 februari. Apabila PT.
Indomarco melakuakan pinjaman bank untuk memenuhi pembayaran tersebut dan masa pinjaman 15 hari, dengan bunga 15
% per tahun.
Diskon 2 % dari 10.000.000 Rp. 200.000 Suku bunga selama 15 hari sebesar 15 % Rp. 50.000
Atas pinjaman sebesar Rp. 8.000.000
Penghematan dari pinjaman bank Rp.150.000 Pada sistem pencatatan sistem perpetual, pembeli pada awalnya mendebit persediaan barang dagangan sebesar diskon atau potongan pembelian yang diterima. Sehingga persediaan barang dagangan memperlihatkan harga pokok bersih bagi pembeli.
Berdasarkan contoh kasus diatas, Pencatatan jika mengambil diskon adalah sebagai berikut :
TABEL 2.1 Contoh Jurnal Umum Jurnal Umum
Halaman : 1
Tanggal Keterangan No.
Bukti
Reff Debit Kredit
2013
Februari 3 Persediaan Barang Dagangan
13 10.000.000
Utang dagang 31 10.000.000
(Pembelian Barang secara kredit)
1 3
Utang Usaha 31 10.000.000
Kas 11 800.000
Persediaan
barang dagangan
13 200.000
(Pembayaran Utang dagang )
e. Penjualan
Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa perusahaan dagang dalam operasinya tidak hanya melakukan transaksi Pembelian barang dagangan tetapi juga menyalurkan kembali dengan cara menjual barang itu kepada konsumen. Transaksi penjualan barang dagangan bisa dilakukan secara tunai (cash) maupun kredit.
Adanya transaksi penjualan dibuktikan dengan menggunakan bukti penerimaan kas.
Pada umumnya, penjual lebih menyukai penjualan secara cash. Hal ini karena adanya kepastian kas masuk, sehingga resiko dalam bisinis dapat diminimalkan. Namun, dipihak lain, Pembeli biasanya mencari alternatif untuk menundah pembayaran dengan cara melakukan pembelian secara kredit agar dana yang ada bias dialoksikan untuk kepentingan yang lain.
Seperti halnya transaksi pembelian, transaksi penjualan pada suatu perusahaan dagang merupakan transaksi yang sering terjadi sehingga diperlukan pencatatan yang sama dan terus menerus. Dengan demikian, dalam perusahaan dagang dikenal adanya jurnal khusus untuk menspesifikasi pencatatan khususnya untuk transaksi pembelian dan penjualan baik secara tunai maupun kredit.
Ada 2 ayat jurnal yang perlu dibuat sekaligus oleh penjual pada saat melakukan transaksi penjualan yaitu:
Kas xxx
Penjualan xxx
(apabila penjualan barang dagangan dilakukan secara tunai)
Piutang Usaha xxx
Penjualan xxx
(apabila penjualan barang dagangan dilakukan secara kredit)
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan Barang dagangan xxx f. Retur penjualan
Setelah adanya transaksi jual-beli barang dagangan oleh penjual ke pembeli, terutama setelah barang tersebut sudah sampai ke gudang pembeli, maka ada kemungkinan barang tersebut dikembalikan ke penjual, inilah yang disebut retur pembelian. Hal ini biasa terjadi apabila barang itu rusak atau kriterianya tidak sesuai dengan pesanan.
Dalam hal ini ayat jurnal yang harus dibuat oleh penjual saat menerima pembelian barang tersebut adalah sebagai berikut:
Return Penjualan xxx
Kas xxx (apabila penjualan dilakukan secara tunai)
Return Penjualan xxx
Piutang Usaha xxx
(apabila penjualan dilakukan secara kredit) Persediaan barang dagangan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx g. Diskon Penjualan
Sebelumnya telah dibahas pada diskon pembelian, bahwa pihak penjual dalam transaksi penjualan barang dagangan secara kredit biasanya memberikan diskon atau potongan harga kepada pelanggan dengan syarat tertentu. Sama seperti diskon pembelian, dimana ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung besarnya diskon penjualan, yaitu:
1) Persyaratan kredit, pastikan bahwa pembeli memang telah melakukan pembayaran utangnya kepada perusahaan dalam periode diskon seperti tercantum pada persyaratan kredit, termasuk besarnya persentase diskon tunai.
2) Return Penjualan, diskon penjualan disesuaikan dengan pada nilai faktur setelah dikurangi dengan return penjualan, jika ada.
Ayat jurnal yang akan dibuat oleh penjual pada saat menerima pembayaran utang dari pelanggang yang memanfaatkan diskon tunai (dalam periode diskon) adalah sebagai berikut:
Kas xxx Diskon Penjualan xxx
Piutang Usaha xxx
Namun jika pelanggang tidak memanfaatkan periode diskon seperti yang ditetapkan, maka ayat jurnal yang dibuat oleh penjual saat menerima pembayaran adalah sebagai berikut:
Kas xxx
Piutang Usaha xxx h. Ongkos Angkut Penjualan
Jika dalam transaksi penjualan barang dagangan disepakati bahwa penjual yang menanggung biaya angkut barang sampai ke gudang pelanggang, maka ayat jurnal yang harus dibuat oleh penjual adalah sebagai berikut:
Ongkos Angkut Keluar xxx
Kas xxx 2. Metode Periodik
Metode periodik dalam pencatatan persediaan, yaitu setiap pembelian dan penjualan tidak dicatat pada perkiraan persediaan barang dagangan (merchandise inventory), mutasi barang dagangan tidak dicatat, sehingga untuk mengetahui berapa harga pokok barang dagangan yang terjual (cost of merchandise sold) harus dilakukan terlebih dahulu perhitungan secara fisik. Dengan kata lain, dengan
sistem atau metode ini, pencatatan yang dilakukan pada saat pembelian (awal) dan pada saat pelaporan akhir.
Umumnya metode ini digunakan pada perusahaan-perusahaan yang menjual barang yang harganya relatif murah, tetapi frekuensi penjualannya sangat sering. Karena pada perusahaan ini penerapan metode perpetual dianggap terlalu merepotkan dan mahal.
Dengan metode periodik, maka akun-akun seperti retur pembelian, diskon pembelian, dan ongkos angkut masuk digunakan secara terpisah. Sedangkan pada metode perpetual, untuk menentukan harga pokok penjualan tidak mengenal akun-akun tersebut, namun menggantinya dengan akun persediaan.
Perusahaan yang menggunakan metode pencatatan periodik, maka rekening persediaan tidak di debet untuk mencatat pembelian, dan tidak di kredit apabila terjadi penjualan. Dalam metode ini, transaksi pembelian dicatat dengan mengdebet akun pembelian dan kredit akun Kas atau Utang Dagang, sementara pada saat terjadi transaksi penjualan, maka yang didebet adalah akun kas atau piutang Dagang dan dikredit adalah akun penjualan.
Perhitungan fisik (stock opname) pada saat akhir periode mutlak harus dilakukan oleh perusahaan yang menggunakan metode pencatatan periodik. Hal ini untuk mengetahui dan menetapkan jumlah persediaan barang dagangan akhir dan harga pokok penjualan selama satu periode.
Namun sebelum membahas lebih detail mengenai harga pokok
penjualan, Berikut akan dijelaskan beberapa cara untuk menentukan harga pokok pembelian. Harga pokok pembelian ini merupakan salah satu komponen dalam perhitungan harga pokok penjualan nantinya.
Perusahaan menggunakan metode pencatatan periodik, pada akhir tahun harus melakukan perhitungan terhadap harga pokok pembelian selama satu periode. Angka-angka untuk menghitungnya dapat diperoleh dari catatan dibuku besar. Ada beberapa komponen dalam penentuan haraga pokok pembelian, yaitu sebagai berikut :
(1). Harga barang - barang yang dibeli (angkanya dapat diperoleh dari rekening pembelian).
(2). Dikurangi dengan penyesuaian karena adanya retur pembelian (Angka mengenai transaksi ini dicatat dalam rekening khusus yang terpisah dari rekening pembelian).
(3). Dikurangi dengan penyesuaian karena adanya diskon pembelian tunai (angka mengenai transaksi ini dicatat dalam rekening khusus yang terpisah dari rekening pembelian).
(4). Ditambah dengan penyesuaian karena adanya biaya pengangkutan untuk mengangkut barang sampai digudang perusahaan (angka mengenai transaksi ini dicatat dalam rekening khusus yang terpisah dari rekening pembelian).
a. Pembelian
Siklus kegiatan dalam perusahaan dagang dimulai dari kas yang kemudian digunakan untuk membeli barang dagangan.
Transaksi pembelian barang dagangan dalam perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali akan dicatat pada rekening pembelian.
Rekening pembelian dalam akuntansi, hanya dipergunakan untuk mencatat transaksi pembelian barang dagangan selama periode tertentu. Dengan kata lain, rekening pembelian tersebut bersifat sementara, sehingga pada tiap akhir periode rekening ini harus ditutup keperkiraan ikhtisar laba rugi agar supaya saldo akhirnya menjadi nol dan tidak dibawa ke periode akuntansi periode selanjutnya. Ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi pembelian adalah sebagai berikut :
Pembelian xxx
Kas xxx
(Apabila pembelian dilakukan secara tunai)
Pembelian xxx
Utang Usaha xxx
(Apabila pembelian dilakukan secara kredit) b. Ongkos Angkut
Dalam suatu transaksi pembelian barang dagangan, terkadang timbul biaya untuk pengangkut barang dagangan yang disebut biaya angkut/ongkos angkut. Biaya ini bisa ditanggung
oleh penjual atau pembeli, tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Namun jika biaya tersebut ditanggung oleh pembeli, maka biaya ini akan menambah harga pokok barang yang dibeli.
Sesuai dengan prinsip biaya (harga perolehan), harga pokok penjualan dari barang yang dibeli sudah seharusnya memperhitungkan besarnya ongkos angkut masuk yang dikeluarkan pembeli untuk membawa barang dari tempat penjual.
Apabila persyaratan pengangkutan yang disepakati adalah FOB Shipping Point, maka ayat jurnal yang perlu dibuat oleh pembeli adalah sebagai berikut:
Ongkos angkut xxx
Kas xxx
(jika dibayar langsung oleh pembeli)
Ongkos Angkut xxx
Utang Usaha xxx
(jika ditalangi dulu oleh penjual) c. Diskon Pembelian
Apabila perusahaan melakukan transaksi pembelian secara kredit, maka syarat pembayarannya ditulis pada faktur pembelian.
Pemasok (supplier) biasanya memberikan potongan atau diskon kepada para pembeli yang melakukan pembayaran dalam waktu yang ditetapkan (masa diskon). Ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi diskon pembelian adalah sebagai berikut :
Utang Usaha xxx
Kas xxx
Potongan Pembelian xxx d. Retur Pembelian
Dengan adanya transaksi pembelian, pengambilan barang dagangan yang telah dibeli oleh pelanggan bias saja terjadi. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal seperti barang yang rusak atau tidak sesuai dengan pesanan, inilah yang disebut retur pembelian. Retur pembelian ini sifatnya sama dengan diskon pembelian yaitu sama- sama merupakan akun pengurangan dari akun pembelian karena akan mengurangi pembelian ke jumlah bersihnya. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut :
Kas xxx
Retur Pembelian xxx
(apabila awalnya pembelian dilakukan secara tunai)
Utang Usaha xxx
Retur Pembelian xxx
(apabila awalnya pembelian dilakukan secara kredit) e. Penjualan
Ayat jurnal yang perlu dibuat oleh penjual pada saat melakukan transaksi penjualan adalah sebagai berikut :
Kas xxx
Penjualan xxx
(apabila penjualan dilakukan secara tunai)
Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi diskon pembelian adalah sebagai berikut :
Utang Usaha xxx
Kas xxx
Potongan Pembelian xxx Piutang Usaha xxx
Penjualan xxx (apabila penjual dilakukan secara kredit) f. Diskon Penjualan
Ayat jurnal yang dibaut oleh penjual pada saat menerima pembayaran utang dari pelanggang yang memanfaatkan periode diskon adalah sebagai berikut :
Kas xxx
Diskon Penjualan xxx
Piutang Usaha xxx g. Retur Penjualan
Ayat jurnal yang harus dibuat oleh penjual pada saat menerima barang dagangan yang dikembaliakan oleh pelanggang adalah sebagai berikut :
Retur Penjualan xxx
Kas xxx
(apabila sebelumnya pembelian dilakukan secara tunai)
Retur Penjualan xxx Piutang Usaha xxx
(apabila sebelumnya pembelian dilakukan secara kredit) h. Ongkos Angkut Penjualan
Jika dalam transaksi penjual barang dagangan disepakati bahwa penjual yang menanggung biaya angkut barang sampai ke gudang pelanggan (FOB destination point), maka ayat jurnal yang dibuat oleh penjual adalah sebagai berikut :
Ongkos angkut keluar xxx
Kas xxx
Dibawah ini perlakuan akuntansi dari ringkasan transaksi- transaksi yang berkaitan dengan perusahaan dagang, baik yang menggunakan sistem perpetual maupun periodik.
TABEL 2.2
Akuntasi Pembelian Barang Dagangan
Transaksi Sistem / Metode Perpetual Metode / sistem periodik
1. Pembelian tunai
Merchadise inventory Rp.xxx Cash Rp.xxx
Purchase Rp. Xxx Cash Rp. xxx 2. Pembelian Kredit Merchandise Inventory Rp.xxx
Account Payable Rp.xxx
Purchase Rp. Xxx Account Payable Rp.xxx 3. Pengembalian
barang karena rusak / cacat
Account Payable Rp.xxx Merchandise Inventory Rp.xxx
Account payable Rp.xxx Purchase retur &
Allowance Rp.xxx 4. Pembayaran utang
atas pembelian barang dalam periode diskon
Account Payable Rp.xxx Merchandise Inventory Rp.xxx Cash Rp.xxx
Account Payable Rp.xxx Purchase discount Rp.xxx Cash Rp. xxx
5. Pembayaran ongkos angkut dengan syarat fob shipping point
Merchandise Inventory Rp.xxx Cash Rp.xxx
Freight in Rp. Xxx Cash Rp. Xxx
TABEL 2.3
Akuntansi Penjualan Barang Dagangan
Transaksi Sistem / Metode Perpetual Metode / sistem periodik
1. Pembelian tunai
Cash Rp.xxx Sales Rp. xxx
Cost of marchandise sold Rp.xxx Merchandise Inventory Rp.xxx
Cash Rp. Xxx
Sales Rp. xxx No entry
2. Pembelian Kredit Account Payable Rp.xxx
Sales Rp. xxx Cost of marchandise sold Rp.xxx Merchandise Inventory Rp.xxx
Account Payable Rp.xxx Sales Rp. xxx
3. Pengembalian barang karena rusak/cacat
Sales return & Allowence Rp.xxx Account receiveble Rp.xxx Merchandise Inventory Rp.xxx Cost of marchandise sold Rp.xxx
Sales return&Allowence Rp.xxx
Account receiveble Rp.xxx
4. Pembayaran utang atas pembelian barang dalam periode diskon
Cash Rp.xxx
Sales discount Rp. xxx Account receiveble Rp.xxx
Cash Rp. xxx Account receiveble Rp.xxx Cash Rp. xxx
5. Pembayaran ongkos angkut dengan syarat fob shipping point
Merchandise Inventory Rp.xxx Cash Rp.xxx
Freight in Rp. Xxx Cash Rp. xxx
C. Metode Penilaian Persediaan Barang Dagangan (Valuation Merchandise Inventory Method)
Gambar 2
Metode Penilaian Persediaan Barang Dagangan
Persediaan pada umumnya meliputi jenis barang yang cukup banyak dan merupakan bagian dari yang cukup berarti dari seluruh aktiva perusahaan. Disamping itu, transaksi yang berhubungan dengan persediaan merupakan aktivitas yang sering terjadi. Penilaian terhadap persediaan barang dagangan pada umumnya dilakukan dengan dua pendekatan yaitu :
FiFO LIFO AVERAGE Prodic Sistem
FiFO LIFO AVERAGE Valuation
Inventoris Cost Basic Flow
Approach
Prepetual Sistem
Lower cost or market
Gros Profit Method Retail method Lower cost or
market
1. Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basis flow approach)
Dalam pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan, yaitu secara periodik dan perpetual yang masing - masing menggunakan tiga asumsi penilaian persediaan yaitu FIFO (first in first out), LIFO (last in first out) dan AVERAGE.
a. Penilaian dalam Sistem Periodik
Apabila sistem periodik digunakan dalam sistem penilaian persediaan maka pendapatan dicatat setiap terjadi transaksi penjualan. Harga Pokok Penjualan tidak boleh dicatat setiap terjadi transaksi penjualan. Namun diakhir periode akuntansi harus dilakukan penghitungan fisik terhadap persediaan untuk menentukan harga pokok persediaan yang masih tersisa dan harga pokok penjual.
Permasalahan akuntansi yang biasa timbul dalam pelaksanaan penentuan persediaan adalah ketika unit-unit barang yang dibeli memiliki harga perolehan yang berbeda dalam satu periode. Sebagai ilustrasi akan digunakan data sebagai berikut, yaitu data mengenai persediaan barang dagangan pada PT. Indomarco Prismatama Makassar dalam satu periode Akuntansi.
TABEL 2.4
Transaksi Pembelian Dan Penjualan Barang Dagangan Periode 2013
Tanggal Komoditas Unit Harga / unit
Total harga
1 Januari Persediaan
awal 200 Rp. 10 Rp.2.000
12 Februari Pembelian 400 Rp. 12 Rp.4.800 5 April Penjualan 300 Rp. 14 Rp. 4.200 10 Juli Pembelian 300 Rp. 11 Rp.3.300 23 September Pembelian 100 Rp. 13 Rp. 1.300 20 Desember Penjualan 250 Rp. 15 Rp.3.750
Dari data diatas, selanjutnya akan dihitung persediaan akhir (per 31 Desember 2013). Dengan menggunakan sistem periodik. Namun sebelumnya harus dihitung terlebih dahulu mengenai barang yang tersedia untuk dijual.
Persediaan Awal (1 Januari 2013) 200 unit Pembelian 800 unit Barang Tersedia untuk dijual 1.000 unit
Penjualan (550 unit)
Persediaan Akhir 450 unit
TABEL 2.5
Barang Tersedia Untuk Dijual
Tanggal Keterangan Unit Harga/unit Total harga 10 Januari Persediaan barang dagang
awal
200 Rp.10,00 Rp.2.000,00
12 Februari Pembelian 400 Rp.12,00 Rp.4.000,00
10 Juli Pembelian 300 Rp.11,00 Rp.3.300,00
23September Pembelian 100 Rp.13,00 Rp. 1.300,00
1000 Rp.10.600,00
1.) FIFO (first in first out)
Metode ini menyatakan bahwa persediaan barang dagangan dengan nilai perolehan awal (Pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli).
Penentuan persediaan barang dagangan akhir berdasarkan data diatas dengan menggunakan metode FIFO dalam sistem pencatatan periodik adalah sebagai berikut :
TABEL 2.6 Nilai Persediaan Akhir
Tanggal Unit Harga/Unit Total Harga
23 September 100 Rp. 13,00 Rp.1.300,00
10 Juli 300 Rp. 11,00 Rp. 3.300,00
12 Februari 50 Rp. 12,00 Rp. 600,00
450 Rp. 5.200,00
2.) LIFO ( Last in first Out)
Metode ini menyatakan bahwa persediaan barang dagangan dari perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (Pertama) masuk atau dibeli. Penentuan persediaan barang dagangan akhir berdasarkan data diatas dengan menggunakan metode LIFO dan sistem pencatatan periodik adalah sebagai berikut :
TABEL 2.7 Nilai Persediaan Akhir
Tanggal Unit Harga/Unit Total Harga
2 Januari 200 Rp. 10,00 Rp.2.000.000
12 Februari 250 Rp. 12,00 Rp.3.000.000
450 Rp.5.000.000
3) AVERAGE
Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan FIFO Method dan nilai persediaan LIFO Method. Metode ini juga berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor. Penentuan persediaan barang dagangan akhir berdasarkan data diatas dengan menggunakan metode Average dalam sistem pencatatan periodik adalah sebagai berikut :
Cost per unit persediaan Barang dagangan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Average cost per unit = Total cost Total unit
Dari contoh diatas rata-rata cost persediaan dan persediaan akhir dapat dihitung sebagai berikut :
Harga Rata-rata per unit = Rp. 10.600,00 : 1.000
= Rp. 10,60
Ending Inventory = Rp. 450 unit @ Rp.10.60,00 = Rp. 4.770,00
b. Penilaian Dalam Sistem Perpetual
Penamabahan dan penurunan jumlah persediaan dalam sistem perpetual dicatat dengan cara yang sama dengan pencatatan dan penurunan akun kas. Akun persediaan barang pada awal periode akuntansi menunjukkan barang yang ada ditangan pada saat itu pembelian dicatat dengan mendebit persediaan barang dagang dan
mengkredit kas atau utang dagang. Pada setiap tanggal penjualan, harga pokok barang yang dijual dicatat dengan mendebit akun harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang dagangan dan mengkredit kas atau utang dagang. Sehingga, akun persediaan barang dagangan secara konstan (perpetual) menunjukkan saldo barang dagangan di tangan.
Seperti halnya dalam sistem periodik, harga perolehan setiap unit barang yang berbeda-beda dalam satu periode akuntasi menjadi masalah tersendiri dalam sistem perpetual. Berdasarkan kasus yang terjadi diatas (dalam sistem periodik), maka selanjutnya akan dilakukan penghitungan nilai akhir persediaan barang dagangan dalam sistem perpetual.
1) FIFO
Dalam metode First in First Out, harga perolehan dipertemukan dengan pendapatan sesuai dengan urutan perolehannya, sehingga persediaan akhir barang dagangan nilainya sesuai dengan harga perolehan terakhir. Penghitungan persediaan barang dagangan akhir berdasarkan data di atas dengan menggunakan metode FIFO dalam sistem pencatatan perpetual adalah sebagai berikut :
TABEL 2.8
Penilaian Persediaan Barang Dagangan Dengan Sistem Perpetual Menggunakan Metode FIFO
Tanggal
Pembelian HPP Persediaan
Unit Harga/
Total
Total harga
Unit Harga/
unit
Total harga
Unit Harga/
total
Total harga
01/01 200 10,00 2.000,00
12/2 400 12,00 4.800,00 - - - 200 400
10,00 12,00
2.000,00 4.800,00
5/4 200
100
10,00 12,00
2.000,00 1.200,00
400 300
12,00 12,00
4.800,00 3.600,00 10/7 300 11,00 3.300,00 - - - 300
300
12,00 11,00
3.600,00 3.300,00 23/9 100 13,00 1.300,00 - - - 300
300 100
12,00 11,00 13,00
3.600,00 3.300,00 1.300,00
20/12 250 12,00 3.000,00 50
300 100
12,00 11,00 13,00
600,00 3.300,00 1.300,00
Total 800 9.400,00 550 6.200,00 450 5.200,00
2). LIFO
Apabila metode Last In First Out yang dipakai, maka harga pokok penjualan adalah harga pembelian yang terakhir.
Perhitungan persediaan barang dagangan akhir berdasarkan data di atas dengan menggunakan metode LIFO dalam sistem pencatatan perpetual adalah sebagai berikut :
TABEL 2.9
Penilaian Persediaan Barang Dagangan Dengan Sistem Perpetual Dengan Menggunakan Metode LIFO
Tanggal
Pembelian HPP Persediaan
Unit Harga/
Total
Total harga
Unit Harga/
unit
Total harga
Unit Harga/
Total
Total harga
01/01 200 10,00 2.000,00
12/02 400 12,00 4.800,00 - - - 200 400
10,00 12,00
2.000,00 4.800,00
5/04 300 12,00 3.600,00 200
100
10,00 12,00
2.000,00 1.200,00 10/07 300 11,00 3.300,00 - - - 200
100 300
10,00 12,00 11,00
2.000,00 1.200,00 3.300,00
23/09 100 13,00 1.300,00 - - - 200 100 300 100
10,00 12,00 11,00 13,00
2.000,00 1.200,00 3.300,00 1.300,00
20/12 100
250
13,00
11,00
1.300,00
1.650,00 200 100 150
10,00 12,00 11,00
2.000,00 1.200,00 1.650,00
Total 800 9.400,00 550 6.550,00 450 4.850,00
3). AVERAGE
Dalam metode ini, harga pokok unit barang yang akan dijual harus selalu dihitung setiap pembelian dilakukan. Harga